Anda di halaman 1dari 38

LABORATORIUM

KIMIA FISIKA
Percobaan : KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Kelompok : VI A
N a m a :
1. A r i st a ni a N i l a Wa gi sw a r i N RP. 2313 0 30 0 0 5
2. Rev a ni N u r i a w a t i N RP. 2313 0 30 0 19
3. M . Fi k r i Dzu l k a r na in Ri m osa n N RP. 2313 0 30 0 37
4. Ri o Sa nj a y a N RP. 2313 0 30 0 65
5. N u r A nni sa Ok t a v i a na N RP. 2313 0 30 0 89
Ta ngga l Per cob a a n : 21 Ok t ob er 20 13
Ta ngga l Peny er a ha n : 28 Ok t ob er 20 13
Dosen Pem b i m b ing : Wa r li nd a Ek a Tr i a st u t i S.T., M.T.
A si st en La b or a t or i u m : Dha ni a r Ru la nd r i W.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIKKIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
i
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kelarutan dan menghitung panas
pelarutan differensial pada larutan jenuh asam oksalat
Metode pertama yang dilakukan adalah mengukur aquades 50 ml dengan gelas ukur
dan memasukan kedalam Erlenmeyer. Mengkondisikan aquades pada suhu 5
0
C, dengan
menaruhnya pada air yang berisi es. Memasukan asam oksalat kristal ke dalam aquadest dan
mengaduknya hingga kristalnya tidak mau larut atau dapat disebut sebagai konisi tepat jenuh
atau jenuh. Mengukur suhu larutan dan mencatatnya. Mengambil larutan dan memasukkan
ke dalam piknometer sejumlah volume piknometer dan menimbangnya. Mengambil 10 ml
larutan dan menitrasi larutan menggunakan NaOH baku dengan indikator PP sebanyak 3
tetes. Menitrasi larutan sebanyak 2 kali. Mengulangi tahap 1 sampai 8 untuk variable suhu
10
0
C, 15
0
C, dan 20
0
C.
Hasil percobaan pertama yang didapat adalah hubungan yang terjadi antara suhu
dengan kelarutan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan pada suhu 5
0
C
massa asam oksalat yang terlarut adalah sebesar 9,5 gram, pada suhu 10
0
C massa asam
oksalat yang terlarut adalah sebesar 10 gram. Untuk suhu sebesar 15
0
C massa asam oksalat
yang terlarut adalah sebesar 10,5 gram dan untuk suhu 20
0
C jumlah massa asam oksalat
yang terlarut adalah 12 gram. Volume rata-rata dari titran untuk mengubah warna dari tidak
brwarna menjadi ungu berbeda-beda untuk setiap suhunya. Pada suhu 5
0
C volume rata-rata
titran sebesar 16,15 ml, untuk suhu 10
0
C volume rata-rata titran yang dibutuhkan sebesar
17,75 ml. Untuk suhu 15
0
C volume rata-rata titran yang dibutuhkan sebesar 18,9 ml dan
untuk suhu 20
0
C volume rata-rata titran yang dibutuhkan sebesar 23,6 ml. Hubungan yang
terjadi antara suhu dengan kelartan yang didapatkan melalui percobaan ini menunjukan
bahwa dari hasil percobaan semakin besar suhu aquades maka jumlah kristal Asam Oksalat
(H
2
C
2
O
4
) yang larut dalam aquades juga semakin besar. Karena lebih banyak jumlah asam
oksalat yang dapat terlarut jika jumlah pelarutnya juga semakin banyak. Hal tersebut secara
teoritis dapat dijelaskan bahwa hubungan massa zat terlarut berbanding lurus dengan
volume zat pelrutnya.
Kata kunci: kelarutan, panas pelarutan diferensial, titrasi
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAKS . i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GRAFIK v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ... I-1
I.2Rumusan Masalah ...... I-1
I.3 Tujuan Percobaan ...... I-2
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori ... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 VariabelPercobaan . III-1
III.2Alat yang Digunakan ...... III-1
III.3Bahanyang Digunakan ... III-1
III.4Prosedur Percobaan III-1
III.5Diagram AlirPercobaan ...... III-2
III.6Gambar Alat Percobaan .. III-3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan .. IV-1
IV.2 Pembahasan IV-2
BAB V KESIMPULAN .. V-1
DAFTAR PUSTAKA .. vi
DAFTAR NOTASI .. vii
APPENDIX . viii
LAMPIRAN
Laporan Sementara
Fotocopy Literatur
Lembar Revisi
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan . III-3
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.1HubunganSuhudenganKelarutan . IV-4
Grafik IV.2 HubunganSuhudengan Volume Titran ..................................... IV-5
Grafik IV.3HubunganPerubahan Suhudengan Massa Zat Telarut ................... IV-5
iv
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1.1 Massa Terlarut danSuhuAkhir Larutan ......... IV-1
Tabel IV.1.2 Volume Titran .. IV-1
Tabel IV.1.3 Massa LarutandalamPiknometer IV-1
Tabel IV.1.4 Perhitungan Panas Pelarutan Differensial. IV-2
I-1
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kelarutan, dimana kita tahu kelarutan itu
proses terlarutnya suatu zat dalam suatu pelarut, contohnya seperti garam (zat terlarut) yang
dilarutkan dalam suatu air (pelarut) yang bercampur menjadi larutan garam (larutan).
Kelarutan merupakan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut atau (solute), untuk larut dalam
suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut
dalam suatu pelarut. Larutanada yang jenuh, tidak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan jenuh bila
larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari
larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh, dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh
disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat
pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan. Pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat kita lihat
pada kehidupan sehari-hari yaitu kelarutan gula dalam air. Gula yang dilarutkan ke dalam air
panas, dan dilarutkan ke dalam air dingin, maka gula yang akan lebih cepat larut pada air
panas karena semakin besar suhu semakin besar pula kelarutannya.
Berdasarkan prinsipnya, kelarutan sebagai fungsi suhu didasari oleh pergeseran
kesetimbangan antara zat yang beraksi dengan hasilnya. Dimana bila suhu dinaikkan maka
kelarutan akan bertambah dan kesetimbangan akan bergeser. Tetapi bila suhu diturunkan
maka kelarutan akan semakin kecil dan disertai oleh pergeseran kesetimbangan.
Aplikasi kelarutan dalam dunia industri adalah pada pembuatan reaktor kimia pada proses
pemisahan dengan cara pengkristalan integral, selain itu dapat digunakan untuk dasar atau
ilmu dalam proses pembuatan granul-granul pada industri baja. Dalam percobaan ini, akan
dilakukan percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu pada asam oksalat dengan menggunakan
suhu yang bervariasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu pada
penentuan kelarutan.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan kelarutan dan menghitung panas pelarutan differensial
pada larutan jenuh asam oksalat?
I-2
Bab I Pendahuluan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
I.3 Tujuan Percobaan
1. Menentukan kelarutan dan menghitung panas pelarutan differensial pada larutan jenuh
asam oksalat
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kelarutan
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan
mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian memperkirakan
jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai dengan masih
terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dikocok ataupun diaduk akan terjadi
kesetimbangan antara zat yang larut dengan zat yang tidak larut (Atkins, 1994).
Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut, adalah
banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi
tertentu.Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi, bila batas kelarutan tercapai,
maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut
ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi, akan
terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan
(sukardjo, 1997).
Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent.Solute adalah substansi
yang melarutkan.Contoh sebuah larutan NaCl.NaCl adalah solute dan air adalah solvent.
Dari ketiga materi, padat, cair dan gas, sangat dimungkinkan untuk memilki Sembilan
tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam gas, cair
dalam cairan, dan sebagainya. Dari berbagai macam tipe ini, larutan yang lazim kita
kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan serta gas dalam
gas (sukardjo, 1997).
Jika kelarutan suhu suatu sistem kimia dalam keseimbangan dengan padatan,
cairan atau gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan jenuh
adalah larutan yang kandungan solutnya sudah mencapai maksimal sehingga
penambahan solut lebih lanjut tidak dapat larut. Konsentrasi solut dalam larutan jenuh
disebut kelarutan. Untuk solut padat maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana
molekul fase padat meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan
sama dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase padat
(sukardjo, 1997).
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang
yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang partikel
tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi.
Larutan sangat jenuh, yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute dari pada
yang diperlukan untuk larutan jenuh ata
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan. Suatu larutan jenuh
merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu
dinaikan. Pada umumnya kelarutan zat pada
(syukri,1999).
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang
tidak larut.keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut :
Dimana :
A (l) : molekul zat terlarut
A (p) : molekul zat yang tidak larut
Panas pelarutan yang dihitung adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan
dilarutkan dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas
pelarutan untuk larutan encer yang bi
umumnya panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut vant hoff kenaikan suhu akan
meningkatkan jumlah zat terlarut (panas pelarutan (+)) = endotermis. Sedangkan untuk
zat zat yang panas pelarutannya (
jumlah zat yang terlarut (Tim Kimia Fisika, 2011).
Proses apa saja yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam
arah yang lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan
berlangsung dengan laju dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju yang sama
dengan kesetimbangan maka perubahan energy netto adalah nol. Tetapi jika suhu
dinaikkan maka proses akan menyerap kalor. Dalam hal ini pembentukan larutan lebih
disukai. Segera setelah suhu dinaikkan tidak berada pada kesetimbangan karena ada lagi
zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah
larut pada suhu tinggi (Kleinfelter, 1996).
Kelarutan zat menurut suhu sangat berbeda
yang bersentuhan dengan zat terlarut yang tidak larut dalam larutan itu adalh sebuah
contoh mengenai kesetimbangan dinamik. Karena dihadapkan dengan sistem
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang
yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang partikel
tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi.
Larutan sangat jenuh, yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute dari pada
yang diperlukan untuk larutan jenuh atau dengan kata lain larutan yang tidak dapat lagi
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan. Suatu larutan jenuh
merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu
dinaikan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikan
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang
tidak larut.keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut :
A(p) A(l)
molekul zat terlarut
A (p) : molekul zat yang tidak larut
Panas pelarutan yang dihitung adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan
dilarutkan dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas
pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam table panas pelarutan. Pada
umumnya panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut vant hoff kenaikan suhu akan
meningkatkan jumlah zat terlarut (panas pelarutan (+)) = endotermis. Sedangkan untuk
zat yang panas pelarutannya (-) adalh eksotermis. Kenaikan suhu akan menurunkan
(Tim Kimia Fisika, 2011).
Proses apa saja yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam
arah yang lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan
rlangsung dengan laju dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju yang sama
dengan kesetimbangan maka perubahan energy netto adalah nol. Tetapi jika suhu
dinaikkan maka proses akan menyerap kalor. Dalam hal ini pembentukan larutan lebih
era setelah suhu dinaikkan tidak berada pada kesetimbangan karena ada lagi
zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah
(Kleinfelter, 1996).
Kelarutan zat menurut suhu sangat berbeda beda. Pada suhu tertentu larutan jenuh
yang bersentuhan dengan zat terlarut yang tidak larut dalam larutan itu adalh sebuah
contoh mengenai kesetimbangan dinamik. Karena dihadapkan dengan sistem
II-2
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari
yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang partikel partikelnya
Larutan sangat jenuh, yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute dari pada
u dengan kata lain larutan yang tidak dapat lagi
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan. Suatu larutan jenuh
merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu
t dalam larutan bertambah bila suhu dinaikan
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang
Panas pelarutan yang dihitung adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan
dilarutkan dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas
asa terdapat dalam table panas pelarutan. Pada
umumnya panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut vant hoff kenaikan suhu akan
meningkatkan jumlah zat terlarut (panas pelarutan (+)) = endotermis. Sedangkan untuk
dalh eksotermis. Kenaikan suhu akan menurunkan
Proses apa saja yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam
arah yang lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan
rlangsung dengan laju dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju yang sama
dengan kesetimbangan maka perubahan energy netto adalah nol. Tetapi jika suhu
dinaikkan maka proses akan menyerap kalor. Dalam hal ini pembentukan larutan lebih
era setelah suhu dinaikkan tidak berada pada kesetimbangan karena ada lagi
zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah
da suhu tertentu larutan jenuh
yang bersentuhan dengan zat terlarut yang tidak larut dalam larutan itu adalh sebuah
contoh mengenai kesetimbangan dinamik. Karena dihadapkan dengan sistem
kesetimbangn, dapat menggunakan prinsip le chatelier. Untuk menganali
gangguan itu pada sistem akan mempengaruhi kedudukan kesetimbangan. Gangguan ini
antara lain perubahan pada suhu ini cenderung menggeser kesetimbangan kea rah
penyerap kalor.
Jika pelarut dari zat terlarut lebih banyak merupakan peristiwa en
dinyatakan dalam persamaan :
Kalor + zat terlarut + larutan (l
Dengan larutan (l
2
meningkatkan kelarutan. Dengan kata lain, kesetimbangan bergeser ke kanan karena
meningkatnya suhu. Untuk kebanyakan padatan dan cairan yang dilakukan dalam pelarut
cairan, biasaarutannya kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu.
Untuk gas, pembentukan larutan dalam cairan hapir selalu eksoterm, sehingga
ketimbangan dapat dinyatakan dengan :
Gas + larutan (1)
Untuk kesetimabngan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan
sebab pergeseran ini ke kiri adalah endoterm. Karena itu gas hamppir selalu menjadi
kurang larut dalam cairan jika suhunya dinaikkan (Atkins, 1994)
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan
persamaan :
p
=
konstanta kesetimbangan akan naik seiring dengan naiknya termperatur. Pada reaksi
eksoterm konstanta kesetimbangan akan turun dengan naiknya temperature
Alberty Silbey, 1996).
Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat
tidak larut. Dalam kesetimbangan ini, kecepatan melarut sama dengan kecepatan
mengendap. Artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu sama.
II.2 Teori Panas dan Pelarutan
Panas pelarutan adalah panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan mol zat
solute dalam n mol solvent pada tekanan dan temperatur yang sama. Hal ini disebabkan
adanya ikatan kimia dari atom
pelarutan integral dan panas pelarutan diferensial. Panas pelarutan didefinisikan sebagai
perubahan entalpi yang terjadi bila dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan standar
dicampur pada tekanan dan temperatur tetap untuk membuat larutan
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
kesetimbangn, dapat menggunakan prinsip le chatelier. Untuk menganali
gangguan itu pada sistem akan mempengaruhi kedudukan kesetimbangan. Gangguan ini
antara lain perubahan pada suhu ini cenderung menggeser kesetimbangan kea rah
Jika pelarut dari zat terlarut lebih banyak merupakan peristiwa en
dinyatakan dalam persamaan :
Kalor + zat terlarut + larutan (l
1
) larutan (l
2
2
) lebih pekat daripada larutan(l
1
) maka kenaikan suhu akan
meningkatkan kelarutan. Dengan kata lain, kesetimbangan bergeser ke kanan karena
meningkatnya suhu. Untuk kebanyakan padatan dan cairan yang dilakukan dalam pelarut
cairan, biasaarutannya kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu.
Untuk gas, pembentukan larutan dalam cairan hapir selalu eksoterm, sehingga
ketimbangan dapat dinyatakan dengan :
Gas + larutan (1) larutan (2) + kalor
Untuk kesetimabngan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan
ke kiri adalah endoterm. Karena itu gas hamppir selalu menjadi
kurang larut dalam cairan jika suhunya dinaikkan (Atkins, 1994)
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan
yang disebut persamaan vant hoff. Pada reaksi endoterm
konstanta kesetimbangan akan naik seiring dengan naiknya termperatur. Pada reaksi
eksoterm konstanta kesetimbangan akan turun dengan naiknya temperature
jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat
tidak larut. Dalam kesetimbangan ini, kecepatan melarut sama dengan kecepatan
mengendap. Artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu sama.
Teori Panas dan Pelarutan
larutan adalah panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan mol zat
dalam n mol solvent pada tekanan dan temperatur yang sama. Hal ini disebabkan
adanya ikatan kimia dari atom-atom. Panas pelarutan dibagi menjadi dua yaitu panas
al dan panas pelarutan diferensial. Panas pelarutan didefinisikan sebagai
perubahan entalpi yang terjadi bila dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan standar
dicampur pada tekanan dan temperatur tetap untuk membuat larutan (Alberty, 1992).
II-3
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
kesetimbangn, dapat menggunakan prinsip le chatelier. Untuk menganalisis bagaimana
gangguan itu pada sistem akan mempengaruhi kedudukan kesetimbangan. Gangguan ini
antara lain perubahan pada suhu ini cenderung menggeser kesetimbangan kea rah
Jika pelarut dari zat terlarut lebih banyak merupakan peristiwa endoterm, seperti
2
)
) maka kenaikan suhu akan
meningkatkan kelarutan. Dengan kata lain, kesetimbangan bergeser ke kanan karena
meningkatnya suhu. Untuk kebanyakan padatan dan cairan yang dilakukan dalam pelarut
Untuk gas, pembentukan larutan dalam cairan hapir selalu eksoterm, sehingga
Untuk kesetimabngan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan
ke kiri adalah endoterm. Karena itu gas hamppir selalu menjadi
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan
o
dengan
yang disebut persamaan vant hoff. Pada reaksi endoterm
konstanta kesetimbangan akan naik seiring dengan naiknya termperatur. Pada reaksi
eksoterm konstanta kesetimbangan akan turun dengan naiknya temperature (Robert A
jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat
tidak larut. Dalam kesetimbangan ini, kecepatan melarut sama dengan kecepatan
larutan adalah panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan mol zat
dalam n mol solvent pada tekanan dan temperatur yang sama. Hal ini disebabkan
atom. Panas pelarutan dibagi menjadi dua yaitu panas
al dan panas pelarutan diferensial. Panas pelarutan didefinisikan sebagai
perubahan entalpi yang terjadi bila dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan standar
(Alberty, 1992).
Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut, kalor dapat diserap atau dilepaskan,
kalor reaksi bergantung pada konsentrasi larutan akhir. Bila zat terlarut dilarutkan dalam
pelarut yang secara kimia sama dan tidak ada komplikasi mengenai ionisasi atau solvasi,
kalor pelarutan hampir sama dengan peluluhan. Kalor pelarutan, integral antara 2
kemolalan m1 dan m2 adalah kalor yang menyertai pengenceran tertentu dengan
konsentrasi M, yang mengandung 1 mol zat terlarut dengan pelarut murni untuk
membuat larutan dengan ko
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (
negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas pelarutan (
daya larut naik dengan naiknya temperatur. Tekanan tida
daya larut zat padat dan cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas
142).
Kelarutan zat terlarut diketahui dari konsentrasi dalam larutan jenuhnya ,biasanya
dinyatakan dalam banyaknya mol zat terlarut per l
Suminar,1992).
Kelaruta(s) suatu endapan menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar
dari larutan jenuhnya (Vogel , 1990).
Larutan jenuh merupakan larutan dimana zat terlarutnya (molekul atau ion) telah
maksimum pada suhu tertentu .Untuk zat elektrolit yang sukar larut ,larutan jenuhnya
dicirikan oleh nilai Ksp .Nilai Ksp pada suhu 250 C telah didafatar.Jika larutan
mengandung zat terlarutnya melebihi jumlah maksimum kelarutannya pada suhu tertentu
, maka dikatakan bahwa larutan telah lewat jenuh
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu , tekanan ,konsentrasi
bahan bahan lain dalam larutan itu,dan pada komposisi pelarutnya.
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis
dalam anlisis anorganik kualitatif,karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana
terbuka pada tekanan atmosfer ; perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak
mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan.Terlebih penting adalah perubahan
kelarutan dengan suhu.Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah
besar dengan kenaikan suhu ,meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti
kalium sulfat) terjadi hal yang seb
bedadalam beberapa hal sangat kecil sekali dsalam hal
(Vogel,1990).
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
t terlarut dilarutkan dalam pelarut, kalor dapat diserap atau dilepaskan,
kalor reaksi bergantung pada konsentrasi larutan akhir. Bila zat terlarut dilarutkan dalam
pelarut yang secara kimia sama dan tidak ada komplikasi mengenai ionisasi atau solvasi,
or pelarutan hampir sama dengan peluluhan. Kalor pelarutan, integral antara 2
kemolalan m1 dan m2 adalah kalor yang menyertai pengenceran tertentu dengan
konsentrasi M, yang mengandung 1 mol zat terlarut dengan pelarut murni untuk
membuat larutan dengan konsentrasi m2 (Alberty, 1992: 34).
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (
negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas pelarutan (
daya larut naik dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap
daya larut zat padat dan cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas (Sukardjo, 1997 :
Kelarutan zat terlarut diketahui dari konsentrasi dalam larutan jenuhnya ,biasanya
dinyatakan dalam banyaknya mol zat terlarut per liter larutan jenuh
Kelaruta(s) suatu endapan menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar
(Vogel , 1990).
Larutan jenuh merupakan larutan dimana zat terlarutnya (molekul atau ion) telah
ada suhu tertentu .Untuk zat elektrolit yang sukar larut ,larutan jenuhnya
dicirikan oleh nilai Ksp .Nilai Ksp pada suhu 250 C telah didafatar.Jika larutan
mengandung zat terlarutnya melebihi jumlah maksimum kelarutannya pada suhu tertentu
bahwa larutan telah lewat jenuh (Mulyono,2005).
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu , tekanan ,konsentrasi
bahan lain dalam larutan itu,dan pada komposisi pelarutnya.
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis
dalam anlisis anorganik kualitatif,karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana
terbuka pada tekanan atmosfer ; perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak
yang berarti atas kelarutan.Terlebih penting adalah perubahan
kelarutan dengan suhu.Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah
besar dengan kenaikan suhu ,meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti
kalium sulfat) terjadi hal yang sebaliknya. Laju kenaikan dengan suhu berbeda
bedadalam beberapa hal sangat kecil sekali dsalam hal-hal lainnya sangat besar
II-4
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
t terlarut dilarutkan dalam pelarut, kalor dapat diserap atau dilepaskan,
kalor reaksi bergantung pada konsentrasi larutan akhir. Bila zat terlarut dilarutkan dalam
pelarut yang secara kimia sama dan tidak ada komplikasi mengenai ionisasi atau solvasi,
or pelarutan hampir sama dengan peluluhan. Kalor pelarutan, integral antara 2
kemolalan m1 dan m2 adalah kalor yang menyertai pengenceran tertentu dengan
konsentrasi M, yang mengandung 1 mol zat terlarut dengan pelarut murni untuk
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (H)
negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas pelarutan (H) positif,
k begitu berpengaruh terhadap
(Sukardjo, 1997 :
Kelarutan zat terlarut diketahui dari konsentrasi dalam larutan jenuhnya ,biasanya
iter larutan jenuh (Petrucci dan
Kelaruta(s) suatu endapan menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar
Larutan jenuh merupakan larutan dimana zat terlarutnya (molekul atau ion) telah
ada suhu tertentu .Untuk zat elektrolit yang sukar larut ,larutan jenuhnya
dicirikan oleh nilai Ksp .Nilai Ksp pada suhu 250 C telah didafatar.Jika larutan
mengandung zat terlarutnya melebihi jumlah maksimum kelarutannya pada suhu tertentu
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu , tekanan ,konsentrasi
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis
dalam anlisis anorganik kualitatif,karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana
terbuka pada tekanan atmosfer ; perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak
yang berarti atas kelarutan.Terlebih penting adalah perubahan
kelarutan dengan suhu.Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah
besar dengan kenaikan suhu ,meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti
aliknya. Laju kenaikan dengan suhu berbeda-
hal lainnya sangat besar
Perubahan entalpi pelarutan adalah kalor yang menyertai proses penambahan
sejumlah tertentu zat terlarut terhadap zat pe
dua macam entalpi pelarutan yaitu entalpi pelarutan integral dan entalpi pelarutan
diferensial. Entalpi pelarutan integral adalah perubahan entalpi jika satu mol zat terlarut
dilarutkan ke dalam n mol pelarut. Ji
persamaan reaksi pelarutnya dituliskan sebagai berikut:
X + n H
Persamaan tersebut menyatakan bahwa satu mol zat x dilarutkan ke dalam n mol
air. Sebagai contoh entalpi pelarutan integral dalam percobaan kita kali ini adalah
CuSO
4
:
CuSO
4
+ 5 H
Pelarut yang kita gunakan dalam hal ini adalah air. Karena air mempunyai sifat
khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai kemampuan melarutkan berbagai jenis
zat. Walaupun air bukan pelarut yang universal (pelarut yang dapat melarutkan semua
zat), tetai dapat melarutkan banyak macam senyawa ionik, senyawa organik dan
anorganik yang polar dan bahkan dapat melarutkan senyawa
rendah tetapi berinteraksi khusus dengan air.
Salah satu sebab mengapa air itu dapat melarutkan zat
kemampuannya menstabilkan ion dalam larutan hingga ion
satu dengan lainnya. Kemampuan ini disebabkan oleh besarnya tetapan dielektrika yang
dimiliki air. Tetapan dielektrik adalah suatu tetapan yang menunjukkan kemampuan
molekul mempolarisasikan dirinya atau kemampuan mengatur muatan list
tedapat dalam molekulnya sendiri sedemikian rupa sehingga dapat mengarah pada
menetralkan muatan-muatan listrik yang terdapat di sekitarnya. Dalam hal ini, kekuatan
tarik menarik muatan yang belawanan akan sangat diperkecil bila medianya mempunyai
tetapan dielektrik besar.
Dalam percobaan ini akan dicari panas pelarutan dua senyawa yaitu CuSO
dan CuSO
4
anhidrat. Biasanya panas reaksi senyawa sangat sulit untuk ditentukan, tetapi
dengan menggunakan hukum Hess panas reaksi ini dapat dihitung se
Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah jumlah total perubahan entalpi
untuk setiap tahapnya atau bisa disimpulkan kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan,
tetapi hanya ditentukan keadaan awal dan akhir. Jadi jika suatu r
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
Perubahan entalpi pelarutan adalah kalor yang menyertai proses penambahan
sejumlah tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada suhu dan tekanan tetap. Terdapat
dua macam entalpi pelarutan yaitu entalpi pelarutan integral dan entalpi pelarutan
diferensial. Entalpi pelarutan integral adalah perubahan entalpi jika satu mol zat terlarut
dilarutkan ke dalam n mol pelarut. Jika pelarut yang digunakan adalah air, maka
persamaan reaksi pelarutnya dituliskan sebagai berikut:
X + n H
2
O X. nH
2
O H
r
= ........kJ
Persamaan tersebut menyatakan bahwa satu mol zat x dilarutkan ke dalam n mol
air. Sebagai contoh entalpi pelarutan integral dalam percobaan kita kali ini adalah
+ 5 H
2
O CuSO
4
. 5 H
2
O H
Pelarut yang kita gunakan dalam hal ini adalah air. Karena air mempunyai sifat
khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai kemampuan melarutkan berbagai jenis
zat. Walaupun air bukan pelarut yang universal (pelarut yang dapat melarutkan semua
zat), tetai dapat melarutkan banyak macam senyawa ionik, senyawa organik dan
g polar dan bahkan dapat melarutkan senyawa-senyawa yang polaritasnya
rendah tetapi berinteraksi khusus dengan air.
Salah satu sebab mengapa air itu dapat melarutkan zat-zat ionik ialah karena
kemampuannya menstabilkan ion dalam larutan hingga ion-ion itu dapat terpisah antara
satu dengan lainnya. Kemampuan ini disebabkan oleh besarnya tetapan dielektrika yang
dimiliki air. Tetapan dielektrik adalah suatu tetapan yang menunjukkan kemampuan
molekul mempolarisasikan dirinya atau kemampuan mengatur muatan list
tedapat dalam molekulnya sendiri sedemikian rupa sehingga dapat mengarah pada
muatan listrik yang terdapat di sekitarnya. Dalam hal ini, kekuatan
tarik menarik muatan yang belawanan akan sangat diperkecil bila medianya mempunyai
Dalam percobaan ini akan dicari panas pelarutan dua senyawa yaitu CuSO
anhidrat. Biasanya panas reaksi senyawa sangat sulit untuk ditentukan, tetapi
dengan menggunakan hukum Hess panas reaksi ini dapat dihitung secara tidak langsung.
Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah jumlah total perubahan entalpi
untuk setiap tahapnya atau bisa disimpulkan kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan,
tetapi hanya ditentukan keadaan awal dan akhir. Jadi jika suatu reaksi dapat berlangsung
II-5
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
Perubahan entalpi pelarutan adalah kalor yang menyertai proses penambahan
larut pada suhu dan tekanan tetap. Terdapat
dua macam entalpi pelarutan yaitu entalpi pelarutan integral dan entalpi pelarutan
diferensial. Entalpi pelarutan integral adalah perubahan entalpi jika satu mol zat terlarut
ka pelarut yang digunakan adalah air, maka
= ........kJ
Persamaan tersebut menyatakan bahwa satu mol zat x dilarutkan ke dalam n mol
air. Sebagai contoh entalpi pelarutan integral dalam percobaan kita kali ini adalah
O H
r
= ........kJ
Pelarut yang kita gunakan dalam hal ini adalah air. Karena air mempunyai sifat
khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai kemampuan melarutkan berbagai jenis
zat. Walaupun air bukan pelarut yang universal (pelarut yang dapat melarutkan semua
zat), tetai dapat melarutkan banyak macam senyawa ionik, senyawa organik dan
senyawa yang polaritasnya
zat ionik ialah karena
dapat terpisah antara
satu dengan lainnya. Kemampuan ini disebabkan oleh besarnya tetapan dielektrika yang
dimiliki air. Tetapan dielektrik adalah suatu tetapan yang menunjukkan kemampuan
molekul mempolarisasikan dirinya atau kemampuan mengatur muatan listrik yang
tedapat dalam molekulnya sendiri sedemikian rupa sehingga dapat mengarah pada
muatan listrik yang terdapat di sekitarnya. Dalam hal ini, kekuatan
tarik menarik muatan yang belawanan akan sangat diperkecil bila medianya mempunyai
Dalam percobaan ini akan dicari panas pelarutan dua senyawa yaitu CuSO
4
.5H
2
O
anhidrat. Biasanya panas reaksi senyawa sangat sulit untuk ditentukan, tetapi
cara tidak langsung.
Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah jumlah total perubahan entalpi
untuk setiap tahapnya atau bisa disimpulkan kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan,
eaksi dapat berlangsung
menurut dua tahap atau lebih maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar
kalor tahapan
mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan
perubahan fisika (pelarutan, peleburan dsb )
satuan tenaga panas
Untuk menentukan perubahan panas yang terjadi pada reaksi
kalorimeter
Besarnya panas reaksi bisa dunyatakan pada :
tekanan tetap ; qp =
volume tetap ; qv =
Hubungan D H dan D U
D H = + maka panas diserap, reaksi endoterm
D U = - maka panas dilepaskan, reaksi eksoterm
1. Panas reaksi dipengaruhi oleh :
- jumlah zat yang bereaksi
- Keadaan fisika
- Temperatur
- Tekanan
- Jenis reaksi (P tetap atau V tetap)
Dalam menuliskan reaksi kimia harus dituliskan wujud, koefisien dan kondisi
percobaan.
Misalnya :
reaksi pebentukan CO2 pada 1 atm dan 298 K
C(grafit)+ 2O2(g) CO2 (g)
perubahan energi dilakukan pada tekanan teta
Tinjau Reaksi :
jika entalpi pereaksi = H1
entalpi hasil reaksi = H2
Maka :
H1 = H2 + x kJ
H2-H1 = -x kJ
D H = -x kJ
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
menurut dua tahap atau lebih maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar
mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan
perubahan fisika (pelarutan, peleburan dsb )
satuan tenaga panas = kalori ; joule (1 joule = 0.24 kal);KJ ; Kkal
Untuk menentukan perubahan panas yang terjadi pada reaksi-reaksi kimia dipakai
Besarnya panas reaksi bisa dunyatakan pada :
; qp = DH
qv = D U
: D H = D U+P DV
panas diserap, reaksi endoterm
maka panas dilepaskan, reaksi eksoterm
Panas reaksi dipengaruhi oleh :
jumlah zat yang bereaksi
reaksi (P tetap atau V tetap)
Dalam menuliskan reaksi kimia harus dituliskan wujud, koefisien dan kondisi
reaksi pebentukan CO2 pada 1 atm dan 298 K
C(grafit)+ 2O2(g) CO2 (g) +393,515 kj
perubahan energi dilakukan pada tekanan tetap (tekanan atmosfir) sehingga berlaku :
D H = qp
aA + bB cC + dD + x kJ
jika entalpi pereaksi = H1
= H2
II-6
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
menurut dua tahap atau lebih maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar
mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan-
reaksi kimia dipakai
Dalam menuliskan reaksi kimia harus dituliskan wujud, koefisien dan kondisi
p (tekanan atmosfir) sehingga berlaku :
Hukum Hess : Entalpi merupakan
tergantung pada jalannya proses, tetapi hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan
akhir
Reaksi:
Berdasarkan hukum Hess maka :
Macam-macam Panas /Perub entalpi :
1. Panas atomisasi : Panas yang diperlukan untuk menghasilkan 1 mol zat dalam bentuk
gas dari keadaan yang paling stabil pada keadaan standar . Contoh :
2. Panas penguapan standar : panas yang diperlukan untuk menguapkan 1 mol zat cair
menjadi upanya pada keadaan standar
contoh :
H
3. Panas peleburan standar : panas yang
Contoh :
4. Panas pelarutan integral: Panas yang timbul atau diserap pada pelarutan suatu zat
dalam suatu pelarut. Besarnya tergantung jumlah zat pelarut dan zat
5. Panas pengenceran integral : panas yang timbul atau diserap jika suatu larutan dengan
konsentrasi tertentu diencerkan lebih lanjut dengan menambahkan pelarut
6. Panas pelarutan diferensial = panas yang timbul atau diserap jika 1 molzat terlarut
ditambahkan ke dalam sejumlah besar larutan tanpa me
7. Panas Pengenceran diferensial : Panas yang timbul atau diserap jika 1 mol pelarut
ditambahkan ke dalam sejumlah larutan tanpa mengubah konsentrasi larutan tersebut.
8. Panas netralisasi : panas yang diserap atau dilepaskan jika 1 mol ekivalen asam kuat
tepat dinetralkan oleh 1 mol ekivalen basa kuat.
9. Panas Hidrasi : panas yang timbul atau diperlukan pada pembentukan hidrat.
Contoh :
CaCl
2
(s) + 2H
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
Hukum Hess : Entalpi merupakan fungsi keadaan, karena itu perubahannya tidak
tergantung pada jalannya proses, tetapi hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan
C + O
2
CO DH1
CO + O
2
CO
2
DH2
C + O
2
CO
2
DH3
Berdasarkan hukum Hess maka :
D H3 = D H1+ D H2
macam Panas /Perub entalpi :
: Panas yang diperlukan untuk menghasilkan 1 mol zat dalam bentuk
gas dari keadaan yang paling stabil pada keadaan standar . Contoh :
C grafit C(g) D H = 716,68 Kj
Panas penguapan standar : panas yang diperlukan untuk menguapkan 1 mol zat cair
menjadi upanya pada keadaan standar
H
2
O(l) H
2
O(g) D H=44,01 Kj
Panas peleburan standar : panas yang diperlukan atau dilepas pada peleburan .
H
2
O(s) H
2
O(l) D H = 6,0 Kj
Panas pelarutan integral: Panas yang timbul atau diserap pada pelarutan suatu zat
dalam suatu pelarut. Besarnya tergantung jumlah zat pelarut dan zat terlarut.
5. Panas pengenceran integral : panas yang timbul atau diserap jika suatu larutan dengan
konsentrasi tertentu diencerkan lebih lanjut dengan menambahkan pelarut
Panas pelarutan diferensial = panas yang timbul atau diserap jika 1 molzat terlarut
ditambahkan ke dalam sejumlah besar larutan tanpa me- ngubah konsentrasi larutan.
Panas Pengenceran diferensial : Panas yang timbul atau diserap jika 1 mol pelarut
ditambahkan ke dalam sejumlah larutan tanpa mengubah konsentrasi larutan tersebut.
ralisasi : panas yang diserap atau dilepaskan jika 1 mol ekivalen asam kuat
tepat dinetralkan oleh 1 mol ekivalen basa kuat.
Panas Hidrasi : panas yang timbul atau diperlukan pada pembentukan hidrat.
(s) + 2H
2
O (l) CaCl
2
.2H
2
O (s) D H = -7960 kal
II-7
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
fungsi keadaan, karena itu perubahannya tidak
tergantung pada jalannya proses, tetapi hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan
: Panas yang diperlukan untuk menghasilkan 1 mol zat dalam bentuk
Panas penguapan standar : panas yang diperlukan untuk menguapkan 1 mol zat cair
peleburan .
Panas pelarutan integral: Panas yang timbul atau diserap pada pelarutan suatu zat
terlarut.
5. Panas pengenceran integral : panas yang timbul atau diserap jika suatu larutan dengan
konsentrasi tertentu diencerkan lebih lanjut dengan menambahkan pelarut
Panas pelarutan diferensial = panas yang timbul atau diserap jika 1 molzat terlarut
ngubah konsentrasi larutan.
Panas Pengenceran diferensial : Panas yang timbul atau diserap jika 1 mol pelarut
ditambahkan ke dalam sejumlah larutan tanpa mengubah konsentrasi larutan tersebut.
ralisasi : panas yang diserap atau dilepaskan jika 1 mol ekivalen asam kuat
Panas Hidrasi : panas yang timbul atau diperlukan pada pembentukan hidrat.
7960 kal
II.3 Titrasi
Titrasi merupakan metode analisa
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari
volum memainkan peranan penting dalam titrasi,
analisa volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia
analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi
kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi k
dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T.
Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit
buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahu
belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses
standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A
telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran
mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat
kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan
perubahan warna. Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa or
mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan
warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat
indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan
titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat
kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan
salah satu aspek penting dari analisa titrimetri. Istilah titrasi
mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun
tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat
dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, ka
tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur
volum gas.
Sebuah reagen yang disebut sebagai
standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang
konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran
volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan
analisa volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia
analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi
kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti:
aA + tT hasil
dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T.
Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah
buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut
belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses
standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A
telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar
mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat
kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan
perubahan warna. Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang
mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan
warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat
indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa
titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat
kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan
salah satu aspek penting dari analisa titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk
mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun
tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat
dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum
tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur
yang disebut sebagai peniter, yang diketahui kon
standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang
konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk
II-8
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
secara kuantitatif yang biasa digunakan
. Karena pengukuran
maka teknik ini juga dikenali dengan
analisa volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia
analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi
dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T.
sedikit, biasanya dari sebuah
i. Larutan yang disebut
belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses
standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A
telah tercapai. Agar
mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat
kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan
ganik lemah, yang
mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan
warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat
suatu harapan, bahwa
titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat
kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan
menyangkut proses ntuk
mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-
tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat
pengukuran volum
tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur
, yang diketahui konsentrasi (larutan
standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang dititer yang
terkalibrasi untuk
menambahkan peniter, sanga
dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai,
yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik
ekivalensidi mana volum d
dengan nilai dari mol larutan
titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan
berubah warna menjadi
titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam
reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah
warna). Dalam titrasi asam
contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah
muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari
indikator pH yang dapat digunakan adalah metil
merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reakt
maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai
"indikator". Sebagai contoh, titrasi
muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi,
larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa
peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi dii
munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam
larutan yang sedang dititer.
Akibat adanya sifat
tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah
nilai pH secara signifikan
langsung. Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan war
ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan
indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan.
Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat,
akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam
larutan. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
menambahkan peniter, sangat mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang
dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai,
yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik
di mana volum dari peniter yang ditambahkan dengan mol
larutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik ak
titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan
berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain
, terdapat pula jenis titrasi lainnya.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam
biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah
). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, s
contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah
muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari
indikator pH yang dapat digunakan adalah metil jingga, yang berubah warna menjadi
merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reakt
telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai
"indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah
muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi,
larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa
peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat
munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam
larutan yang sedang dititer.
Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat
tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah
nilai pH secara signifikansehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara
langsung. Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik
ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan
indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan.
Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat,
sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam
larutan. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :
II-9
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
t mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang
dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai,
yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik
mol tertentu sama
basa kuat, titik akhir dari
titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan
karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam
biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah
dapat digunakan, sebagai
contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah
muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari
, yang berubah warna menjadi
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan
telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai
an potasium permanganat (merah
muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi,
larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa
dentifikasikan pada saat
munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam
nsisi warna yang sangat
tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah
sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara
na indikator dan titik
ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan
Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat,
sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam
Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah
volume tertentu (biasanya dari
konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan
larutan yang belum diketahui konsentrasinya.Untuk mengetahui bahwareaksi
berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator
larutan yang dititrasi.
Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui
dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
Dimana :
NB = konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
VB = volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya
NA = konsentrasi larutan yang telah di
standar)
VA = volume larutan yang telah diketahui konsentr
Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan,
seperti ;
Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping.
Reaksi harus berlangsung secara cepat.
Reaksi harus kuantitat
Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam
(jelas perubahannya).
Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.
Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat macam
titrasi yaitu :
Titrasi asam basa
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah
volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah diketahui
konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan
larutan yang belum diketahui konsentrasinya.Untuk mengetahui bahwareaksi
berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam
Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui
dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya
konsentrasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan
volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)
Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan,
Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping.
Reaksi harus berlangsung secara cepat.
Reaksi harus kuantitatif
Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam
Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.
Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat macam
Titrasi asam basa
II-10
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah
buret) larutan standar (yang sudah diketahui
konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan
larutan yang belum diketahui konsentrasinya.Untuk mengetahui bahwareaksi
yang ditambahkan ke dalam
Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui
dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui dapat
konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya
ketahui konsentrasinya (larutan
asinya (larutan standar)
Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan,
Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping.
Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam
Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat macam
Titrasi pengendapan
Titrasi kompleksometri
Titrasi oksidasi reduksi
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan
larutan standar. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
mempunyai kemurnian yang tinggi
mempunyai rumus molekul yang pasti
tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
larutannya harus bersifat stabil
mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi
Suatu larutan yang memenuhi persyaratan ter
primer. Sedang larutan standard sekunder adalah larutan standard yang bila akan
digunakan untuk standardisasi harus distandardisasi lebih dahulu dengan larutan standard
primer.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan
pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator lihat G
II.3.1.
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
Titrasi pengendapan
Titrasi kompleksometri
Titrasi oksidasi reduksi
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan
larutan standar. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi
atan sebagai berikut :
mempunyai kemurnian yang tinggi
mempunyai rumus molekul yang pasti
tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
larutannya harus bersifat stabil
mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi
Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas disebut larutan standard
primer. Sedang larutan standard sekunder adalah larutan standard yang bila akan
digunakan untuk standardisasi harus distandardisasi lebih dahulu dengan larutan standard
Gambar II.3.1 Titrasi
melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan
pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator lihat G
II-11
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan
larutan standar. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi
sebut diatas disebut larutan standard
primer. Sedang larutan standard sekunder adalah larutan standard yang bila akan
digunakan untuk standardisasi harus distandardisasi lebih dahulu dengan larutan standard
melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan
pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator lihat Grafik
Grafik II.3.
Analit bersifat asam pH mula
naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen (pH=7).
Penambahan selanjutnya
meningkat. Dari Gambar 15.16, juga diperoleh informasi indikator yang tepat untuk
digunakan dalam titrasi ini dengan kisaran pH pH 7
Tabel II.3.1
Pamanfaatan teknik ini cukup luas, untuk alkalimetri telah dipergunakan untuk
menentukan kadar asam sitrat. Titrasi dilakukan dengan melarutkan sampel sekitar 300
mg kedalam 100 ml air. Titrasi dengan meng
menggunakan indikator phenolftalein. Titik akhir titrasi diketahui dari larutan tidak
berwarna berubah menjadi merah muda. Selain itu alkalimetri juga dipergunakan untuk
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
II.3.1 Titrasi alkalimetri dengan larutan standar basa NaOH
Analit bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa menyebabkan pH
naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen (pH=7).
Penambahan selanjutnya menyebakan larutan kelebihan basa sehingga pH terus
meningkat. Dari Gambar 15.16, juga diperoleh informasi indikator yang tepat untuk
digunakan dalam titrasi ini dengan kisaran pH pH 7 10 (Tabel 15.2).
Tabel II.3.1 Indikator dan perubahan warnanya pada pH tertentu
Pamanfaatan teknik ini cukup luas, untuk alkalimetri telah dipergunakan untuk
menentukan kadar asam sitrat. Titrasi dilakukan dengan melarutkan sampel sekitar 300
mg kedalam 100 ml air. Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0.1 N dengan
menggunakan indikator phenolftalein. Titik akhir titrasi diketahui dari larutan tidak
berwarna berubah menjadi merah muda. Selain itu alkalimetri juga dipergunakan untuk
II-12
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
Titrasi alkalimetri dengan larutan standar basa NaOH
mula rendah, penambahan basa menyebabkan pH
naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen (pH=7).
menyebakan larutan kelebihan basa sehingga pH terus
meningkat. Dari Gambar 15.16, juga diperoleh informasi indikator yang tepat untuk
Indikator dan perubahan warnanya pada pH tertentu
Pamanfaatan teknik ini cukup luas, untuk alkalimetri telah dipergunakan untuk
menentukan kadar asam sitrat. Titrasi dilakukan dengan melarutkan sampel sekitar 300
gunakan larutan NaOH 0.1 N dengan
menggunakan indikator phenolftalein. Titik akhir titrasi diketahui dari larutan tidak
berwarna berubah menjadi merah muda. Selain itu alkalimetri juga dipergunakan untuk
menganalisis asam salisilat, proses titrasi dilakuka
sampel kedalam 15 ml etanol 95% dan tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan NaOH 0.1 N
menggunakan indikator phenolftalein, hingga larutan berubah menjadi merah muda.
Teknik asidimetri juga telah dimanfaatkan secara meluas misal
boraks yang seringa dipergunakan oleh para penjual bakso. Proses analisis dilakukan
dengan melaruitkan sampel seberat 500 mg kedalam 50 mL air dan ditambahkan
beberapa tetes indikator metal orange, selanjutnya dititrasi dengan HCl 0.1 N
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk
titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas
tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan
di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun ti
berupa larutan.
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volu
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titi
saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
basa adalah indicator yang perbahan
indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilak
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
menganalisis asam salisilat, proses titrasi dilakukan dengan cara melarutkan 250 mg
sampel kedalam 15 ml etanol 95% dan tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan NaOH 0.1 N
menggunakan indikator phenolftalein, hingga larutan berubah menjadi merah muda.
Teknik asidimetri juga telah dimanfaatkan secara meluas misalnya dalam pengujian
boraks yang seringa dipergunakan oleh para penjual bakso. Proses analisis dilakukan
dengan melaruitkan sampel seberat 500 mg kedalam 50 mL air dan ditambahkan
beberapa tetes indikator metal orange, selanjutnya dititrasi dengan HCl 0.1 N
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
si asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk
titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas
rasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan
di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun ti
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.
Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada
saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam
basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan
indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
II-13
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
n dengan cara melarutkan 250 mg
sampel kedalam 15 ml etanol 95% dan tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan NaOH 0.1 N
menggunakan indikator phenolftalein, hingga larutan berubah menjadi merah muda.
nya dalam pengujian
boraks yang seringa dipergunakan oleh para penjual bakso. Proses analisis dilakukan
dengan melaruitkan sampel seberat 500 mg kedalam 50 mL air dan ditambahkan
beberapa tetes indikator metal orange, selanjutnya dititrasi dengan HCl 0.1 N.
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
si asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk
titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan
di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
me titrant untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.
Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
k ekuivalen terjadi, pada
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan
indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
ukan dengan memilih indicator yang tepat dan
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator
disebut sebagai titik akhir titrasi.
Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume
maka rumus diatas dapat kita tuli
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
keterangan :
N=Normalitas
V=Volume
M=Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH
II.4 MSDS BAHAN
Asam oksalat
Asam oksalat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus H
nama sistematis asam etanadioat. Senyawa ini merupakan
10.000 kali lebih kuat daripada
agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam
oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC
jenisbatu ginjal yang sering ditemukan.
massa molar 90.03 g/mol (anhidrat)
1,90 g/cm (anhidrat) dan 1.653 g/cm (dihidrat). Mempunyai kelarutan dalam air 9,5
g/100 mL (15C), 14,3 g /100 mL (25C
didih 101-102C (dihidrat)
BAB II Tinjauan
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator
disebut sebagai titik akhir titrasi.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume
maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)
Asam oksalat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus H
nama sistematis asam etanadioat. Senyawa ini merupakan asam organik yang relatif kuat,
10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat,
Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam
oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama
yang sering ditemukan. Asam oksalat berupa Kristal putih, mempunyai
massa molar 90.03 g/mol (anhidrat) dan 126.07 g/mol (dihidrat). Kepadatan dalam fase
1,90 g/cm (anhidrat) dan 1.653 g/cm (dihidrat). Mempunyai kelarutan dalam air 9,5
g/100 mL (15C), 14,3 g /100 mL (25C
?
), 120 g/100 mL (100C) dan mempunyai titk
102C (dihidrat)( Anonim, 2011).
II-14
injauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator
ekuivalent asam akan sama dengan mol-
ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
:
Asam oksalat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus H
2
C
2
O
4
dengan
yang relatif kuat,
, dikenal sebagai oksalat, juga
Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam
COOCa), penyusun utama
oksalat berupa Kristal putih, mempunyai
dan 126.07 g/mol (dihidrat). Kepadatan dalam fase
1,90 g/cm (anhidrat) dan 1.653 g/cm (dihidrat). Mempunyai kelarutan dalam air 9,5
/100 mL (100C) dan mempunyai titk
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
1. Variabel Bebas : Serbuk Asam Oksalat, suhu 5
o
C, 10
o
C, 15
o
C, dan 20
o
C
2. Variabel Terikat : Volume Titran
3. Variabel Kontrol : Volume larutan yang ditimbang
III.2 Alat yang Digunakan
1. Buret
2. Corong
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Piknometer
6. Pipet tetes
7. Spatula
8. Termometer
III.3 Bahan yang Digunakan
1. Asam Oksalat
2. NaOH
3. Indikator PP
4. Aquades
III.4 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengukur aquades 50 ml dengan gelas ukur dan memasukan kedalam Erlenmeyer.
3. Mengkondisikan aquades pada suhu 5
0
C, dengan menaruhnya pada air yang berisi es.
4. Memasukan asam oksalat kristal ke dalam aquadest dan mengaduknya hingga
kristalnya tidak mau larut.
5. Mengukur suhu larutan dan mencatatnya.
6. Mengambil larutan dan memasukkan ke dalam piknometer sejumlah volume
piknometer danmenimbangnya.
7. Mengambil 10 ml larutan dan menitrasi larutan menggunakan NaOH baku dengan
indikator PP sebanyak 3 tetes.
8. Menitrasi larutan sebanyak 2 kali.
9. Mengulangi tahap 1sampai 8untuk variable suhu 10
0
C, 15
0
C, dan 20
0
C.
III.5 Diagram Alir
Gambar III.1. Diagram
Mengukur aquades 50 ml dengan gelas ukur dan memasukan kedalam Erlenmeyer
Mengkondisikan aquades pada suhu 5
Memasukan asam oksalat
Mengukur suhu larutan dan mencatatnya
Mengambil larutan
Mengambil 10 ml larutan dan m
Mengulangi tahap
Bab III Metodologi
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
1. Diagram alir percobaankelarutan sebagai fungsi suhu
Mengukur aquades 50 ml dengan gelas ukur dan memasukan kedalam Erlenmeyer
Mengkondisikan aquades pada suhu 5
0
C, dengan menaruhnya pada air yang
asam oksalat kristal ke dalam aquadest dan mengaduknya
kristalnya tidak bisalarut
Mengukur suhu larutan dan mencatatnya
arutan dan memasukkan ke dalam piknometer sejumlah volume
piknometer dan menimbangnya
Mengambil 10 ml larutan dan menitrasi larutan menggunakan NaOH baku dengan
indikator PPsebanyak 3 tetes
SELESAI
MULAI
Menitrasi larutan sebanyak 2 kali
Mengulangi tahap 1sampai 8untuk variable suhu 10
0
C, 15
0
C, dan
III-2
etodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
kelarutan sebagai fungsi suhu
Mengukur aquades 50 ml dengan gelas ukur dan memasukan kedalam Erlenmeyer
C, dengan menaruhnya pada air yangberisi es
dan mengaduknya hingga
sejumlah volume
enitrasi larutan menggunakan NaOH baku dengan
C, dan 20
0
C
III.6 Gambar Alat Percobaan
Buret
Piknometer
Bab III Metodologi
Laboratorium Kimia F
Program Studi D3 Teknik K
III.6 Gambar Alat Percobaan
Corong Erlenmeyer
Pipet tetes
Spatula
Termometer
III-3
etodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
Gelas Ukur
Termometer
IV-1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Tabel IV.1.1 Massa Terlarut dan Suhu Akhir Larutan
No
Suhu Awal
(T
1
)
Suhu Akhir
(T
2
)
Massa Asam
Oksalat (gram)
T (T
2
T
1
)
1 5
o
C 29
o
C 9.5 24
o
C
2 10
o
C 31
o
C 10 21
o
C
3 15
o
C 33
o
C 10.5 18
o
C
4 20
o
C 34
o
C 12 14
o
C
Tabel IV.1.2 Volume Titran
Tabel IV.1.3 Massa Larutan dalam Piknometer
No Suhu
Massa Piknometer
kosong
Massa Piknometer
dan Larutan
Massa
Larutan
1 5
o
C 11.5 gram 16.5 gram 5 gram
2 10
o
C 11.5 gram 16.5 gram 5 gram
3 15
o
C 11.5 gram 16.5 gram 5 gram
4 20
o
C 11.5 gram 16.5 gram 5 gram
Bahan Suhu
Volume Tiran Volume
Rata-rata
Titran (ml)
Titrasi 1 (ml) Titrasi 2 (ml)
Larutan aquades
dan Asam Oksalat
yang dititrasi oleh
NaOH dengan
Indikator PP
5
o
C 15.8 16.5 16.15
10
o
C 17.5 18 17.75
15
o
C 18.8 19 18.9
20
o
C 23 24.2
23.6
IV-2
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Tabel IV.1.4 Perhitungan Panas Pelarutan Differensial
Suhu (
0
K) Kelarutan (M) 1/T Ln S
278 0,8075 0,00360 -0,2138
283 0,8875 0,00353 -0,1194
288 0,945 0,00347 -0,0566
293 1,18 0,00341 0,1655
IV.2 Pembahasan
Percobaan pada kelarutan sebagai fungsi suhu ini bertujuan untuk menentukan
kelarutan dan menghitung panas pelarutan differensial pada larutan jenuh asam
oksalat. Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah asam oksalat. Digunakan
asam oksalat karena kelarutannya sangat sensitif terhadap suhu sehingga dengan
berubahnya suhu kelarutan asam oksalat juga akan berubah selain itu, asam oksalat
memiliki kelarutan yang kecil bila dilarutkan dalam air. Pada saat melarutkan asam
oksalat,dilakukan pengocokkan. Hal tersebut dilakukan untuk membuat larutan
menjadi homogen. Dan juga mendiamkan beberapa saat guna menjadikan larutan agar
seimbang.
Dalam melakukan percobaan ini, aquades harus dikondisikan terlebih dahulu
pada suhu yang telah ditentukan yaitu, 5C, 10C, 15C, 20C. Setelah itu kristal asam
oksalat dimasukan. Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam memasukan kristal asam
oksalat adalah dalam memasukannya kedalam erlenmeyer yang berisi aquades
praktikan harus memasukannya secara perlahan agar larutan tidak menjadi lewat jenuh
melainkan tepat jenuh. Sehingga endapan yang dihasilkan larutan nantinya tidak
terlalu banyak.
Pada tabel IV.1 dijelaskan bahwa pada suhu 5
o
C massa asam oksalat yang
terlarut untuk mendapatkan larutan jenuh adalah sebesar 9.5 gram. Dan suhu pada saat
larutan menjadi tepat jenuh adalah 29
o
C. Pada suhu 10
o
C massa asam oksalat yang
terlarut untuk mendapatkan larutan jenuh adalah sebesar 10 gram. Dan suhu pada saat
larutan menjadi tepat jenuh adalah 31
o
C dengan T = 21
o
C. Pada suhu 15
o
C massa
asam oksalat yang terlarut untuk mendapatkan larutan jenuh adalah sebesar 10.5 gram.
Dan suhu pada saat larutan menjadi tepat jenuh adalah 33
o
C dengan T = 18
o
C. Pada
suhu 20
o
C massa asam oksalat yang terlarut untuk mendapatkan larutan jenuh adalah
IV-3
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
sebesar 12 gram. Dan suhu pada saat larutan menjadi tepat jenuh adalah 34
o
C T =
14
o
C. Dapat dilihat dari hasil percobaan ini semakin besar suhunya jumlah asam
oksalat yang terlarut juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi
suhu dari suatu larutan makan semakin besar pula kelarutannya, semakin besar
kelarutannya maka semakin besar pula massa zat yang terlarut, karena kebanyakan
proses pembentukan larutannya bersifat endoterm. Sehingga kesetimbangan akan
bergeser kearah penyerap kalor. Jika pelarut dari zat terlarut lebih banyak merupakan
peristiwa endoterm, seperti dinyatakan dalam persamaan :
Kalor + zat terlarut + larutan (l
1
) larutan (l
2
)
Dengan larutan (l
2
) lebih pekat daripada larutan (l
1
) maka kenaikan suhu akan
meningkatkan kelarutan. Dengan kata lain, kesetimbangan bergeser ke kanan karena
meningkatnya suhu. Untuk kebanyakan padatan dan cairan yang dilakukan dalam
pelarut cairan, kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu. Dengan adanya kenaikan
suhu maka jarak renggangan antar partikel zat zair lebih besar sehingga menyebabkan
gerak antar partikel lebih sering bertumbukan maka dari itulah kenaikan suhu
mengakibatkan kenaikan jumlah massa yang terlarut pula.
Langkah selanjutnya adalah titrasi. Titrasi dalam percobaan ini bertujuan
sebagai pendeteksi banyaknya asam oksalat yang larut dalam air. Saat terjadi
perubahan warna, maka dapat diketahui banyaknya zat yang larut dilihat dari NaOH
yang dibutuhkan hingga terjadi titik ekivalen yang ditandai dengan larutan asam
oksalat berubah menjadi merah muda. Nantinya dari volume titran tersebut juga akan
didapatkan kelarutan dari zat yang terlarut, yaitu asam oksalat. Pada tabel IV.2
dijelaskan bahwa larutan aquades dan asam oksalat yang dititrasi oleh NaOH dengan
indikator PP dengan variabel suhu 5C, 10C, 15C, 20C. Pada suhu 5C titrasi
pertama yang dilakukan membutuhkan NaOH (titran) sebanyak 15,8 ml dan yang
kedua membutuhkan 16,5 ml. Pada suhu 10C titrasi pertama yang dilakukan
membutuhkan NaOH (titran) sebanyak 17,5 ml dan yang kedua membutuhkan 18 ml.
Pada suhu 15C titrasi pertama yang dilakukan membutuhkan NaOH (titran) sebanyak
18,8 ml dan yang kedua membutuhkan 19 ml. Pada suhu 20C titrasi pertama yang
dilakukan membutuhkan NaOH (titran) sebanyak 23 ml dan yang kedua
membutuhkan 24,2 ml.
Pada tabel IV.3 dijelaskan bahwa pada varibel masing-masing suhu massa
piknometer sama yaitu 11,5 gram, massa piknometer + larutan juga sama yaitu 16,5
IV-4
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
gram dan itu berarti bahwa massa larutan juga sama yaitu 5 gram. Hal ini bisa terjadi
karena perbedaan variabel suhu sangat sedikit yaitu masing-masing hanya selisih 5
o
C
sehingga perbedaan massaya juga sangat kecil dan timbangan yang digunakan di
laboratorium hanya mempunyai ketelitian 0,5, sehingga perbedaan massa yang sangat
kecil tersebut tidak dapat diketahui secara pasti.
Hubungan yang terjadi antara suhu dengan kelarutan yang didapatkan melalui
percobaan ini menunjukan bahwa dari hasil percobaan semakin besar suhu aquades
maka jumlah kristal Asam Oksalat (H
2
C
2
O
4
) yang larut dalam aquades juga semakin
besar. Karena lebih banyak jumlah asam oksalat yang dapat terlarut jika jumlah
pelarutnya juga semakin banyak. Hal tersebut secara teoritis dapat dijelaskan bahwa
hubungan massa zat terlarut berbanding lurus dengan volume zat pelrutnya.
Hubungan antara suhu dengan kelarutan Asam Oksalat dari hasil percobaan
dapat dilihat dari grafik dibawah ini.
Grafik IV.2.1 Hubungan Suhu dengan Kelarutan
Selain hubungan antara suhu dengan kelarutan asam oksalat, dari hasil percobaan
diaatas didapatkan hubungan antara suhu dengan volume NaOH yang dibutuhkan dalam
mengubah warna larutan yang telah ditetesi oleh PP. Hasil percobaan terseut menunjukan
bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan maka semakin banyak pula volume titran untuk
mengubah warna larutan yang telah ditetesi oleh PP. Perubahan warna yang terjadi adalah
0
2
4
6
8
10
12
14
5 10 15 20
G
r
a
m

A
s
a
m

O
k
s
a
l
a
t
Suhu
Hubungan Suhu dengan Kelarutan
IV-5
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
dari bening atau tidak berwarna menjadi merah muda. Hubungan antara volume titran dan
suhu dinyatakan dalam grafik dibawah ini.
Grafik IV.2.2 Hubungan Suhu dengan Volume Titran
Dari hasil percobaan ini pula praktikan dapat menentukan kelarutan dari kristal asam
oksalat tersebut. Kelarutannya dapat diketahui melalui jumlah kristal Asam Oksalat yang
mampu larut didalam aquadest. Cara menentukan kelarutan dai asam oksalat tersebut adalah
dengan membagi jumlah gram dari asam oksalat yang mampu larut di dalam air dengan seribu
gram asam oksalat, atau dapat dituliskan dengan :
Dari rumus tersebut praktikan mampu menemukan kelarutan dari kristal asam oksalat yang
digunakan sebagai bahan praktikum.
Sedangkan untuk mencari panas pelrutan adalah panas yang diserap jika 1 mol
padatan dilarutkan dalam larutan yag sudah dalam keadaan jenuh. Yaitu kita dapat melihat T
(perubahan suhu) yang terjadi. Seperti grafik di bawah ini.
S =
IV-6
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Grafik IV.2.3 Hubungan Perubahan Suhu dengan Massa Zat Terlarut
Berdasarkan harga kelarutan pada tabel 2, maka dapat dihitung panas
pelarutannya dengan menggunakan persamaan Vant Hoff sebagai berikut:
Ln =
Dari persamaan diatas maka didapatkan 3 H, kemudian dihitung harga rata-rata
H sebesar 15925,332 J/mol. Selain menggunakan persamaan Vant Hoff. Panas
pelarutan Asam oksalat dapat dihitung menggunakan regresi linier. Sebelumnya dibuat
grafik ln s vs 1/T seperti pada grafik 1. Sumbu x adalah 1/T sedangkan sumbu y adalah
ln s. Maka grafik tersebut akan diperoleh persamaan
y = a + bx
Dimana
Ln s =

Y b x a
IV-7
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Grafik IV.2.4 ln s vs 1/T
Dari regresi linear dapat diperoleh slope, dimana slope adalah b = , sehingga
harga dapat ditentukan. Harga berdasarkan grafik 1. adalah sebesar 15925,332
J/mol.
Setelah digunakan 2 cara yang berbeda untuk menghitung panas pelarutan maka
didapatkan hasil yang sedikit berbeda, tetapi hasilnya sama-sama positif. Hal ini
menunjukan bahea reaksi tersebut bersifat endoterm atau menyerap panas, sehingga
terjadi perpindahan panas dari lingkungan ke sistem. Pada reaksi endotermis , semakin
tinggi suhu maka semakin banyak zat yang larut.
V-1
BAB V
KESIMPULAN
Pada suhu 5
o
C massa asam oksalat yang dapat dilarutkan dalam 50 ml aquades
sebesar 9.5 gram yang membutuhkan titrasi larutan NaOH sebanyak 15.8ml dan 16.5 ml.
Pada suhu 10
o
C massa asam oksalat yang dapat dilarutkan dalam 50 ml aquades sebesar
10 gram yang membutuhkan titrasi larutan NaOH sebanyak 17.5ml dan 18 ml. Pada suhu
15
o
C massa asam oksalat yang dapat dilarutkan dalam 50 ml aquades sebesar 10.5gram
yang membutuhkan titrasi larutan NaOH sebanyak 18.8 ml 19 ml. Pada suhu 20
o
C massa
asam oksalat yang dapat dilarutkan dalam 50 ml aquades sebesar 12 gram yang
membutuhkan titrasi larutan NaOH sebanyak 23 ml dan 24.2 ml. Panas pelarutan asam
oksalat menurut dari hasil percobaan didapatkan 15925,332J /mol.
viii-1
APPENDIKS
Diketahui : variabel suhu awal = 5
o
C,10
o
C,15
o
C dan 20
o
C.
Massa pikno = 11,5 gram
Variabel suhu akhir = 29
o
C, 31
o
C, 33
o
C dan 34
o
C
Massa larutan + pikno = 16,5 gram
Mr asam oksalat = 94
Ditanya : a. Massa larutan =.........................?
b. Perubahan suhu =......................?
c. mol asam oksalat = ..........?
Jawab : a. Massa(H
2
C
2
O
4
) = massa campuran massa pikno
Pada suhu 5
o
C = 16,5 gram 11,5 gram
= 5 gram
Pada suhu 10
o
C, 15
o
C dan 20
o
C massanya sama yaitu 5
gram
b. Perubahan suhu(T) = T(akhir) T (awal)
pada suhu awal 5
o
C = 29
o
C - 5
o
C
= 24
o
C
pada suhu awal 10
o
C = 31
o
C - 10
o
C
= 21
o
C
pada suhu awal 15
o
C= 33
o
C - 15
o
C
= 18
o
C
pada suhu awal 20
o
C= 34
o
C - 20
o
C
= 14
o
C
c. mol (H
2
C
2
O
4
) pada suhu 5
o
C =
mussu tcIuut
M
=
9,5gum
94
= 0,1010638 mol
mol (H
2
C
2
O
4
)pada suhu 10
o
C =
mussu tcIuut
M
=
10 gum
94
= 0,106383M
mol (H
2
C
2
O
4
) pada suhu 15
o
C =
mussu tcIuut
M
=
10,5 gum
94
= 0,1117021 mol
mol (H
2
C
2
O
4
) pada suhu 15
o
C =
mussu tcIuut
M
=
12 gum
94
= 0,1276596 mol
Menghitung Panas Pelarutan Asam Oksalat
1. Menghitung kelarutan asam oksalat
a. Pada suhu 5
V
1
= V NaOH = 16,15 ml
Setelah pengenceran Sebelum Pengenceran
V
1
xN
1
= V
2
xN
2
V
1
xM
1
= V
2
xM
2
16,15x0,5 = 10xN
2
10 x = 10 x0,8075
N2 = 0,8075 N M = 0,8075 M
Jadi kelarutan kelarutan asam oksalat = 0,8075 M
b. Pada suhu 10
V
1
= V NaOH = 17,75 ml
Setelah pengenceran Sebelum Pengenceran
V
1
xN
1
= V
2
xN
2
V
1
xM
1
= V
2
xM
2
17,75 x0,5 = 10xN
2
10xM = 10x0,8875
N
2
= 0,8875 N M = 0,8875 M
Jadi kelarutan kelarutan asam oksalat = 0,8875M
c. Pada suhu 15
V
1
= V NaOH = 18,89 ml
Setelah pengenceran Sebelum Pengenceran
V
1
xN
1
= V2xN
2
V
1
xM
1
= V
2
xM
2
18,89 x0,5 = 10xN
2
10xM = 10 x0,945
N
2
= 0,945 N M = 0,945 M
Jadi kelarutan kelarutan asam oksalat = 0,945 M
d. Pada suhu 20
V
1
= V NaOH = 23,6 ml
Setelah pengenceran Sebelum Pengenceran
V
1
xN
1
= V2xN
2
V
1
xM
1
= V
2
xM
2
23,6 x0,5 = 10xN
2
10xM = 10 x1,18
N
2
= 1,18 N M = 1,18 M
Jadi kelarutan kelarutan asam oksalat = 1,18 M
2. Menentukan panas pelarutan Asam oksalat dengan perhitungan
Untuk T
1
= 278
o
K, T
2
= 283
o
K
Ln
S
2
S
1
=
H
R
_
1
2
1
1
1
2 .T
1
_
Ln
0,8875
0,8075
=
H
8,314 ]moI
j
283278
283.278
[ j
0
K
0
K2
[
0,0945 =
H
8,314 ]moI
. ( 6,355x10
-5
)
H =- 12S62,64 J/mol.
Untuk T
1
= 283
o
K, T
2
= 288
o
K
Ln
S
2
S
1
=
H
R
_
1
2
1
1
1
2 .T
1
_
Ln
0,945
0,8875
=
H
8,314 ]moI
j
288283
288.283
[ j
0
K
0
K2
[
0,0628 = E . ( 7,379.10
-6
)
H = 8510,64 J/mol
Untuk T
1
= 288
o
K, T
2
= 293
o
K
Ln
S
2
S
1
=
H
R
_
1
2
1
1
1
2 .T
1
_
Ln
1,18
0,945
=
H
8,314 ]moI
j
293 288
293 .288
[ j
0
K
0
K2
[
0,2221 = E . ( 7,127.10
-6
)
H = 31163,18 J/mol
Untuk T
1
= 278
o
K, T
2
= 293
o
K
Ln
S
2
S
1
=
H
R
_
1
2
1
1
1
2 .T
1
_
Ln
1,18
0,8075
=
H
8,314 ]moI
j
293 278
293 .278
[ j
0
K
0
K2
[
0,3793 = E . ( 2,215.10
-5
)
H = 17124,15 J/mol
Untuk T
1
= 278
o
K, T
2
= 288
o
K
Ln
S
2
S
1
=
H
R
_
1
2
1
1
1
2 .T
1
_
Ln
0,945
0,8075
=
H
8,314 ]moI
j
288 728
288.278
[ j
0
K
0
K2
[
0,1572 = E . ( 1,502.10
-5
)
H = 10466,05 J/mol
H rata-rata=
H
1
+H
2
+ H
3
+H
4
+H
S

5
=
12362,64+ 8510,64+ 31163,18+17124,15+10466,05
5
J/mol
= 15925,332 J/mol

Anda mungkin juga menyukai