1.
DEFINISI Milia adalah kista epithelial yang berasal dari penyumbatan saluran kelenjar
ekrin yang berisi massa keratin. Milia adalah salah satu jenis kista epidermoid, yang dibatasi epidermoid dan berisi massa keratin. (1) 2. EPIDEMIOLOGI Milia dapat ditemukan pada berbagai populasi dan umur. Milia primer ditemukan pada bayi baru lahir (50% dari semua bayi lahir) yang diperkirakan merupakan normal. Milia sekunder lebih sedikit ditemukan pada bayi tetapi mungkin akan muncul jika ada trauma pada kulit.(2) Epidemiologi di Amerika Serikat menemukan milia primer paling banyak pada bayi (setengah dari semua bayi yang baru lahir). Erupsi milia multiple dan milia en plaque jarang muncul dalam waktu bersamaan. Tidak ada predileksi ras tertentu untuk munculnya milia. Prevalensi sama pada milia primer dan sekunder. Erupsi milia dan milia en plaque lebih sering ditemui pada wanita. Milia bisa ditemukan pada umur berapa saja, namun khas sering dijumpai pada bayi.(3) Milia primer secara khas ditemukan di bayi, tetapi bisa juga ditemukan di anak-anak dan dewasa. Milia sekunder diobservasi pada kelainan kulit yang lepuh
dan setelah dermabrasi. Milia en plaque dan erupsi multiple milia adalah hal yang berbeda. (3) 3. KLASIFIKASI Milia adalah kista kecil berukuran 1 2 mm berwarna putih mutiara (pearly white) di permukaan kulit. Milia dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe primer merupakan kondisi normal ditemui pada kulit sehat dan milia sekunder yang secara khas ditemukan di kulit karena dipengaruhi berbagai macam kondisi. Milia yang ditemukan di langit-langit mulut pada bayi sering disebut Epstein pearls dan normal pada bayi.(3) Milia yang timbul sekunder dari lesi sebelumnya sering dijumpai pada penyakit epidermolisis bulosa, porphyria cutanea tarda, luka bakar, setelah terapi dermabrasi, setelah penggunaan laser ablasi dan setelah penggunaan terapi topical glukokortikoid atau terapi 5-fluorouracil.(4)
4.
ETIOLOGI Milia terbentuk karena kelenjar minyak belum terbentuk sempurna dan kulit
tidak mengelupas secara normal sehingga menyebabkan terperangkap di dalam kulit. Milia primer dipercaya timbul di kelenjar sebacea yang tidak berkembang secara lengkap, hal ini menjelaskan terjadinya pada bayi. Lesi sekunder timbul mengikuti trauma atau kulit lepuh oleh karena gangguan di duktus keringat. Milia sering dihubungkan dengan berbagai macam kelainan, termasuk pemphigoid bulosa, keturunan dan epidermolysis bulosa dapatan, liken planus bulosa,
porphyria cutanea tarda dan luka bakar. Trauma kulit dari dermabrasi atau radioterapi dapat menyebabkan pembentukan milia.(3) Kebersihan atau hygiene kulit dapat mempengaruhi timbulnya penyumbatan pada saluran kelenjar ekrin sehingga mempermudah timbulnya milia. Iklim panas yang memacu banyak keringat juga mempermudah timbulnya penyakit. Tidak ada bakteri yang menyebabkan timbulnya milia. (1,5) Orang dewasa bisa timbul milia di wajah. Kista dan benjolan juga bisa timbul di bagian tubuh yang mengalami inflamasi atau trauma sebelumnya. Iritasi kulit oleh karena kain atau baju yang kasar mungkin menyebabkan kemerahan ringan pada sekitar benjolan tetapi bagian tengah berwarna putih. Milia yang teriritasi kadang disalahartikan baby acne
(4)
Milia sekunder berkembang dari dermatitis kontak bulosa dan fotokontak alergi terhadap sinar matahari. Milia juga sering muncul setelah terapi leishmaniasis cutaneus dan setelah pemberian salep topical nitrogen untuk plaque mycosis fungal. Milia sekunder pernah dilaporkan timbul setelah pemakaian kortikosteroid topical. Milia merupakan kasus jarang pada genodermatosiss (syndrome Bazex-Dupr e-Christol). Milia primer dan erupsi milia multiple telah dilaporkan berhubungan dengan gangguan autosomal dominant yang diturunkan. Etiologi milia en plaque belum diketahui.(3)
5.
PATOFISIOLOGI Milia adalah kista epidermois. Kista berasal dari folikel sebacea. Milia
primer tumbuh di kulit wajah yang menghasilkan folikel rambut vellus. Milia sekunder terjadi akibat kerusakan pilosebaceus.(3)
6.
GEJALA KLINIS Milia sering asimptomatik. Pada anak-anak dan dewasa biasa muncul di
area sekitar mata. Erupsi milia biasanya onsetnya lebih cepat bahkan dalam beberapa minggu.(3) Pada pemeriksaan kulit, Milia ditemukan di superficial kulit, uniform, warna putih mutiara sampai kuning muda, lesi membentuk kubah dengan diameter antara 1 2 mm. Efloresensi yang ditemukan adalah papula-papula milier, multiple kadang berkelompok. Pada milia en plaque, milia dalam jumlah lebih banyak muncul pada plaque eritem. (1,3)
Gambar 1. Milia pada orang dewasa Distribusi di kulit: milia primer, pada bayi ditemukan di wajah terutama di area hidung. Milia juga bisa ditemukan di mukosa (Epstein pearls) dan palatum (Bohn nodules). Milia primer di anak-anak dan dewasa berkembang di wajah, terutama di area mata. Milia sering ditemukan dengan distribusi linier, melintang sepanjang lekuk hidung pada beberapa anak. Milia sekunder ditemukan di tubuh bagian mana saja yang dipengaruhi oleh bermacam-macam kondisi. Erupsi milia ditemukan di kepala, leher dan tubuh bagian atas. Milia juga bisa ditemukan di langit-langit mulut. ( 2,3,4 ) Lokasi-lokasi yang paling sering dijumpai milia primer pada bayi: (4) Sekitar hidung Sekitar mata (periorbital area) Pipi Dagu
Dahi
Lokasi-lokasi jarang dijumpai milia pada bayi, tetapi bisa muncul walaupun jarang (4) Badan Tungkai dan lengan Penis (korpus penis) Membrane mucosa (area di dalam mulut)
Milia en plaque memberi gambaran plaque yang berbeda di wajah dan leher. Plaque pernah dilaporkan terdapat di area postauricular, unilateral atau bilateral, pipi dan plaque submandibula.
7.
Acne Vulgaris Syringoma Trichoepithelioma Milia like idiopathic calcinosis cutis (pada penderita Sindrom Down)
8.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk milia sederhana. Diagnosa pasti
dengan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan penyakit yang mendasari penting untuk milia sekunder. Biopsy kulit dilakukan bila perlu pada pasien dengan diagnosis yang masih diragukan. Jika curiga adanya milia en plaque, biopsy adalah tindakan yang bijaksana untuk menyingkirkan diagnosa lain, seperti mucinosis follicular
dan trichoepitheliomata multiple. Pada orang yang lebih tua dengan kerusakan kulit akibat sinar matahari, sindrom Favre-Rachouchet (nodul elastosis pada kulit) harus disingkirkan. (4,3)
9.
PEMERIKSAAN HISTOLOGI Pemeriksaan histologi menunjukkan adanya kista epidermoid, tetapi besar
kista lebih kecil. Milia biasanya terletak di dermis superficial dan mempunyai garis epithelial (dengan lapisan sel bergranula). Kista berisi keratin lamellated dalam jumlah bervariasi. Milia primer yang sering dijumpai pada bayi dan anakanak ditemukan di rambut sebacea yang mengelilingi folikel rambut vellus. Milia sekunder di area kulit lepuh ditemukan pada duktus kelenjar ekrin keringat.(3)
10.
TERAPI Tidak ada terapi topical maupun sistemik yang efektif untuk milia primer
dan sekunder. Terdapat laporan tentang penggunaan isotretinoin topical, etretinate oral dan minocycline dalam menerapi pasien dengan milia en plaque. Milia dapat dibiarkan begitu saja, tetapi jika pasien meminta pengangkatan, insisi dengan jarum cutting-edge dan pengeluaran isi biasanya efektif. Tindakan ini dapat dilakukan tanpa anestesi local. Paper clip dilaporkan berhasil digunakan untuk mengeluarkan isi kista. Milia en plaque dapat diterapi dengan efektif dengan elektrodesiccation, laser karbon dioksida, dermabrasi dan cryosurgery. (3,5) Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada milia diantaranya yaitu: (1) Bedah listrik
Elektrolisis Elektrofulgurasi
11.
12.
PROGNOSIS Milia yang ditemukan pada bayi biasanya akan menghilang spontan dalam
mingu-minggu pertama. Kadang milia akan menetap sampai 2 3 bulan. Milia pada anak-anak dan dewasa biasanya menetap. Milia sekunder pada kulit lepuh jarang sembuh. (3)
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta; 2005 2. Del Giudice P. Milia and cutaneous leishmaniasis. Br J Dermatol. May 2007;156(5):1088 3. Bolognia, Jean L., ed. Dermatology. New York: Mosby, 2003. 4. Morelli JG. Diseases of the Neonate. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 639. 5. Wolf. K et al. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7th edition. Mc Graw Hill Medical. United States ; 2008..