Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur padat, yaitu sel darah. (Pearce, 2008) Darah berfungsi sebagai alat pengangkut yaitu mengambil oksigen dari paruparu untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, mengangkut karbondoksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh, mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit, menyebarkan panas ke seluruh tubuh. (Syaifuddin, 2006) Pada tubuh orang dewasa sehat terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau empat sampai lima liter. Bila terjadi kehilangan darah dalam jumlah banyak dan waktu singkat akibat perdarahan, pembedahan, ataupun komplikasi dari melahirkan, yang paling mendesaknadalah mengganti cairan yang hilang dengan segera. (Syaifuddin, 2006)

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja komponen, fungsi, struktur dan sifat dari darah ? 2. Bagaimana proses hematopoetik ? 3. Bagaimana proses homeostasis ? 4. Bagaimana proses hemostasis ?

1.3 Tujuan Untuk mengetahui adanya hubungan proses hematopoetik, homeostasis, dan hemostasis.

1.4 Hipotesa Terdapat hubungan antara proses hematopoetik, homeostasis dan hemostasis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah 2.1.1 Definisi Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah (Pearce, 2002). Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47%. Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan (Pearce, 2002).

2.1.2 Fungsi Darah 1. Bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, menghantarkan semua bahan kimia, oksigen, dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, serta menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lain. 2. Sel darah merah menghantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian karbon dioksida. 3. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena gerakan fagositosis beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri. 4. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh

menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ ekskretonik untuk dibuang. 5. Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah (Pearce, 2002).

2.1.3 Komponen Darah 1. Plasma Darah Adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kompleks zat organik dan anorganik. a. Protein Plasma Mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada tiga jenis protein plasma yang utama: albumin, globulin, dan fibrinogen. 1) Albumin Adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55 sampai 60%, tetapi ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah. 2) Globulin Membentuk sekitar 30% protein plasma. 3) Fibrinogen Membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.

b. Plasma juga mengandung nutrien, gas darah, elektrolit, mineral, hormon, vitamin, dan zat-zat sisa (Sloane, 2004). 2. Elemen Pembentuk Darah 1. Eritrosit atau Sel Darah Merah Eritrosit berbentuk bundar, pipih dan agak cekung pada kedua permukaannya, dan tidak berinti. Garis tengahnya hanya sekitar 7 mikron. Sel darah merah berwarna merah karena di dalamnya terdapat hemoglobin yang mengandung unsur besi(Fe). Hemoglobin dalam sel darah merah berfungsi untuk mengikat oksigen dari udara pernafasan dan karbon dioksida dan sisa oksidsi dari sel-seel tubuh.hemoglobin kirakira menyusun sepertiga dari total berat darah ( Surtiretna, 2006). Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernafasan yang mengikat oksigen. Sel darah merah biasanya bersirkulasi selama 120 hari sebelum menjadi rapuh dan mudah pecah. Walaupun sel darah merah matang tidak memiliki nukleus, mitokondria atau pun retikulum endoplasma, enzim sitoplasmanya mampu memproduksi ATP untuk waktu yang terbatas ini. Fragmen sel darah merah yang rusak atau terdisintegrasi akan mengalami fagositosis oleh makrofag dalam limpa, hati, sumsum tulang, dan jaringan tubuh lain (Sloane, 2004). 2. Leukosit atau Sel Darah Putih Leukosit berbentuk tidak tetap dn berinti,ukuran leukosit jauh lebih besar daripada eritrosit.leukosit tidak berwarna,dibentuk dalam kelenjar dan sumsum tulang. Sel darah putih lebih pendek umurnya daripada sel darah merah, yaitu hanya 12-13 hari ( Surtiretna, 2006). Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan eritrosit. Leukosit dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu. Leukosit juga mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan menurut inti selnya. Macam-macam leukosit meliputi:

1. Agranulosit, leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari: a.Limfosit b.Monosit

2. Granulosit, disebut juga leukosit granular, terdiri dari: a. Neutrofil b. Eusinofil c. Basofil (Sloane, 2004).

3.Keping darah Keping darah juga disebut trombosit.trombosit berbentuk tidak teratur dan berukuran lebih kecil darip sel darh merah.trombosit berfungsi dalam

prosespembekuan darh pada bagian tubuh yang terluka .trombosit akan menghentikan darah yang mengalir pada luka sehingga tidak keluar terus-menerus.dengan demikian ,luka akan segera tertutup ( Surtiretna, 2006). Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membrane plasma dan mengandung granula yang berhubungan dengan proses koagulasi darah. Trombosit berfungsi dalam hemostasis dan perbaikan pembuluh darah yang robek (Sloane, 2004).

2.1.4 Kelainan pada darah A. Anemia Kekurangan Hemoglobin 1. 2. Anemia Hemoragi : akibat kehilangan darah akut Anemia Defisiensi Zat Besi : akibat penurunan asupan makanan, penurunan daya absorbsi, kehilangan zat besi secara berlebihan 3. Anemia Aplastik (sum-sum tulang tidak aktif) : ditandai dengan penurunan sel darah merah secara besar-besaran. Hal ini karena radiasi yang berlebihan, keracunan zat kimia , dan kanker

4. 5.

Anemia Pernicious : karena tidak ada vitamin Anemia Sel Sabit (Sickle Sel Anemia) : penyakit keturunan dimana molekul yang berbeda dari hemoglobin normalnya. (Sloane, 2004)

B. Polisitemia Peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi, yang mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah 1. Polisitemia Kompensatori (sekunder) : hipoksia (kekurangan oksigen) karena: - Kediaman permanen di dataran tinggi - Aktivitas fisik berkepanjangan - Penyakit paru atau penyakit jantung 2. Polisitemia Vera : gangguan pada sum-sum tulang (Sloane, 2004)

C. Leukimia Sejenis kanker yang ditandai dengan poliferasi sel darah putih yang tidak terkendali (Sloane, 2004) D. Mononukleosis Infeksius Disebabkan oleh virus Epstein-Barr, ditandai adanya peningkatan jumlah limfosit dan abnormal (Sloane, 2004) E. AIDS Disebabkan oleh HIV, yang merusak kekebalan tubuh (Sloane, 2004) F. Trombositopenia Adalah suatu kondisi di mana terdapat sejumlah kecil trombosit abnormal dalam darah yang bersirkulasi. Ini akan memperlama waktu koagulasi dan memperbesar risiko terjadinya perdarahan dalam pembuluh darah kecil di seluruh tubuh.

Trombositopenia dapat disebabkan oleh reaksi awal terhadap obat-obatan, maglinansi sum-sum tulang, atau radiasi ion yang merusak sum-sum tulang. (Sloane, 2004) G. Hemofilia Adalah gangguan berkaitan dengan jenis kelamin secara herediter, akkibat tidak adanya beberapa faktor pembekuan. Transfusi perlu dilakukan untuk mengganti faktor-faktor yang hilang jika terjadi cedera ringan yang diikuti dengan

perdarahan yang berlebihan. (Sloane, 2004) 2.2 Hematopoiesis 2.2.1 Definisi Hematopoiesis adalah pembentukan dan perkembangan sel-sel darah (Nuswantari, 1998) Area pembentukannya meliputi selama perkembangan embrio, setelah lahir dan masa kanak-kanak, juga pada orang dewasa (Sloane, 2003). Selama perkembangan embrio Hematopoiesis pertama kali berlangsung dalam kantong kuning telur dan berlanjut dihati, limpa, nodus limfe, dan seluruh sumsum tulang janin yang sedang berkembang (Sloane, 2003) Setelah lahir dan masa kank-kanak Setelah lahir dan masa kanak-kanak, sel-sel darah terbentuk dalam sumsum semua tulang (Sloane, 2003) Pada orang dewasa Pada orang dewasa, sel darah hanya terbentuk pada sumsum tulang merah yang ditemukan dalam tulang membranosa seperti sternum, iga, vertebra, dan tulang ilia girdel pelvis. Sel-sel darah yang sudah matang

masuk ke sirkulasi utama dari sumsum tulang melalui vena rangka (Sloane, 2003) 2.2.2 Proses pembentukan darah Semua sel darah diturunkan dari hemositoblas (sel batang premitif) pada sumsum tulang, yang dibagi dan dibendakan menjadi lima jenis sel ; proeritoblas, mieloblas, limfoblas, monoblas dan megakarioblas. Proeritoblas mengalir melalui sejumlah tahapan ( eritroblas basofilik, eritroblas kromatofilik, normoblas, dan retikulosit) dan setelah matang menjadi eritrosit. Selama masa perkembangan, eritrosit mensintesis

hemoglobin, suatu pigmen pembawa oksigen, dan melepas organelnya. Nukleus mengecil dan akhirnya keluar dari sel. Setelah nukleus hilang, eritrosit tetap berada dalam sumsum tulang selama beberapa hari sampai matang dan kemudian dilepas kedalam sirkulasi (Sloane, 2003) Mieloblas merupakan asal promielosit, yang mengalami penyimpangan dalam perkembangannya dan menjadi tiga jenis sel darah yang disebut granulosit: neutrofil, eosinofil, dan basofil (Sloane, 2003) Limfoblas merupakan asal limfosit. Monoblas merupakan asal monosit. Monosit dan limfosit disebut agranulosit (Sloane, 2003) Megakarioblas membentuk megakariosit, yang merupakan asal trombosit (Sloane, 2003) 2.3 Homeostasis Istilah homeostasis digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam. Pada dasarnya semua organ dan jaringan tubuh melaksanakan aneka fungsi untuk membantu mempertahankan kondisi yang konstan ini. Misalnya, paru menyediakan oksigen bagi cairan ekstra sel untuk menggantikan oksigen yang dipakai oleh sel,

10

ginjal mempertahankan konsentrasi ion agar konstan, dan sistem gastrointestinal menyediakan nutrien (Guyton, 2007). 2.3 Hemostasis Hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah

perdarahan. Bilamana terdapat luka pada pembuluh darah, segera akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke pembuluh darah yang terluka berkurang. Kemudian trombosit akan berkumpul dan melekat pada bagian pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat trombosit. Faktor pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang akan membuat sumbat trombosit menjadi non permeable sehingga perdarahan dapat dihentikan Jadi dalam proses hemostasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vaskuler berupa vasokontriksi pembuluh darah, reaksi seluler yaitu pembentukan sumbat trombosit dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit dan faktor

pembekuan darah. 2.3.1 Perdarahan Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah. Jumlahnya dapat bermacam-macam, mulai dengan sedikit sampai yang dapat menyebabkan kematian. Hanya henti nafas (respiratory arrest) mempunyai prioritas penanggulangan lebih dulu dari pada perdarahan yang massif. Luka robekan pada pembuluh darah besar di leher, tangan dan paha dapat menyebabkan kematian dalam satu samapai tiga menit. Sedangkan perdarahan dari aorta atau vena cava dapat menyebabkan kematian dalam tiga puluh detik (Guyton, 1990). Jenis Perdarahan 1. Perdarahan luar Perdarahan disebabkan karena pecahnya pembuluh darah. Apabila darah keluar dari tubuh maka terjadi pendarahan luar, biasanya diserta dengan adanya luka.

11

Tindakan Menghentikan Perdarahan Luar Penekanan langsung (direct pressure) pada luka dengan tangan atau pembalut (balut tekan) diikuti dengan meninggikan anggota gerak yang mengalami luka. Penekanan pada pembuluh darah (indirect pressure), lebih prksimal dari yang mengalami perdarahan (Guyton, 1990).

2. Perdarahan Dalam Definisi Perdarahan Dalam, Sementara public umum mengerti bahwa perdarahan dalam berarti perdarahan yang tidak dapat dilihat pada bagian luar tubuh, personal medis cenderung menggunakan istilah-istilah yang menggambarkan secara tepat dimana didalam tubuh perdarahan ditemukan. Perdarahan internal mungkin terjadi didalam jaringan-jaringan, organ-organ, atau di rongga-rongga tubuh termasuk kepala, dada, dan perut. Contoh-contoh dari tempat perdarahan yang potensial termasuk mata, jaringan-jaringan pelapis dari jantung, otot-otot, dan sendi-sendi (Guyton, 1990). 2.3.2 Mekanisme pembekuan darah 1. Pembentukan Bekuan Darah a. Mekanisme ekstrinsik pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu sendiri. 1. Tromboplastin (membrane lipoprotein) yang dilapisi oleh sel-sel jaringan yang rusak mengaktivasi protrombin (protein plasma) dengan bantuan ion kalsium untuk membentuk trombin. 2. Trombin mengubah fibrinogen yang dapat larut, menjadi fibrin yang tidak dapat larut. Benang-benang fibrin membentuk bekuan, atau jaring jaring fibrin, yang menangkap sel darah merah dan trombosit serta menutup aliran darah yang melalui pembuluh yang rusak (Sloane, 2004). b. Mekanisme instrisik

12

mekanisme ini melibatkan 13 faktor pembekuan yang hanya ditemukan dalam plasma darah. Setiap faktor protein berada dalam kondisi yang tidak aktif, jika salah satu diaktivasi maka aktifitas enzimatikanya akan mengaktivasi faktor selanjutnya dalam rangkaian, dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi (carscade of reaction) untuk membentuk bekuan (Sloane, 2004).

a. Sumber faktor-faktor pembekuan : Hati, mensintesis sebagian besar faktor pembekuan, sehingga berperan penting dalam pembekuan darah. Vitamin K, sangat penting dalam sintesis protrombin dan faktor pembekuan lainnya dalam hati (Sloane, 2004)

2.3.3 Faktor pembekuan darah

FAKTOR-FAKTOR PEMBEKUAN DARAH


NOMOR I NAMA Fibrinogen ASAL DAN FUNGSI Protein plasma yang disintesis dalam hati diubah menjadi fibrin. II Protrombin Protein plasma yang disintesis dalam hati diubah menjadi trombin. III Tromboplastin Liproprotein yang dilepas

jaringan rusak mengaktivasi factor vii untuk pembentukan

13

thrombin. IV Ion Kalsium Ion anorganik dalam plasma, didapat dari makanan dan tulang; seluruh darah. V Proakselerin (Faktor Labil) Protein plasma yang disintesis dalam hati diperlukan untuk mekanisme intrinsik. VI (Nomor Tidak Dipakai Lagi) Fungsinya dipercaya sama ekstrinsik dan diperlukan tahap dalam

pembekuan

dengan fungsi faktor V. VII Prokonvertin (Akselerator Konversi Serum Protrombin) Protein plasma(globulin) yang disintesis dalam hati;

diperlukan dalam mekanisme intrinsik. VIII Faktor Antihemofilik Protein plasma (enzim) yang disintesis (memerlukan dalam vitamin hati K)

berfungsi dalam mekanisme ekstrinsik. IX Plasma Tromboplastin ( Faktor Christmas) Protein plasma yang disintesis dalam hati(memerlukan

vitamin K; berfungsi dalam mekanisme intrinsik. X Faktor Stuart-Prower Protein plasma yang disintesis dalam hati(memerlukan

vitamin K; berfungsi dalam

14

mekanisme ekstrinsik. XI Anteseden Tromboplastin Plasma

intrinsik

dan

Protein plasma yang disintesis dalam hati; berfungsi dalam mekanisme intrinsik.

XII

Faktor Hageman

Protein plasma yang disintesis dalam hati; berfungsi dalam mekanisme intrinsik.

XIII

Faktor Penstabilan Fibrin

Protein yang diperlukan dalam plasma hubungan dan silang trombosit; filamen-

filamen fibrin.

FAKTOR-FAKTOR TROMBOSIT
Akselerator trombosit Trombosit; sama dengan factor plasma V. Akselerator trombin Trombosit; memacu produksi thrombin dan fibrin. Faktor tromboplastin trombosit Trombosit; fosfolipid yang diperlukan untuk mekanisme intrinsik. Trombosit factor ke-4 Mengikat heparin(antikoagulan) sehingga pembekuan dapat terjadi.

15

2.3.4 Abnormalitas pembekuan a. Bekuan yang abnormal disebut trombus. Trombus yang terlepas dan ikut dalam aliran darah disebut embolus. Kedua jenis bekuan ini dapat menyumbat aliran darah. 1) Kondisi yang menunjang pembentukan thrombus Pembuluh dengan permukaan kasar akibat plak plak kolesterol (arterosklerosis) mungkin akan menangkap trombosit untuk memulai pembekuan. Aliran darah yang lambat memungkinkan terjadinya akumulasi tromboplastin. Karena aliran darah menurun setara dengan immobilitas, maka pasien tirah baring harus sering bergerak atau digerakkan. 2) Pengobatan bagi orang yang rentan terhadap pembekuan thrombus Antikoagulan seperti senyawa coumarin menghambat aktivitas vitamin K, sehingga menghalangi sintesis protrombin. Aspirin menghalangi agregasi trombosit dan mengganggu sintesis prostasiklin. b. Trombositopenia adalah suatu kondisi dimana terdapat sejumlah kecil trombosit abnormal dalam darah yang bersirkulasi (di bawah 100.000 mili meter kubik). Ini akan memperlambat waktu koagulasi dan memperbesar resiko terjadinya perdarahan dalam pembuluh darah. (Sloane,2004)

2.4 Jaringan Myeloid dan Limfoid 2.4.1 Jaringan Myeloid Sel-sel darah kecuali limfosit mempunyai umur yang relative pendek, oleh karena itu harus selalu di ganti oleh sel-sel baru dari jaringan myeloid atau sumsum tulang. Jaringan myeloid merupakan atau sumsum tulang. Jaringan myeloid merupakan salah satu bentuk jaringan pengikat yang pada dasarnya merupakan jaringan retikuler. Sel retikuleryang berbentuk sebagai bintang mempunyai inti berbentuk ovoid besar yang berwarna pucat dengan butir-butir khromatin halus yang tersebar rata. Oleh karena terdapat khromatinyang menempel pada permukaan dalam dari selubung

16

inti maka selubung inti dapat diamati dengan mikroskop cahaya. Biasanya terdapat 2 nukleoli dalam inti. Sekeliling inti terdapat sedikit sitoplasma yang melanjkutkan diri dalam tonjolan-tonjolan panjang yang biasanya berhubungan dengan serabut retikuler. Tonjolan-tonjolan tersebut sulit dapat dilihat dengan mikroskop cahaya (subowo, 1990). 2.4.2 Jaringan Limfoid Susunan komponen jaringan limfoid pada dasarnya tidak berbeda dengan jaringan mieloid. Namun pada jaringan limfoid tidak diketemukan sel-sel lemak. Pebedaan penting antara jaringan limfoid dengan jaringan mieloid yaitu jenis sel-sel bebasnya. Dalam jaringan limfoid sel-sel bebasnya adalah limfosit dari berbagai tingkat diferensiasi dan jenis, yaitu limfosit B dan limfosit T. Menurut fungsinya jaringan limfoid dibedakan 2 macam jaringan limfoid, yaitu jaringan limfoid sentral yang merupakan tem pat diferensiasi limfosit yang berasal dari jaringan mieloid, dan jaringan limfoid perifir yang mengandung sel-sel limfosit yang telah mengalami diferensiasi dalam jaringan limfoid sentral (subowo, 1990).

17

BAB III PETA KONSEP

HEMATOPOETIK

PECAHNYA PEMBULU DARAH

DARAH

LUKA

ERITROSIT

LEUKOSIT

TROMBOSIT

PENDARAHAN

HEMATOPOESIS

HOMEOSTATIS

18

BAB IV PEMBAHASAN Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit (Pearce, 2002). Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah terkecil (Sloane, 2004). Leukosit berbentuk tidak tetap dan berinti, ukuran leukosit jauh lebih besar dari pada eritrosit. Leukosit tidak berwarna, dibentuk dalam kelenjar dan sumsum tulang. Trombosit berbentuk tidak teratur dan berukuran lebih kecil dari pada sel darah merah. Trombosit berfungsi dalam proses pembekuan darah pada bagian tubuh yang terluka (Surtiretna, 2006). Hematopoiesis adalah pembentukan dan perkembangan sel-sel darah (Nuswantari, 1998). Area pembentukannya meliputi selama perkembangan embrio, setelah lahir dan masa kanak-kanak, pada orang dewasa. Semua sel darah diturunkan dari hemositoblas (sel batang premitif) pada sumsum tulang, yang dibagi dan dibedakan menjadi lima jenis sel: proeritoblas, mieloblas, limfoblas, monoblas dan megakarioblas (Sloane, 2004). Homeostasis adalah pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam organ dan jaringan tubuh (Guyton, 2007). Hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah perdarahan. Dalam proses hemostasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vaskuler berupa vasokontriksi pembuluh darah, reaksi seluler yaitu pembentukan sumbat trombosit dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Mekanisme hemostasis terdiri dari mekanisme ekstrinsik, mekanisme instrisik. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah. Sumber faktor-faktor

19

pembekuan: hati, mensintesis sebagian besar faktor pembekuan, sehingga berperan penting dalam pembekuan darah, dan vitamin K, sangat penting dalam sintesis protrombin dan faktor pembekuan lainnya dalam hati (Sloane, 2004). Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah. Jumlahnya dapat bermacam-macam, mulai dengan sedikit sampai yang dapat menyebabkan kematian. Perdarahan dapat dibedakan menjadi: perdarahan luar, perdarahan disebabkan karena pecahnya pembuluh darah. Tindakan menghentikan perdarahan luar: penekanan langsung (direct pressure) pada luka dengan tangan atau pembalut (balut tekan) diikuti dengan meninggikan anggota gerak yang mengalami luka, penekanan pada pembuluh darah (indirect pressure), lebih proksimal dari yang mengalami perdarahan (Guyton, 1990). Perdarahan dalam, perdarahan yang tidak dapat dilihat pada bagian luar tubuh, personal medis cenderung menggunakan istilah-istilah yang menggambarkan secara tepat dimana didalam tubuh perdarahan ditemukan.

20

BAB V Kesimpulan Adanya hubungan antara proses hematopoetik, homeostasis dan hemostasis. Dimana, sel-sel darah pada umumnya dibuat di sumsum tulang, dipakai untuk pembentukan sel. Dalam proses sirkulasinya darah harus mempertahankan keseimbangan atau stabilitas pada keadaan fisiologi organisme normal. Pembekuan darah merupakan perubahan yang terjadi di dalam plasma. Sel-sel darah putih dan merah tidak ikut berperan dalam pembentukan gumpalan darah, meskipun mereka dapat terjebak dalam gumpalan setelah terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai