Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG lmu konservasi adalah salah satu bagian dari ilmu kedokteran gigi yang

bertujuan untuk mencegah, merawat dan merestorasi penyakit, kerusakan, dan kelainan yang mengenai jaringan keras dan lunak gigi untuk mengembalikan fungsi, bentuk, estetik dan perlindungan jaringan pendukung gigi serta mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut. Ilmu konservasi gigi meliputi: 1. Operative Dentistry (ilmu konservasi jaringan keras gigi).

Ilmu yang mempelajari teknik restorasi kerusakan / penyakit pada jaringan keras gigi dengan menggunakan bahan tumpatan plastis dan non plastis 2. Endodontik Ilmu kedokteran gigi yang meliputi etiologi, diagnosis, pencegahan dan perawatan penyakit pulpa gigi dan jaringan periapikal yang disebabkan oleh penyakit pulpa Pada blok oral diagnosa dan rencana perawatan, kami akan mempelajari cara pemeriksaan pasien, baik subjektif (anamnesa) maupun objektif (inta oral dan ekstra oral) untuk menegakkan diagnosa serta rencana perawatan. Penegakkan diagnosa berdasarkan analisis hasil keluhan penderita, gejala subjektif, intra oral, ter vitalitas dan bila perlu pemeriksaan penunjang dengan roentgen foto.

Pada skill lab minggu ke- lima ini, kami masuk ke klinik konservasi, untuk hasil diagnosa dan rencana perawatan dari skill kelompok kami selanjutnya akan kami bahas di bab pembahasan

1|Laporan Skill Lab Klinik Ilmu Konservasi Gigi Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posisi Dan Zona Kerja Dokter Gigi, Perawat/ Asisten Dan Pasien Saat ini, kedokteran gigi dianggap sebagai profesi yang menuntut ketelitian dan konsentrasi tinggi. Selain itu, kinerja dokter gigi juga terkait dengan gangguan muskuloskeletal, terutama leher dan tungkai atas, serta nyeri punggung bawah. Cedera tersebut dapat menyebabkan pensiun dini (Gandavadi, 2007). Area kerja (mulut) yang terbatas sehingga dokter gigi perlu mengadopsi postur atau posisi kerja yang fleksibel untuk mencegah terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSD). Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan dalam bidang kedokteran gigi, profesi di bidang ini juga turut berkembang. Dahulu, cukup hanya dokter gigi saja yang memberikan pelayanan, kini di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri dari Dentist, Dental Hygienist, Dental Assistant, dan Dental Technician. Di Indonesia, pelayanan kedokteran gigi dilakukan oleh 2 orang yaitu Dokter Gigi dan Perawat Gigi. Risiko penyakit muskuloskelatal dapat diminimalkan dengan

memaksimalkan efektivitas posisi operator, pasien dan peralatan. Konsep ergonomi diperkenalkan di kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki kondisi kerja operator, konsep kerja yang meliputi posisi duduk dan Four Handed Dentistry. Four Handed Dentistry merupakan perawatan gigi yang dilakukan dengan 4 tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten. Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja di sekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Zona kerja diidentifikasi menggunakan wajah pasien sebagai wajah/ muka jam dengan kepala pasien

2|Laporan Skill Lab Klinik Ilmu Konservasi Gigi Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien. Zona kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu operators zone, assistants zone, transfer zone dan static zone. Operators zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Assistants zone adalah zona tempat pergerakan perawat gigi atau asisten. Transfer zone adalah daerah tempat transfer alat dan bahan antara tangan dokter gigi dan tangan asisten. Instrumen diberikan dari asisten ke dokter gigi lewat dada pasien. Jangan memberikan alat di atas mata pasien. Sedangkan static zone adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi instrumen tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien.

Keempat zona tersebut untuk right-handed operator adalah: Area Operator (Operators zone) : Jam 7 12 (Aktivitas Operator) Area Asistan (Assistants zone) : Jam 2 4 (Aktivitas Asisten) Area Transfer (Transfer zone) : Jam 4 7 (Instrumen diberikan) Area Statis (Static zone) : Jam 12 2 Keempat zona tersebut untuk left-handed operator adalah:

3|Laporan Skill Lab Klinik Ilmu Konservasi Gigi Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Area Operator (Operators zone) : Jam 12 5 (Aktivitas Operator) Area Asistan (Assistants zone) : Jam 8 10 (Aktivitas Asisten) Area Transfer (Transfer zone) : Jam 5 8 (Instrumen diberikan) Area Statis (Static zone) : Jam 10 12

Posisi Operator Berdiri Berdiri tegak, kedua kaki bertumpu diatas lantai Berat badan dibebankan pada kedua telapak kaki Mulut pasien setinggi siku operator

Duduk Duduk kedua kaki bertumpu diatas lantai, lengan kaki bagian bawah membentuk sudut 90 dengan lengan kaki bagian atas / paha. Punggung lurus, bahu simetris sama tinggi. Jarak mata ke medan kerja + 6 inci Pandangan ke medan kerja tidak terhalang Mulut pasien sama tinggi dengan siku operator

The 10 o'clock position. Posisi jam 10 memungkinkan dokter gigi untuk mencapai rahang atas kanan, rahang atas kiri dan rahang bawah kiri. Beberapa dokter gigi lebih suka mencapai seluruh bagian gigi, dengan menggeser ke posisi jam 9 dan pasien agak naik sedikit, maka rahang bawah kanan akan lebih mudah dicapai.

Cara mengambil posisi jam 10.00 Dokter gigi duduk di kursinya dengan kaki paralel lantai, punggung tegak pada sandaran dan kaki pada posisi yang mudah digerakkan ke arah posisi yang benar, di sebelah kanan dan agak ke belakang kepala pasien. Siku bebas dan jari-jari kedua tangan mudah menerima instrumen dari asisten untuk perawatan. Jari-jari yang lain: menjaga/memblok supaya pandangan bebas melihat

4|Laporan Skill Lab Klinik Ilmu Konservasi Gigi Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

gigi yang dirawat dan instrumen, serta bertumpu pada gigi di sebelahnya untuk menjaga supaya pada pemakaian atau bur tidak meleset dan melukai gingiva, pipi, dan bibir.Fungsi kaca mulut adalah untuk absorpsi cahaya, refleksi cahaya, menyingkirkan bibir dan pipi, serta kontrol saliva.

Posisi jam 10.00 untuk rahang atas kiri. Dengan memutar kepala pasien sedikit ke kanan dan memegang kaca mulut jauh dari bidang oklusal gigi-geligi kiri dan mendekati tepi bibir bawah, maka gigi-geligi rahang atas akan terlihat jelas. Jari ketiga dan keempat tangan kiri atau kaca mulut diletakkan di muka permukaan oklusal molar satu atau dua, secara otomatis akan menyingkirkan pipi dan bibir sehingga permukaan gigi-geligi tersebut akan terlihat jelas.

Posisi jam 10.00 untuk rahang atas kanan Sama seperti posisi untuk gigi kiri, hanya muka pasien digerakkan sedikit ke kiri dan menempatkan jari-jari bebas pada permukaan bukal gigi molar satu atau molar dua kanan atas, maka handpiece atau instrumen mudah dikontrol.

Posisi jam 10.00 untuk rahang bawah kiri Posisi dokter gigi: seluruh baan condong ke depan sedikit dan tetap lurus. Kepala pasien diputar ke kanan sedikit serta kaca mulut menghadap regio tersebut dan diletakkan pada permukaan bukal gigi-gigi molar. Rest untuk handpiece: jari diletakkan di atas kaninus bawah kiri. Pipi dan bibir disingkirkan dengan jari ketiga dan keempat dengan keseimbangan dari luar mulut pasien. Penerangan pada gigi-geligi didapat dari refleksi kaca mulut. Posisi jam 09.00 Posisi dokter gigi disebelah kanan pasien, tegak lurus bahu dan long axis badan pasien.

5|Laporan Skill Lab Klinik Ilmu Konservasi Gigi Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Untuk melihat rahang bawah kanan, agar lebih jelas dan tegas, kepala pasien agak sedikit ditundukkan. Dokter gigi dengan wajah pasien membentuk sudut 450. Penerangan harus langsung dengan lampu pada posisi 900. Posisi ini terutama menguntungkan untuk perawatan permukaan bukal dan labial dari seluruh gigi-geligi rahang atas, tetapi pasien harus betul-betul terlentang. Dengan menggerakkan muka pasien sedikit ke kiri, permukaan bukal seluruh rahang atas kanan akan jelas. Rahang atas kiri terlihat bila muka pasien digeser sedikit ke kanan. Jangan lupa retract dengan kaca mulut dan rest position dari jari-jari yang lain

Posisi Pasien Duduk Untuk Operator yang Berdiri Pasien duduk pada kursi gigi sedikit miring ke belakang (slight backward tilt) Berat badan pasien bertumpu pada sudut yang dibentuk oleh alas kursi dan sandaran punggung Posisi mulut pasien membuat sudut 30 dengan bidang horisontal. Mulut pasien setinggi siku operator

Untuk Operator yang Duduk Pasien duduk di kursi gigi sedikit miring ke belakang Posisi mulut pasien membuat sudut 45 dengan bidang horisontal Mulut pasien setinggi siku operator

Telentang (Supine Position) Pasien tidur telentang pada kursi gigi Semua tubuh tertopang pada kursi gigi Kepala segaris dengan punggung Otot leher dan kepala berada pada posisi normal/istirahat Mulut pasien setinggi siku operator dan setinggi lutut asisten

6|Laporan Skill Lab Klinik Ilmu Konservasi Gigi Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Posisi Asisten . 2.2 Prosedur Penegakkan Diagnosa di Klinik Konservasi Gigi Diagnosis dalam kedokteran gigi merupakan suatu tindakan untuk menentukan adanya penyakit yang berhubungan dengan gigi dan jaringan penyangganya. Sedangkan gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di dalam diagnosis klinis dan didefinisiskan sebagai fenomena atau tanda-tanda suatu permulaan keadaan sakit yang normal dan indikatif. Gejala dapat diklasifikasikan sebagai berikut : gejala subjektif adalah gejala yang dialami dan dilaporkan oleh pasien kepada dokter; gejala objektif adalah gejala yang dipastikan oleh dokter melalui berbagai uji/tes. ( Louis I. Grossman, 1995 ) Sebelum menegakkan diagnosa, catat identitas pasien terlebih dahulu, meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat , pekerjaan dan elemen yang akan diperiksa Cara Menegakan diagnosa Tahap-tahap menegakan diagnosis: Tentukan keluhan utama Tentukan informasi penting yang berkaitan dengan riwayat medis dan riwayat kesehatan pasien Lakukan pemeriksaan objektif dan pemeriksaan radiografis secara teliti Asisten duduk posisi lebih tinggi dari operator Kedua kaki bertumpu pada kursi asisten Lutut asisten setinggi mulut pasien Punggung lurus Pandangan asisten dan operator ke medan Pandangan harus jelas tak terhalang

7|Laporan Skill Lab Klinik Ilmu Konservasi Gigi Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Lakukan analisis data yang diperoleh Formulasikan diagnosis dan rencana perawatan dengan tepat

Pemeriksaan Subjektf a. Keluhan utama/ anamnesa Merupakan inforasi pertama yang diperoleh, berupa gejala atau masalah yang diutarakan pasien dengan bahasanya tersendiri,yang berkaitan dengan kondisi yang menyebabkannya cepata-cepata datang mencari perawatan. Mengungkap riwayat medis berupa rasa sakit sesuai dengan bahasa penderita , meliputi: - Tujuan penderita datang - Lokasi gigi yang dikeluhkan - Kapan pertama kali timbul rasa sakit - Bentuk rasa sakit - Berapa lama rasa sakit terasa - Penyebab rasa sakit (spontan, rangsangan, trauma) - Daerah yang terliat (loka/ setempat, menjalar ) - Ada tidaknya pembengkakan - Usaha pasien untuk meredakan rasa sakit ( obat, kumur air dingin) Dari anamnesa ini sangat menunjang dalam menentukan diagnosa dan patofisiologis ( proses perjalanan suatu penyakit) b. Riwayat medis Riwayat medis menyediakan informasi mengenai kerentanan dan reaksi pasien terhadap infeksi, hala-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang telah diberikan, dan status emosionalnya. Riwayat medis tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis lengkap, cukup formulir pemeriksaan secara singkat yang berisi penyakit serius yang sedang dan pernah diderita, serta pemedahan yang perbah dialami. Jika ditemukan penyakit fisik atau psikologis yang parah atau penyakit yang masih diragukan yang mungkin mengganggu diagnosis dan perawatan, lakukan

8|Laporan Skill Lab Klinik Ilmu Konservasi Gigi Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

pemeriksaan lebih lanjut dan dikonsultasikan dengan profesi kesehatan lainnya. Keadaaan medis yang kontraindikasi bagi perawatan saluran akar iridasi jaringan rongga mulut atau penyakit yang mengganggu system imun pasien seperti AIDS. Daerah kepeduliaan lain yang mungkin memerlukan perawatan khusus adalah meningkatnya insidens alergi terhadap lateks, terapi pengganti glukokortikosteroid, hepatitis, hemostatis tertunda, kondisi jamtung tertentu, dan penggantian sendi. c. Riwayat dental Merupakan ringkasa dari penyakit dental yang pernh dan sedang diderita. Informasi dalam riwayat dental mengungkapakan pula penyakit-penyakit gigi yang pernah dialami oleh pasie pada masa lalu serta petunjuk mengenai masalah psikologis yang mungkin ada dan menjelaskan sejumlah temuan klinis yang tidak jelas. d. Perawatan yangg pernah dilakukan sebelumnya Tanyakan pada penderita perawatan sebelumnya di bidang kedokteran gigi, jenis perawatannya dan tindakan apa saja yang pernah dilakukan operator terdahulu kepadanya e. Alergi Alergi bahan kedokteran gigi dan obat yang terkait dengan penggunaan bahan dan obat dalam perawatan bidang kedokteran gigi yang akan dilkukan. Pemeriksaan Objektif Pemeriksaan ekstra oral penampilan umum, tonus kulit, asimetris wajah, pembengkakan, perubahan warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus, pembengkakan kelenjar limfe. Pemeriksaan intra oral Meliputi pemeriksaan jaringan lunak dan gigi geligi.
9|Laporan Skill Lab Klinik Ilmu Konservasi Gigi Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Tes klinis a. Pemeriksaan visual dan taktil Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang cermat mengandalakan pemeriksaan three Cs: color, contour, dan consistency. Pemeriksaan menggunakan mata, jari-jari tangan, eksplorer dan prob (probe) periodontal. b. Pemeriksaan fraktur, abrasi, atrisi c. Pemeriksaan karies Karies Superfisial (KS) Karies Media (KM) Karies Profunda (KP) Perforasi (KPP) Karena karies Karena alat KG Karena trauma

d. Tes perkusi Utk mengevaluasi status peridonsium di sekitar gigi. Seorang klinisi harus menyadari bahwa tes perkusi tidak mengindikasikan sehat atau tdknya integritas jar. Pulpa. Cara Gigi di beri pukulan ringan dg menggunakan jari, kemudian ujung kaca mulut (tangkai instrument), diketuk pd perm O,F,L. Jgn melakukan perkusi gigi sensitif melebihi toleransi pasien. e. Tes palpasi Nekrose pulpa meluas area apikal hilangnya tlg kortikal bag. Fasial mempengaruhi periosteum inflamasi periosteum pergerakan gigi yg menandai eksistensi dan derajat sensitivitas akibat inflamasi periapikal Pd abses M bawah dilakukan palpasi area submandibular bimanual utk menentukan apakah ada limphnode submandibular yg tlh terinfeksi akibat penjalaran penyakit.

10 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Teknik sederhana dengan menekan ujung jari menggunakan tekanan ringan f. Tes mobilitas-depersibilitas Tes Mobilitas untuk mengevaluasi integritas aparatus di sekeliling gigi. Tujuannya apakah jaringan penyangga mengikat kuat gigi atau sebaliknya Tes Depressibilitas untuk melihat pergerakkan gigi pada arah vertical. Caranya dengan bantuan jari atau instrumen Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan: Mobiliti derajat 1 adanya pergerakan ringan pd gigi dg soketnya Mobiliti derajat 2 gerakan gigi dlm soketnya dalam jarak 1 mm Mobiliti derajat 3 gerakan gigi dlm soketnya dlm jrk >> 1mm atau gigi dapat ditekan (Perawatan endodontik tidak boleh dilakukan pada gigi derajat 3, kecuali bila mobilitas dapat dirawat terlebih dahulu, cth abses apikalis akut) g. Pemeriksaan Polip Bila ada perforasi pulpa perlu diperiksa adanya polip pulpa (massa jarungan lunak dalam cavitas yg mungkin berasal dari pulpa gigi) dan polip jaringan ikat (massa jaringan lunak dalam cavitas yang mungkin berasal dari jaringan ikat di bifurkasi gigi) h. Tes vitalitas - Stimulasi dentin langsung : dengan menggoreskan sonde pada dentin yang terbuka. Karies disonde sampai dalam shg mencapai dentin yang tidak karies. Jika timbul sensasi tajam dan tiba-tiba berarti pulpanya berisi jaringan vital - Tes Termal Tes dingin : pasien akan cepat menunjukkan pulpa vital tersebut tanpa memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal. Tes dingin dilakukan dg cara etil klorida yang disemprotkan pada butiran kapas, atau pecahan es yang dimasukkan ke dalam kavitas.

11 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Dapat juga digunakan salju karbondioksida (coz temperatur -78 derajat C mampu menembus restorasi penuh pada gigi untuk mendapatkan respon dari jaringan gigi yang terdapat dibawahnya. Tes panas : rasa sakit terbatas atau difus, kadang2 dirasakan di tmp lain. Tes panas dilkkn dg menngunakan gutapercha yang dipanaskan dan dimasukkan ke dalam kavitas atau kapas yang dibasahi air panas lalu dimasukkan ke dalam kavitas, atau dengan instrumen panas

Kemungkinan respon dari tes termal : 1. Tidak ada respon gigi non vital atau vital tp false respon. - respon negatif palsu : metamorfosis kalsium pd pulpa, mengenai gigi tetangga, apeks imature, trauma, premedikasi pd pasien - respon positif palsu : mengenai gingiva 2. Respon rasa sakit ringan sedang normal 3. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang dg cepat jk stimulus disingkirkan dr gigi reversible pulpitis 4. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang sec lambat jk stimulus disingkirkan dr gigi irreversible pulpitis Tes Kavitas Untuk menentukan vitalitas pulpa, dilakukan bila tes termal hasilnya meragukan dan belum pervorasi. Dilakukan dg mengebur sampai pertemuan enamel-dentin dg kecepatan rendah tanpa air pendingin sensitivitas nyeri mrp indikasi vitalitas pulpa. Merupakam alternatif terakhir metode penegakkan diagnosa Sering mengakibatkan kesalahan iatrogenik Tes jarum miller Dilakukan bila kavitas sudah pervorasi pulpa, merupakan kelanjutan dari tes kavitas. Bila gigi sudah karies profunda perforasi tes vitalitas yang dilakukan adalah tes jarum miller. Dengan cara memasukkan miller

12 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

kedalam kavitas, bila sakit hentikan, bila tidak sakit lanjutkan sampai panjang rata- rata gigi yang diperiksa, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang foto rontrgen Pengujian pulpa dengan elektrik. Lebih cermat dalam menentukan vitalitas gigi Tujuan menstimulasi respon pulpa dengan menggunakan arus listrik yang makin meningkat pada gigi. (+) bila ada respon artinya masih vital (-) bila tidak ada respon artinya gigi non vital - Tes anastesi Terbatas bagi pasien yg sedang merasa sakit pd wkt dites dan dengan tes yg biasa gagal utk memungkinkan seseorang mengidentifikasikan gigi yang sakit. Tujuan : menganestesi gigi tunggal bertutut-turut sampai rasa sakitnya hilang dan terbatas pada gigi/area tertentu Cara menggunakan injeksi infiltrasiatau intraligamen, lakukan injeksi pada gigi yg plg belakang pd daerah yang dicurigai sbg penyebab rasa sakit. Jk rasa sakit tetap stlh gigi dianestesi penuh lakukan anestesi pd gigi disebelahnya lanjutkan sampai rasa sakit hilang. Namun tes ini jarang digunakan. Pemeriksaan penunjang Radiografi Radiograf berisi informasi mengenai adanya karies yang dpt melibatkan pulpa .Radiografi tidak dapat menentukan apakah pulpa itu vital atau tidak, tetapi daapt mendeteksi perubahan2 yg mungkin terjadi pada perubahan degeneratif pulpa, lesi karies yg meluas, restorasi yang dalam dan meluas, tanduk pulpa, pulpotomi, pulp stones, kalsifikasi saluran akar yang meluas, resorbsi akar, radiolusensi area apeks, fraktur akar, menipisnya ligamen periodonsium, melihat kedalam masuknya miller dan adanya lesi periapikal.
13 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Dalam endodonti utk membantu menegakkan diagnosa, melihat inisial apikal file, master apikal cone, obturasi dan restorasi akhir, agar tdk terjadi kesalahan spt over instrumentasi, underfilling, dll a 2.3 Diagnosa Pada Bidang Konservasi Gigi Diagnosa Klinis Diagnosa klinis diperoleh dengan cara menganalisa hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dimulai dari pemeriksaan subjektif, objektif, tes vitalitas dan penunjang. Diagnosa klinik ini merupakan kelainan pulpa. Macam diagnosa klinik yaitu: 1. Pulpitis Reversible 2. Pulpitis Irreversible 3. Pulpitis Kronis Hiperplastis 4. Nekrosis Pulpa Parsialis 5. Nekrosis Pulpa Totalis Diagnosa Periapikal Diperoleh dengan cara menganalisa hasil pemeriksaan subjektif (pernah bengkak), pemeriksaan obyektif (perkusi dan tekanan), tes penunjang (ronsen periapikal). Macam kelainan periapikal, yaitu : 1. Dental Granuloma 2. Kista Periapikal 3. Abses Periapikal Kronis 4. Abses Periapikal Akut

2.4 Rencana Perawatan di Bidang Konservasi Gigi 1. 2. DHE Tumpatan

14 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

- Plastis KLAS I ( AMALGAM, GIC, SANDWICH) KLAS II (AMALGAM, KOMPOSIT, SANDWICH) KLAS III ( GIC, KOMPOSIT) KLAS IV (KOMPOSIT, SANDWICH) KLAS V (AMALGAM, GIC, KOMPOSIT) KLAS VI ( KOMPOSIT)

- Rigid INLAY (Klas I, Klas II) ONLAY MAHKOTA JAKET MAHKOTA PASAK MAHKOTA RICHMOND

3. Pulp capping 4. Pulpotomi 5. Perawatan saluran akar gigi vital Pulpektomi vital Pulpektomi devital Apeksogenesis 6. Perawatan saluran akar gigi non vital Pulpektomi non vital (endo intrakanal) Apeksifikasi

15 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Prosedur Penegakkan Diagnosa Skill lab oral diagnosa kali ini adalah di klinik konservasi gigi. Sebelum mulai memeriksa pasien, terlebih dahulu alat2 di persiapkan kan. Alat dan bahan yang dipakai antara lain: kaca mulut, sonde, pinset, ekscavator, probe, mata bur high speed & low speed, miller, baki, tempat tampon, petridish bersekat, tempat alkohol, botol & jarum irigasi, contra angle handpiece, saliva ejector, stick saliva ejector, gelas kumur, lap dada, masker, sarung tangan, bunsen, tampon, cotton roll, cotton pelet, alkohol, guta percha dan chlor etil. Setelah alat2 disteril kan dan di tata diatas meja kerja baru pasien dipersilah kan masuk. Identitas Pasien. Hal yang pertama dilakukan adalah menanyakan identitas pasien, yaitu nama ibu bur yasih, jenis kelamin perempuan, usia 65 th, pekerjaan pensiunan guru SMP, alamat jl kutai 167, jember. Elemen yang akan diperiksa adalah gigi 12. Pemeriksaan subjektif Dilakukan anamnesa tentang keluhan utama penderita, didapat: penderita datang dengan adanya lubang di gigi depan, pasien ingin gigi nya ditambal, pasien tidak pernah merasakan sakit sebelumnya. Gigi tersebut sebelumnya belum pernah dilakukan perawatan di dokter gigi. Dari riwayat medis didapat pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan sesak nafas, tidak ada alergi obat. Gejala subjektif , meliputi dingin, panas, manis, asam, tajam, linu, cekot- cekot, berulang, kemeng mengunya/ tekanan, spontan , setempat, menjalar semua 0 (tidak ada rasa sakit). Pemeriksaan objektif

16 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

meliputi ekstra oral dan intra oral, dari ekstra oral didapat tidak ada pembengkakan kelenjar limfa, pemeriksaan kelenjar limfa ini wajib dilkukan bila pasien mengeluhkan keluhan spontan. Sebelum memasuki intra oral, pasien dipersilahkan mengambil posisi di dental chair dan dipasangkan lap dada, lalu disuruh berkumur agar sisa makanan tidak tertinggal di rongga mulut. Operator mengambil tempat sesuai dengan gigi yang akan di periksa, gigi 12, yaitu disebelah kanan pasien, dan posisi diatur senyaman mungkin.

Gambar 3.1 Gambaran Klinis (labial) Karies Profunda Perforasi gigi 12

Gambar 3.2 Gambaran Klinis (palatal) Karies Profunda Perforasi gigi 12

17 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Dari pemeriksaan intra oral tidak ditemukan adanya pembengkakan intra oral dan fistula, gigi 12 karies klass III, karies profunda perforasi, karena saat diperiksa menggunakan probe masuk sampai 5mm. Tekanan, perkusi, palpasi tidak sakit. Tes tekanan dan perkusi 0 menunjukkan kemungkinan tidak ada kelainan periapikal. Tidak ada perubahan warna gigi, tidak ada kegoyangan maupun fraktur, gingiva mengalami resesi, termasuk resesi fisiologis karena pasien sudah berusia lanjut. Tidak ditemukan polip pulpa atau pun polip gingiva.

Gambar 3.3 Resesi gingiva fisiologis Untuk tes vitalitas karena gigi 21 karies profunda perforasi, tidak perlu dilakukan tes termal maupun tes kavitas, langsung dilakukan tes jarum miller, namun karena miller tidak bisa masuk, di buatkan cavity entrance. Setelah di buatkan cavity entrance, miller belum bisa masuk, bahkan walau orifice sudah terlihat miller tetap tidak bisak masuk sehingga kita tidak bisa menentukan gigi tersebut nekrosis pulpa parsial atau nekrosis pulpa totalis. Tahap selanjutnya adalah dilakukan pemeriksaan penunjang

18 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Pemeriksaan Penunjang Gambaran radiografi

Dari hasil gambaran radiografi didapatkan saluran akar atrofi atau terjadi penyusutan karena proses degeneratif (penuaan) pada pasien berusia lanjut. Seharusnya gambaran radiografi ini menunjukkan sejauh mana miller masuk ke apikal, namun karena terjadi penyempitan saluran akar fisiologis miller tidak bisa masuk. Lamina dura dan membran periodontal juga normal, tidak terdapat kelainan periapikal. 3.2 Hasil Diagnosa Diagnosa klinik : Nekrosis Pulpa Parsialis atau Nekrosis Pulpa Totalis Nekrosis Pulpa Parsialis jika ujung jarum miller belum mencapai apikal namun pasien sudah merasa sakit. Nekrosis Pulpa Totalis jika ujung jarum miller sudah mencapai apikal gigi dan pasien tidak merasa sakit. Diagnosa kelainan periapikal : 0 (tidak ditemukan kelainan periapikal) Dari tes perkusi maupun tekanan tidak didapati rasa sakit, dan pada pemeriksaan

19 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

penunjang dengan radiografi tidak didapati ada kelainan, daerah periapikalnya masih normal. 3.3 Rencana perawatan 1. DHE DHE dilakukan agar kebiasaan buruk pasien tidak terulang lagi. Dari hasil anamnesa didapati pasien hanya menyikat gigi satu kali sehari, yaitu saat pagi hari dan sering memakan permen di malam hari sampai tertidur. 2. Perawatan endo konvensional Dilakukan perawatan endo karena gigi tersebut gigi terletak pada lengkung yang benar dan masih dibutuhkan sehingga masih perlu dipertahankan,. Jika diagnosis klinik nekrosis pulpa parsialis, perawatan endo yang dilakukan adalah pulpektomi Dasar pertimbangan : Pada nekrosis pulpa parsialis, ada jaringan yang masih normal (belum nekrosis), sehingga diperlukan perawatan endo dengan anastesi, yaitu pulpektomi. Akar sudah tumbuh sempurna sehingga bisa dilakukan pulpektomi Jika diagnosis klinik nekrosis pulpa totalis, perawatan endo yang dilakukan adalah endo intra kanal Dasar pertimbangan : Pada nekrosis pulpa totalis, seluruh jaringan pulpa nekrosis, sehingga perawatan endo yang dilakukan tanpa menggunakan anastesi, yaitu endo intrakanal. Endo intrakanal bisa juga disebut sebagai pulpektomi non vital. Akar sudah tumbuh sempurna sehingga bisa dilakukan endo intra kanal

20 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

3. Restorasi tetap: mahkota pasak Dasar pertimbangan: kehilangan jaringan mahkota lebih dari dan gigi tersebut sudah terlalu rapuh sehingga tidak mungkin dilakukan restorasi kelas III

21 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

BAB IV KESIMPULAN Dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif didapatkan diagnosa Nekrosis Pulpa Parsialis atau Nekrosis Pulpa Totalis, dikarenakan saat pemeriksaan jarum miller, miller tidak bisa masuk karena ada pembuntuan sehingga tidak bisa ditentukan diagnosa tepatnya Rencana Perawatan dilakukan DHE pada pasien. Bila diagnosa Nekrosis Pulpa Parsialis dilakukan pulpektomi, bila Nekrosis Pulpa Totalis dilakukan endo intra kanal. Selanjutnya diberi restorasi tetap mahkota pasak.

22 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

DAFTAR PUSTAKA

Chaikumarn, M., 2004, Working Conditions and Dentists Attitude Towards Proprioceptive Derivation, Int. J Occup. Safety and Ergonomics (JOSE), 10 (2): 137. Gandavadi, A., 2007, Assessment of Dental Student Posture in Two Seating Conditions using RULA methodology A Pilot Study, British Dent. J., 203 (10): 601. Grossman, L.i., Oliet, S. And Del Rio. 1995. Endodontics Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea & febiger. Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan I. Jakarta : Widya Medika. Walton, R. And Torabinejad, M. 1996. Principles and Practice of Endodontics. 2nd ed. Philadelphia : W. B. Saunders Co.

23 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k I l m u K o n s e r v a s i G i g i Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Anda mungkin juga menyukai