Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 LATAR BELAKANG Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering dialami penduduk Indonesia, termasuk salah satu di antaranya adalah penyakit karies atau biasa disebut dengan lubang gigi. Karies yang merupakan lubang pada lapisan luar gigi, yakni enamel dan dentin, disebabkan oleh bakteri (kuman) yang menggerogoti rongga gigi. Bakteri yang paling berperan menyebabkan karies adalah bakteri Streptococcus mutans. Mulanya bakteri ini berkelompok, sehingga menyebabkan plak terkumpul pada rongga gigi dan menghasilkan asam. Kumpulan asam pada roingga gigi menyebabkan lapisan enamel gigi larut, dan membentuk lubang pada gigi. Hal lain yang tidak disadari sebagian besar penduduk Indonesia adalah mengenai dampak buruk yang ditimbulkan karies. Meski bermula dengan menyerang rongga gigi, ternyata penyakit karies bila tidak dirawat dapat menyebabkan penyakit ke organ tubuh lainnya. Kumpulan bakteri Streptococcus mutans dari rongga mulut hingga menuju pembuluh darah, kemudian menuju organ tubuh lainnya, seperti jantung dan ginjal (Endang dan Bachtiar, 2008) Ada empat keadaan yang menyebabkan rusaknya struktur gigi dan kadang-kadang memerlukan perbaikan yakni karies salah satunya. Suatu pemahaman adalah mengenai aspek perubahan histologi, gejala dan efek lainnya yang ditimbulkan (Pickard, 2002: 3). Maka dari itu perlu usaha preventif salah satunya adalah dengan pemberian vaksin dengan kata lain imunisasi bagi karies. Karies gigi disebabkan karena adanya keempay komponen yang saling bekerja sama yaitu: host, agent, environtment, waktu (Panjaitan, 1995).

HOST

SUBSTRAT

KARIES

AGENT

WAKTU

Gambar : Diagram empat lingkaran faktor etiologi karies (Kidd, 1991: 2) Keempat faktor ini bekerja sama. Beberapa macam bakteri plak mempunyai kemampuan untuk melakukan fermentasi substrat sehingga membentuk asam. Yang lebih parah lagi, plak tetap asam untuk beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal dibutuhkan waktu sekitar 30-60 menit. Selain itu bakteri penyebab karies adalah Streptokokus mutans memiliki sifat : 1. Ditemukan dalam plak gigi karies biasanya tidak dapat diisolasi dari yang bebas karies 2. Organisme ini dapat tumbuh pada kultur murni 3. Infeksi pada tikus bebas kuman atau hamster normal oleh Streptokokus mutans berupa karies. 4. Organisme tersebut dapat ditemukan kembali dari lesi karies dan tumbuh dalam kultur murni. 5. Antibody terhadap organisme ini meningkat pada penderita dengan karies. Karena karies gigi memenuhi kriteria sebagai penyakit infeksi, maka dilakukan pendekatan secara imunologis untuk mencegahnya. Pendekatan ini berupa penelitian dan

pengembangan vaksin karies. Vaksin karies dikembangkan berupa imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dengan menggunakan sel yaitu pecahan sel atau produk sel streptokokus mutans. Sementara itu, imunisasi pasif dengan memberikan langsung antibody pada target yang spesifik pada mulut sebagai usaha proteksi terhadap karies. Penelitian terbaru berhasil memproduksi antibody monoclonal dari tanaman tembakau sehingga diperoleh vaksin dengan sediaan tanpa rasa dan warna yang dapat memprtoteksi gigi dari karies selama paling sedikit empat bulan. Vaksin karies merupakan pilihan yang tepat dalam pencegahan karies. Hal ini disebabkan vaksin dapat menjangkau seluruh dunia terutama Negara-negara yang tingkat kariesnya tinggi dan tanpa saran floridasi air minum. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan imunisasi ? 2. Apa yany dimaksud dengan karies ? 3. Apa saja jenis-jenis imunisasi karies? 4. Bagaimana bahan-bahan dari imunisasi karies? 5. Bagaimana mekanisme kerja imunisasi karies ? 6. Apasaja keuntungan dan kerugian imunisasi aktif dan imunisasi pasif ?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT 1. Mengetahui imunisasi karies 2. Menngetahui jenis-jenis serta bahan imunisasi karies. 3. Mengetahui mekanisme kerja imunisasi karies 4. Mengetahui keuntungan dan kerugian imunisasi karies

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Karies gigi adalah proses patologis dari destruksi lokal jaringan gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme. (Roberson, 2006). Karies merupakan penyakit infeksi, proses patologis pada jaringan keras gigi yang terjadi karena adanya interaksi berbagai faktor (multifaktor) dalam rongga mulut, ditandai dengan hilangnya ion-ion mineral secara kronis dan berlanjut, baik dari email mahkota maupun permukaan akar. 2.2 Etiologi Karies Gigi Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (cit. Harris and Christen, 1995), karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Terdapat empat faktor utama yang berperan dalam proses terjadinya karies, yaitu : 1. Host 2. Agent (mikroorganisme) Streptococcus mutans mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan keras dan halus gigi. Pembentukan karies juga dipengaruhi oleh adanya peranan dari bakterial plak. 3. Substrat Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme. Glukan berperan dalam perlekatan bakteri sedangkan fruktan berfungsi sebagai extracellular nutrient storage compounds yang dapat

digunakan untuk metabolism bakteri yang akan menghasilkan asam pada suatu saat ketika tidak ditemukan gula fermentasi bebas (Fejerskov, 2008). 4. Waktu Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan (Anonim, 2008).

Gambar : empat lingkaran yang menggambarkan paduan faktor penyebab karies yang bekerja secara simultas Jenis bakteri dari genus Streptococcus terdapat melimpah di rongga mulut, yaitu termasuk S. mutans, S. sanguis, S. gordonii, S. sobrinus, S.salivarius, S. mitis, S. anginosus, dan lainnya. W. D Miller, pada tahun 1890, memperkenalkan tentang teori kuman parasit pada pembusukan gigi (the parasitic germ theory of dental decay ) bahwa asam yang dihasilkan bakteri merupakan agen penyebab karies gigi. Mikroorganisme yang menjadi perhatian utama pada karies ialah Streptococcus mutans, yang pertama kali diidentifikasi dari isolasi rongga mulut manusia pada tahun 1924 oleh J. K. Clarke. Bakteri tersebut memiliki morfologi yang berbeda dan menunjukkan perkembangan pada lingkungan gula. Tahun berikutnya, S. mutans teridentifikasi memiliki presentase tinggi di karies gigi, dan menunjukkan peran sebagai penyebab pembusukan gigi (tooth decay) (Lamont dkk, 2006).

2.3 Immunologi Karies Sistem imun merupakan bentuk pertahanan tubuh terhadap serangan benda asing yang dapat menyebabkan infeksi atau kerusakan jaringan. Sistem imun dibedakan menjadi dua berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu sistem imun non-spesifik dan sistem imun spesifik. Menurut Baratawidjaja (2004) sistem imun non-spesifik merupakan komponen imun yang selalu ditemukan pada individu sehat dan berfungsi sejak lahir. Sistem imun non spesifik meliputi pertahanan fisik (kulit, selaput lendir, silia, batuk, dan bersin), pertahanan larut (asam lambung, lisozim, sekresi sebaseus, asam neuraminik, dan laktoferin), serta pertahanan seluler (mononuclear, PMN, sel NK, sel mast, dan basofil). (Baratawidjaja, 2008) Menurut Deliyanti (2008), sistem imun Non-Spesifik meliputi, 1) Fagosit (membersihkan debris dan pathogen) 2) Sel Natural Killer (membunuh sel-sel abnormal) 3) Interferon (menaikkan pertahanan sel dari infeksi viral; memperlambat penyebaran penyakit) 4) Sistem komplemen (menyerang dan memecah dinding sel) Menurut Baratawidjaja (2008), Pada sistem imun spesifik mempunyai mekanisme untuk mengenali benda asing yang sudah dikenal sebelumnya. Macam-macam sistem imun spesifik yaitu pertahanan humoral dengan perantara antibodi, diproduksi limfosit yang berasal dari sumsum tulang dan ditemukan dalam plasma darah (sel B yang meliputi Ig D, Ig M, Ig G, Ig E, dan Ig A) serta pertahanan seluler yang diperantarai limfosit yang berasal dari thymus (sel T, CD8+, CD4+, sel T ).

2.4 Respon Imun Rongga Mulut Terhadap Bakteri Kariogenik Respon imunitas rongga mulut terhadap Streptococcus Mutans yang merupakan salah satu bakteri kariogenik adalah: 1) Komponen non spesifik: Buffer saliva, lisozim, laktoferin, dan peroksidase. 2) Komponen spesifik: sIgA dalam saliva melindungi mukosa mulut, tergantung gen immune associated sehingga terdapat variasi antar individu. Selain itu, sIgA dapat menghambat kerja glukosiltranferase sehingga glukan tidak terbentuk. Menurut Roeslan (2002), Terhambatnya kolonisasi S.Mutans oleh sIgA secara in vitro, diperkirakan karena sIgA menghambat kerja glukosiltransferase sehingga glukan tidak terbentuk, akibatnya tidak terjadi perlekatan kuman pada mekanisme pembentukan plak gigi. Antibodi yang berperan adalah sIgA yang merupakan antibody terbanyak dalam air liur. Kadar sIgA parotis yang sekresinya dirangasang sekitar 4mgL-1, sedangkan igG dan IgM hanya 1% kadar IgA. Kadar IgA I dalam air liur tanpa rangsangan sekitar 20 mgL-1, igG 1,4 mgL-1. Dan IgM 0,2 mg dL-1. (Roeslan, 2002). Respon imun seluler dan Humoral Dalam imunologi ada dua sistem pertahanan, yaitu spesifik dan humoral. Keduanya bekerjasama dan berhubungan dengan limfosit yang terdapat dalam darah dan organ-organ limfosit seperti limfe dan kelenjar getah bening. Untuk proses pendewasaan sel-sel limfosit yang diperlukan untuk daya tahan seluler harus melewati timus, dimana terjadi kontak Antara sel-sel epithel dan kelenjar timus. Sel limfosit yang dewasa ini kemudian disebut dengana sel T. selain itu terdapat pula sel B, yang berasal dari organ yang mendewasakan sel-sel tersebut. Bila terjadi kontak antara limfosit dewasa (sel B dan sel T) dengan antigen, maka limfosit yang memiliki reseptor khusus untuk antigen tersebut akan mengadakan proliferasi. Pada sistem pertahanan

seluler terjadi penambahan dari sel T, terutama pada subset CD4 yang dapat mengenal antigenantigen yang bersangkutan. Sedangkan pada sistem pertahanan humoral, selain ada penambahan dari sel B, juga terjadi pembentukan dan pengelepasan dari reseptor-reseptor spesifik yang disebut immunoglobulin. Antigen yang dapat digunakan, berbagai komponen dinding sel yang telah diidentifikasi dan diuji antara lain antigenprotein spesifik I/II.II dan III, antigen A, B, C, dan D yang berasal dari supernatant kultur sel streptokokus mutans serotype-c, serta molekul PI, dan SpA. Imunisasi dengan GTF (glukosiltransferase) yang merupakan enzyme ekstraseluler streptokokus mutans, merupakan molekul protein yang banyak diteliti untuk digunakan sebagai bahan calon vaksin. Memlalui pemberian GTF ini diharapkan dapat merangsang produksi sIgA anti GTF sehingga aktivitas streptokokus mutans dalam mensintesis dekstra ikatan (1-3) dihambat. Akibatnya akan mengurangi adherensi bakteri pada permukaan dan tidak akan terbentuk plak gigi. Beberapa antigen lain yang telah dicoba adalah sebagai berikut: 1. Preprasi protein ekstraseluler dan seluler streptokokus mutans LM7 (Barthall serotype-e) dan V403 (Biotipe-c). 2. Streptokokus mutans serotype-G 3. Ribosom streptokokus mutans 4. Mutans UAB108 dari UAB66 isolat strain 6715 5. Antigen streptokokal dengan berat molekul 3800 6. Antigen polisakarida murni dengan serotype-f yang dikonjugasi dengan protein dinding sel 7. Antigen streptokokusn murni 8. Protein pengikat glukan yang ada pada permukaan streptokokus sorbinus 9. Protein permukaan sel streptokokus mutans yang banyak mengandung fimbriae

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jenis-Jenis Imunisasi Karies Menurut Kidd (1992), karies adalah penyakit menular yang disebabkan bakteri spesifik dan dapat dicengah dengan imunisasi. Adanya hubungan antara S. mutans dengan timbulnya karies pada hewan percobaan atau pada manusia, menyebabkan banyaknya penelitian yang mengembangkan metode imunisasi terhadap karies pada akhir-akhir ini. Berikut akan dijelaskan beberapa penelitian yang telah dilakukan. Imunisasi dibedakan atas dua jenis yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi karies telah dilakukan baik secara aktif maupun pasif. Prinsip kerja imunisasi tersebut secara umum sama dengan prinsip kerja di bidang kedokteran. Adapun yang menjadi perbedaannya adalah lokal dan bahan yang digunakan (Sinulingga, 2008: 9). 1. Imunisasi sistemik aktif Imunitas yang diperoleh dengan adanya antibodi atau dari sel limfoid yang terbentuk sebagai hasil stimulasi antigenic. Meliputi partisipasi aktif penjamu setelah pemberian imunnogen, diperoleh secara alami selama infeksi penyakit subklinis atau klinis atau dengan vaksinasi. Masa kerjanya setelah periode laten. Imunitas ini dapat bertahan lama serta tergantung ketahanan dan kemampuan kimfosit untuk mengenal antigen spesifik. Imunisasi dilakukan secara oral dan penyuntikan dibawah kulit atau membran di mulut, ke dalam rongga peritoneal dan kelanjar saliva mayor.

Mekanisme perlindungan ini tidak sutuhnya diketahui, walaupun terlihat adanya perbedaan hasil Antara hewan rodensia dan hewan primata. Ternyata, serum immunoglobulin A dan Immunoglobulin G dapat dirangsang. Pada binatang pengerat, IgA lebih efektif. Pada hewan primata, tidak dapat dibuktikan bahwa IgG merupakan antibodi yang protektif tetapi dapat diketahui bahwa IgG adalah antibodi yang efektif. Antibodi tersebut masuk ke rongga mulut melalui cairan sulkus gingival yang selanjutnya dapat mempengaruhi kolonisasi bakteri S. mutans pada rongga mulut. Salah satu antigen S. mutans yang sering diteliti adalah glukosiltranferase (GTF). GTF adalah enzim yang mengkatalisis pembentukan polisakarida ekstrasel dari sukrosa yang lengket. Karena polisakarida ini bertanggung jawab terhadap daya lekat S. mutans, diperkirakan bahwa antibodi yang dapat diinduksi menjadi GTF dapat mengganggu kolonisasi mikroorganisme. Hasil imunisasi dengan GTF sejauh ini masih beragam. Walaupun permukaan halus dapat terlindungi, tetapi pada pit dan fissure tampak tidak terlindungi dan dengan mudah terjadi karies. Lebih lanjut, bentuk imunisasi ini kurang efektif jika digunakan untuk primate. Pada hewan jenis ini, imunisasi dengan dinding sel protein S. mutans lebih berhasil. 2. Imunisasi Pasif Lokal Imunitas yang diperoleh dari pemberian antibodi yang telah dibentuk sebelum atau sel limfoid yang disensitisasi secara khusus atau hasil dari penjamu yang dimunisasi aktif. Partisipasi penjamu dalam menghasilkan faktor imun. Tidak dijumpai dan masa kerjanya segera. Imunitas ini bersifat sementara. Imunisasi pasif lokal merupakan metode alternatif yang dapat digunakan untuk menghindari kemungkinan terjadinya efek buruk imunisasi sistemik aktif. Aplikasinya pada karies gigi yaitu dengan dikembangkannya antibodi monoklonal terhadap S. mutans yang dapat

10

diaplikasikan secara topikal pada permukaan gigi untuk mencegah kolonisasi bakteri (mikroorganisme) pada permukaan gigi maupun fissure (Kiid, 1992). Imunitas adalah reaksi melawan substansi asing yang masuk ke dalam tubuh seperti mikroorganisme (Bakteri, virus, parasite) dan molekul besar (protein, polisakarida). Reaksi yang terjadi meliputi reaksi seluler dan molekul. Prinsip kerja imunisasi adalah dengan menginduksi respon imun seluler maupun respon imun humoral di dalam rongga mulut untuk mencegah pembentukan plak gigi dan kolonisasi Streptokokus mutans pada permukaan gigi, sehingga karies gigi dapat dicegah. Ibu dapat merupakan sumber infeksi oleh streptokokus mutans . kolonisasi kuman-kuman ini akan diikuti oleh produksi antibodi oleh bayi itu sendiri, dimana sebelumnya bayi sudah mendapatkan IgG dari ibu melalui plasenta. Di dalam saliva ditemukan sekretori

Immunoglobulin A (sIgA) yang mampun menghambat kolonisasi oral. Produksi sIgA terhadap streptokokus mutans dapat dibentuk oleh : 1. Antigen yang masuk secara langsung ke kelanjar saliva minor yang berkembang di bawah mukosa oral. 2. Secara tidak langsung dengan menelan streptokkokus dengan konsentrasi yang cukup dan merangsang jaringan limfosit pada usus dapat membentuk respon imun. Selanjutnya antibodi serum terhadap streptokokus mutans dengan jumlah yang tinggi pada saliva maternal akan memyebabakan dibentuknya antibodi yang kuat. Hasil respon imun ini bekerja aktif dalam mencegah kolonisasi streptokokus mutans selanjutnya pada gigi yang erupsi. Tabel 1: Perbedaan antara imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

11

Segi Perbedaan Genesis

Aktif

Pasif

Peran serta host secara aktif Tidak ada peran serta host sesudah pemberian imunogen pemindahan zat yang telah jadi alami (penyakit subklinis atau (antibody, factor transfer,

klinis) atau dengan imunisasi cangkok timus, interleukin 2) (vaksin) dari host yang diimunisasi

secara aktif kepada host non imun Komponen-komponen Mulai kerja Jangka waktu Aplikasi Imunitas humoral dan seluler Hanya sesudah periode laten Jangka lama Vaksinasi Imunitas humoral dan seluler Segera Tebatas Defisiensi imun, profilaksi

Sumber : Belanti. Immunologi III. Alih Bahasa: Wahab. 3.2 Bahan-bahan Imunisasi Bahan-bahan yang digunakan dalam imunisasi juga dibedakan atas dua bagian, yaitu pada imunisasi aktif dan imunisasi pasif 1. Imunisasi aktif Beberapa metode imunisai aktif digunakan dalam mencegah karies gigi : Penggunaan peptide sintetik Streptokokus mutans Antigen Streptokokus mutans digabung dengan sub unit toksin kolera Penggabungan gen Streptokokus mutans dengan salmonella Sistem pengantaran liposom

12

Imunisasi aktif dengan menggunakan bahan-bahan tersebut di atas memeberikan hasil yang baik. Sebagai salah satu contoh, yaitu penggunaan peptide sintetik Streptokokus mutans. Penelitian yang dilakukan pada monyet dimana mukosa gingiva diinjeksi dengan peptide sintetik dari permukaan protein Streptokokus mutans menghasilkan antibody protektif pada cairan gingiva dan saliva. Sedangkan penelitian pada tikus pembrian peptide sintetik enzim glukosil transferase (GTF) Streptokokus mutans sebagai vaksin oral menunjukan hambatan fungsi enzim secara efektif. Namun imunisasi aktif ini menyebabkan efek samping sistemik yaiut terjadinya lesi autoimun pada jantung atau organ lainnya. Penelitian Endang Winiati (2008): dengan menggunakan bioteknologi yang canggih, dapat diambil gen COMD dari bakteri Streptococcus mutans, yakni jenis gen yang berfungsi memperbanyak plak pada gigi. Kemudian gen COMD yang sudah dalam bentuk DNA vaksin yang ada di dalam tubuh manusia akan secara alami membuat tubuh memproduksi antibodi bernama anti-COMD. Setelah terbentuk, antibodi ini akan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk ke rongga gigi dan mulut dan memblok Streptococcus mutans untuk berkumpul sehingga gigi dapat terhindar dari lubang-lubang yang membahayakan. Pertama kita suntikkan vaksin ini ke dalam tubuh manusia di bagian tubuh manapun, kemudian tubuh itu akan membentuk antibodi yang berguna untuk mencegah karies gigi. Konsepnya adalah persis seperti vaksinisasi. Melalui inovasi ini, manusia dapat menggunakan tubuhnya sendiri sebagai alat untuk melawan bakteri jahat yang hendak menurunkan kualitas hidup manusia. 2. Imunisasi Pasif Imunisasi pasif lokal merupakan metode alternatif lain dalam upaya pencegahan karies gigi. Penerapannya dalam karies gigi dimungkinkan dengan adanyab perkembangan antibodi monoklonal terhadap streptokokus mutans yang diaplikasikan untuk mencegah kolonisasi mikroorganisme ini pada fissure dan permukaan halus. Imunisasi pasif sistemik dengan suntikan

13

intravena dari antibody IgG terhadap streptokokus mutans dalam mencegah karies gigi telah dibuktikan pada kera rhesus. Imunisasi pasif dengan antibodi monoklonal terhadap antigen I/II permukaan streptokokus mutans telah dilakukan pada manusia, dan dalam waktu lebih dari dua tahun orang yang diberi antibodi monoklonal tersebut bebas streptokokus mutans. Imunisasi pasif dengan bahan susu sapi yang mengandung antibodi terhadap streptokokus mutans juga terbukti dapat menurunkan kolonisasi bakteri streptokokus mutans dan karies gigi (Roeslan, 2001). Menurut Lehner terdapat 4 fase hypothesis yang diajukan untuk menghitung aksi jangka panjang dari antibodi monoklonal, yaitu :
1. Antibodi monoklonal melekat pada pelikel glikoprotein saliva pada permukaan gigi 2. Determinan sel permukaan streptokokus mutans dikenal oleh antibodi yang mungkin

menghambat perlekatan langsung organism ke permukaan gigi.


3. streptokokus mutans mungkin gagal untuk berproliferasi normal, atau mungkin

difagositosis atau dimatikan oleh neutrophil lokal.


4. Daerah yang ditinggalkan oleh streptokokus mutans diisi oleh organisme plak yang lain,

yang mecegah rekolonisasi Streptokokus mutans setelah fungsi antibodi berhenti. Meningkatnya penelitian pada imunisasi pasif menghasilkan beberapa bahan yang dapat digunakan, yaitu : Antibodi monoclonal yang diaplikasikan secara topikal Susu sapi bovine yang telah diimunisasi dan air dadih

1. Antibody kuning telur (Antibodi Hen-Egg-Yolk (IgY)) Antibody tanaman transgenik

14

Secara umum pengembangan imunisasi pasif dimungkinkan sejak ditemukan antibody monoclonal. Antibody monoclonal adalah immunoglobulin yag dihasilkan dari proliferasi kon tunggal sel-sel plasma. Secara tradisional antibody monoclonal ini diproduksi dengan menggunakan wadah besar dimana sel-sel tumbuh dan dibuat untunk jumlah besar. Namun ini tidak praktis dan mahal. Oleh karena sulitnya proses sterilisasi juga mahalnya medium nutrisi (agar) untuk sel. 3.3 Mekanisme Kerja Imunisasi Dalam Mencegah Karies Upaya menimbulkan respon imun seluler dan respon imun humoral terhadap molekul protein dinding sel yang berperan dalam adherensi Streptokokus mutans merupakan target dalam pencegahan karies agar efek imunisasi dapat bertahan dalam waktu yang panjang. Terdapat dua prinsip mekanisme kerja imunisasi untuk pncegahan terhadap gigi karies. Mekanisme pertama, melibatkan antibody saliva sIgA yang dapat disebabkan oleh imunisasi langsung pada kelenjar saliva minor atau dengan imunisasi jaringan limfosit pada usus dimana sel B yang peka akan bergerak ke kelenjar saliva. Antibodi saliva akan mencegah streptokokus mutans untuk melekat pada permukaan gigi sehingga dapat mecegah karies. Mekanisme kedua adalah melalui komponen seluler dan humoral yang dihasilkan imunisasi sistemik. Transportasi antibody, komplemen, polimorfonuklear leukosit, limfosit dan makrofag terjadi melalui pembuluh darah gingival ke daerah gingival pada gigi. Kolonisasi bakteri pada gigi dapat dipengaruhi oleh imunitas sistemik, dan mekanisme yang terpenting adalah kerja IgG yang dapat menyebabkan opsinasi, pengikatan, dan fagositosis, dan proses mematikan streptokokus mutans oleh sel fagosit.

15

Gambar : Salah satu Pencegahan kolonisasi Streptokokus mutans oleh antibody monoclonal Guys 13. Diapliasikan pada permukaan gigi yang bersih dan melekat pada pelikel saliva. Bakteri mungkin melawan antibody monoclonal Guys 13 yang terpancar dari gigi atau mungkin melekat pada antibody dipermukaan gigi. Antibody monoclonal Guyss 13 dapat mengganggu perelekatan langsung dari streptokokus mutans pada reseptor di pelikel saliva. Selanjutnya, antibodi dapat menyebabkan angregasi bakteri. Aktivasi komplemen dan kematian dengan fagositosis sapat terjadi dengan perantara molekul antibody. 3.4 Keuntungan dan Kerugian Imunisasi Pasif dan imunisasi aktif Imunisasi karies telah dilakukan dengan dua cara yaitu imunisasi aktif san imunisasi pasif. Imunisasi aktif maupun pasif memiliki cara kerja yang sangat berbeda satu sama lain. Hasil yang dicapai dari kedua imunisasi tersebut pun bevariasi. Sehingga perlu perbandingan untuk mengetahui keuntungan dan kerugiannya (Sinulingga, 2008: 19). Imunisasi aktif dilakukan dengan menyuntikan sel atau produk sel Streptokokus mutans (Kidd, 1991). Kemudian tubuh dirangsang untuk membentuk antibody sebagai pertahanan terhadap serangan bakteri. Masa kerjanya yang lama. Adapun kerugiannya adalah adanya

16

efek samping sistemik dengan dengan terjadinya lesi autoimun pada jantung atau organ lainnya. Imunisasi pasif dilakukukan dengan pemeberian antibodi yang telah dibentuk sebelumnya (dikembangkan diluar) dan diaplikasikan pada gigi secara topikal. Bahan yang digunakan berupa antibody monoclonal yang dihasilkan dari tanaman transgenic (Lehner, 1994). Imunisasi pasif mempunyai keuntungan dari segi biaya yang murah, dan masa kerjanya yang segera. Namun merugikan karena hanya dapat bertahan dalam waktu yang terbatas (empat bulan). Sehingga diperlukan aplikasi berulang.

BAB IV PENUTUP 4.1 SIMPULAN 1) Streptokokus mutans merupakan bakteri kariogenik sebagai penyebab karies 2) Pendekatan imunologis dapat menjadi jalan keluar karena Streptokokus mutans menimbulkan proses imun 3) Imunisasi dapat dilakukan dengan dua cara :imunisasi aktif dan imunisasi aktif 4) Imunisasi aktif : adanya kemungkinan reaksi silang antibody yang berbahaya 5) Imunisasi pasif: dilakukan dengan antibody monoclonal, yang mana immunoglobulin yang dihasilkan dari proliferasi klon tunggal sel-sel plasma 6) Antibody tanaman transgenic memproduksi antibody sekretori (sIgA) sebagai contoh adalah tanaman tembakau.

17

7) Keuntungan dan kerugian :Imunisasi aktif sebagai pertahanan terhadap serangan bakteri. Masa kerjanya yang lama. Adapun kerugiannya adalah adanya efek samping sistemik dengan dengan terjadinya lesi autoimun pada jantung atau organ lainnya. 8) Sedangkan imunisasi pasif, Imunisasi pasif Imunisasi pasif mempunyai keuntungan dari segi biaya yang murah, dan masa kerjanya yang segera. Namun merugikan karena hanya dapat bertahan dalam waktu yang terbatas (empat bulan). Sehingga diperlukan aplikasi berulang. 9) Mekanisme Kerja : Mekanisme pertama, melibatkan antibody saliva sIgA. Mekanisme kedua Kolonisasi bakteri pada gigi dapat dipengaruhi oleh imunitas sistemik, dan mekanisme yang terpenting adalah kerja IgG yang dapat menyebabkan opsinasi, pengikatan, dan fagositosis, dan proses mematikan streptokokus mutans oleh sel fagosit.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Karies gigi: Pengukuran risiko dan evaluasi. http://usupress.usu.ac.id Baratawidjaja, KG. 2004. Imunologi Dasar, Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Deliyanti, Eka Wina.. 2008. Sistem Imun Tubuh terhadap Karies, USU Repository, Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8378 diakses pada tanggal 10 Kidd EAM, Bechal SJ. 1992. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya. Cetakan 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Nasution, Rizki Santy. 2006. Immunologi Karies Gigi [skripsi]. FKG USU Departemen Pedodonsia. Pickard H.M, dkk.2002. Manual Konservasi Restoratif menurut Pickard (terjemahan: Narlan Sumawinata). Jakarta: Widya Medika

18

Roeslan, B.O. 2001. Kemungkinan Pencegahan Karies Gigi Melalui Imunisasi, Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi, Jakarta, Universitas Trisakti, 16 (43): 38-44 ___________. 2002. Imunologi Oral kelainan di dalam rongga mulut. FK UI : Jakarta. Sinulingga, Sri Semiaty. 2002. Imunisasi Pasif dalam Upaya Pencegahan. Karies Gigi. USU eRespository : 2008 Winiati, Endang. 2008. Vaksin Pencegah Kariesn Gigi : Vaksin Immunoglobulin Y Anti-ComD. FKGUI: Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai