II.2
Gambar 2.3. Urutan Prosedur Dalam Analisis Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah
L an g k a h 9 - 13
P e n g g u n a a n h a s il p e n y u s u n a n p ro fil s e b a g a i in p u t a w a l a n a lis is
A n a lis is p e m b a n g u n a n d a n p e n g e m b a n g a n p e ru m a h a n d a n p e rm u k im a n d e n g a n m e n g g u n a k a n m e to d e y a n g te p a t
L A N G K A H 9 - 1 3 A N A L IS IS K E B U T U H A N P E M B A N G U N A N & P E N G E M B A N G A N P E R U M A H A N & P E R M U K IM A N D A E R A H
2-47
Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Kabupaten
Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang terhadap Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah merupakan kajian atas pengaruh kebijakan tata ruang yang ditetapkan dalam RTRW terhadap permasalahan perumahan dan permukiman yang mungkin timbul dan kebutuhan program yang harus dikembangkan. TUJUAN Menentukan pengaruh kebijakan tata ruang yang berimplikasi terhadap permasalahan pembangunan dan perkembangan perumahan dan permukiman yang mungkin timbul, dan program pengembangan perumahan dan permukiman yang harus dilakukan MANFAAT Sebagai dasar pengambil keputusan dalam menentukan arahan ruang pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman , serta menjadi input bagi: Perumusan Arahan Perkembangan Fisik Kota (Langkah 14a) Perumusan arahan struktur perumahan dan permukiman (Langkah 14b) Perumusan visi dan misi pembangunan dan pengembangan (Langkah 17)
Langkah 9
2-48
Kegiatan yang dilakukan : 9a. Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Struktur Permukiman Wilayah Kabupaten Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan data mengenai : Peta Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten, yang tercantum dalam RTRW Kabupaten, dari Profil Kebijakan Tata Ruang Daerah yang diperoleh pada langkah 5. Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di kabupaten, dari langkah 5b. Data penetapan pusat pengembangan / kegiatan kabupaten dengan fungsi strategis (kawasan agropolitan, perkebunan, pesisir, lindung, dan kawasan lainnya; beserta fungsi khususnya), berupa uraian dan peta, yang diperoleh dari profil kebijakan penataan ruang, RTRW Kabupaten, dari langkah 5. 2. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang kabupaten yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten pada kawasankawasan tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll) terhadap struktur permukiman di wilayah kabupaten, atas : Permasalahan permukiman yang mungkin timbul akibat penetapan pusat pengembangan kegiatan kabupaten Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang diperlukan untuk mendukung pusat pengembangan kegiatan kabupaten, serta menyelesaikan permasalah yang timbul. 3. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang kabupaten yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten pada kawasankawasan tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll) terhadap permukiman perkotaan di wilayah kabupaten, atas : Permasalahan permukiman yang mungkin timbul akibat penetapan pusat pengembangan kegiatan kabupaten
Keluaran: Implikasi kebijakan tata ruang terhadap: Permasalahan permukiman Program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman
Implikasi Kebijakan Tata ruang terhadap permukiman perdesaan Kabupaten difokuskan pada kawasan khusus, misalnya kawasan pesisir, nelayan, transmigrasi, dsb, dan ditetapkan arahan umumnya dalam RP4D Kabupaten.
2-49
Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang diperlukan untuk mendukung pusat pengembangan kegiatan kabupaten, serta menyelesaikan permasalah yang timbul. Sebagai gambaran, permasalahan yang mungkin timbul dan kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, di wilayah kabupaten secara umum maupun di wilayah perkotaan kabupaten, dapat dilihat pada Contoh 2.49. Prosedur kegiatan 9 ini secara diagramatis dapat dilihat pada gambar 2.4. 9B. Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Wilayah Perkotaan Kabupaten Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan data mengenai : Peta Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten, yang tercantum dalam RTRW Kabupaten, dari Profil Kebijakan Tata Ruang Daerah yang diperoleh pada langkah 5. Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di kabupaten, dari langkah 5b. Data penetapan pusat pengembangan / kegiatan kabupaten dengan fungsi strategis (kawasan agropolitan, perkebunan, pesisir, lindung, dan kawasan lainnya; beserta fungsi khususnya), berupa uraian dan peta, yang diperoleh dari profil kebijakan penataan ruang, RTRW Kabupaten, dari langkah 5. Penetapan wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 5d. Data mengenai profil umum perumahan dan permukiman wilayah kabupaten, dari langkah 7a. Data mengenai profil perumahan dan permukiman wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 7b. 2. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang kabupaten yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten pada kawasankawasan tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll) terhadap permukiman perkotaan di wilayah kabupaten, atas :
2-50
Karakteristik Pemilihan Wilayah Perkotaan Kabupaten Profil kebijakan penataan ruang kota/ kabupaten, langkah 5 - Rencana struktur ruang - Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di kabupaten - kebijakan pusat pengembangan / kegiatan kabupaten dengan fungsi strategis dan khusus
- Profil umum perkim wilayah kabupaten, dari langkah 7a. - Profil perkim wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 7b. Implikasi Kebijakan Tata Ruang terhadap : - Permasalahan permukiman yang mungkin timbul - Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perkim Di wilayah kabupaten secara umum dan wilayah perkotaan kabupaten
2-51
Contoh 2.49. Tabel Permasalahan yang Mungkin Timbul dan Kebutuhan Program Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman sebagai Implikasi Kebijakan Tata Ruang di Wilayah Perkotaan dan Wilayah Kabupaten Secara Umum
Kawasan Permukiman Kabupaten Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan Agropolitan / Pertanian Rendahnya kualitas permukiman perdesaan Rendahnya pelayanan PSU Kawasan Industri Tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh Rendahnya pelayanan PSU Pembangunan rumah susun sewa rusunawa Pengembangan KASIBA/LISIBABS Peningkatan kualitas lingkungan permukiman Kawasan Nelayan Tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh Rendahnya pelayanan PSU Peningkatan kualitas lingkungan permukiman nelayan Kawasan Lindung & Rawan Bencana Permukiman kumuh dan ilegal Rendahnya pelayanan PSU
No
Implikasi Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten terhadap : 1 Permasalahan Permukiman Kabupaten yang mungkin dan atau telah timbul
Pembangunan rumah susun sewa rusunawa Pengembangan pusat-pusat kegiatan di wilayah lain kabupaten untuk mengantisipasi arus urbanisasi Peningkatan kualitas permukiman
Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana
2-52
Langkah 10
2-53
Kegiatan yang dilakukan : 10a. Analisis wilayah terlarang untuk pembangunan perumahan (negative list) Prosedur yang dilakukan : 1. Gunakan hasil kompilasi data atas peta kesesuaian lahan kabupaten, profil kebijakan tata ruang kabupaten (RTRW kabupaten) dari langkah 5. 2. Buat daftar negatif list pengembangan permukiman yang terdiri dari : guna lahan/kawasan lindung pada peta tersebut, yang termasuk dalam kawasan negative list yang terlarang bagi pengembangan kawasan permukiman. (kriteria kawasan lindung dapat dilihat pada box di bawah ini) kawasan yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah, RTRW, sebagai kawasan dengan fungsi khusus dan strategis, seperti : kawasan agropolitan, kawasan militer, kawasan industri besar,dan lahan dengan penguasaan besar . 3. Sebutkan sebaran lokasi/tempat negative list tersebut. 4. Tunjukkan kawasan/guna lahan negative list dan sebaran lokasinya pada peta, seperti pada Contoh 2.50. Prosedur kegiatan 10a ini dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Keluaran: Daftar dan sebaran kawasan atau guna lahan yang termasuk dalam negative list / terlarang untuk dikembangkan menjadi permukiman
Kriteria kawasan lindung yang menjadi negative list pengembangan permukiman, mengacu pada Keppres No. 32 Tahun 1990, mengenai Penetapan Kawasan Lindung, dengan jenis kawasan lindung berikut: 1. Kawasan Hutan Lindung 2. Kawasan Suaka Alam & Cagar Budaya (Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional ) 3. Kawasan rawan bencana alam (rawan letusan gunung api, gempa bumi, tanah longsor, gelombang pasang dan banjir) 4. Waduk / danau / bendungan dan sekitar mata air 5. Sungai & sempadannya 6. Kawasan pesisir
2-54
2-55
10b.
Keluaran: Luas dan sebaran lahan bagi pengembangan kawasasan permukiman & infrastruktur baru Jumlah rumah yang dapat ditampung
Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan data mengenai : Data luas dan sebaran (& peta) permukiman eksisting, dari langkah 7 Data luas dan sebaran (& peta) kesesuaian lahan permukiman yang dapat dikembangkan berdasarkan ketentuan kesesuaian lahan, dari langkah 5 Ketentuan perbandingan antara luas lahan permukiman dengan PSU, yang terdapat dalam RTRW (bila terdapat ketentuan), dari langkah 5. Hasil penetapan delineasi wilayah perkotaan kabupaten dari langkah 9.. 2. Luas Lahan bagi perumahan dan permukiman di lahan yang sesuai untuk peruntukan permukiman dan masih belum terbangun per kecamatan, berdasarkan rumus berikut. Luas Lahan Perumahan & Permukiman = Luas lahan yang sesuai untuk permukiman Luas lahan permukiman terbangun yang terletak di kawasan yang sesuai untuk permukiman.....................................................(rumus 1) 3. Petakan wilayah yang disediakan lahan perumahan dan permukimannya bagi kawasan permukiman baru dan PSU baru di wilayah perkotaan kabupaten seperti pada Contoh 2.51. Hitung perbandingan luas lahan bagi permukiman dan PSU dengan ketentuan komposisi perbandingan, dapat dilakukan dengan asumsi berikut : Menggunakan ketentuan proporsi perbandingan sesuai yang ditetapkan dalam RTRW kabupaten, seperti pada Gambar 2.6.
4.
2-56
Luas lahan bagi permukiman baru =X% Luas lahan bagi permukiman & infrastruktur baru = 100 %
Bila pada RTRW kabupaten tidak ditentukan asumsi proporsi tersebut, maka dapat menggunakan proporsi 70 % : 30 % (luas permukiman : luas PSU), seperti pada diagram berikut :
Gambar 2.7 Ketentuan Proporsi Perbandingan Luas Lahan Permukiman Baru danLuas Lahan PSU dengan Asumsi Perbandingan 70 % : 30 %
2-57
CONTOH 2.51. Peta Lokasi Lahan/ Kawasan Daya Tampung Pembangunan Permukiman dan PSU Baru di Wilayah Perkotaan Kabupaten
2-58
5.
Hitung daya tampung perumahan dan permukiman, dengan menghitung jumlah rumah yang dapat dibangun pada lahan yang dapat dikembangkan menjadi permukiman baru dengan asumsi luas lahan berdasarkan proporsi 1 : 3 : 6 sebagai berikut : type kecil 200 m2 (proporsi 6), menengah 400 m2 (proporsi 3) dan type besar 600 m2 (proporsi 1). 6. Tabulasikan hasil hitungan luas lahan dan daya tampung (jumlah rumah baru) tersebut seperti pada Contoh 2.52. Prosedur pada kegiatan 10c ini dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Prosedur 10c - Analisis Daya Tampung Perumahan dan Permukiman pada Wilayah Perkotaan Kabupaten
Data luas dan sebaran (& peta) permukiman eksisting, dari langkah 7
Data luas dan sebaran (& peta) kesesuaian lahan permukiman yg dapat dikembangkan, dari langkah 5
Hitung luas dan sebaran ketersediaan lahan bagi permukiman dan infrastruktur baru per kecamatan
Luas dan sebaran ketersediaan lahan bagi permukiman dan infrastruktur baru per kecamatan
Asumsi perbandingan luas rumah : type kecil 200 m2 (proporsi 6), menengah 400 m2 (proporsi 3) dan type besar 600 m2 (proporsi 1).
Hitung perbandingan luas lahan bagi permukiman dan PSU dengan ketentuan komposisi perbandingan Asumsi perbandingan luas lahan permukiman : PSU : - Ditetapkan RTRW, atau - Luas permukiman : Luas PSU = 70 % : 30 %
Hitung Daya Tampung Perumahan & Permukiman jumlah rumah baru dengan ketentuan komposisi perbandingan 1 : 3 : 6
2-59
Contoh 2.52 - Format Tabel Daya Tampung Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Baru Kabupaten Bandung Barat
Luas Lahan Sesuai untuk Permukiman (ha) Luas Lahan Permukiman Terbangun Yang Terletak Di Kawasan Yang Sesuai Untuk Permukiman (ha) b 4.176 1.048 688 5.912 1.252,8 157,2 103,2 1.513,2 Luas Lahan Bagi Permukiman & Infrastruktur Baru (ha) c = a-b 2.923,2 890,8 584,8 4.398,8 Luas Lahan Bagi PSU (ha) Luas Lahan Bagi Permukiman Baru (ha) Proporsi 1 e= c x 70% x 10% 204,62 62,36 40,94 307,92 Proporsi 2 f= c x 70% x 30% 61,39 18,71 12,28 92,37 Proporsi 3 g= c x 70% x 60% 36,83 11,22 7,37 55,42
NO
KECAMATAN
NO
KECAMATAN
Daya Tampung Perumahan & Permukiman Baru (Jumlah Rumah) (unit) Proporsi 1 h = e x 10.000m : 600m 3.410 1.039 682 5.132 Proporsi 2 i = f x 10.000m : 400m 1.548 468 307 2.309 Proporsi 3 j = g x 10.000m : 200m 1.842 561 369 2.771 Total h+i+j 6.800 2.068 1.358 10.212
1 2 3
2-60
Proyeksi Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Wilayah Perkotaan Kabupaten
Proyeksi Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman merupakan kajian atas kebutuhan akan perumahan dan permukiman berdasarkan karakter perkembangan penduduk dan kondisi serta permasalahan permukiman yang telah ada di wilayah perkotaan kabupaten. TUJUAN Menentukan jumlah kebutuhan dan sebaran rumah dan peningkatan kualitas permukiman berdasarkan kondisi kependudukan dan permasalahan pada wilayah perkotaan kabupaten. MANFAAT Sebagai dasar pengambil keputusan dalam menentukan pola penyediaan rumah dan pola penanganan permukiman, serta menjadi input bagi: Kegiatan 11a. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Arahan Perkembangan Fisik Kota (Langkah 14a) Perumusan Arahan Struktur Perumahan dan Permukiman (Langkah 14b) Perumusan Rencana Pembangunan Dan Pengembangan (Langkah 18) Perumusan Rencana Pengembangan Sumber Daya perumahan dan permukiman Daerah (Langkah 19) Kegiatan 11b. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan Rumah Baru (langkah 15a) Kegiatan 11c. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Konsep Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman (Langkah 15b) Kegiatan 11d. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan Rumah Baru (langkah 15a) Perumusan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Baru (langkah 18a)
Langkah 11
2-61
Kegiatan 11e. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Baru (langkah 18a) Kegiatan 11f. Sebagai input/ dasar bagi: Perumusan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pembiayaan Perumahan (Langkah 16b) 11a. Proyeksi Kebutuhan berdasarkan pertumbuhan rumah tangga/ KK dan Backlog Keluaran: Laju pertumbuhan rumah tangga/KK jumlah rumah tangga/KK sampai dengan 10 tahun di muka, akhir tahun perencanaan backlog kebutuhan rumah Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Penduduk Kebutuhan Rumah Total
Prosedur yang dilakukan untuk : Perhitungan Laju Pertumbuhan Rumah Tangga / KK 1. Gunakan : data jumlah rumah tangga 5 tahun terakhir s.d tahun ke-x (tahun terakhir), pada kecamatan yang telah ditetapkan sebagai wilayah perkotaan dari langkah 6. Laju pertumbuhan rumah tangga/ KK, bila tidak terdapat dapat gunakan laju pertumbuhan penduduk, dari langkah 6.
Analisis Proyeksi Kebutuhan Rumah di Wilayah Kabupaten, didasarkan pada karakteristik masing-masing wilayah. Khusus untuk Kabupaten yang berbatasan dengan wilayah Metropolitan, harus mempertimbangkan limpahan kebutuhan rumah dari wilayah Metropolitan di sekitarnya. Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan rumah untuk MBR diasumsikan 20% berupa Rumah Susun di Kota inti, dan 80% didistribusikan ke Kota/ Kabupaten sekitarnya, sesuai dengan karakteristik masing-masing.
Kota atau Kabupaten yang berbatasan dengan Kota inti atau Metropolitan harus memperhitungkan limpahan kebutuhan rumah dari Kota intinya. Pemenuhan kebutuhan rumah pada Kota inti dapat disebar ke hinterland-nya, yaitu Kota atau Kabupaten yang berbatasan, sesuai dengan karakteristik tiap Kota/ Kabupaten tersebut. Asumsi: Perbandingan pemenuhan kebutuhan rumah di Kota inti (PKN Metropolitan): di Kota/Kabupaten hinterland-nya adalah 20% : 80%
2-62
Contoh Perhitungan Jumlah Pertambahan Rumah Tangga Tetap Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK Jumlah KK tahun 2006 = 230 KK,data tahun-tahun sebelumnya pun memiliki perbedaan yang sama Pn = P1 =jumlah KK thn 2009 P0 = jumlah KK thn 2006
b = jumlah pertambahan rumah tangga/KK= P2007 P2006 = 245 230 = 15
2-63
Contoh Perhitungan Jumlah Pertumbuhan Rumah Tangga / KK Linier Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK Jumlah KK tahun 2002 = 192 KK Pn = P2007 =jumlah KK thn 2007 P0 = P2002 =jumlah KK thn 2002 n = 6 thn, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007
b = Pn P0 = 245 192 = 53 = 8,83 n 6 6 r = b_____ x k = 8,83_________ x 100 = 8,83_ x 100= 0,040 x 100 = 4 % (P0 + Pn) (245+192) 218,5
2-64
Pn r = Ln P0 ......................................................(rumus 5) n di mana : b = Jumlah pertambahan rumah tangga/ KK per tahun Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan Po = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan n = 5 atau 10 (tergantung ketersediaan data) k = konstanta (100) r = laju pertumbuhan per tahun
Contoh Perhitungan Jumlah Pertumbuhan Rumah Tangga / KK Eksponensial Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK Jumlah KK tahun 2002 = 87 KK Pn = P2007 =jumlah KK thn 2007 P0 = P2002 =jumlah KK thn 2002 n = 6 thn, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007
Pn 245 r = Ln P0 = Ln 87 = Ln 282 = 5,64 = 0,94 % n 6 6 6 Jadi laju pertumbuhan rumah tangga/KK per tahun adalah 0,94 %.
2.
Hitung Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK Gunakan hasil laju pertumbuhan rumah tangga/KK dari data yang tersedia atau dari perhitungan di atas. Hitung proyeksi jumlah rumah tangga/KK dari th-x, saat ini, s.d th-x + 10, akhir tahun perencanaan, dengan rumus berikut : - Bila pertumbuhan rumah tangga/KK tetap
2-65
Pti = Po + b, .......................................(rumus 6) di mana Pt = Jumlah Rumah Tangga pada tahun t Po = Jumlah Rumah Tangga pada tahun 0 (tahun dasar = th-X) b = pertambahan rumah tangga / KK i = tahun ke 1, 2,....., 10
Contoh Perhitungan Proyeksi pertumbuhan Tetap Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK
Jumlah
Rumah
Tangga,
b = jumlah pertambahan rumah tangga/KK = 15 KK per tahun Pti = Po + b P2008 = P2007 + 15 = 245 + 15 = 260 P2009 = P2008 + 15 = 260 + 15 = 275 dan seterusnya sampai dengan akhir tahun perencanaan
r
i
=
=
Contoh Perhitungan Proyeksi pertumbuhan Linier Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK
Jumlah
Rumah
Tangga,
b = jumlah pertambahan rumah tangga/KK = 4 % per tahun Pti = Po + nir P2017 = P2007 + (10 x 4%)= 245 + (10 x 0,04) = 245 + 4 = 249 Jadi proyeksi jumlah rumah tangga pada thn 2017 adalah 249 KK
2-66
rumah
tangga/KK
Pti = Po (1+nir).........................(rumus 8)
r
i
=
=
Contoh Perhitungan Proyeksi pertumbuhan Eksponensial Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2006= 245 KK Pti = Po (1+nir)
Jumlah
Rumah
Tangga,
P2016 = P2007 (1+100,94) = 245 x (1+100,94) = 245 x (9,71) = 2.134 Jadi proyeksi jumlah rumah tangga pada thn 2017 adalah 2.134 KK/rumah tangga
3.
Perhitungan Backlog Kebutuhan Rumah 1. Gunakan data jumlah rumah tangga tahun ke-X (tahun terakhir), dan jumlah rumah tahun ke-X, untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten dari langkah 6. 2. Hitung backlog kebutuhan rumah dengan rumus berikut : Backlog = Jumlah Rumah Tangga / KK tahun ke-X Jumlah Rumah tahun ke-X .........................(rumus 9)
2-67
Perhitungan Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Penduduk 1. Gunakan data jumlah rumah tangga/KK tahun ke-X, hasil perhitungan hasil proyeksi jumlah rumah tangga/KK tahun ke-X s.d tahun ke-X+10, untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 6. 2. Hitung jumlah kebutuhan rumah sampai th ke x+10, akhir tahun perencanaan, dengan rumus berikut. Kebutuhan Rumah th ke i = Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK th ke i Jumlah Rumah Tangga / KK tahun ke-X .........................(rumus10)
2-68
Keterangan : Proyeksi jumlah rumah tangga, menggunakan pertumbuhan rumah tangga linier, dengan Laju pertumbuhan rumah tangga sama dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata = 4,7 % per tahun.
2-69
Perhitungan Kebutuhan Rumah Total 1. Gunakan hasil perhitungan kebutuhan rumah akibat pertumbuhan penduduk dan backlog, untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari hasil perhitungan di atas. 2. Hitung jumlah kebutuhan rumah total (di th ke x+10), akhir tahun perencanaan, dengan rumus berikut. Kebutuhan Rumah Total (Th ke X+10) = Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Penduduk + Backlog .........................(rumus11) 3. Hitung jumlah demand/kebutuhan rumah berdasarkan proporsi rumah berimbang 1 : 3 : 6. 4. Tuliskan hasil perhitungan proyeksi seperti pada Contoh 2.54. Prosedur pada kegiatan 11a ini dapat dilihat pada Gambar 2.9.
11b.
Kegiatan yang dilakukan: 1. Gunakan data jumlah penduduk berdasarkan segmentasi pendapatan (Miskin, MBR, berpendapatan menengah - atas) tahun ke-x (tahun terakhir), untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 6. 2. Hitung proporsi segmentasi pendapatan penduduk tersebut untuk tiap kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan. 3. Tabulasikan hasil perhitungan proporsi tersebut seperti pada tabel 2.56. 4. Hitung demand rumah di akhir tahun perencanaan pada kawasan perkotaan dan perdesaan berdasarkan segmentasi pendapatan penduduk (miskin, MBR, menengah atas, yang telah dihitung proporsinya, pada prosedur 3 di atas). 5. Tabulasikan hasil perhitungan proporsi tersebut seperti pada tabel 2.56.
2-70
CONTOH 2.54 Format Tabel Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK berdasarkan Proporsi Rumah Berimbang
RUMAH TANGGA Th 2007 BACKLOG RUMAH Th 2007 RUMAH TANGGA Th ke 2016 DEMAND RUMAH AKIBAT PERTUMB. RMH TANGGA e =d-a 14.656 14.842 9.634 3.175 3.175 3.175 f=e +c 4.092 3.506 5.110 DEMAND RUMAH Th 2016 Proporsi 1 g=fx 10% 409 351 511 Proporsi 3 h=fx 30% 1.228 1.052 1.533 Proporsi 6 i=fx 60% 2.455 2.104 3.066
NO
KECAMATAN
RUMAH Th 2007
29.608
25.406
4.202
39.132
9.525
13.727
1.271
3.813
8.625
2-71
2-72
Rumus Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Rumah Tangga /KK, rumus 10
Gambar 2.9 Prosedur 11a Proyeksi Kebutuhan Berdasarkan Proyeksi Rumah Tangga / KK Dan Backlog
Jumlah rumah tangga 5 tahun terakhir s.d tahun kex (tahun terakhir), untuk tiap kecamatan dan total kota dari langkah 6.
Perhitungan laju pertumbuhan rumah tangga/KK dalam 5 tahun, bila data laju tidak terdapat
Laju pertumbuhan rumah tangga/KK, bila tidak terdapat dapat gunakan laju pertumbuhan penduduk, dari langkah 6
NO
KECAMATAN
a 1 Lembang
45.924 MISKIN MBR MNG-ATAS 26.636 11.481 7.807 46.668 MISKIN MBR MNG-ATAS 30.334 10.267 6.067 25.836 MISKIN MBR MNG-ATAS 12.143 7.234 3.100 118.421 69.113 28.982 16.974 58 24 14 MBR MNG-ATAS 47 28 12 65 22 13 58 25 17
Ngamprah
Padalarang
MISKIN
6.
7.
Analisis kemungkinan penanganan yang dapat dilakukan untuk masing-masing segmen pendapatan dan kawasan/lokasi permukiman, dengan alternatif penanganan seperti pada Tabel 2.4. Prosedur pada kegiatan 11b ini dapat dilihat pada Gambar 2.10. Penentuan Segmentasi Pendapatan Penduduk Dapat diperoleh dengan pendekatan berikut : Jumlah Penduduk Miskin = Jumlah Penduduk Pra Sejahtera I Jumlah Penduduk MBR = Jumlah Penduduk Pra Sejahtera II Jumlah Penduduk berpendapatan menengah atas = Jumlah Penduduk Sejahtera
2-73
Tabel 2.4 . Kriteria Kemampuan Penduduk dalam Pembangunan Rumah Baru dan Arahan Penanganan yang Diperlukan
No 1
Kemampuan dalam Membangun Rumah & Karakteristik Umum Kawasan Perumahan dan permukiman yang Ditempati Ketidakmampuan masyarakat membeli rumah Rendahnya daya beli dan kemampuan untuk memperbaiki rumah Terbatasnya akses ke lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas kredit mikro Masalah kemiskinann perkabupatenan Rumah pada lokasi rawan bencana Lingkungan permukiman yang kumuh Rendahnya daya beli dan kemampuan untuk memperbaiki rumah Terbatasnya akses ke lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas kredit mikro Masalah kemiskinann perkabupatenan Rumah pada lokasi rawan bencana Lingkungan permukiman yang kumuh
Lokasi Kawasan Perkabupatenan Pada kawasan khusus perumahan dan permukiman : kawasan kumuh perkabupatenan kawasan kumuh metropolitan kawasan industri kawasan pelabuhan kawasan khusus lain sesuai karakter Provinsi Perdesaan Pada kawasan khusus perumahan dan permukiman : pertanian agropolitan pertambangan pariwisata rawan bencana perbatasan kawasan kumuh nelayan kawasan khusus lain sesuai karakter kawasan
Arahan Penanganan Rumah Sewa Rusunawa Penanganan kantong-kantong kemiskinan perkabupatenan (P2KP/ PNPM, NUSSP,
Peningkatan kualitas, baik hunian (rumah) maupun lingkungan permukiman (PKP, KTP2D)
2-75
No
Lokasi Kawasan Perkabupatenan Pada kawasan khusus perumahan dan permukiman : kawasan kumuh perkabupatenan kawasan kumuh metropolitan kawasan industri kawasan pelabuhan kawasan khusus lain sesuai karakter kawasan
Arahan Penanganan Rumah Susun, Rumah Sewa Rusunawa peningkatan kualitas, baik hunian (rumah) maupun lingkungan permukiman, Rumah swadaya Rumah developer (Real Estate)
1 dan 3
Masyarakat memiliki daya beli dan kemampuan membeli rumah Masyarakat memiliki akses ke lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas kredit
Perkabupatenan Perdesaan
Keterangan : Arahan kemungkinan penangangan disesuaikan dengan kondisi masing-masing kabupaten dan program penanganan yang telah ditetapkan dalam program pengembangan perumahan dan permukiman kabupaten tersebut.
2-76
Contoh 2.56 Format Tabel Proyeksi Kebutuhan Jumlah Rumah Tangga/KK berdasarkan Segmentasi Pendapatan Penduduk
DEMAND RUMAH AKIBAT PERTUMB. RMH TANGGA DEMAND RUMAH Th 2016 (KK/ Rumah Tangga) Menengah Atas i 696 456 613
NO
KECAMATAN
RUMAH Th 2007
Total f=e+ c
c = a-b
e =d-a
9.525
13.727
7.962
3.294
1.922
Keterangan : proporsi demand rumah tahun 2016 (Miskin, MBR, dan Menengah-Atas) diperoleh dari perhitungan pada tabel 2.49.
2-77
Segmentasi Pendapatan
Asumsi jumlah jiwa/KK Data jumlah penduduk berdasarkan segmentasi pendapatan, tahun ke-x (tahun terakhir) per kecamatan, dari langkah 6
11c.
Prosedur yang dilakukan: Perhitungan Jumlah Penduduk pada Kawasan Bermasalah 1. Gunakan data permukiman yang bermasalah berdasarkan jenisnya (padat, kumuh, pesisir, bencana, dll tergantung pada kondisi kabupaten) pada wilayah perkotaan kabupaten, yang diperoleh dari langkah 7. 2. Delineasi (batas) kawasan permukiman yang bermasalah tersebut, kemudian petakan seperti pada Contoh Gambar 2.57. 3. Hitung kebutuhan luas penanganan kawasan permukiman yang bermasalah dengan menghitung luas kawasan tersebut dari peta yang telah dibuat pada gambar 2.57 tersebut.
2-78
4.
Hitung jumlah penduduk yang bisa dilayani per kawasan permukiman bermasalah, dengan alternatif cara sebagai berikut : Perhitungan jumlah penduduk per RW pada kawasan permukiman bermasalah. Perhitungan jumlah penduduk dengan menggunakan pendekatan luas kawasan berdasarkan peta : - hitung jumlah rumah yang terdapat pada kawasan tersebut - hitung jumlah penduduk dengan menggunakan asumsi jumlah penduduk per rumah/KK, seperti pada rumus berikut. Jumlah Penduduk = Jumlah Rumah / KK X Asumsi Jumlah Jiwa per Rumah/KK ..................(rumus12)
Contoh Perhitungan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Rumah pada Kawasan Permukiman yang Bermasalah Data jumlah rumah berdasarkan hasil delineasi = 125 rumah Asumsi jumlah penduduk per KK/rumah tangga = 4 jiwa Jumlah Penduduk = Jumlah Rumah / KK X Asumsi Jumlah Jiwa per Rumah/KK = 125 rumah X 4 jiwa = 500 jiwa. Perhitungan Jumlah PSU pada Kawasan Bermasalah 1. Gunakan hasil perhitungan jumlah penduduk pada kawasan bermasalah dari perhitungan di atas. Standar pelayanan prasarana dan sarana umum seperti pada tabel 2.5 2. Hitung kebutuhan PSU yang diperlukan dengan rumus sebagai berikut. Jml PSU = Jumlah Jiwa Standar Jml Penduduk Layanan .(rusmus 13)
3.
Tabulasikan hasil perhitungan seperti dalam contoh tabel 2.528. Prosedur kegiatan 11c dapat dilihat pada Gambar 2.11.
2-79
2-80
2-81
Contoh Tabel 2.58. Jumlah Sarana Umum dari PSU yang Dibutuhkan pada Kawasan Permukiman Bermasalah
No Jenis Fasilitas Penduduk Pendukung a SARANA PENDIDIKAN 1 2 3 4 5 TK SD SLTP SLTA Pendidikan Keagamaan 1.000 6.000 25.000 30.000 30.000 1.200 3.600 5.000 5.000 5.000 40 7 2 2 2 48.000 25.200 10.000 10.000 10.000 Standar Ruang (m2) b Kebutuhan Fasilitas (40.068 jiwa) Jumlah c= 40.068:a Luas d=cxb
SARANA KESEHATAN 1 2 3 Puskesmas Puskesmas Pembantu Poliklinik / Balai Pengobatan Apotek Posyandu Praktek Dokter 120.000 5.000 3.000 1.200 300 300 0 8 13 2.400 3.900
4 5 6
500 -
300 -
Ada 80 Ada
24.000 -
2-82
No
Jenis Fasilitas
Penduduk Pendukung a
SARANA PERIBADATAN 1 2 3 4 5 Mesjid Mushala/Lan ggar Gereja Vihara Pura 120.000 30.000 30.000 30.000 30.000 4.000 1.500 1.500 1.500 1.500 1 1 1 1 1.500 1.500 1.500 1.500
SARANA PERDAGANGAN DAN JASA 1 2 3 4 Pasar Pertokoan Warung/Kios Pusat Perbelanjaan dan Niaga Hotel Restoran 25.000 2.500 250 120.000 5.000 1.200 400 5.000 2 16 160 10.000 19.200 64.000 -
5 6
30.000 2.500
2.500 1.000
1 16
2.500 16.000
SARANA PERKANTORAN 1 2 3 4 5 6 Kantor Desa Kantor Kecamatan Kantor Polisi Kantor Pos Pembantu Pemadam Kebakaran Bank Cabang Pembantu 9 Desa 1 Kec. 30.000 30.000 30.000 30.000 1.000 3.000 1.000 1.000 1.000 1.000 9 0 1 3 0 0 9.000 1.000 3.000 -
SARANA RTH DAN OLAH RAGA 1 2 3 4 5 Lap. Sepak Bola Lap. Bulu Tangkis Lap. Volley Lap. Basket Gedung 2.500 2.500 2.500 2.500 30.000 15.000 2.500 2.500 2.500 3.000 15 17 30 1 8 225.000 42.500 75.000 2.500 24.000
2-83
Data permukiman bermasalah berdasarkan jenisnya (padat, kumuh, pesisir, bencana, dll tergantung pada kondisi kota/ kabupaten) yang diperoleh dari langkah 7
Hitung jumlah penduduk yang bisa dilayani per kawasan permukiman bermasalah
Hitung jumlah PSU per kawasan (untuk setiap jenis PSU) yang diperlukan
2-84
11d.
Kegiatan yang dilakukan: 1. Gunakan hasil proyeksi kebutuhan rumah total akibat pertumbuhan rumah tangga/KK dan backlog pada tahun ke x + 10, kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari kegiatan 11a. 2. Bagi jumlah total rumah ke dalam proporsi hunian berimbang 1 : 3 : 6. Jumlah rumah pada proporsi 1 = 10 % x jumlah total kebutuhan rumah Jumlah rumah pada proporsi 3 = 30 % x jumlah total kebutuhan rumah Jumlah rumah pada proporsi 6 = 60 % x jumlah total kebutuhan rumah 3. Hitung jumlah rumah baru untuk proporsi 1, 3, dan 6 yang akan dibangun secara swadaya dan oleh pengembang dengan proporsi 60 % (secara swadaya), dan 40 % (oleh pengembang). 4. Tuliskan dalam tabel seperti pada Contoh 2.59. Prosedur kegiatan 11d ini dapat dilihat pada Gambar 2.12
2-85
13.727
1.271
3.813
8.625
508
633
1.543
2.588
3.050
4.575
2-86
Gambar 2.12 Prosedur Langkah 11d - Proyeksi Kebutuhan Penyediaan Rumah Baru
11e. Proyeksi Kebutuhan Layanan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum untuk Pengembangan Rumah Baru Kegiatan yang dilakukan: Perhitungan kebutuhan tambahan sarana umum 1. Gunakan : hasil perhitungan jumlah tambahan kebutuhan rumah di akhir tahun perencanaan penduduk pada wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 11a. standar pelayanan sarana umum seperti pada tabel 2.5. 2. Hitung jumlah penduduk yang dapat ditampung untuk tambahan rumah tersebut dengan menggunakan rumus 12. 3. Hitung kebutuhan tambahan sarana berdasarkan tambahan jumlah penduduk tersebut, dengan menggunakan rumus 13. 4. Tuliskan hasil perhitungan seperti pada Contoh 2.54. Prosedur kegiatan 11e dapat dilihat pada Gambar 2.13.
2-87
Contoh Tabel 2.60 Jumlah Tambahan Sarana Umum dari PSU yang Dibutuhkan pada Kawasan Permukiman Perumahan Baru
No Jenis Fasilitas Penduduk Pendukung Standar Ruang (m2) b Kebutuhan Sarana Tambahan 54.908 jiwa (13.727 kk x 4 jiwa) Jumlah (unit) a SARANA PENDIDIKAN 1 2 3 4 5 TK SD SLTP SLTA Pendidikan Keagamaan 1.000 6.000 25.000 30.000 30.000 1.200 3.600 5.000 5.000 5.000 55 9 3 2 2 660.000 32.400 15.000 15.000 15.000 c = 54.908 : a Luas (m2) d=cxb
SARANA KESEHATAN 1 2 Puskesmas Puskesmas Pembantu Poliklinik / Balai Pengobatan Apotek Posyandu Praktek Dokter 120.000 5.000 3.000 1.200 300 300 11 18 3.300 5.400
3 4 5 6
500 -
300 -
110 -
33.000 -
SARANA PERIBADATAN 1 2 3 4 5 Mesjid Mushala/Lang gar Gereja Vihara Pura 120.000 30.000 30.000 30.000 30.000 4.000 1.500 1.500 1.500 1.500 1 1 1 1 -
2-88
SARANA PERDAGANGAN & JASA 1 2 3 4 Pasar Pertokoan Warung/Kios Pusat Perbelanjaan dan Niaga Hotel Restoran 25.000 2.500 250 120.000 5.000 1.200 400 5.000 2 20 200 10.000 24.000 80.000 -
5 6
30.000 2.500
2.500 1.000
2 20
5.000 20.000
SARANA PERKANTORAN 1 2 3 4 5 6 Kantor Desa Kantor Kecamatan Kantor Polisi Kantor Pos Pembantu Pemadam Kebakaran Bank Cabang Pembantu 9 Desa 1 Kec. 30.000 30.000 30.000 30.000 1.000 3.000 1.000 1.000 1.000 1.000 -
SARANA RTH & OLAH RAGA 1 2 3 4 5 6 7 8 Lap. Sepak Bola Lap. Bulu Tangkis Lap. Volley Lap. Basket Gedung Olah Raga Taman Lingkungan Taman Kecamatan Pemakaman 2.500 2.500 2.500 2.500 30.000 250 120.000 120.000 15.000 2.500 2.500 2.500 3.000 1.250 24.000 50.000 5 5 5 5 55 75.000 12.500 12.500 12.500 68.750 -
2-89
Perhitungan kebutuhan tambahan prasarana utilitas umum 1. Gunakan : Jumlah penduduk tambahan dan kk atau rumah tangga tambahan yang dapat ditampung dari perhitungan di atas. standar pelayanan prasarana utilitas umum seperti pada box di bawah ini. 2. Hitung kebutuhan tambahan prasarana-utilitas umum berdasarkan tambahan jumlah penduduk tersebut, dengan menggunakan rumus 15. 3. Tuliskan hasil perhitungan seperti pada Contoh 2.61 sampai dengan Contoh 2.67. Prosedur kegiatan 11e dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Prosedur 11e Proyeksi Tambahan Sarana Umum dari PSU bagi Permukiman Baru
Rumus perhitungan jumlah penduduk dari jumlah KK/ Rumah Tangga, rumus 14
Jumlah tambahan kebutuhan rumah di akhir tahun perencanaan penduduk, dari langkah 11a.
Hitung kebutuhan tambahan PSU berdasarkan tambahan jumlah penduduk tersebut, dengan menggunakan rumus 15
Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana utilitas air minum : Kebutuhan air minum untuk kegiatan perumahan / rumah tangga = 200 liter/hari Tingkat kebocoran = 15%
2-90
CONTOH Tabel 2.61 Perkiraan Tambahan Kebutuhan Prasarana Utilitas Air minum Bagi Permukiman Baru
Kebututuhan Tambahan Air Minum Tahun 2016 No Kecamatan Jumlah Tambahan KK/Rumah Tangga (unit) a 1 2 3 Lembang Ngamprah Padalarang 4.092 3.506 5.110 Kebutuhan Air (ltr/hari) b = a x 200 818.400 701.200 1.022.000 2.745.400 Kebocoran (15%) c = b x 15 % 122.760 105.180 153.300 411.810 Total (ltr/hari) d=b+c 941.160 806.380 1.175.300 3.157.210
13.727
Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana utilitas air limbah : Pelayanan air limbah menggunakan sistem on-site dengan septic tank dan truk tangki tinja untuk mengangkut lumpur tinja ke instalasi IPLT. Volume tinja domestik (perumahan) = 65 ltr/jiwa/thn atau 0,000015 ltr/jiwa/hari Daya tampung 1 unit truk tinja = 8 m3 Tingkat pelayanan = 80%
CONTOH Tabel 2.62 Perkiraan Tambahan Kebutuhan Prasarana Utilitas Air Limbah Bagi Permukiman Baru
Tambahan Kebutuhan Prasarana Utilitas Air Limbah Tahun 2016 No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) a 1 2 3 Lembang Ngamprah Padalarang Wilayah Perkotaan Kabupaten Bandung Barat 16.368 14.024 20.440 54.980 Jumlah Penduduk Terlayani (jiwa) b = a x 80 % 13.904 11.219 16.352 43.984 Vol Lumpur Tinja (m3/hari) c = b x 0,000015 0,21 0,17 0,25 0,66
2-91
Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana utilitas persampahan : Pola menggunakan pola pengumpulan dan pengangkutan secara komunal Timbulan sampah domestik = 2,28 ltr/jiwa/hari Daya Tampung TPS dengan menggunakan container dengan kapasitas 10 m. Kapasitas gerobak sampah 1 m
Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana utilitas jaringan jalan : Berdasarkan standar perencanaan kawasan perumahan, ditetapkan bahwa 30% dari total lahan suatu kawasan permukiman dialokasikan bagi infrastruktur penunjang, termasuk jaringan pergerakan. Luasan jaringan jalan perlu dikonversikan ke dalam perhitungan panjang jalan. Untuk keperluan pengukuran panjang jalan tersebut, ditetapkan rata-rata lebar jalan di kawasan permukiman adalah sebesar 5 m. Maka ukuran panjang jaringan jalan yang diperlukan adalah (30% dari luas total) / (5 m)
2-92
CONTOH Tabel 2.64 Kebutuhan Tambahan Panjang Jalan untuk Kawasan Permukiman Baru Hingga Tahun 2016
No Kecamatan Tambahan Luas Lahan Permukiman (Ha) a 1 2 3 Lembang Ngamprah Padalarang 2.923,2 890,8 584,8 4.398,8 Tambahan lahan untuk infrastruktur (30% Luas) (Ha) b 876,96 267,24 175,44 1.319,64 Tambahan Kebutuhan Panjang Jalan (Km) c=b:5 175,39 53,45 35,09 263,93
Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana utilitas jaringan drainase : Kebutuhan saluran drainase untuk daerah permukiman didasarkan pada prediksi kebutuhan jaringan jalan. Jaringan drainase direncanakan di kedua sisi jalan (2 kali panjang jalan), dengan dimensi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan lokasi setempat (curah hujan, pasang surut, dll).
CONTOH Tabel 2.65 Perkiraan Kebutuhan Tambahan Panjang Drainase untuk Kawasan Permukiman Baru Hingga Tahun 2016
Tambahan Kebutuhan Panjang Jalan (Km) Tambahan Kebutuhan Drainase (Km) b=ax2 175,39 53,45 35,09 263,93 150,78 106,9 70,18 527,86
No
Kecamatan
2-93
Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana utilitas jaringan listrik : Kebutuhan listrik Kota Bontang untuk kegiatan permukiman dihitung berdasarkan standar kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perumahan perkotaan di Indonesia sebagaimana berikut: Permukiman sederhana (kaveling kecil) membutuhkan daya 450 watt = 0,45 kVA Permukiman menengah (kaveling sedang) membutuhkan daya 900 watt = 0,9 kVA
Permukiman besar (kaveling besar) membutuhkan daya 1300 watt = 1,3 kVA
CONTOH Tabel 2.66 Perkiraan Kebutuhan Tambahan Daya Listrik untuk Kawasan Permukiman Baru Hingga Tahun 2016
Tambahan Kebutuhan Rumah Besar (600 m2) No Kecamatan Unit Tambahan Daya Listrik (KVA) b = a x 1,3 532 456 664 Unit Tambahan Daya Listrik (KVA) d = c x 0,9 1.105 947 1380 Unit Tambahan Daya Listrik (KVA) f = e x 0,45 1.105 947 1.380 Tambahan Kebutuhan Rumah Sedang (400 m2) Tambahan Kebutuhan Rumah Kecil (200 m2) Total Tambahan Kebutuhan Daya Listrik (KVA)
1.652
3.432
3.881
5.965
Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana utilitas jaringan telepon : Kebutuhan peningkatan pelayanan telepon akibat meningkatnya pertumbuhan permukiman dapat ditentukan dengan cara mengasumsikan bahwa tingkat pelayanan yang diharapkan mencapai 80%, sehingga kebutuhan penambahan sambungan telepon di permukiman baru dapat diperkirakan.
2-94
CONTOH Tabel 2.67 Perkiraan Kebutuhan Tambahan Pelayanan Telepon untuk Kawasan Permukiman Baru hingga Tahun 2016
Kebutuhan Tambahan Pelayanan Telepon Hingga 2016 No Kecamatan Tambahan Kebutuhan Rumah (unit) Tambahan Pelayanan Telepon (sst) a 1 2 3 Lembang Ngamprah Padalarang 4.092 3.506 5.110 b = a x 80 % 3.274 2.805 4.088
13.727
10.167
11f. Analisa Kebutuhan Kelembagaan dan Pembiayaan Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan data mengenai : profil kelembagaan dan pembiayaan perumahan dan permukiman kabupaten dari langkah 8. Hasil analisis implikasi kebijakan daerah terhadap pengembangan permukiman dari kegiatan 9. Hasil workshop1, dari langkah 3. 2. Identifikasi kebutuhan pembentukan forum dan atau peningkatan dan penguatan kelembagaan sesuai kebutuhan. 3. Gunakan data hasil proyeksi kebutuhan rumah pada langkah 11a sampai dengan 11 d. 4. Identifikasi pola-pola pembiayaan yang mungkin dilakukan Keluaran: Kebutuhan kelembagaan dan pembiayaan
Kebutuhan pengembangan kelembagaan dapat terdiri dari : 1. Pembentukan lembaga baru, dengan jenis forum atau lembaga lainnya, yang berfungsi sebagai : wadah berkoordinasi penyelesaian permasalahan wadah penyampaian aspirasi wadah untuk memberikan rekomendasi program. 2. Penguatan lembaga yang sudah ada.
2-95
Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman merupakan perumusan atas hasil analisis yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya, baik itu yang perlu ditangani dalam jangka pendek maupun jangka panjang. TUJUAN Merumuskan permasalahan yang mendesak ditangani oleh kabupaten dan memerlukan penanganan secara cepat dalam jangka pendek dan perumusan atas permasalahan yang perlu diantisipasi pada masa yang akan datang (jangka panjang). MANFAAT Sebagai dasar bagi penetapan konsep rencana dan rencana, serta menjadi input bagi: Perumusan Rencana Pembangunan Dan Pengembangan (Langkah 18)
Langkah 12
2-96
12. Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan : hasil Workshop Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman I dari langkah 3. Hasil analisis Kebutuhan Pengembangan Perumahan dan permukiman dari langkah 9 sampai dengan langkah 11. 2. Rumuskan permasalahan yang mendesak ditangani, merupakan permasalahan kabupaten yang memerlukan penangangan secara cepat dan dalam jangka pendek, dengan kriteria sebagai berikut : Permasalahan yang dianggap oleh kabupaten dan hasil workshop termasuk prioritas penanganan cepat/mendesak untuk diselesaikan. Permasalahan-permasalahan pada kawasankawasan bermasalah. 3. Rumuskan permasalahan yang perlu diantisipasi, bersifat preventif, dan jangka panjang, dengan kriteria sebagai berikut : Permasalahan yang dianggap oleh kabupaten dan hasil workshop termasuk prioritas penanganan preventif untuk jangka panjang. Permasalahan-permasalahan yang merupakan akibat logis dari perkembangan penduduk dan terkait dengan penyediaan perumahan baru. Prosedur langkah 12 ini dapat dilihat pada Gambar 2.15.
2-97
Workshop Tantangan dan Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Workshop Tantangan dan Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman merupakan kegiatan sosialisasi atas hasil penyusunan profil penyelenggaraan perumahan dan permukiman kabupaten dan hasil analisis kebutuhan pengembangan perumahan permukiman. Selain itu, workshop ini juga merupakan wadah para stakeholder terkait pengembangan perumahan dan permukiman memberikan masukan bagi kebutuhan pengembangan perumahan dan permukiman . TUJUAN Menyempurnakan profil penyelenggaraan perumahan dan permukiman dan analisisis kebutuhan pembangunan pengembangan perumahan dan permukiman berdasarkan pengalaman, persepsi, dan kondisi perumahan dan permukiman dari stakeholder terkait.
Langkah 13
2-98
MANFAAT Sebagai dasar penentuan pola penyediaan rumah dan pola penanganan permukiman bagi penyusunan konsep pengembangan, serta menjadi input bagi: Perumusan Rencana Pembangunan Dan Pengembangan (Langkah 18) 13. Workshop Tantangan dan Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan hasil analisis dari langkah 5 sampai dengan langkah 14 sebagai bahan masukan workshop. 2. Gunakan metode FGD (Focus Group Discussion) untuk pelaksanaan workshop ini. 3. Undang stakeholder yang terkait dengan pengembangan perumahan dan permukiman dari pihak pemerintah, swasta, LSM, akademis, forum pengembangan perumahan permukiman, dan pihak lain yang terkait. 4. Selenggarakan workshop, dengan agenda kegiatan : Sosialisasi hasil penyusunan profil dan analisis kebutuhan pengembangan perumahan dan permukiman yang telah disusun. Pemberian tanggapan dan masukan atas: - Persoalan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman - Konsepsi pembangunan dan pengembangan permukiman yang dapat diterapkan - Pemilihan program dan prioritas program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan pengembangan perumahan dan permukiman - Arahan lokasi bagi prioritas program terpilih. Prosedur langkah 13 dapat dilihat pada Gambar 2.15.
Keluaran: Masukan atas: Persoalan pengembangan perumahan dan permukiman Konsepsi pengembangan permukiman Program dan prioritas program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman Arahan lokasi bagi prioritas program terpilih.
2-99
2-100
Gambar 2.17. Diagram Keterkaitan antara Langkah dalam Tahap Inventarisasi Data, dengan Langkah Lainnya dalam Tahap Penyusunan RP4D
Langkah 1 KOORDINASI TIM PEKERJAAN Langkah - 2 PENAJAMAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA KERJA
Langkah - 3
Langkah - 5
Langkah - 6
Langkah - 7
Langkah - 8
Langkah - 9
Langkah - 10
Langkah - 11
Langkah - 14
Langkah - 15
Langkah - 16
Langkah - 17
Langkah - 18
Langkah - 19
Langkah - 20
Langkah - 21
WORKSHOP
2-101