Anda di halaman 1dari 29

PENDAHULUAN

Sistem imun mempunyai fungsi dalam pertahanan tubuh. Untuk menjalankan fungsi tersebut, sistem imun harus dapat mengenal molekulmolekul asing (non-self) agar dapat dibedakan dari self. Instrumen yang dapat membedakan itu adalah reseptor yang ada pada sel sistem imun. Sel-sel imun spesifik dan non spesifik memiliki reseptor yang dikhususkan untuk mengenal spesifisitas. Hanya molekul yang memiliki epitop akan dikenal sel sistem imun. Sel B mengenal epitop pada molekul utuh, sedangkan sel mengenal epitop pada fragmen antigen (peptida) yang diikat oleh molekul pada permukaan Antigen Presenting Cell (!"#), molekul inilah yang disebut sebagai Major Histocompability Complex ($H#).% Major Histocompability Complex ($H#) merupakan suatu &ilayah di '(! yang menyandi suatu grup molekul sebagai pengenal antigen. $olekul yang terdapat pada &ilayah tersebut dikenal sebagai $H# molekul dan kadang disebut sebagai antigen transplantasi. $H# pada organisme yang berbeda memiliki nama yang spesifik, pada manusia dikenal sebagai Human Leucocyte Antigen (H)!). Human Leucocyte Antigen (H)!) merupakan suatu grup dari antigen jaringan yang memegang peranan penting dalam spesifisitas imunologis, tranplantasi histokompabilitas dan berperan dalam meningkatkan suseptibilitas terhadap sejumlah penyakit autoimun. !ntigen H)! pertama kali dideteksi se*ara serologik pada akhir dasa&arsa tahun %+,--an oleh para dokter yang sedang menyelidiki serum pada pasien yang mendapat transfusi multipel. $ereka memperhatikan bah&a serum tersebut menggumpalkan leukosit donor yang bukan keluarga, dan pada pola leukoaglutinasi seperti itu tampaknya menunjukkan kehadiran antigen-antigen tertentu pada populasi manusia.

Definisi Human leu*o*yte antigen (H)!) merupakan suatu glikoprotein pada permukaan sel yang diproduksi melalui gen-gen spesifik di dalam major histocompatibility complex manusia, yang bertindak sebagai antigen bila sel-sel tersebut ditransplantasikan ke orang yang berbeda. % Sistem human leucocyte antigens (H)!) adalah nama dari major histocompatibility complex ($H#) manusia. .rup gen ini terdapat pada kromosom / dan mengkode antigen presenting protein permukaan sel dan banyak gen lainnya. 0,1

.ambar %. )okus H)! pada kromosom /

Selain dari gen-gen yang mengkode antigen mayor /, terdapat sejumlah besar gen, banyak yang terlibat dalam fungsi imun dalam kompleks H)!. 2eragaman H)! manusia merupakan satu aspek dalam pertahanan terhadap penyakit, dan hasilnya, kemungkinan dua indi3idu yang tidak berkaitan genetik mempunyai molekul H)! yang sama pada semua loki adalah sangat rendah. 0 "rotein yang dikode H)! merupakan protein-protein pada permukaan luar sel-sel tubuh yang unik terhadap indi3idu tersebut. Sistem imun menggunakan H)! untuk membedakan sel tubuh sendiri dan sel asing. Setiap sel memiliki H)! yang dimiliki indi3idu tersebut (oleh karenanya bukan sebagai sel asing4 patogen). 0,1

Pembagian HLA Se*ara struktural, $H# mayor terbagi atas 1 kelas5 %. !ntigen kelas I (!B, B#, 6 #7) 8 mempresentasi antigen yang menyerang sel, karenanya membantu dalam menghan*urkan sel yang terinfeksi. $H# kelas I membentuk reseptor fungsional pada sel-sel nukleus tubuh. a. H)!-! b. H)!-B *. H)!-# d. .en-gen minor, antara lain H)!-9, H)!-:, dan H)!-. e. $ikroglobulin ;0 berikatan dengan subunit gen mayor dan minor membentuk sebuah heterodimer. Setiap molekul H)! kelas I terdiri dari << k' rantai berat dan %0 k' rantai ringan yang dikenal sebagai ;0-mikroglobulin, yang disandi pada kromosom %,. =antai > merupakan protein transmembran yang terdiri dari 1 domain (>%, >0, dan >1 dengan +- asam amino pada setiap rantai),

bagian ekstrasel yang bersifat hidrofilik ditambah dengan fragmen transmembran (0, !!) yang bersifat hidrofobik dan fragmen intraseluler (1- !!) yang bersifat hidrofilik. =antai > membentuk ikatan non-ko3alen dengan ;0-mikroglobulin ekstraseluler. "eptida antigen berikatan se*ara non-ko3alen pada *elah pengikat seperti yang tampak pada gambar 0.%

.ambar 0. 2ompleks H)! kelas I

Biosintesis

H)!

kelas

men*erminkan

peranannya

dalam

mempresentasikan peptida endogen. "roses ini dia&ali dengan masuknya rantai berat se*ara kotranslasi kedalam membran retikulum endoplasma, dimana ia mengalami glikosilasi dan berhubungan dengan chaperone protein calnexin dan 9rp,?. 2emudian berikatan antara ;0-mikroglobulin,

kompleks ini berhubungan dengan chaperone calreticulin dan molekul tapasin yang se*ara fisik menghubungkan H)! kelas I dengan (Transporter Associated !" ith Antigen Processing ). Bersamaan dengan itu

peptida dipe*ah dari protein intrasel melalui multisubunit, multikataliti* proteasome *omple@ yang memotong protein tersebut menjadi fragmenfragmen pendek. "eptida ini kemudian sebagian besar didegradasi menjadi asam amino oleh *ytosoli* atau enAim nuklear dan hanya sebagian ke*il ditransfer se*ara aktif ke dalam =9 oleh !". $ulanya rantai > diikat oleh protein *haperone seperti *alne@in, *alreti*ulin, 9rp,? yang mana meregulasi pengikatan peptida. "ada tahap ini peptida yang sesuai berikatan dengan H)! kelas I membentuk kompleks yang kemudian ditransportasikan menuju permukaan sel.

.ambar 1. Biosintesis H)! kelas I dan presentasi peptida endogen

$olekul H)! kelas I ini didapatkan pada semua sel berinti. !gar satu antigen dikenal oleh limfosit #'B maka antigen tersebut harus berkombinasi dengan H)! molekul kelas I, fenomena ini disebut =ertiksi H)!. :ungsi H)! kelas I adalah mempresentasikan peptida endogen baik self maupun non-self (asing).

.ambar <. $ekanisme kerja H)! kelas I

0. !ntigen kelas II ('=, '", 6 'C) 8 mempresentasi antigen sehingga limfosit (sel ) dapat membantu sel B spesifik dalam menambah produksi antibodi terhadap antigen tersebut. erdapat 1 protein mayor dan 0 protein minor $H# kelas II yang dikode H)!. .en-gen H)! kelas II bergabung membentuk reseptor protein heterodimer (>;) yang diekspresikan spesifik pada permukaan !"#. a. H)!-'" i. =antai > dikode oleh lokus H)!-'"!% ii. =antai ; dikode oleh lokus H)!-'"B% b. H)!-'C i. =antai > dikode oleh lokus H)!-'C!% ii. =antai ; dikode oleh lokus H)!-'CB%

*. H)!-'= i. =antai > dikode oleh lokus H)!-'=! ii. < rantai ; (hanya 1 yang mungkin pada tiap indi3idu), dikode oleh lokus H)!-'=B%, '=B1, '=B<, dan '=B,. d. "rotein $H# kelas II lain, '$ dan 'D berguna dalam proses internalisasi antigen, memasukkan peptida antigen yang dihasilkan dari patogen ke dalam molekul H)! antigen presenting cell. Setiap molekul H)! kelas II terdiri dari 0 rantai, rantai > dengan berat 111, k' dan rantai ; dengan berat 0/-0B k'. 2edua rantai memiliki dua ekstraseluler domain dengan berat +--%-- k' untuk setiap rantai (rantai >%, >0 dan ;%, ;0) yang bersifat hidrofilik. Setiap unit memiliki fragmen transmembran (0--0, !!) yang bersifat hidrofobik dan fragmen intraseluler (B-%, !!) yang bersifat hidrofilik. 'omain >0 dan ;0 memiliki bentuk tetap sementara >% dan ;% sangat polimorfik.

.ambar ,. 2ompleks H)! kelas II

"roses yang terjadi pada H)! kelas II yaitu antigen eksogen termasuk molekul asing atau mikroorganisme harus melalui proses internalisasi, dimana ia dipe*ah menjadi fragmen peptida dan terikat pada *elah pengikat dari molekul H)! sebelum sel mengenalinya. $elalui endositosis yang dimediasi reseptor atau fagositosis, antigen eksogen masuk kedalam 3esikel endosomal. Eesikel endosomal ini terbentuk dari proses internalisasi sel membran dan memiliki pH yang netral. 'alam beberapa jam, pH di endosom menurun yang mengakibatkan di*ernanya protein internalisasi oleh cystein protease yang juga disebut *athepsins. 9ndosom kemudian mengalami fusi dengan 3esikel yang mengandung molekul H)! kelas II. Sementara sebelumnya H)! molekul mengalami translokasi dari *ytosol ke retikulum endoplasma dimana molekul ini dibentuk. !&alnya molekul ini mun*ul sebagai rantai > dan ;. =antai ke

tiga, suatu gamma atau rantai Fin3ariantG (li-*hain) yang dikenal dengan nama #)I" (Class !! Associated !n"ariant chain Peptide ), berikatan se*ara non-ko3alen terhadap rantai > - ; heterodimer untuk memblok lokasi ikatan dengan tujuan men*egah ikatan dengan peptida endogen yang sangat banyak terdapat di =9. "rotein *alne@in menahan molekul H)! tesebut sampai tersusun dengan benar sebelum meninggalkan =9 melalui 3esikel coatomer-coated. Eesikel ini kemudian mengalami fusi dengan aparatur golgi untuk dissosiasi protein coatomer-coated. 2ompleks H)! ini kemudian menuju 3esikel endosomal. =antai in3ariant yang menutupi *elah H)! kemudian membelah dan meninggalkan fragmen #)I" ke*il yang berikatan pada lokasi pengikat H)! kelas II heterodimer. 2ompartemen dimana terjadi fusi antara 3esikel transport dengan endosom disebut MHC Class !! Compartment . 2emudian suatu molekul seperti $H# kelas II yang disebut sebagai H)!-'$ menginduksi pelepasan peptida #)I" *elah ikatan H)! dan menstabilkan heterodimer H)! yang kosong sampai berikatan dengan peptida eksogen yang sesuai. !khirnya H)!-'$ mengalami disosiasi dan kompleks H)! kelas II ditanspor ke membran sel. "eptida yang tidak dapat berikatan dengan kompleks H)! mengalami degradasi di lisosom. idak seperti pada H)! kelas I, dimana ikatan H)! molekul dan peptida terjadi pada =9, namun pada H)! kelas II terdapat rantai in3ariant yang men*egah penempatan peptida se*ara prematur. Setelah ditransport dalam 3esikel membranous menuju ke sitoplasma dimana 3esikel ini mengalami fusi dengan endosom yang disebut sebagai MHC Class !! Compartment.

.ambar /. Biosintesis H)! kelas II

:ungsi molekul kelas II mengekspresikan fragmen peptide antigen pada limfosit #'< yang menginisiasi respons imun. )imfosit #'< mengenal fragmen peptide hanya dalam konteks molekul H)! kelas II.

.ambar ?. Struktur H)! kelas I dan II

.ambar B. "resentasi !ntigen melalui H)! kelas I dan H)! kelas II

Perbedaan MHC kelas I dan II tercantum dalam tabel di bawah ini 3

Unsur =antai polipeptida

H)! kelas I > (<<-<? k') ;0-mikroglobulin (%0 k')

H)! kelas II > (10-1< k') ; (0+-10 k') 'omain >% dan ;% =egion ;0 mengikat #'<

)okasi residu polimorfik Situs pengikatan untuk ko-reseptor sel Besar *left pengikatan peptida (omenklatur pada

'omain >% dan >0 =egion >1 mengikat #'B

$engakomodasi B-%% residu peptida H)!-!, H)!-B, H)!-#

$engakomodari %--1atau lebih residu peptide H)!-'=, H)!-'C, H)!-

manusia

'"

1. H)! kelas III. erdiri atas umor (e*rosis :a*tor ( (:->), )ymphoto@in ( (:;), komponen komplemen (#0, #<, Bf, heat sho*k protein (HS") ?-, enAim #H"0%a, #H"0%b). $H# kelas III bukan merupakan antigen permukaan sel.

Pewarisan HLA 2ompleks H)! di&ariskan sesuai dengan hukum $endel, yaitu setiap anak akan memba&a struktur 0 gen, satu diturunkan oleh ayah dan satu lagi diturunkan oleh ibu, seperti *ontoh pada gambar +. .en di&ariskan sebagai sutu keadaan yang disebut haplotip, ke*uali pada kasus yang sangat jarang dimana terjadi rekombinan di dalam kompleks H)! itu sendiri. Indi3idu yang heteroAygote akan memiliki 0 haplotip yang berbeda. Semua gen H)! bersifat kodominan, jadi seluruh haplotip yang juga merupakan genotyp akan diekspresikan sebagai 0 set lengkap antigen H)! dalam bentuk fenotipe.

.ambar +. "e&arisan H)!

.ambar %-. "e&arisan H)!

.en-gen $H# di&ariskan, dan tiap alel yang di&ariskan tersebut diekspresikan. Semua antigen H)! seorang anak me&akili yang terdapat pada

orang tuanya.

ipe H)! indi3idu tertentu merupakan petunjuk kuat penentuan

ke*o*okan paternitas, namun sebagian karena terdapat keragaman di antara indi3idu-indi3idu. "ada satu sisi, tidak mungkin seorang anak memiliki haplotip yang bukan berasal dari ayahnya, namun di sisi lain, ini mungkin. 0

HLA Meru!akan L"kus #ang $angat %er&ariasi )okus $H# adalah beberapa dari lokus yang dikode sangat ber3ariasi se*ara genetik, dan lokus H)! manusia demikian. Ialaupun kenyataan bah&a populasi manusia berjalan melalui konstriksi yang mampu memperbaiki banyak lokus, namun lokus H)! manusia bertahan dalam konstriksi-konstriksi dengan 3ariasi yang sangat besar. 'ari + lokus yang disebut di atas, terdapat selusin atau lebih grup alel dari tiap lokus, yang lebih lanjut menyebabkan 3ariasi yang sangat besar dari lokus manusia. Hal tersebut berkaitan dengan heteroAigot dan koefisien seleksi keseimbangan dari lokus-lokus ini. Sebagai tambahan, beberapa lokus H)! merupakan di antara &ilayah coding yang sangat *epat berkembang dalam genom manusia. Suatu mekanisme di3ersifikasi ter*atat dalam studi suku !maAon di !merika Selatan yang menghasilkan perubahan gen yang hebat di antara alel dan lokus dalam kelas gen H)!. 0 )ima lokus memiliki lebih dari %-- alel yang terdeteksi dalam populasi manusia, di antara yang paling 3ariatif adalah H)! B dan H)! '=B%. "ada tahun 0--< jumlah alel yang telah ditentukan ter*atat dalam tabel di ba&ah. Untuk menginterpretasi tabel *ukup mengingat bah&a sebuah alel merupakan 3ariasi urutan nukleotida ('(!) pada suatu lokus, sebagaimana tiap alel berbeda dari semua alel minimal dalam satu posisi ( single nucleotide polymorphism, S("). 2ebanyakan perubahan ini menimbulkan perubahan dalam urutan asam amino yang menghasilkan perbedaan fungsional mayor terhadap protein.

.ambar ,. !lel-alel H)!

$truktur dan fungsi HLA H)! sebagai glikoprotein permukaan mempunyai banyak fungsi, di antaranya5 %. 'alam pertahanan terhadap infeksi 0. 'alam kanker 8 dapat bersifat protektif atau gagal protektif 1. !gen dalam penyakit manusia5 a. 'alam autoimunitas 8 dikenal menjadi mediasi berbagai penyakit autoimun b. Sebagai antigen 8 bertanggung ja&ab terhadap penolakan transplantasi organ.

#alam penya$it infe$si Saat pathogen asing memasuki tubuh, sel spesifik yang disebut sebagai antigen-presenting cells (!"#s) melingkupi keseluruhan patogen tersebut melalui proses yang disebut fagositosis. "rotein patogen tersebut kemudian di*erna menjadi potongan ke*il (peptide-peptida) dan dimuat pada antigen H)! (khususnya $H# kelas II). $ereka kemudian dipresentasi oleh !"# terhadap sel tertentu dalam sistem imun yang disebut sel , di mana kemudian memproduksi berbagai efek untuk mengeliminasi patogen. $elalui proses yang sama, protein (baik sel indi3idu sendiri dan asing, seperti protein 3irus) diproduksi di dalam hampir semua sel dipresentasi pada antigen H)! (khususnya $H# kelas I) pada permukaan sel. Sel terinfeksi dapat dikenali dan dihan*urkan oleh komponen sistem imun (khususnya sel #'BJ).

.ambar %%. "eptida %tafilococcus &nterotoxin Ligand dalam #elah $H# II

.ambar di atas menunjukkan potongan protein bakteri (peptida) diikat dalam *elah ikatan molekul H)!-'=%. 'alam ilustrasi di ba&ah, dalam sudut pandang lain, dapat dilihat keseluruhan 'C dengan ikatan peptide dalam *elah ikatan yang sama. "eptida yang berkaitan dengan penyakit menempati tepat pada ruang ini seperti halnya tangan menempati tepat pada sarung tangan atau anak kun*i pada gembok. 'alam konfigurasi-konfigurasi ini, peptide dipresentasi pada sel . Sel dibatasi oleh molekul H)! ketika peptida tertentu terletak dalam *elah ikatan. Sel-sel ini memiliki reseptor seperti halnya antibodi dan tiap sel hanya mengenali sedikit dari kombinasi peptida-$H# kelas II. Saat sel mengenali peptida dalam molekul $H# kelas II, sel kemudian menstimulasi sel

B yang juga mengenali molekul yang sama dalam antibodi sIg$-nya. 2emudian sel-sel membantu sel B memproduksi antibodi terhadap protein yang dikenali erdapat jutaan sel yang berbeda pada setiap orang yang dibuat keduanya.

mengenali antigen-antigen, sebagian dibuang karena mereka mengenali antigen tubuh sendiri. Setiap H)! dapat berikatan dengan peptida-peptida, dan tiap orang memiliki 1 tipe H)! dan dapat memiliki < isoform '", < isoform 'C dan < isoform '= (0 dari '=B%, dan 0 dari '=B<, atau '=B,) sejumlah total %0 isoform. 'alam kondisi heteroAigot tersebut, sangat sulit protein yang berkaitan dengan penyakit tertentu lolos dari deteksi.<

.ambar %0. "eptida dalam *elah H)!-'C

#alam 'an$er Beberapa penyakit yang diperantarai H)! langsung terlibat dalam pembentukan kanker. 9nteropati sensitif terhadap gluten berkaitan dengan dengan peningkatan pre3alensi enteritis berkaitan dengan limfoma sel limfoma sel , dan homoAigot '=1-'C0 dalam grup yang paling beresiko mendekati B-K dari yang berkaitan dengan enteritis sensitif glutenL namun, molekul H)! memainkan peran protektif, mengenali peningkatan antigen yang tidak dapat ditoleransi karena tingkatnya yang rendah dalam kondisi normal.

#alam Autoimunitas 'efek dalam struktur H)! merupakan penyebab beberapa penyakit di mana sistem imun tubuh mengenali antigen tubuh sendiri sebagai asing dan mulai menyerang jaringan tubuh sendiri. Sebuah *ontoh adalah diabetes tergantung insulin, di mana respon imun tubuh menyebabkan destruksi dari sel pembuat insulin.< ipe H)! diturunkan, dan beberapa di antaranya dikaitkan dengan kelainan autoimun dan beberapa penyakit. Drang dengan antigen H)! tertentu *enderung terjangkit penyakit autoimun tertentu, seperti diabetes tipe I, spondilitis ankilosis, penyakit *elia*, S)9 (lupus eritematosus), myasthenia gra3is, miositis in*lusion body, dan sindrom Sjogren. H)!-typing menghasilkan perkembangan dan per*epatan diagnosis penyakit *elia* dan diabetes tipe IL namun 'C0-typing akan berguna bila terdapat resolusi yang tinggi dari B%typing, 'C!%-typing, atau '=-serotyping. H)!-typing dalam autoimunitas sangat pesat berkembang dalam alat diagnosis.
0,+

.ambar %1. )inkage diseMuilibrium 'C04'CB

.ambar %<. =esiko relatif penyakit *elia* dengan 'C0

Beberapa penyakit utama yang berkaitan dengan H)! ditunjukkan oleh tabel di ba&ah. Besarnya resiko relatif ter*antum dalam tanda kurung. , "enyakit '= =heumatologi Spondilitis ankilosis Spondilitis ankilosis ju3enilis "enyakit =eiter =! de&asa Sindrom Sjogren S)9 (#au*asian) <(?) 1(%-) 0(1) 1(1) 'ermatologi &/(%1) 0?(+-) 0?(,) 0?(11) B !ntigen H)! terkait B # !

"soriasis !lopesia Sindrom Beh*et "emfigus (!skenase Ne&s) (#au*asian) (Nepang) .astrointestinal 2olitis ulseratif .astritis atrofi Hematokromatosis "enyakit *elia* 9ndokrin "enyakit !ddison I''$ "enyakit .ra3e iroiditis Hashimoto (eurologi $ultipel sklerosis $yastenia gra3is (onset dini, &anita) (ar*olepsy =enal Sindrome .oodpasture 2anker iroid !lergi "ollen =ag&eed

<(0,) -

%0 ,(1) -

%-(1) %-(/)

1(%%) 1(/) 1(,) <(?) 1(<) ,(1) 1(1) 0(,) 1(1) 0(%1-)

, ? %< B(B) B B(%-) B(0) -

?(0) B(%1) -

0(%1) 1(1) %(/) 0(%-)

ingkat hubungan suatu penyakit dan H)! tertentu tidak menyatakan bah&a suatu H)! bertanggung ja&ab terhadap suatu penyakit. Suatu penyakit hanya dapat dikatakan berkaitan dengan suatu gen bila terdapat lin$age dise(uilibrium terhadap suatu gen H)! di dalam populasi tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena peningkatan resistensi terhadap suatu penyakit. /,?

#alam Penola$an Transplantasi !ntigen H)! membantu tubuh membedakan bagian tubuhnya sendiri dari benda asing. 2enyataannya, antigen H)! merupakan barier utama transplantasi allogenik. 'engan mengenali antigen H)! yang berbeda pada jaringan transplantasi, sel imunokompeten resipien distimulasi reaksi imun menyebabkan penolakan transplantasi. !ntigen kelas I merupakan antigen poten kuat dalam hal ini.% 2arena kepentingan H)! dalam transplantasi, lokus H)! adalah relatif yang paling sering dideteksi se*ara serologi atau "#= di antara alel autosomal lainnya.0,B,%-

Numlah ketidak*o*okan H)! dengan , years sur3i3al rate dalam transplantasi ginjal ter*antum dalam tabel di ba&ah ini.

Number "f HLA mismatches %

' kidne#s sur&i&ing after ( #ears /B /%

0 1 < , /

/% ,B ,B ,? ,/

Penentuan ti!e HLA Ilmu H)! berasal dari tranplantasi organ. Nauh sebelum sekuensi gen dengan "#= tersedia, antigen-antigen ini dikenali sebagai faktor yang mempengaruhi (interfere) keberhasilan transplantasi. Drgan donor yang ditransplantasi ke dalam resipien mengeluarkan antibodi yang mela&an jaringan

donor dan mengubah reseptor H)! donor menjadi antigen terhadap sistem imun resipien, karenanya disebut sebagai O human leucotrophic antigens). ipe-tipe reseptor diklasifikasi berdasarkan antibodi yang diproduksi. !ntibodi-antibodi ini, khususnya dari donor yang homoAigot pada haplotip kelas II tertentu digunakan mengidentifikasi reseptor yang berbeda dan isoform. %%,%0

Antib"di HLA !ntibodi H)! biasanya tidak terbentuk, dengan beberapa perke*ualian terbentuk sebagai akibat reaksi imunologi dari Aat asing yang mengandung H)! asing melalui transfusi darah, kehamilan (antigen parenteral), atau transplantasi jaringan atau organ. !ntibodi mela&an penyakit yang berhubungan dengan haplotip H)! ditujukan sebagai terapi penyakit autoimun berat. !ntibodi H)! spesifik donor ditemukan berkaitan dengan kegagalan transplantasi ginjal, jantung, paru dan hati.%0

DA)*A+ PU$*A,A

%. Braun&ald 9, :au*i !S, 2asper '), et al (eds). he $ajor Histompability #omple@L 'isorder of he Immune System, #onne*ti3e issue and Noints. In5 HarrisonPs "rin*iples of Internal $edi*ine %? th ed. $*.ra&-Hill, (e& Hork 0--B5 %+1%-B. 0. 'ahl $E. Histo*ompatibility and immunogeneti*s. 'alam5 #lini*al immunodermatology, edisi ketiga. US!5 $osbyL %++/5 %-?-%+. 1. http544en.&ikipedia.org4&iki4HumanQleuko*yteQantigen . Human leuko*yte antigen. !kses5 ? !gustus 0--+. <. 2resno SB. Unsur-unsur yang berperan dalam reaksi imunologik. 'alam5 Imunologi5 diagnosis dan prosedur laboratorium, edisi keempat. Nakarta5 :2UIL 0--%5 %<-%-0. ,. =oitt I$. Interaksi primer dengan antigen, edisi ke-B. D@ford5 Bla*k&ell s*ien*eL %++<5 ?,-+?.
/. http544&&&.bookrags.*om4HumanQleuko*yteQantigenRbrQ% .

Human $edi*al

leuko*yte antigen (Hla). !kses5 ? !gustus 0--+ ?. "lafair NH), )ydyard "$. #lini*al immunology. 'alam5 immunology for students. !S5 #hur*hill )i3ingstoneL %++,5 B--?.

B. "erkins H!. he human major histo*ompatibility *omple@ ($H#). 'alam5 :uderberg HH, et al. Basi* 6 *lini*al immunology, edisi kedua. #alifornia5 )ange medi*al publi*ationL %+?B5 %/,-B0. +. "layfair NH). he major histo*ompatibility *omple@. 'alam5 Imunology at a glan*e, edisi keenam. .reat Britain5 bla*k&ell s*ien*eL %++/510-1. %-. Subo&o. Imunologi transplantasi. 'alam5 Imunologi klinik. Bandung5 !ngkasaL %++15 0-0-%<.

%%. http544users.r*n.*om4jkimball.ma.ultranet4Biology"ages4 4 ransplants.html . Drgan transplant. !kses5 ? !gustus 0--+ %0. http544&&&.*sa.*om4dis*o3eryguides4*an*er4re3ie&.php . !kses5 ? !gustus 0--+

Anda mungkin juga menyukai