Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TRAUMA EKSTREMITAS
Dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Trauma

Disusun oleh : Kelas 3A

Program Studi Ilmu keperawatan SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirannya Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW beserta para sahabatnya. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Trauma dimana makalah ini berisi tentang Trauma Ekstremitas. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Trauma ekstremitas jarang menimbulkan kematian pada penderita trauma, sehingga tidak mengherankan bila pembentukan dan pemeliharaan jalan pernapasan yang memuaskan, Ventilasi yang tepat serta Pengendalian Pendarahan, Pemulihan pendarahan bisa mendahului Penatalaksanaannya. Perlu diingat bahwa akibat trauma ekstremitas dapat memperberat masalah yang mengancam nyawa. Nyeri yang menyertai trauma Ekstremitas bisa menyokong Pasien, Ekstremitas dapat merupakan tempat kehilangan cairan. Membahas masalah trauma Ekstremitas tidak terlepas hubungannya dengan kulit, dimana kulit berfungsi melindungi Tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri, Virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpangan panas diatur melalui Vasodilatasi Pembuluh Darah kulit atau sekresi kelenjar keringat Setelah kehilangan seluruh Kulit,maka cairan tubuh yang penting akan menguap dan Elektrolit - elektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja. Contoh dari keadaan ini adalah Penderita luka bakar.Kulit yang menutupi ke empat ekstremitas meliputi lebih dari 50 persen permukaan tubuh dan bila terbakar, terpotong atau terabrasi, maka ia berpotensi sebagai tempat masuk infeksi. Pengenalan dini dan perhatian yang tepat terhadap luka ini termasuk pemakaian pembalut steril, penggunaan antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi. Sehingga penting mengenal bahwa terapi tepat bagi ekstremitas yang cedera yang tidak hanya penting bagian tersebut nantinya tetapi bisa memainkan peranan besar dalam melangsungkan hidup pasien.

1.2 Rumusan Masalah Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah: 1. Apa definisi trauma ekstremitas ? 2. Apa etiologi trauma ekstremitas ? 3. Apa manifestasi trauma ekstremitas ?

ii

4. Apa patofisiologi trauma ekstremitas ? 5. Bagaimana penatalaksanaan trauma ekstremitas ?

1.3 Tujuan Penulisan Diharapkan penulis atau pembaca dapat mengetahui serta dapat

mendemontrasikan penatalaksanaan penderita trauma ekstremitas.

1.4 Manfaat Penulisan 1. Mengetahui definisi trauma ekstremitas 2. Mengetahui etiologi trauma ekstremitas 3. Mengetahui manifestasi trauma ekstremitas 4. Mengetahui patofisiologi trauma ekstremitas 5. Mengetahui cara penatalaksanaan trauma ekstremitas

iii

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera pada ekstremitas.. Secara umum dikenal dalam bentuk : Fraktur Dislokasi Amputasi

2.2 Etiologi

A. Fraktur Fraktur adalah Hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Klasifikasi Etiologis FRAKTUR TRAUMATIK. Akibat trauma tiba-tiba FRAKTUR PATOLOGIS. Terjadi karena kelemahan tulang akibat adanya kelainan patologi pada tulang FRAKTUR STRESS. Akibat trauma yang terus menerus pada suatu daerah tertentu. Klasifikasi klinis FRAKTUR TERTUTUP. Tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar FRAKTUR TERBUKA. Berhubungan dengan dunia luar melalui luka FRAKTUR DENGAN KOMPLIKASI. Fraktur yang disertai komplikasi seperti infeksi, mal-union, delayed union, non-union Klasifikasi radiologis 4

1. Berdasarkan lokalisasi Diafiseal Metafiseal Intra-artikuler Fraktur dengan dislokasi

2. Berdasarkan konfigurasi Fraktur transversal Fraktur oblik Fraktur spiral Fraktur Z Fraktur komunitif Fraktur baji Fraktur avulse Fraktur depresi Fraktur impaksi Fraktur pecah (burst) Fraktur segmental Fraktur epifisis

B. Dislokasi Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). C. Amputasi Traumatik amputasi adalah terbuangnya suatu bagian tubuh, anggota tubuh akibat trauma.

2.3 Manifestasi Klinis A. Fraktur

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah sebagai berikut: Nyeri Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya. Bengkak / edema. Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa (protein plasma) yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya. Memar / ekimosis Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya. Spame otot Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur. Penurunan sensasi Terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya syaraf karena edema. Gangguan fungsi Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot, paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf. Mobilitas abnormal Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang. Krepitasi Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan. Deformitas Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.

Gambaran X-ray menentukan fraktur Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur

B. Dislokasi Nyeri Perubahan kontur sendi Perubahan panjang ekstremitas Kekakuan Kehilangan mobilitas abnormal Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

2.4 Komplikasi A. Komplikasi Fraktur dan Prognosis Komplikasi awal Komplikasi awal setelah fraktur adalah Syok, yang bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera Emboli lemak yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih dan sindrom kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera. Operasi irigasi dan debridemen pada fraktur terbuka harus diulakukan dalam waktu 6 jam setelah terjadi cedera. Untuk mengurangi kemungkinan infeksi, trombo emboli yang dapat menyebabkan kematian jaringan dan beberapa minggu setelah cedera. Komplikasi lambat: Dalam penyembuhan fraktur komplikasi yang bisa muncul adalah : Malunion : Sembuh dengan deformitas angulasi, rotasi atau pemendekan. Penyebab adalah kegagalan reduksi dalam masa penyembuhan. Delayed Union : fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal, penyebabnya adalah suplai darah in adekuat dan infeksi. Non union : fraktur tidak menyambung dalam 20 minggu. Penyebab reduksi yang tidak benar, imobilisasi yang kurang tepat, adanya interposisi jaringan lemak. 7

Komplikasi yang ditimbulkan oleh suatu dislokasi atau subluksasi hampir sama dengan komplikasi yang ditimbulkan oleh suatu fraktur. Immediate Local Complications Cedera kulit, kerusakan pembuluh darah, syaraf tepi dan medula spinalis. Early Local Complications o Infeksi (septic arthritis) pada cedera sendi yang terbuka o Avaskular necrosis yang umumnya terjadi pada caput femoris. Late Complications o Kaku sendi o Osteoporosis o Ketidakstabilan sendi o Reflex sympathetic dystrophy o Recurrent dislocation o Myositis ossificans o Peny. Sendi degeneratif (OA) Komplikasi Trauma vaskuler (sesudah repair lesi vaskuler): Trombosis Infeksi Stenosis Fistula arteri-vena aneurisma palsu

2.5 Trauma Ekstremitas Dengan Potensi Ancaman Nyawa a) Kerusakan Pelvis berat dengan pendarahan Fraktur Pelvis yang disertai perdarahan sering kali disebabkan Fraktur sakroiliaka, dis lokasi, atau Fraktur sacrum yang kemudian akan menyebabkan kerusakan posteriol oseus ligamenteus kompleks. Kemudian arah gaya yang membuka pelvis ring, akan merobek pleksus Vena di pelvis dan kadang-kadang merobek system arteri iliaka interna (Trauma

komprensi anterior posterior). Mekanisme trauma Pelvis ring disebabkan trabrakan sepeda Motor atau pejalan kaki yang ditabrak kendaraan,

benturan langsung pada pelvis atau jatuh dari ketinggian lebih dari 3,5 meter. Pada tabrakan kendaraan, mekanisme Fraktur pelvis yang tersering adalah tekanan yang mengenai sisi lateral pelvis dan cenderung menyebabkan hemi pelvis rotasi kedalam, mengecilkan rongga pelvis dan melepas regangan system Vaskularisasi pelvis. Gerakan rotasi ini akan menyebabkan Trauma uretra atau buli-buli. Trauma urogenital bagian bawah ini jarang akan menimbulkan kematian baik perdarahan yang terjadi maupun komplikasinya, sehingga tidak separah Trauma pelvis yang tidak stabil. b) Pendarahan besar arterial Luka tusuk di Ekstremitas dapat menimbulkan trauma arteri sirkulasi darah ke ekstremitas diselenggarakan oleh pembuluh arteri besar yang berdiameter sekitar satu cm, yang melalui lipat paha dan aksila. Arteri ini melanjutkan diri didekat tulang dan berpencar menjadi cabangcabang lebih halus sewaktu menuju keujung jari tangan dan kaki. Pada tempat tertentu sepanjang perjalanannya cabang ini cukup dekat dengan kulit, sehingga dapat diraba oleh tangan pemeriksa. Titik berdenyut ini dapat bermanpaat dalam menentukan adanya aliran darah arteri dan kadang-kadang berguna untuk mengenal pendarahan. Trauma tumpul yang menyebabkan fraktur sendi atau dislokasi sendi dekat arteri dapat merobek arteri. Cedera ini dapat menimbulkan pendarahan besar pada luka terbuka atau perdarahan didalam jaringan lunak. c) Crush syndrome (Rabdomiolisis taroumatika) Crush syndrome adalah Keadaan kliniks yang disebabkan pelepasan zat berbahaya, hasil kerusakan otot, yang jika tidak ditangani akan menyebabkan kegagalan ginjal. Keadaan ini terdapat pada keadaan crush injury dan kompresi lama pada sejumlah otot, yang tersering paha

dan betis. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan perkusi otot, iskemia, pelepasan mioglobin dan zat toksik lainnya.

2.6 Trauma Mengancam Ekstremitas a) Patah tulang terbuka dan Trauma Sendi Pada patah tulang terbuka terdapat hubungan antara tulang dengan lingkungan luar. Otot dan kulit mengalami cedera dan beratnya kerusakan jaringan lunak ini akan berbanding l;urus dengan energi yang menyebabkannnya. Kerusakan ini disertai kontaminasi bakteri,

menyebabkan patah tulang terbuka mengalami masalah infeksi, gangguan penyembuhan dan gangguan fungsi. b) Trauma vaskuler termasuk amputasi traumatika Trauma vaskuler harus dicurigai jika terdapat insufisiensi vbaskuler yang menyertai trauma tumpul, remuk,trauma tembus ekstremitas Pada mulanya ekstremitas mungkin masih tampak hidup karena sirkulasi kolateral yang mencukupi aliran secara rtrograd. Trauma vaskuler parsial menyebablkan ekstremitas bagian distal dingin, pengisian kapiler lambat, pulsasi melemah. Aliran yang terputus menyebabkan ekstremitas dingin, pucat, dan nadi tak teraba. c) Sindroma Kompartemen Sindroma kompartemen akan ditemukan pada tempat diman otot dibatasi oleh rongga fasia yang tertutup.Perlu diketahui bahwa kulit juga berfungsi sebagi lapisan penahan.Daerah yang sering terkena adalah tungkai bawah, lengan bawah,tangan, dan paha. Sindroma kompartemen terjadi bila tekanan diruang osteofasial menimbulkan iskemia dan berikutnya nekrosis. Iskemia dapat terjadi karena peningkatan isi kompartemen akibat udema yang timbul akibat revaskularisasi sekunder dari ekstremitas yang iskemi, atau karena penurunan isi kompartemen yang disebabkan tekanan dari luar misalnya dari balutan yang menekan. d) Trauma Neurologi akibat fraktur-dislokasi

10

Fraktur atau dislokasi, dapat menyebabkan trauma saraf yang disebabkan hubungan anatomi atau dekatnya posisis saraf dengan persendian, misalnya nervus iskhiadikus dapat tertekan oleh dislokasi posterior sendi panggul atau nervus aksillaris oleh dislokasi posterior sendi bahu. Kembalinya fungsi hanya akan optimal bila keadaan ini diketahui dan ditangani secara cepat.

2.7 Trauma Ekstremitas Yang Lain A. Kontusio dan laserasi Kontusio dan laserasi sederhana harus diperiksa untuk

menyingkirkan trauma vaskuler dan saraf. Secara umum laserasi memerlukan penutupan luka. Jika laserasi meluas sampai dibawah fasia, perlu intervensi operasi untuk membersihkan luka dan memeriksa

struktur-struktur dibawahnya yang rusak. Kontusio umumnya dikenal karena ada nyeri dan penurunan fungsi. Palpasi menunjukkan adanya pembengkakan lokal dan nyeri tekan.Penderita tidak dapat

mempergunakan ootot itu dan terjadi penurunan fungsi

karena nyeri.

Kontusio diobati dengan istirahat dan pemakaian kompres dingin pada fase awal.Hati-hati akan luka kecil, terutama akibat crush injj7uryy, jika ekstremitas menderita beban sangat besar dan sangat perlahan, vaskularisasi akan terganggu dan kerusakan otot akan terjadi walaupun ditemukan luka yang hanya kecil saja.Resiko tetanus meningkat akibat adanya luka yang lebih dari 6 jam dan disertai kontusio dabn abrasi, dalamnya lebih dari 1 cm. B. Trauma sendi

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

A. Pemeriksaan Penunjang Foto Rontgen Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung 11

Mengetahui tempat atau tipe fraktur. Biasanya diambil sebelum dan sesudah serta selama proses penyembuhan secara periodik Hal yang harus dibaca pada x-ray: Bayangan jaringan lunak. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

Artelogram bila ada kerusakan vaskuler Hitung darah lengkap HT mungkin terjadi (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada organ multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah kompensasi normal setelah fraktur. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau trauma hati. Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti: Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa. Computed Tomografi Scanning : menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak. B. Pemeriksaan Laboratorium

12

Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

Pemeriksaan lain-lain Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur. (Ignatavicius, Donna D, 1995)

2.9 PENATALAKSANAAN Tujuan tindakan penanggulangan cedera muskuloskeletal menurut definisi orthopaedic adalah untuk mencapai rehabilitasi pasien secara maksimum dan utuh dilakukan dengan cara medik, bedah dan modalitas lain untuk mencapai tujuan terapi. Ada 4 hal, biasa disingkat 4R, yang harus diperhatikan : a. Recognition Pada trauma ekstremitas perlu diketahui kelainan apa yang terjadi sebagai akibat cedera tersebut, baik jaringan lunak atau tulanhnya. Dengan mengenali gejala dan tanda pada penggunaan fungsi jaringan yang terkena cedera. 13

Fraktur merupakan akibat suatu kekerasan yang menimbulkan kerusakan tulang disertai jaringan lunak sekitarnya. Dibedakan pada trauma tumpul dan trauma tajam, langsung dan tidak langsung. Pada umurya trauma tumpul akan memberikan kememaran yang difus pada jaringan lunak termasuk gangguan neurovaskuler yang menentukan vitalitas ekstremitas bagian distal dari bagian yang cedera. b. Reduction atau Reposisi Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau fragmen tulang pada posisi semula. Tindakan ini diperlukan guna mengembalikan kepada bentuk semula sebaik mungkin, agar fungsidapat kemmbali semaksimal mungkin. c. Retaining Retaining adalah tindakan imobilisasi atau fiksasi untuk mempertahankan hasil reposisi dan memberi istirahat pada spasme otot pada bagian yang sakit agar mencapai penyembuhan dengan baik. Imobilisasi yang tidak adekuat dapat memberikan dampak pada penyembuhan dan rehabilitasi. d. Rehabilitation Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak yang cedera untuk dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai rehabilitasi adalah tindakan setelah tindakan kuratif dalam mengatasi kendala sequele atau kecacatan,agar seseorang dapat berfungsi kembali. Rehabilitasi menekan upaya pada fungsi dan akan lebih berhasil bila dilaksanakan sedini mungkin.

14

2.10 Potofisiologi

Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom 15

pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periosteum dan jaringan tulang yang mengitari fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf. Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi. Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi.

16

17

Anda mungkin juga menyukai