KTI TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DALAM MENGGUNAKAN CAIRAN PEMBERSIH GENETALIA DI SMA NEGERI 1 GLENMORE KECAMATAN GLENMORE KABUPATEN BANYUWANGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak kaum hawa yang tidak percaya diri dengan area pribadi mereka. Karena itu mereka berlomba-lomba menggunakan sabun pembersih khusus untuk area pribadi. (sehingga mereka mudah tergoda dengan beragam produk yang ditawarkan di iklan (Junita, 2009).
Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Dalam keadaan normal vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi, bila ada infeksi atau keputihan yang tidak normal dapat menimbulkan bau yang mengganggu. Seperti bau yang tidak sedap, menyengat, dan amis yang disebabkan jamur, bakteri atau kuman lainnya. Jika infeksi yang terjadi divagina dibiarkan bisa masuk sampai kerahim (Junita, 2009).
1 Dari hasil penelitian yang dilakukan di Amerika mengungkapkan lebih dari 20 juta perempuan Amerika menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara rutin. Sekitar 37% perempuan Amerika yang berusia 15-44 tahun menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara teratur separoh dari perempuan yang menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara teratur seminggu sekali. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di Indonesia pernah menggunakan cairan pembersih dalam vagina yang telah menjadi bagian dari personal higienis mereka yang dilakukan secara rutin. Bahkan yang biasa digunakan adalah (51%) sabun (18%) pembersih cair dengan berbagai merek (Septian, 2009). Diketahui bahwa perempuan yang secara rutin menggunakan cairan pembersih kedalam vagina cenderung mempunyai lebih banyak masalah yang berhubungan dengan kesehatan vaginanya. Masalah masalah yang dapat ditimbulkan karena menggunakan cairan pembersih kedalam vagina adalah iritasi vagina, infeksi vagina serta dapat mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya.
Untuk menjaga organ intim wanita agar selalu sehat dan juga terhindar dari berbagai macam penyakit kelamin maka hindarilah penggunaan sabun apapun diwilayah vagina dan hindari penggunaan cairan kimia pewangi (cairan yang khusus untuk membersihkan vagina). Karena hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan flora dalam vagina. Jika terlalu sering menggunakannya, malah bisa membunuh bakteri baik yang terdapat di
vagina. Efeknya justru akan menimbulkan tumbuhnya jamur, sehingga akan timbul gatalgatal di daerah organ intim. Dan jangan pernah menyemprotkan minyak wangi ke dalam vagina (Septian, 2009).
Berdasarkan surve awal jumlah penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Jumlah remaja putri kelas 2 dan 3 banyak 204 orang. Jumlah remaja putra 186 orang. Jadi jumlah remaja total 390 orang. Dalam penelitian ini yang diambil adalah remaja putri yang menggunakan cairan pembersih genetalia sebanyak 51 responden.
Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan bagaimana cara merawat organ kewanitaan secara baik dan benar. Dengan adanya masalah tersebut peneliti ingin meneliti tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan permasalahan yaitu : Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dalam melaksanakan penelitian memiliki tingkat pengetahuan dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
2. Secara Praktis
Meningkatan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
3. Secara Teoritis
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah seseorang melakukan suatu pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan tejadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan pengecapan. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2005 : 3).
Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung 2 aspek positif dan aspek negatif. Ke-2 aspek inilah yang akan menentukan sikap sesorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek di ketahui maka menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tesebut.
Menurut Long yang di kutip oleh (NurSalam, 2003: 134), makin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menghadapi masalah yang di hadapi.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut (Notoadmodjo, 2005: 31), tahap pengetahuan di dalam domain kognitif terdiri dari 6 tahap :
1) Tahu ( Know )
Pengetahuan di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( Recall ) terhadap yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan
yang telah di terima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaska secara benar tentang obyek yang di ketahui dan dapat di interpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
3) Aplikasi ( Aplication )
Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real ( sebenarnya ). Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau kondisi yang lain.
4) Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti : pengelompokan, membedakan, dan sebagainya.
5) Sintesis ( Syntesis )
Sintesis adalah suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi - formulasi yang ada misal : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya. Terhadap suatu teori atau rumusan - rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian - penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada. c. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1) Usia
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan yang di dapat.
2) Pendidikan
Pendidikan sesorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan lingkungannya. Sehingga akan berbeda sikap orang yang berpendidikan lebih tinggi dengan yang berpendidikan rendah.
3) Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.
4) Media Massa Dengan masuknya tehnologi akan tersedia pula bermacam macam media massa. Media massa tersebut merupakan alat saluran (Channel) untuk menyampaikan sejumlah informasi sehingga mempermudah masyarakat menerima pesan. Dengan demikian akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inofasi baru (Notoadmodjo, 2005 : 13).
5) Sosial Budaya
Kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Setiap generasi selalu melanjutkan apa yang telah mereka pelajari dan juga apa yang mereka sendiri tambahkan dalam budaya tersebut. Kebudayaan juga sebagai jalan arah di dalam bertindak dan berfikir sesuai dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan demikian seseorang akan bertambah pula pengetahuannya.
Menurut (Arikunto, 2006 : 97), bahwa pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu : 1) Tingkat pengetahuan baik bila skore atau nilai 76 100 % 2) Tingkat pengetahuan cukup baik bila skore atau nilai 56 75 % 3) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skore atau nilai 40 55 %
4) Tingkat pengetahuan tidak baik bila skore atau nilai < style="">
2. Konsep Remaja
a. Pengertian Remaja
Secara psikologis remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya tentang masalah hak (Elizabeth B. Hurlock, 1999).
1) Individu berkembang saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anakanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Menurut pendapat Friedman yang dikutip oleh Hendriati Agustiani masa remaja merupakan masa remaja transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang jelas tampak adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara koknitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepas diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.
1) Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan
fisik
mengalami
perubahan
dengan
cepat,
lebih
cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat ini, remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak.
2) Perkembangan Seksual
Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri.
Ciri ketiga menyangkut hubungan sebab dan akibat. Disini remaja sudah berpikir sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil.
Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Emosi remaja kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis.
Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti, kemudian melarangnya, akan menimbulkan masalah, dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orang tuanya.
Pada masa ini remaja mulai mencari perubahan dari lingkunganya, berusaha mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja dikampung-kampung
yang diberi peranan remaja akan berusaha mencari peranan diluar rumah bila orang tua tidak memberi peranan kepadanya karena menganggapnya sebagai anak kecil.
Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomor duakan sedangkan kelompoknya dinomor satukan (Zulkifli, 2001).
3. Konsep Pembersih
Tinggal didaerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat, keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap serta infeksi, untuk itulah kita perlu menjaga keseimbangan ekosistem vagina.
Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina. Ekosistem ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu pathogen dan laktobasillus (bakteri baik) jika keseimbangan ini terganggu , baktei laktobasillus akan mati dan bakteri pathogen akan tumbuh subur dan bakteri pathogen ekosistem vagina adalah penggunaan sabun pembersih organ intim yang terlalu sering. Sangat banyak pilihan produk pembersih vagina di pasaran, bahkan, hampir setiap hari
bermunculan iklan yang menawarkan khasiat ampuh produk pembersih vagina itu. Dari sekian banyak merek yang beredar rata-rata memiliki tiga bahan dasar.
1) Yang berasal dari ekstrak daun sirih yang sangat efektif sebagai anti septik, membasmi jamur candida albicans dan mengurangi sekresi cairan pada vagina. Jika pembersih berbahan daun sirih ini digunakan dalam waktu lama, semua bakteri di vagina ikut mati, termasuk bakteri laktobasillus sehingga keseimbangan ekosistem menjadi terganggu.
2) Produk - produk pembersih kewanitaan yang mengandung bahan providone. Bahan ini merupakan anti infeksi untuk terapi jamur dan berbagai bakteri. Efek samping yang mengandung bahan ini adalah reaksi alergi berat. Biasanya mengandung providone iodine sekitar 1% yang tergolong antiseptik kuat.
3) Produk yang merupakan kombinasi laktoserum dan asam laktat laktoserum berasal dari hasil fermentasi susu sapi dan mengandung senyawa laktat - laktosa sebagai nutrisi yang diperlukan untuk ekosistem vagina. Sedangkan asam laktat berfungsi menjaga tingkat PH di vagina pada kisaran 3,8 4,2.
Didalam vagina terdapat berbagai macam bakteri 95% laktobasillus, 5% Pathogen, dalam ekosistem vagina seimbang, bakteri pathogen tidak akan mengganggu. Misalnya tingkat keasaman menurun. Pertahanan alamiah turun dari rentan mengalami infeksi (Junita, 2009).
Sedangkan penggunaan sabun pembersih vagina secara berlebihan, dapat mengurangi keasaman vagina, sehingga mudah terinfeksi pada area pribadi wanita.
Karena sabun umumnya bersifat basa yang tidak sesuai dengan daerah pribadi yang bersifat asam (Septian, 2009).
Kebiasaan menjaga kebersihan organ - organ seksual atau reproduksi merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan kita. Apalagi kita tinggal di daerah tropis yang panas dan membuat kita berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup seperti itulah bakteri mudah berkembang biak hingga menimbulkan bau dan penyakit. Karena itu kita harus menjaga, antara lain dengan cara :
2) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah buang air kecil
3) Mencuci bagian - bagian luar organ - organ seksual kita dengan air
jika tidak wilayah rahasia kita berpotensi ditumbuhi sejenis jamur atau kutu yang dapat menimbulkan gatal cara menjaga kebersihan saat menstruasi.
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi karena itu kebersihan wilayah kewanitaan kita harus lebih dijaga karena kuman masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Untuk menjaga kebersihan gantilah pembalut secara teratur 3 sampai 4 kali sehari atau setelah buang air kecil dan mandi untuk menghindari pertumbuhan bakteri, sebaiknya pilih pembalut yang lembut, dapat menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang bikin alergi (Misalnya parfum atau Gel) dan dapat melekat dengan baik pada pakaian dalam (Septian, 2009).
1) Faktor Intern
Faktor intern dalam hal ini adalah pengetahuan yang merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2005).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang dimana perilaku yang didasari oleh pengetahuan kesadaran
dan sikap yang positif maka perilaku akan bersifat langgeng. Pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman yang dapat berasal dari media masa elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat (Latipun, 2001).
2) Faktor Ekstern
a) Lingkungan
Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada diri individu dan berperilaku. Lingkungan turut berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia. Lingkungan dapat di golongkan menjadi :
keluarga, sekolah dan masyarakat termasuk didalamnya kebudayaan, agama, taraf kehidupan dan sebagainya.
manusia yang turun memberi warna pada jiwa manusia yang berada disekitarnya.
Latar geografis turut mempengaruhi corak kehidupan manusia masyarakat yang tinggal di daerah pantai mempunyai keahlian,
kegemaran dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia yang tinggal di daerah gersang. dengan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku manusia sehingga kenyataanya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya (Purwanto,1999).
b) Keputihan
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah, keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan menjelang menstruasi, pada saat keinginan seks meningkat dan pada waktu hamil, penyebab keputihan antara lain adanya infeksi, benda asing. (Manuaba, 2002) Menurut Dr. Boyke Dian Nugroho, Sp.Og, ada dua jenis keputihan.
(1) Fisiologis
Dengan Ciri
hormonal
ketat.
(2) Patologis
Dengan Ciri
(Septian,2009)
B. Kerangka Konseptual
Keterangan : = Variabel yang tidak diteliti = Variabel yang diteliti Sumber : Modifikasi Arikunto (2006) dan Manuaba (2002). Gambar : 1. kerangka konseptual variabel penelitian Penjelasan : Dalam penelitian kerangka konseptual variabel yang tidak diteliti Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan terdiri dari : Usia, Pendidikan, Pengalaman, Media massa, Sosial budaya Sedangkan variabel yang diteliti Faktor penyebab menggunakan cairan pembersih genetalia terdiri dari : lingkungan manusia, lingkungan benda, lingkunga geografis dan keputihan fisiologis, keputihan patologis Serta
tingkat pengetahuan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia dengan kriteria : baik, cukup baik, kurang baik, tidak baik.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancang Bangun ini adalah sesuatu yang vital dalam penelitian, yang memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi validitas suatu hasil (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Jenis penelitian kuantitatif yang berbentuk angka, desain dalam penelitian ini adalah suatu metode penelitian deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran suatu keadaan secara obyektif (Notoadmodjo, 2005 : 138).
1. Variabel
Variabel penelitian adalah suatu variabel yang digunakan sebagai ciri / sifat / ukuran yang dimiliki / didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu / variabel penelitian (Notoadmodjo, 2005 : 70). Penelitian ini variabelnya adalah tingkat pengetahuan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia.
21
2. Definisi Operasional Definisi Operasional menjelaskan semua variabel dan istilah yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga memudahkan pembaca atau penguji dalam mengingatkan makna penelitian
Hasil dari tahu yang o Baik 76-100% terjadi setelah seseorang melakukan suatu o Cukup baik 56-75% pengindraan terhadap penggunaan cairan o Kurang baik 40-55% pembersih genetalia Sumber : Notoadmojdo o Tidak baik <40% (2005) Sumber : Arikunto (2006)
C. Populasi
Populasi
adalah
keseluruhan
obyek
penelitian
atau
obyek
yang
diteliti
Dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu remaja putri yang menggunakan cairan pembersih genetalia sebanyak 204 orang di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi.
D. Sampel
Sampel adalah sebagian / wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006 : 113). Jika subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan
penelitian populasi tetapi jika subyeknya lebih dari 100 diambil 10 15% atau 20 25%. Dalam penelitian ini sampelnya adalah 51 orang.
1. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Merupakan karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003 : 96).
b. Kriteria Eklusi
Yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Dalam penelitian ini kriteria eklusinya yaitu :
2. Besarnya Sampel
Besarnya sampel adalah besar kecilnya sampel atau banyak sedikitnya sampel yang di ambil dari populasi (Notoadmodjo, 2005). Untuk menentukan besarnya sampel menggunkan rumus :
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar sampel
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam,2003 : 97). Dalam penelitian ini menggunakan jenis random sampling dengan teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel secara acak stratifikasi.
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian Penelitian pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Agustus 2009.
Pada penelitian ini data diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada responden. Sebelumnya responden diberi penjelasan perihal penelitian yang akan dilakukan bila responden bersedia maka diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang telah disediakan.
1. Editing Memeriksa kembali semua data yang telah terkumpul melalui kuesioner dan memastikan semua jawaban responden terisi sesuai pernyataan, selama pengisian kuesioner peneliti mendampingi sehingga apabila hal-hal yang kurang jelas dapat langsung ditanyakan kepada peneliti. Setelah kuesioner diisi oleh responden, dikumpulkn kembali pada peneliti untuk diperiksa. 2. Coding Memberikan kode pada jawaban responden dengan memberi kode 1,0 sesuai dengan kategori.
3. Transfering Memindahkan jawaban dalam media tetentu (master sheet). 4. Tabulating Yaitu menyusun data dalam bentuk tabel-tabel (dummy table).
Setelah dilakukan editing,koding, transfering, tabulating untuk memberi kode jawaban responden. Untuk pengetahuan angka satu (1) untuk jawaban ya dan (0) untuk jawaban tidak, kemudian ditabulasi kedalam tabel. Selanjutnya data di analisa menggunakan teknik deskriptif dengan prosentase yaitu menggunakan rumus :
Keterangan :
P : Prosentase
76 % - 100% : Baik
(Arikunto, 2006).
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, penelitian mengajukan ijin kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Glenmore, Kabupaten Banyuwangi untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian agar dapat mengirimkan kuesioner pada subyek yaitu siswi di SMA Negeri 1 Glenmore Kabupaten Banyuwangi dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
Diberikan kepada responden jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan peneliti menghormati haknya.
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak mencantumkan nama subyek, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informan yang jelas diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.
I. Keterbatasan Penelitian
1. Alat Ukur
Pengumpulan data dengan angket yang dipengaruhi oleh sikap dan harapan yang bersifat subjektif, sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang terbatas mempengaruhi jumlah sampel yang didapat, sehingga hasilnya kurang maksimal.
BAB 4
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Data diambil pada bulan Juli 2009 dengan responden sebanyak 51 orang pada siswi kelas 2 dan 3 di SMA Negeri 1 Glenmore. Dimana responden berumur antara 16 18 tahun.
1. Gambaran umum lokasi penelitian SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi.
f.
28
Staf TU : 8 Orang Sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 15 kelas, 1 Laboratorium bahasa Inggris, 1 Perpustakaan dan 3 Kantin
Analisa data dalam penelitian ini di tabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi kemudian dihitung menurut jumlah dan presentase lalu disajikan dalam bentuk deskriptif dan langkah berikutnya menjelaskan hasil pegolahan data secara naratif.
2. Data Umum
Dari tabel penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri tentang kriteria usia remaja putri di dapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi umur remaja putri kelas 2 dan 3 usia (16 - 18) di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. No 1 2 3 Umur (Tahun) 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun Total Sumber : Data Penelitian 2009 Jumlah 24 16 11 51 Prosentase 47,05% 31,38% 21,57% 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa remaja putri kelas 2 dan 3 yang berumur 16 tahun sebanyak 24 orang (47,05%) yang berumur 17 tahun sebanyak 16 orang (31,38%) dan yang berumur 18 tahun sebanyak 11 orang (21,57%).
3. Data Khusus
Dari tabel penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi tingkat pengetahuan remaja putri kelas 2 dan 3 dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. No Tingkat Pengetahuan Remaja Putri 1 2 3 4 Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Total Sumber : Data Penelitian 2009 8 15 26 2 51 15,69% 29,41% 50,98% 3,92% 100% Jumlah Prosentase
Dapat diketahui berdasarakan tabel diatas bahwa memiliki tingkat pengetahuaan baik sebanyak 8 (15,69%) responden, yang memiliki tingkat pengetahuan cukup baik 15 (29,41%) responden, yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik 26 (50,98%) responden dan yang memiliki tingkat pengetahuan tidak baik 2 (3,92%) responden.
b. Alasan Lingkungan
Dari hasil penelitian tentang alasan lingkungan sebagai faktor penyebab penggunaan cairan pembersih genetalia didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi pendapat remaja putri kelas 2 dan 3 dalam menggunakan cairan pembersih genetalia dengan alasan lingkungan di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. No 1 2 3 Alasan Lingkungan Orang tua, teman, media massa Dia Sendiri Memilih dua pilihan Jumlah 35 7 9 Prosentase 68,6% 13,7% 17,7%
51
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui alasan remaja putri yang memakai cairan pembersih genetalia karena orang tua, teman, media massa. Sebanyak 35 (68,6%) responden, diri sendiri sebanyak 7 (13,7%) responden dan yang memilih dua pilihan sebanyak 9 (17,7%) responden.
c. Alasan Keputihan
Dari hasil penelitian tentang alasan keputihan sebagai faktor penyebab penggunaan cairan pembersih genetalia didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.3 Ditribusi pendapat remaja putri kelas 2 dan 3 dalam menggunakan cairan pembersih genetalia dengan alasan keputihan di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. No 1 2 Alasan Keputihan Memakai cairan pembersih genetalia Tidak memakai cairan pembersih genetalia Total Sumber : Data Penelitian 2009 Jumlah 36 15 51 Prosentase 70,59% 29,41% 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui alasan remaja putri yang memakai cairan pembersih genetalia sebanyak 36 (70,59%) responden. Sedangkan yang tidak memakai cairan pembersih genetalia sebnayak 15 (29,41%) responden.
B. Pembahasan
Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian tentang faktor penyebab remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia. Adapun tujuan pembahasan adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
Berdasarkan tabel 4.1 mengenai tingkat pengetahuan tentang cairan pambersih genetalia yang termasuk dalam kategori kurang baik 26 responden (50,98%). Dari jumlah kuesioner yaitu 20 pertanyaan yang termasuk dalam kategori kurang baik, pertanyaan tentang fungsi ekstrak daun sirih sebanyak 28 responden (54,90%), tentang ekosistem vagina dan penyebab keputihan sebanyak 26 responden (50,98%), tentang keputihan yang gatal dan berbau sebanyak 25 responden (49,02%), tentang penyebab iritasi 23 responden (45,09%), tentang kuman dan bakteri dapat hidup subur jika keasaman vagina berkurang dan macam macam bakteri dalam vagina sebanyak 21 responden (41,17%). Menurut (Notoadmodjo, 2003 : 122). Dapat dilihat bahwa remaja putri yang mempunyai tingkat pengetahuan dalam kategori kurang baik lebih banyak dibanding kategori yang lain. Ini dapat terjadi karena kurangnya informasi yang didapat. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber misalnya : media massa, media elektronik, buku petunjuk, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu sehingga seorang berprilaku didasari oleh pengetahuan tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya jika tidak didasari oleh pengetahuan tersebut tidak akan berlangsung lama.
Para remaja putri yang termasuk dalam kategori cukup baik yaitu sebanyak 15 responden (29,41%) dari jumlah kuesioner yaitu 20 pertanyaan yang termasuk dalam kategori cukup baik, pertanyaan tentang selalu menggunakan cairan pembersih jika keputihan sebanyak 36 responden (70,58%), tentang cara menjaga organ kewanitaan dengan baik dan infeksi karena keputihan sebanyak 34 responden (66,66%), tentang pengertian keputihan sebanyak 32 responden (62,74%), tentang PH dalam vagina sebanyak 31 responden (60,78%), tentang pengaruh sabun pembersih terhadap keasaman vagina sebanyak 29 responden (56,86%). Menurut (Notoadmodjo, 2003 : 120). Menunjukan tingkat pengetahuan cukup baik berarti mereka mampu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya ini dimungkinkan karena respon dari responden kurang baik dalam penerimaan materi. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang bersangkutan, misalnya tingkat kecerdasan atau tingkat emosional seseorang. Jadi meskipun stimulasi sama bagi beberapa orang namun responden tiap tiap orang akan berbeda.
Para remaja putri yang termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 8 responden (15,69%) dari jumlah kuesioner yaitu 20 pertanyaan termasuk dalam kategori baik, pertanyaan merawat organ intim dengan baik dan benar sebanyak 50 responden (98,04%), tentang informasi dari orang tua, teman dan media masa sebanyak 43 responden (84,31%), tentang sifat sabun pembersih bersifat basa sebanyak 42 responden (82,35%), tentang efek samping penggunaan sabun pembersih sebanyak 39 responden (76,47%). Menurut (Notoadmodjo, 2003 : 123). Menunjukkan tingkat pengetahuan baik berarti mereka mempunyai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
Sedangkan para remaja putri yang termasuk dalam kategori tidak baik yaitu sebanyak 2 responden (3,92%), dari jumlah kuesioner yaitu 20 pertanyaan yang termasuk dalam kategori tidak baik, pertanyaan perbedaan keputihan normal dan abnormal sebanyak 6 responden (31,37%), tentang penggunaan sabun berdasarkan keinginan diri sendiri sebanyak 15 responden (29,41%), tentang ciri ciri keputian sebanyak 9 responden (17,64%). Tingkat pengetahuan tidak baik berarti mereka tidak mempunyai kemampuan untuk memjabarkan materi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, cara fikir dan keyakinan yang dimiliki oleh masing - masing remaja berbeda sehingga remaja putri sulit untuk menerima hal hal yang baru yang diperkenalkan oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga dapat terjadi karena kurangnya informasi yang didapat (Notoadmodjo, 2003 : 124). Tingkat pengetahuan remaja putri tentang cairan pembersih genetalia berbeda beda, hal ini dapat mempengaruhi remaja putri untuk menggunakan atau tidak menggunakan cairan pembersih genetalia. Sebagian besar remaja putri mempunyai pengetahuan yang kurang baik ini dapat dipengaruhi oleh usia remaja putri yang berkisar antara 16 18 tahun. Selain itu karena remaja putri tersebut masih dalam jenjang SMA yaitu siswi kelas 2 dan 3, dimana jenjang tersebut belum ada pendidikan mengenai kesehatan reproduksi wanita. Sehingga pengetahuan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia.
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil 35 remaja putri (68,6%) memakai cairan pembersih karena orang tua, teman dan media massa, 9 remaja putri (17,7%) memakai karena orang tua dan diri sendiri dan 7 remaja putri (13,7%) memakai cairan pembersih karena diri sendiri.
Lingkungan adalah segala apa yang berpengaruh pada individu dan berprilaku. Karena turut mempengaruhi perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia, lingkungan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu lingkungan manusia, lingkungan benda dan lingkungan geografis. Ketiga lingkungan tersebut saling mempengaruhi, sehingga dapat mempengaruhi prilaku manusia dan kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai mahkluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya. (Purwanto, 1999).
Dari data diatas yaitu alasan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia karena lingkungan. Dimana orang tua dan teman memakai cairan pembersih tersebut sehingga remaja putri terpengaruh untuk menggunakannya. Di dukung dan berbagai media massa yang mempromosikan produk produk tersebut sehingga remaja putri terpengaruh untuk menggunakannya. Oleh karena itu lingkungan merupakan faktor penyebab remaja putri menggunakan cairan pembersih genetelia.
Berdasarkan tabel 4.3 di dapatkan hasil 36 remaja putri (70,59%) memakai cairan pembersih genetalia karena keputihan dan 15 remaja putri (29,41%) tidak memakai cairan pembersih genetalia.
Secara psikis menjadi cantik luar dan dalam umumnya didambakan oleh setiap wanita. Selain faktor penampilan dan kepribadian, sebaiknya wanita juga memperhatikan kesehatan terutama mengenai kesehatan reproduksi wanita yang sering dikeluhkan adalah keputihan. Tidak jarang keputihan dapat begitu mengganggu hingga menyebabkan ketidak nyamanan dalam malakukan aktivitas sehari hari (Ayurai, 2009).
Dalam keadaan normal, vagina memproduksi cairan yang berwarna bening tidak berwarna dan jumlahnya tidak berlebihan. Jika sifatnya abnormal yang dapat menimbulkan gejala gejala yang dapat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan hingga kehijauan, jumlah berlebih, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal dan menimbulkan luka didaerah mulut vagina. Jika itu yang terjadi, lebih baik konsultasi kedokter kandungan. Dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium dengan cara mengambil sedikit cairan untuk diperiksa (Junita, 2009).
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia karena keputihan. Remaja putri menggunakan cairan pembersih tersebut agar daerah intim mereka tidak berbau, bersih, wangi dan nyaman. Selain itu mereka menggunakan cairan pembersih tersebut karena banyak media massa yang mempromosikan produk produk tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keputihan merupakan salah satu penyebab remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia.
4. Keterbatasan
b. Jawaban pada kuesioner kurang valid, karena dalam menjawab kuesioner ada kemungkinan jawaban dipengaruhi oleh orang lain.
c. Kemampuan dan pengetahuan peneliti sebagian peneliti pemula sehingga hasil masih jauh dari kesempurnaan.
BAB 5
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari penelitian dan saran yang dapat diberikan oleh penulis.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah responden 51 orang yang di ambil bulan Juli 2009 yaitu sebagian besar remaja putri di SMA Negeri 1 Glenmore mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang cairan pembersih genetalia. Hal ini ditunjukan dengan prosentase 50,98%.
B. Saran
Hasil penelitian hendaknya dapat dijadikan sebagai gambaran bagi peneliti lain dan dapat dikembangkan lebih dalam mengingat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti.
Diharapkan berusaha menambah pengetahuan melalui berbagai media informasi (cetak dan elektronik).
39
Informasi tentang penggunaan cairan pembersih genetalia harus tetap disosialisasikan lebih luas
dan lebih optimal dan tenaga kesehatan hendaknya meningkatkan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya remaja putri bahwa penggunaan cairan pembersih genetalia secara rutin dapat menimbulkan masalah dengan kesehatan organ intim pada wanita.
DAFTAR PUSTAKA
Ayurai, (2002). Hubungan Antara Volua Hygienes Dengan Kejadian Keputihan. (http://www.situskespro.com. Diakses 6 April 2009) Elizabeth, Hurlook, (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Tentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Junita, (2009). Kesehatan Vagina. (http://www.dechacare.com. Diakses 17 Januari 2009)
Maimunah, S. (2005). Kamus Istilah Kebidanan. Jakarta : EGC. Manuaba, IBG. (2003). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Ercon. Notoadmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip Dasar). Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoadmodjo, (2005). Metodologi Konseling. Malang: UMM press.
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Septian, (2009). Cara merawat Organ Intim dengan Baik dan Benar. (http://ti-an.co.cc. Diakses 10 Februari 2009). Purwanto. (1999). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC.