Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN HASIL HITUNG TROMBOSIT METODE REES ECKER DENGAN METODE ALAT PADA PASIEN DENGAN PANAS LEBIH

DARI 3 HARI DI PUSKESMAS IMOGIRI I BANTUL Sep 21st, 2011 by admin Ditulis dalam kategori Skripsi Analis Kesehatan | No Comments BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap millimeter kubik darah. Peranannya penting dalam penggumpalan darah (Pearce, 2002). Trombosit dibentuk dalam sumsum tulang melalui proses fragmentasi sitoplasma megakariosit. Bentuknya discoid, tak berinti (diameternya sekitar 2-3 m) dan konsentrasinya sebesar 160-450 x 109 /lt di seluruh darah (Jones dan

Wickraamasinghe, 1994). Megakariosit matang ditandai proses replikasi endomiotik inti dan makin besarnya volume plasma, sehingga pada akhirnya sitoplasma menjadi granular dan terjadi pelepasan trombosit. Setiap megakariosit mampu menghasilkan 3000-4000 trombosit Waktu dari differensiasi sel asal (stem cell) sampai dihasilkan trombosit memerlukan waktu sekitar 10 hari. Umur trombosit pada darah perifer 7-10 hari (Purwanto, 2007). Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respon hemostasis normal terhadap cedera vaskuler. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit dapat berupa adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta aktifitas prokoagulannya sangat penting untuk fungsinya (Hoffbrand, dkk, 2005). Umumnya, jika morfologi dan fungsi trombosit normal, perdarahan tidak terjadi jika trombosit lebih dari 100.000/l. Jika fungsi trombosit normal, pasien dengan jumlah trombosit di atas 50.000/l tidak mengalami perdarahan kecuali terjadi trauma atau operasi. Jumlah trombosit kurang dari 50.000/l digolongkan trombositopenia berat

dan perdarahan spontan akan terjadi jika trombosit kurang dari 20.000/l (Setiabudy, 2007). Megakariosit yang ada hanya sedikit atau tak ada sama sekali, dapat diartikan bahwa terjadi gangguan dalam produksi trombosit. Dengan demikian, mungkin terjadi aplasia umum dari sumsum tulang (anemia aplasia) atau penurunan yang selektif pada megakariosit yang disebabkan oleh obat-obatan tertentu dan virus. Penyebab lain penurunan produksi trombosit adalah terjadinya infiltrasi berat dari sumsum oleh sel-sel maligna (contohnya pada leukemia, limfoma, myeloma, dan karsinoma) atau oleh jaringan fibrosa. Penurunan produksi trombosit mungkin pula terjadi pada penderita dengan jumlah megakariosit normal atau bertambah jika terdapat megakariositopoesis yang tidak efektif seperti halnya pada defisiensi berat vitamin B12 atau asam folat atau pada sindrom mielodisplastik (Jones dan Wickraamasinghe, 1994). Infeksi virus umumnya menyebabkan penurunan produksi trombosit.

Trombositopenia ringan umum terjadi (terutama pada anak-anak) pada banyak infeksi virus. Trombositopenia kadang-kadang terjadi karena destruksi perifer dari antibodi. Infeksi bakteri juga dapat menyebabkan penurunan produksi (Waterbury, 2001). Penyakit Demam Berdarah (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi problem kesehatan masyarakat (Djunaidi, 2006) Demam Berdarah Dengue (DBD) hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali). Trombositopenia dan hemokonsentrasi merupakan dua keadaan yang hampir selalu muncul pada penyakit akibat virus dengue. Trombositopenia adalah keadaan

dimana hitung trombosit darah tepi ditemukan sebesar

100.000/mm disertai

dengan gejala peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan hematokrit dan serum protein yang rendah (Djunaidi, 2006). Trombositopenia merupakan salah satu kriteria sederhana diagnosis klinis DBD. Jumlah trombosit biasanya masih normal selama 3 hari pertama. Trombositopenia mulai tampak beberapa hari setelah panas dan mencapai titik terendah pada fase syok. Penyebab trombositopenia pada DBD kemungkinan disebabkan adanya kompleks imun pada permukaan trombosit yang berakibat agregasi trombosit. Yang kemudian dimusnahkan oleh sistem fagosit makrofag dalam limpa dan hati. Kemungkinan yang lain tentang kejadian Trombositopenia pada kasus DBD diduga terjadi akibat penurunan produksi trombosit oleh sumsum tulang (penekanan fungsi megakariosit), peningkatan destruksi trombosit di RES (Retikulo Endothelial System), peningkatan pemakaian dan destruksi trombosit di perifer, agregasi trombosit akibat endotel vaskular yang rusak. Hitung trombosit dapat dilakukan dengan cara langsung dan tak langsung. Hitung trombosit cara langsung dapat dilakukan dengan cara manual, semi otomatik dan otomatik (Setiabudy, 2007). Penghitungan cara manual, mula-mula darah diencerkan dengan larutan pengencer lalu diisikan ke dalam kamar hitung dan jumlah trombosit dihitung menggunakan mikroskop. Untuk larutan pengencer dapat dipakai larutan Rees Ecker atau larutan ammonium oksalat 1 % (Setiabudy, 2007). Metode penghitungan manual terbaik menggunakan mikroskop fase kontras pada sampel yang diencerkan 1:100 dalam ammonium oksalat. Hitung trombosit yang diketahui rendah, dapat digunakan faktor pengenceran yang lebih kecil. Penyebab kesalahan karena faktor tehnis, yaitu : pengenceran tidak akurat, pencampuran yang tidak merata, dan adanya perlekatan (agregasi) (Sacher dan Pherson, 2004). Cara manual mempunyai ketelitian dan ketepatan yang kurang baik, karena trombosit kecil sekali sehingga sukar dibedakan dari kotoran kecil (Setiabudy, 2007).

Penghitungan cara semi otomatik dan otomatik dipakai alat elektronic particle countersehingga ketelitiannya lebih baik daripada cara manual. Metode Cell Counter Automatic ini menggunakan prinsip flow cytometri. Prinsip tersebut memungkinkan sel-sel masuk flow chamber untuk dicampur dengan diluent kemudian dialirkan melalui apertura yang berukuran kecil yang memungkinkan sel lewat satu per satu. Aliran yang keluar dilewatkan medan listrik untuk kemudian sel dipisah-pisahkan sesuai muatannya. Teknik dasar pengukuran sel dalam flow cytometri ialah impedansi listrik (electrical impedance) dan pendar cahaya (light scattering). Teknik impedansi berdasar pengukuran besarnya resistensi elektronik antara dua elektrode. Teknik pendar cahaya akan menghamburkan, memantulkan atau membiaskan cahaya yang berfokus pada sel, oleh karena tiap sel memiliki granula dan indek bias berbeda maka akan menghasilkan pendar cahaya berbeda dan dapat teridentifikasi (Purwanto, 2007). Agar instrument dapat bekerja dengan baik sampel harus tidak mengandung material lain yang memungkinkan dihitung sebagai trombosit. Cara ini masih mempunyai kelemahan, karena trombosit yang besar (giant trombocyte) atau beberapa trombosit yang menggumpal tidak ikut terhitung, sehingga jumlah trombosit yang dihitung lebih rendah (Setiabudy, 2007). Penghitungan trombosit dengan alat hitung otomatis harus dilengkapi dengan pemeriksaan contoh darah untuk konfirmasi jumlah trombosit yang dihitung dan untuk mempelajari morfologinya jika diperlukan. Hitungan jumlah trombosit yang tidak normal atau kurang dari 100.000/mm harus selalu dikonfirmasikan melalui pemeriksaan sampel darah yang akan memberikan hitungan kasar dari jumlah trombosit dan pengungkapan penyimpangan yang mungkin terjadi dari penghitungan yang salah. Misalnya penggumpalan trombosit, trombosit raksasa, dan bukti adanya bekuan parsial. Jumlah trombosit yang lebih akurat memerlukan metode peghitungan yang berbeda (Jono, dan Ulomo, 2005). Hitung trombosit cara tak langsung, jumlah trombosit pada sediaan hapus dibandingkan dengan jumlah eritrosit kemudian jumlah mutlaknya dapat

diperhitungkan dari jumlah mutlak eritrosit (Setiabudy, 2007).

Penghitungan trombosit dilakukan dengan menggunakan spesimen darah yang baru memakai antikoagulan Ethylene Diaminete Tetra Acetat (EDTA). Darah yang diambil dari pembuluh darah vena menghasilkan perhitungan yang lebih akurat daripada darah yang diambil dari ujung jari (pembuluh darah kapiler). Periode 1 hingga 3 jam setelah pengambilan, merupakan saat terbaik untuk melakukan perhitungan terhadap sampel jika ukuran standar (Jono dan Ulomo, 2005). Pengambilan darah harus dilakukan dengan cepat melalui pungsi vena yang bersih dan non traumatik, darah harus segera dicampur secara merata dengan anti koagulan. Apabila rangkaian proses koagulasi sempat aktif, minimal terjadi penggumpalan trombosit yang mungkin menempel di dinding tabung reaksi sehingga dihasilkan hitung trombosit yang rendah palsu. Pengocokan yang berlebihan harus dihindari karena hal ini juga menyebabkan perlekatan (Sacher dan Pherson, 2004). Di Puskesmas Imogiri I Bantul, pemeriksaan hitung jumlah trombosit dilakukan sebagai pemeriksaan penyaring pada kelainan hemostasis pada pasien yang menderita panas dan didiagnosa suspek Demam Berdarah Dengue atau penyakit lain. Pemeriksaan hitung jumlah trombosit yang dikerjakan di Puskesmas Imogiri I Bantul menggunakan metode otomatis. Keunggulan metode otomatis dibandingkan dengan cara konvensional (manual) adalah lebih teliti dan tepat, volume spesimen kecil, waktu pemeriksaan cepat dalam penghitungan sel trombosit. Tetapi apabila sel trombosit berukuran besar, atau sel-sel trombosit bergerombol, tidak terhitung (ditemukan pada pasien dengan kondisi menderita sakit panas lebih dari 3 hari). Kemudian dilakukan pemeriksaan hitung jumlah trombosit memakai hapusan darah. Pemeriksaan hitung jumlah trombosit cara hapusan darah ini lebih kasar daripada cara langsung, karena penyebaran trombosit yang tidak merata karena perlekatan trombosit pada kaca obyek sehingga menyebabkan penilaian jumlah trombosit yang berbeda-beda. Hitung trombosit cara tak langsung, merupakan cara paling cepat dan sederhana, tetapi kurang akurat untuk menilai jumlah trombosit, yaitu dengan memeriksa apusan darah yang diwarnai. Pendekatan ini memiliki keunggulan dalam mengungkapkan ukuran dan morfologi trombosit, tetapi kekurangannya adalah

bahwa perlekatan ke kaca obyek atau distribusi yang tidak merata di dalam apusan darah dapat menyebabkan perbedaan mencolok dalam perhitungan konsentrasi trombosit (Sacher dan Pherson, 2004). Metode Rees Ecker yang merupakan metode manual, kesalahan dalam hal pengukuran dan pembacaan sampel kurang teliti, dan kotoran pun bisa terhitung sebagai sel trombosit. Tetapi kelebihannya semua ukuran trombosit terhitung. Kemungkinan kesalahan metode Rees Ecker 16-25 % (Purwanto, 2007). Oleh karena itu penulis tertarik meneliti perbedaan hitung jumlah trombosit metode Rees Ecker dengan metode Alat pada pasien yang menderita panas lebih dari yang memeriksakan diri di Puskesmas Imogiri I Bantul. B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan hitung trombosit dalam pemeriksaan hitung trombosit metode Rees Ecker dengan metode Alat pada pasien dengan panas lebih dari 3 hari di Puskesmas Imogiri I Bantul. C. Tujuan Penelitian : 1. Mengetahui hasil hitung jumlah trombosit metode Rees Ecker dan metode Alat pada pasien dengan panas lebih dari 3 hari. 2. Mengetahui selisih hasil hitung jumlah trombosit metode Rees Ecker dan metode Alat pada pasien dengan panas lebih dari 3 hari. 3. Mengetahui perbedaan hasil hitung trombosit metode Rees Ecker dan metode Alat pada pasien dengan panas lebih dari 3 hari. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah dibidang hematologi mengenai perbedaan hasil hitung trombosit metode Rees Ecker dengan metode Alat pada Pasien yang menderita panas lebih dari 3 hari, Jurusan Analis Kesehatan. E. Manfaat Penelitian 1. Ilmu Pengetahuan

Mengembangkan ilmu dan tehnologi dalam bidang Analis Kesehatan khususnya bidang Hematologi. 2. Tenaga Laboratorium : Memberikan informasi pada tenaga laboratorium tentang perbedaan hasil hitung trombosit metode Rees Ecker dan metode Alat serta memberi gambaran untuk memilih metode pemeriksaan hitung trombosit. 3. Menambah wawasan serta ketrampilan dalam penghitungan trombosit baik secara manual maupun menggunakan Alat.

Anda mungkin juga menyukai