Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan
laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung dan
sinus yang disebabkan alergi terhadap partikel, seperti debu, asap, serbuk/tepung sari
yang ada di udara. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan, rinitis alergi
harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat mempengaruhi kualitas
hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang menjadi terganggu, biaya
yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan semakin mahal apabila penyakit
ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis
Rinitis alergi menurut WHO (2001) adalah kelainan pada hidung setelah mukosa hidung
terpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE dengan gejala bersin-bersin, rinore,
rasa gatal pada hidung dan hidung tersumbat
Gejala ini umumnya lebih dirasakan pada pagi dan/atau malam hari, atau dipicu oleh
pajanan alergen (debu rumah, dll). Gejala tersebut kadang disertai dengan gejala mata
seperti mata gatal, merah dan berair. Gejala lain yang mungkin ada seperti gangguan
penghidu, lendir di belakang hidung turun ke tenggorok (post nasal drip), batuk kronis,
gangguan tidur, sesak atau asma
http://encarta.msn.com/encyclopedia_761569690/Nose.html#461527012
Nose, organ of smell, and also part of the apparatus of respiration and voice.
Considered anatomically, it may be divided into an external portion—the visible
projection portion, to which the term nose is popularly restricted—and an internal
portion, consisting of two principal cavities, or nasal fossae, separated from each other
by a vertical septum, and subdivided by spongy or turbinated bones that project from
the outer wall into three passages, or meatuses, with which various sinuses in the
ethmoid, sphenoid, frontal, and superior maxillary bones communicate by narrow
apertures.
The margins of the nostrils are usually lined with a number of stiff hairs (vibrissae) that
project across the openings and serve to arrest the passage of foreign substances,
such as dust and small insects, which might otherwise be drawn up with the current of
air intended for respiration. The skeleton, or framework, of the nose is partly composed
of the bones forming the top and sides of the bridge, and partly of cartilages. On either
side are an upper lateral and a lower lateral cartilage, to the latter of which are attached
three or four small cartilaginous plates, termed sesamoid cartilages. The cartilage of the
septum separates the nostrils and, in association posteriorly with the perpendicular
plate of the ethmoid and with the vomer, forms a complete partition between the right
and left nasal fossae.
The nasal fossae, which constitute the internal part of the nose, are lofty and of
considerable depth. They open in front through the nostrils and behind end in a vertical
slit on either side of the upper pharynx, above the soft palate, and near the orifices of
the Eustachian tubes, leading to the tympanic cavity of the ear.
In the olfactory region of the nose the mucous membrane is very thick and colored by a
brown pigment. The olfactory nerve, or nerve of smell, terminates in the nasal cavity in
several small branches; these ramify in the soft mucous membrane and end in tiny
varicose fibers that in turn terminate in elongated epithelial cells projecting into the free
surface of the nose.
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme
tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan
dilembabkan
Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke
alveoli
3. Alveoli
4. Sirkulasi paru
5. Paru
terdiri dari :
b. Alveoli
c. Sirkulasi paru
6. Rongga Pleura
Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga
dada yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura
veseralis
a. Rongga hidung
- Dihangatkan
- Disaring
- Dan dilembabkan
Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari :
Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel
partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh
bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara
yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal
tersebut dibantu dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke
a. Laring
- Selaput/pita suara
- Epilotis
- Glotis
b. Trakhea
c. Bronkhi
Alveoli
Sirkulasi Paru
Mengatur aliran darah vena – vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan
mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali ke
ventrikel kiri.
Paru
3. Keseimbangan cairan
Mekanisme Pernafasan
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha
keras pernafasan yang tergantung pada:
1. Tekanan intar-pleural
2. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal
sebagai copliance.
PATOFISIOLOGI
Rinitis alergi merupakan masalah kesehatan global. Sejak pertama kali
ditemukan di Inggris pada tahun 1819, prevalensinya semakin meningkat mencapai
sekitar 40% dari populasi umum. Sebagian besar penderita ternyata mengalami
penurunan kualitas hidup akibat dari gejala-gejala yang dialami. Selain itu, kebanyakan
penderita tidak menyadari penyakit alergi ini, sehingga biaya medis yang dikeluarkan
untuk berulang kali berobat sangat tinggi. Oleh karena itu sangat penting untuk
mengenali gejala dan tanda rinitis alergi, sehingga dapat didiagnosis dengan tepat dan
ditatalaksana dengan adekuat.
Pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk mendiagnosis rinitis alergi meliputi
anamnesis, pemeriksaan THT dengan/tanpa naso-endososkopi, dan tes alergi.
Pada anamnesis tanyakan gejala utama di hidung yang meliputi:
* bersin berulang
* hidung berair (rinorea)
* hidung tersumbat, dan
* hidung gatal
Gejala ini umumnya lebih dirasakan pada pagi dan/atau malam hari, atau dipicu oleh
pajanan alergen (debu rumah, dll). Gejala tersebut kadang disertai dengan gejala mata
seperti mata gatal, merah dan berair. Gejala lain yang mungkin ada seperti gangguan
penghidu, lendir di belakang hidung turun ke tenggorok (post nasal drip), batuk kronis,
gangguan tidur, sesak atau asma,
Konsep one airway, one disease atau satu kesatuan penyakit sudah banyak
diterima dikalangan klinisi, karena saluaran napas atas dan bawah merupakan satu
sistem dengan respons seluler terhadap alergi yang sama dan ke duanya termasuk
dalam golongan penyakit atopi, dan sering dijumpai bersamaan pada seorang
penderita. Gejala hidung dilaporkan terjadi pad 28-78% penderita asma dibandingkan
yang hanya 20 % pada masyarakat luas.Sebaliknya asma terjadi pada 38 % pasien
dengan rinitis alergi, jauh lebih tingg daripada prevalensi masayarakat yang hanya 3 – 5
%. Pengobatan rinitis alergi secara tepat diharapkan dapat membantu mencegah
timbulnya gejala asma atau bertambahnya gejala sesak.
ETIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Rinitis alergi menurut WHO (2001) adalah kelainan pada hidung setelah mukosa hidung
terpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE dengan gejala bersin-bersin, rinore,
rasa gatal pada hidung dan hidung tersumbat.
Klasifikasi rinitis alergi, yaitu :
Rinitis alergi intermitten (kadang-kadang). Gejalanya <4 hari/minggu atau > <4 minggu.
sebaliknya yang persisten > 4 hari per minggu atau > 4 minggu
Rinitis alergi ringan. Tidak mengganggu aktivitas harian, tidur, bersantai, olahraga,
belajar & bekerja.
Rinitis alergi sedang & berat. Mengganggu 1 atau lebih aktivitas tersebut
Allergic crease. Tanda garis melintang di dorsum nasi pada 1/3 bagian bawah akibat
kebiasaan menggosok hidung
DIAGNOSA
Kita dapat menemukan banyak eosinofil (menunjukkan alergi inhalan), basofil 5 sel/lap
(menunjukkan alergi ingestan), dan sel PMN (menunjukkan infeksi bakteri).
Hitung eosinofi
KOMPLIKASI