Anda di halaman 1dari 7

1.

2 Proses Pengolahan Proses pengolahan batubara (Coal Processing Plant/CCP) bertujuan mengolah batubara menjadi produk batubara (Product Area) yang sesuai dengan permintaan pasar. Dengan mempertimbangan beberapa hal, misalnya kualitas atau mutu cadangan batubara, metode penambangan yang terpilih, serta kualitas permintaan pasar, maka proses pengolahan batubara Melakukan reduksi ukuran (Size Reduction) melalui penggerusan (Crushing) Melakukan pemisahan (classification) melalui Pengayakan (Screening) Melakukan pencampuran (Blending) batubara Melakukan penimbunan/ penumpukan batubara (Stockpilling) Melakukan penanganan limbah air ( ater Pollution !reat"ent) 1.2 #esain Pengolahan BatuBara Rancang (design) bangun unit pengolahan didasarkan pada factorfactor antara lain: . !arget atau permintaan pasar rata- rata. ". #ualitas batubara dari tambang (Ra$ Coal). $. %pesifikasi produk akhir yang diminta. ketersedian lahan untuk area pengolahan termasuk tempat penimbunan (Stockpile) Dan ketersedian air di sekitar area pengolahan. &. %emua factor tersebut di atas akan menentukan jenis, dimensi dan kapasitas peralatan atau mesin pengolahan yang dibutuhkan serta 'lo(sheet pengolahan yang sesuai dengan memperhatikan unsur keselamatan kerja. 1.% &apasitas Pruduksi #apasitas produksi pengolahan yang direncanakan yaitu ".))).))) ton per tahun dengan kapasitas stockpile ")).))) ton/ " bulan. *erdasarkan target tahunan tersebut dapat dihitung kapasitas unit pengolahan yang beroperasi " shift/hari + , jam/ shift, ", hari per bulan dan efisiensi kerja ,) - sebagai berikut: Dik : #apasitas Produksi Rencana . ".))).))) ton/th : #apasitas %tockpile . ")).))) ton/" bln : #apasitas /nit yang *eroperasi . " %hift/hari : , jam/shift 0 " . 1 jam/ shift : ", hari/bln . ", hari/bln : 2fisiensi kerja . ,) Dit : #apasitas yang !erpenuhi/ terpasang 3 Dija(ab: !produksi . ).,) 0 1 jam/hari 0 ", hari/bulan 0 " bulan/ tahun . &$)) jam/ tahun #.
".))).)))ton / bulan . &14 ton/ jam &$)) jam / tahun

5oses factor . , - . ).), 0 &14 . $6 tom/ jam # terpasang . &14 7 $6 . 4)" ton/ jam Dimana ! dan # masing- masing adalah (aktu produksi dan kapasitas produksi. Dengan loses factor sebesar , - akan diperoleh kapasitas terpasang sekitar 4)) ton/jam

1.' &ualitas Produksi #ualitas produksi hasil proses pengolahan batubara harus dapat memenuhi persyaratan yang diinginkan pasar. *erdasarkan sur8ey pasar dapat disimpulkan bah(a kualitas batubara sangat diutamakan. 1.( Prosedur Pengolahan BatuBara Prosedur pengolahan memperlihatkan tahapan proses pengolahan batubara mulai dari penimbunan Ra( 9oal di lokasi pabrik pengolahan sampai produk akhir. a. Persiapan Pengu"panan ()eeding ) %ebagai umpan (feed) a(al proses pengolahan adalah batubara dari tambang atau R:M atau ra( coal yang ditumpuk di stockpile di lokasi pengolahan. /kuran maksimum umpan a(al ini direncanakan $)) mm, sedangkan terhadap umpan yang lebih besar dari $)) mm akan dilakukan pengecilan secara manual menggunakan hammer breaker. *aik umpan batubara dari tambang maupun hasil pengecilan ulang semuanya dimasukkan ke hopper menggunakan (heel loader untuk dilanjutkan ke proses reduksi dan pengayakan sampai diperoleh produkta akhir yang siap di jual. *. Penga+akan dengan ,rizzl+ ;ri<<ly berfungsi memisahkan fraksi batubara berukuran 7 $)) mm dengan = $)) mm dan posisinya terletak tepat diba(ah hopper. 5ubang bukaan (opening) gri<<ly berukuran $)) mm 0 $)) mm. undersi<e gri<<ly = $)) mm diangkut belt con8eyor untuk umpan crusher primer. %edangkan fraksi 7 $)) mm dikembalikan ke tumpukan untuk direduksi ulang menggunakan hammer breaker. >asil reduksi ulang dikembalikan lagi ke gri<<ly untuk pemisahan atau pengayakan ulang. Proses ini berlangsung terusmenerus selama shift kerja berlangsung. c. Pere"ukan !ahap A$al ( Pri"ar+ crusher ) Proses peremukan a(al bertujuan untuk mereduksi ukuran fraksi batubara = $)) mm menjadi ukuran rata- rata 4) mm. dengan demikian nisbah reduksi (reduction ratio) pada tahap primer ini adalah ". alat yang digunakan adalah roll crusher yang berkapasitas 4)) ton/ jam. /ntuk menaksir po(er atau energi + hp ? crusher digunakan ru"us Bond Crusher ork -nde. /0uation seperti terlihat berikut ini. >p/ton .
WixCx+ Fx P Fx P

!otal hp Dimana @i

. #apasitas crusher 0 hp/ton 0 factor . Andeks kerja + @ork Andek ? yang diperoleh dari hasil uji kemampuan- gerusan +grindability? di lab, untuk batubara sekitar ,$6 9 . #onstanta dari pabrik pembuat unit crusher, biasanya di atas ) tergantung jenis bahan mental pembentuk crusher tersebut. /ntuk batubara diambil ) ' . Diameter umpan yang ,)- lolos + hasil uji analisa ayak di lab ?, P . Diameter produkta yang ,) - lolos +hasil uji analisa ayak di lab? 'aktor . #onstanta jenis crusher, untuk primer . ),64 dan sekunder .

"

>asil perhitungan untuk menaksir kebutuhan energi crusher primer di P! indocoal Pratama Baya dengan menggunakan persamaan dan " hasilnya sebagai berikut : >p/ ton .
,$6 x ) x + $)).))) x $)).))) x 4).))) 4).)))

. ),),1

!otal hp . 4)) ton jam 0),),1 hp 0 ),64 . $","4 hp/jam ton !oleransi ) - . $","4 7 $ . $4,"4 hp/jam . ", k@h d. Penga+akan ( screening ) tahap 1 1 Proses pengayakan adalah salah satu proses yang bertujuan untuk mengelompokkan ukuran fraksi batubara, sehingga disebut juga dengan proses classification. Clat yang dipakai untuk pengayakan biasanya ayakan getar (2i*rating screen) pada pengolahan batubara ini proses pengayakan tahap a(al menggunakan 8ibrating screen- untuk memisahkan fraksi ukuran 7 4) mm dan = 4) mm. 'raksi = 4) mm adalah umpan secondary crusher, sedangkan 7 4) mm disirkulasi sebagai umpan crusher primer untuk diremuk ulang. Produkta dari proses pengayakan harus selalu dijaga konsisten laju kapasitasnya sebanyak 4)) ton/jam. /ntuk itu perlu dilakukan penaksiran dimensi +panjang dan lebar? dari ayakan + %creen ? yang harus dipasang. !erdapat beberapa metode untuk menentukan dimensi screen dan cara yang dipakai dalam rancangan unit screen dalam studi ini adalah cara grafis dengan beberapa rangkuman konstanta + factor ? yang diperlukan seperti dilihat pada table ". konstanta tersebut merupakan factor yang telah disesuaikan dengan kondisi dilapangan yang umumnya digunakan untuk pengayakan batubara. ;ambar ".a adalah kur8a untuk menghitung produkta hasil pengayakan +ton/jam/ft? dan gambar ".b hubungan antara lebar ayakan dengan laju produkta per inci bed depth + ketebalan lapisan aggregate batubara diatas ayakan ? dengan kecepatan ft/ sec. kapasits screen diru"uskan sebagai berikut : #. P 0 2 0 D 0 ' 0 @ 0 ! 0 * Dimana : # . #apasitas, ton/jam/aDft P . Produksi, ton/jam/adft 2,D,',@,!, dan * adalah factor seperti terlihat pada table " !able . 'aktor dan #onstanta pengukuran luas screen 'aktor #ondisi #onstanta #eterangan 2fisiensi +2? E),"$ Posisi deck+D? Ctas ,)) #ehalusan +'? 1),&) Pengayakan basah+@? !idak terpakai *entuk bukaan+!? %guare ,)) Densitas aggregate+ *? #ering 1) lb/cuff

*erikut adalah tahapan perhitungan dimensi 8ibrating screen - untuk mengayak batubara 4) mm. + ? Csumsi kondisi proses + sesuai konstanta atau screening pada table " ? Posisi deck paling atas dengan opening 4) mm . 1 inci F D. ,)) Diasumsikan umpan bemuatan 1) - berukuran -$ inci F '. ,&) %pesifikasi o8ersi<e hasil pengayakan masih mengandung ) - berukuran = 1 inci F 2. ,"4 *entuk lubang bukaan bujur sangkar +sguare? berukuran 1 & n 0 1 & n F !. .)) Densitas aggregate batubara 1) lbs/cuft + dibandingkan dengan densitas batubara berbasis 1) lbs/cuft, sesuai kur8a pada gambar ".a ? F *.
1) . 1)

,)) !idak dilakukan penyemprotan diatas screen F @ . !idak ada skor 5aju pengumpanan 1"4 ton/jam dengan kandungan -1G . ,) -. Badi kemungkinan produktanya lolos . )., 0 1"4 . 4)) ton/jam + " ? 5uas screen yang diperlukan Dari kur8a pada gambar ".a diperoleh & ton,jam per sDft #apasitas + pers, $ ? . & 0 ,"4 0 0 ,& 0 0 . 6 ton/jam per sDft 5aju produksi . )., 0 1"4 . 4)) ton.jam luas screen yang diperlukan .
4)) . 6 ,&$ sDft 6

+ $ ? Perhitungan bed depth Digunakan kur8a pada gambar ". b dengan kemiringan screen , ) Dipertimbangkan pengurangan lebar screen totol akibat diameter ka(at ayakan sekitar 1G. #emudian di coba lebar screen 4 ft + lebar bersih & ft = 1 ? Dari gambar ".b diestimasi laju produksi terbaca &) ton/jam per inci ketebalan aggregate batubara pada kec ft/sec . 1) ft/ men + densitas aggregate 1) lbs/cuft dan lebar afektif screen & ft- 1 H *ila kecepatan aliran batubara pada kemiringan , ) . 44 ft/men, maka laju aggregate perinci bed depth . &) 0
44 . $6 ton/jam per inci bed 1)

depth :8ersi<e. +).") 0 1"4? 7 +), ) 0 4))? . 64 ton/jam jadi bed depth .
64 . 4G $6

*ila dibandingkan bed depth +4G? dengan ukuran fraksi batubara yang diayak rata-rata 1G maka akan terbentuk hanya satu layer diatas permukaan screen. /ntuk memperoleh effisiensi pengayakan yang tinggi perlu dilakukan simulasi dengan mengubah sudut screen. Dari perhitungan luas screen diatas, yaitu 6 ,&$ sDft, kemudian disesuaikan dengan spesifikasi unit screen dari pabrik pembuatannya. %ebagai contoh screen buatan I:RD*2R; seri R% yang berukuran 4 0 1 ft yaitu !J4 1R% dapat digunakan. 5uas screen !J4 1R% adalah ,) sDft berarti lebih besar dari perhitungan dan po(er yang diperlukan antara 4- ") >P + 4k@ ?. Pemilihan screen tersebut didasari oleh tidak adanya dimensi screen yang sesuai persis dengan perhitungan dan screen dengan seri tersebut yang

&

paling mendekati. Disamping itu scteen jenis ini partikel kasar maupun halus serta material yang bersifat lembab dan lengket. Badi cocok untuk pengayakan batubara. #euntungan lainnya adalah kapasitas pengayakan dapat ditambah. e. Pere"ukan sekunder ( Secondar+ Crushing ) Proses perumukan sekunder bertujuan untuk mereduksi ukuran fraksi batubara = 4) mm menjadi ukuran rata- rata 4) mm, dengan demikian nisbah reduksi pada tahap sekunder ini adalah $. alat yang digunakan sama seperti peremukan primer, yaitu roll crusher berkapasitas 4)) ton/jam. Dilihat dari besarnya nisbah reduksi, yang lebih besar dibanding peremuk primer, maka dapat diperkirakan bah(a energi yang diperlukan akan lebih besar pula. !aksiran energi tersebut dihitung sebagai berikut : f. Penga+akan !ahap 32 Benis alat yang dipakai adalah 8ibrating screen yang digunakan untuk memisahkan fraksi berukuran -4) mm. umpan yang masuk adalah hasil peremukan dari crusher sekunder berukuran 4) mm. agar memperoleh kapasitas sesuai dengan target, maka perhitungan dimensi ayakan pada tahap-" ini sama seperti yang telah diuraikan pada perhitungan dimensi ayakan tahap + ? Csumsi kondisi proses + sesuai konstanta atau screening pada table " ? Posisi deck paling atas dengan opening 4) mm . " inci F D. ,)) Diasumsikan umpan bemuatan 1) - berukuran - inci F '. ,&) %pesifikasi o8ersi<e hasil pengayakan masih mengandung ) - berukuran =" inci F 2. ,"4 *entuk lubang bukaan bujur sangkar +sguare? berukuran " & n 0 " & n F !. .)) Densitas aggregate batubara 1) lbs/cuft + dibandingkan dengan densitas batubara berbasis 1) lbs/cuft, sesuai kur8a pada gambar ".a ? F *.
1) . 1)

,)) !idak dilakukan penyemprotan diatas screen F @ . !idak ada skor 5aju pengumpanan 1"4 ton/jam dengan kandungan -"G . ,) -. Badi kemungkinan produktanya lolos . )., 0 1"4 . 4)) ton/jam + " ? 5uas screen yang diperlukan Dari kur8a pada gambar ".a diperoleh ",E ton,jam per sDft #apasitas + pers, $ ? . ",E 0 ,"4 0 0 ,& 0 0 . 4, ) ton/jam per sDft 5aju produksi . )., 0 1"4 . 4)) ton.jam luas screen yang diperlukan . 4, . E,,)& sDft + $ ? Perhitungan bed depth Digunakan kur8a pada gambar ". b dengan kemiringan screen , ) Dipertimbangkan pengurangan lebar screen totol akibat diameter ka(at ayakan sekitar 1G. #emudian di coba lebar screen 4 ft +lebar bersih & ft = 1? Dari gambar ".b diestimasi laju produksi terbaca &) ton/jam per inci ketebalan aggregate batubara pada kec ft/sec . 1) ft/ men + densitas aggregate 1) lbs/cuft dan lebar afektif screen & ft- 1 H
4))

*ila kecepatan aliran batubara pada kemiringan , ) . 44 ft/men, maka laju aggregate perinci bed depth . &) 0
44 . $6 ton/jam per inci bed 1)

depth :8ersi<e. +).") 0 1"4? 7 +), ) 0 4))? . 64 ton/jam jadi bed depth .
64 . 4G $6

*ila dibandingkan bed depth +4G? dengan ukuran fraksi batubara yang diayak rata-rata "G maka akan terbentuk hanya dua layer diatas permukaan screen. /ntuk memperoleh effisiensi pengayakan yang tinggi perlu dilakukan simulasi dengan mengubah sudut screen Dari perhitungan luas screen diatas yaitu E,,)& sDft, kemudian disesuaikan dengan spesifikasi uni screen dari pabrik pembuatannya, sebagai contoh screen buatan I:RD*2R; seri R% yang berukuran 1 0 ") ft yaitu !J1")R% dapat digunakan. 5uas screen !J1")R% adalah ") sDft berarti lebih besar dari perhitungan yang mempunyai keuntungan bah(a kapasitas pengayakan dapat ditambah. Ctau dengan pesanan khusus agar dimensi screen sesuai dengan hasil perhitungan. Po(er yang diperlukan oleh seri screen di atas antara ")- &) >P + 4 = $) #(?. 1.4 Proses Penca"puran Batu*ara ( Blending ) >asil pengolahan terhadap batubara dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu batubara higg grade dan lo( grade. /ntuk mendapatkan kualitas batubara yang sesuai dengan permintaan pasar dilakukan blending batubara high dan lo( grade dengan perbandingan tertentu. 'actor penting yang harus diperhatikan dalam proses blending adalah a. #uantitas batubara yang ada di stockpile b. Parameter apa yang menjadi tolak ukur blending, biasanya kalori c. Kariasi parameter batubara yang akan diblending d. Peralatan blending yang memadai e. #apasitas stockpile harus mencukupi Cpabila permintaan pasar sesuai dengan kualitas batubara yang ada di stockpile, maka tidak perlu dilakukan blending. Persamaan umum yang digunakan untuk blending sebagai berikut F ++ N xQ + .... + + N n xQn ?? Lb. + N + ..... + N Dimana : Lb . #ualitas blending Ln . #ualitas 8ariasi tumpukan batubara- .".$M., n In . *erat batubara yang diambil dari tumpukan batubara - ,",$,M,n !erdapat dua cara melakukan blending yaitu menggunakan system stacking con8eyor + stacker ? dan melalui bin yang dilengkapi con8eyor feeder dengan sketsa pada gambar $ dan &. Dengan menggunakan stacker con8eyor harus dilakukan proses penimbunan yang menghasilkan perlpisan teratur agar diperoleh ratio campuran yang realtif memadai, oleh sebab itu terdapat $ model blending yaitu che8ron, (indro( dan che8ron- (indro(, yang menghasilkan berbagai perlapisan seperti terlihat pada gambar 4.

*lending menggunakan system control melalui bin dan feeder dengan kecepatan ber8ariasi biasanya menghasilkan blending yang lebih baik disbanding menggunakan stacker con8eyor. >al ini disebabkan adanya pengontrolan sebagai berikut: #ecepatan feeder dari setiap bin dapat di8ariasikan, sehingga tonase yang diproduksi setiap feeder ber8ariasi juga sesuai dengan yang telah ditetapkan: /mpan yang masuk bin dan yang keluar dari setiap feeder dapat dikontrol menggunakan alat Ratio /nit. Pemantauan tonnage produksi blending dilakukan oleh control belt (eigthter Distribusi hasil blending pada tumpukan akhir relati8e lebih merata. 1.7 Kolam Pengendap ( settling pond ) #olam pengendap perlu direncanakan dibangun dilokasi pengolahan batubara. Cir hujan yang mele(ati tumpukan batubara di areal stockpile berpeluang mencemarkan lingkungan, baik secara fisik maupun kimia. %ecara fisik terjadi ketika aliran air hujan yang mele(ati tumpukan batubara akan memba(a partikel batubara halus keluar dari tumpukan batubara yang membuat aliran air tersebut menjadi berr(arna hitam. Cpabila aliran air yang keluar dari tumpukan batubara masuk ke sungai, maka dapat menimbulkan pencemaran secara fisik terhadap sungai. %ecara kimia terjadi ketika air hujan bereaksi dengan unsure-unsur kimia yang terkandung dalam mineral yang berasosiasi dengan batubara, misalnya pirit dan marchasite. Reaksi kimia ini berupa reaksi oksidasi yang dapat menjadikan air hujan bersifat asam seperti ditunjukan oleh persamaan berikut ini : " 'e% " 7 6: " 7 " > " : ------- " 'e%: & 7 " > " %: & Dengan adanya kolam pengendap, maka partikel halus didalam air limbah atau buangan yang keluar dari lokasi pengolahan batubara akan diendapkan dan sekaligus dinetralkan kembali menggunakan gamping + lime ?. Cir limbah yang sudah diolah + treatment ? dapat dialirkan ke sungai. Diharapakan kolam pengendap ini menjadi solusi untuk mengurangi dampak negati8e lingkungan akibat aliran air kotor dari tumpukan batubara. #olam pengendap dibuat pada topografi paling rendah yang biasanya dekat dengan sungai, sehingga jarak pengaliran air bersih ke sungai menjadi pendek. 1.8 Tata Letak di Unit Pengolahan dan Sekitarnya Pada prinsipnya unit pengolahan harus selalu dekat dengan sungai karena kaitannya dengan pekerjaan pembersihan unit- unit pengolahan, aktifitas penyaliran dan sarana transportasi, pengiriman produk akhir ke konsumen. /ntuk mendapatkan luas lahan minimum bagi lokasi pengolahan dan sekitarnya perlu dipertimbangkan beberapa factor antara lain Bumlah dan luas stockpile untuk timbunan ra( batubara agar memenuhi target Bumlah dan luas produk akhir+ finished product? batubara yang siap diangkut ke konsumen 5uas pabrik pengolahan atau processing area 5uas perkantoran dan sekitarnya %arana penunjang lainnya, misalnya jalan angkut, panjang con8eyor, area maneu8er alat muat + loader ? dan (ater treatment.

Anda mungkin juga menyukai