Beliau adalah al-’arif billah, seorang ulama besar, pemuka para imam
dan guru, suri tauladan bagi al-’arifin, penunjuk jalan bagi as-salikin,
seorang qutub yang agung, imam bagi Thariqah Alawiyyah, seorang
yang mendapatkan kewalian rabbani dan karomah yang luar biasa,
seorang yang mempunyai jiwa yang bersih dan perjalanan hidupnya
terukir dengan indah.
Beliau dilahirkan pada tahun 574 H. Beliau mengambil ilmu dari para
ulama besar di jamannya. Di antaranya adalah Al-Imam Al-Allamah Al-
Faqih Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Salim Marwan Al-Hadhrami At-
Tarimi. Al-Imam Abul Hasan ini adalah seorang guru yang agung,
pemuka para ulama besar di kota Tarim. Selain itu beliau (Al-Faqih Al-
Muqaddam) juga mengambil ilmu dari Al-Faqih Asy-Syeikh Salim bin
Fadhl dan Al-Imam Al-Faqih Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Ubaid
(pengarang kitab Al-Ikmal Ala At-Tanbih). Gurunya itu, yakni Al-Imam
Abdullah bin Abdurrahman, tidak memulai pelajaran kecuali kalau Al-
Faqih Al-Muqaddam sudah hadir. Selain itu beliau (Al-Fagih Al-
Muqaddam) juga mengambil ilmu dari beberapa ulama besar lainnya,
diantaranya Al-Qadhi Al-Faqih Ahmad bin Muhammad Ba’isa, Al-Imam
Muhammad bin Ahmad bin Abul Hubbi, Asy-Syeikh Sufyan Al-Yamani,
As-Sayyid Al-Imam Al-Hafidz Ali bin Muhammad bin Jadid, As-Sayyid
Al-Imam Salim bin Bashri, Asy-Syeikh Muhammad bin Ali Al-Khatib,
Asy-Syeikh As-Sayyid Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath (paman
beliau) dan masih banyak lagi.
Dikisahkan juga bahwa pada suatu saat ketika beliau sedang duduk-
duduk bersama para sahabatnya, datanglah Nabi Khidir alaihis salam
menyerupai seorang badui dan diatas kepalanya terdapat kotoran.
Bangunlah Al-Faqih Al-Muqaddam, lalu mengambil kotoran tersebut
dari kepalanya dan kemudian memakannya. Kejadian tersebut
membuat para sahabatnya terheran-heran. Akhirnya mereka bertanya,
“Siapakah orang itu?.” Maka Al-Faqih Al-Muqaddam menjawab, “Dia
adalah Nabi Khidir alaihis salam.”
Beliau wafat pada tahun 653 H, akhir dari bulan Dzulhijjah. Jazad
beliau disemayamkan di pekuburan Zanbal, di kota Tarim. Banyak
masyarakat yang berduyun-duyun menghadiri prosesi pemakaman
beliau. Beliau meninggalkan 5 orang putra, yaitu Alwi, Abdullah,
Abdurrahman, Ahmad dan Ali.