TENTANG MICROCONTROLLER
DISKRIPSI
Pada tahun 1970 mikroposesor (‘computer on a chip’) intel 4004 pertama diproduksi secara masal,
pertumbuhannya sangat cepat. Pengembangan mikoprosesor dengan menggunakan teknik
pabrikasi yang sama dan konsep pemrograman yang sama melahirkan mikrokontroler.
Mikrokontroler tidak dikenal secara luas karena hanya ditujukan untuk komunitas teknik.
Mikroprosesor adalah cpu computer, untuk dapat digunakan secara umum,masih diperlukan:
• Memory (RAM, ROM) dan juga decoder memory
• I/O dan decoder I/O
• Piranti khusus (Interupsi, timer, counter, etc)
• Clock Generator
Mikrokontroler didesain sebagai True computer on a chip, jadi mikrokontroler sudah mempunyai
piranti-piranti tambahan untuk membangun suatu sistem computer digital. Mikrokontroler dirancang
dengan dengan intruksi yang bisa mengakses piranti terprogram dan dioptimalkan untuk instruksi
bit dan byte, sementara computer PC didesain dengan instruksi untuk mengases data data multy
byte.
MICROCONTROLLER MARKET
4 bit Mikrokontroler
mikrokontroler terlaris dengan minimal pin dan ukuran sehingga murah sudah cukup “cerdas”
untuk mengendalikan peralatan sederhana
8 BIT MIKROKONTROLER
Transisi antara volume besar 4bit dengan performa tinggi 16 bit dan 32 bit
Mampu menangani data dalam byte dan bisa digunakan untuk komputasi sederhana.
Digunakam untuk pengendalian lebih komplek seperti pengendalian mesin-mesin dan kolektor
data.
Diproduksi baik dengan ROM, EPROM, maupun ROMless, bahkan beberapa uC dilengkapi
dengan piranti tambahan., seperti ADC dan DAC.
Gambar 1. Arsitektur
RESET VALUE
Saat mikrokontroler di reset, maka nilai dari register-register mikrokontroler adalah sebagai
berikut:
Mikrokontroler dapat di reset dengan memberikan sinyal ‘high’ (1) pada kaki reset (pin 9) untuk
periode tertentu, besarnya periode ini adalah 2 periode siklus mesin.
Dibawah ini adalah sistem minimum agar mikrokontroler bisa bekerja dengan normal.
SISTEM CLOCK
Mikrokontroler, mempunyai sistem pewaktuan CPU, 12 siklus clock. Artinya setiap 12 siklus yang
dihasilkan oleh ceramic resonator maka akan menghasilkan satu siklus mesin. Nilai ini yang akan
menjadi acuan waktu operasi CPU.
Untuk mendesain sistem mikrokontroler kita memerlukan sistem clock, sistem ini bisa di bangun
dari clock eksternal maupun clock internal. Untuk clock internal, kita tinggal memasang komponen
seperti di bawah ini:
Yang membedakan mikrokontroler AT89S51 dengan C51(seri sebelumnya) adalah cara pengisian
program (flash programming). Pada mikrokontroler AT89S51 terdapat fasilitas ISP (In System
Programming). Artinya mikrokontroler ini mampu diprogram meskipun dalam kondiasi bekerja.
Letak perbedaan pada hardware adalah adanya MOSI, MOSI, dan SCK, pin ini berguna saat flash
programming. Adapun fungsi dari pin pin yang lain, fungsinya sama seperti pada seri sebelumnya.
Diwah ini disajikan fungsi pin untuk mikrokontroler AT89S51
29 PSEN Pin ini berfungsi pada saat mengeksekusi program yang ter-
letak pada memori eksternal. PSEN akan aktif dua kali
setiap cycle
STRUKTUR MEMORI
Dalam pengertian MCS51, Random Access Memory dalam chip AT89x51 adalah memori-
data, yaitu memori yang dipakai untuk menyimpan data, sedangkan Flash PEROM merupakan
memori penampung program pengendali AT89x51, dikenal sebagai memori-program. Karena
kedua memori itu memang dibedakan dengan tegas, maka kedua memori itu mempunyai
penomoran yang terpisah. Memori-program dinomori sendiri, pada AT89S51 mulai dari nomor
$0000 sampai $0FFF. Sedangkan memori-data yang hanya 256 byte dinomori dari nomor $00
sampai $FF.
Gambar 5
Denah Memori-data
Seperti terlihat dalam denah memori-data Gambar 5, memori-data dibagi menjadi dua bagian,
memori nomor $00 sampai $7F merupakan memori seperti RAM selayaknya meskipun beberapa
bagian mempunyai kegunaan khusus, sedangkan memori nomor $80 sampai $FF dipakai sangat
khusus yang dinamakan sebagai Special Function Register
Memori-data nomor $00 sampai $7F bisa dipakai sebagai memori penyimpan data biasa, dibagi
menjadi 3 bagian:
• Memori nomor $00 sampai $18 selain sebagai memori-data biasa, bisa pula dipakai
sebagai Register Serba Guna (General Purpose Register).
• Memori nomor $20 sampai $2F selain sebagai memori-data biasa, bisa dipakai untuk
menyimpan informasi dalam level bit.
• Memori nomor $30 sampai $7F (sebanyak 80 byte) merupakan memori-data biasa,
bisa dipakai untuk menyimpan data maupun dipakai sebagai Stack.
Pengertian di atas bisa dipikirkan seolah-olah MCS51 mempunyai jenis memori yang lain,
tapi sesungguhnya kedua jenis memori itu tetap sama, hanya saja cara penyebutannya saja yang
berlainan.
Instruksi SETB $00 mengakibatkan memori-bit nomor 0 menjadi ‘1’, atau sama dengan membuat
bit nomor 0 dari memori-data nomor $20 menjadi ‘1’, sedangkan bit-bit lainnya dalam memori
nomor $20 tidak berubah nilai.
Sedangkan instruksi CLR $7F mengakibatkan memori-bit nomor $7F menjadi ‘0’, satau sama
dengan membuat bit nomor 7 dari memori-data nomor $2F menjadi ‘0’, sedangkan bit-bit lainnya
dalam memori nomor $2F tidak berubah nilai.
Pengertian ini dipertegas dengn intsruksi-instruksi berikut:
MOV 21H,#0FH
Sama dengan hasil kerja instruksi-instruksi berikut :
SETB 08H
SETB 09H
SETB 0AH
SETB 0BH
CLR 0CH
CLR 0DH
CLR 0EH
CLR 0FH
Instruksi MOV 21H,#0FH mempunyai makna mengisi memori-data nomor 21H dengan nilai 0FH
(atau bilangan biner 00001111), berarti mengisi memori-bit nomor 0FH sampai 08H dengan
bilangan biner 00001111 yang bisa dinyatakan dengan 8 baris instruksi berikutnya.
Gambar 6
Susunan Register Dasar MCS51
Kegunaan dan pemakaian register-register dasar tersebut antara lain sebagai berikut:
Program Counter
Program Counter (PC) dalam AT89S51 merupakan register dengan kapasitas 16 bit. Di dalam PC
dicatat nomor memori-program yang menyimpan instruksi berikutnya yang akan diambil (fetch)
sebagai instruksi untuk dikerjakan (execute).
Saat setelah reset PC bernilai 0000h, berarti MCS51 akan segera mengambil isi memori-program
nomor 0 sebagai instruksi. Nilai PC otomatis bertambah 1 setelah prosesor mengambil instruksi 1
byte. Ada instruksi yang hanya 1 byte, ada instruksi yang sampai 4 byte, dengan demikian
pertambahan nilai PC setelah menjalankan instruksi, tergantung pada jumlah byte instruksi
bersangkutan.
Akumulator
Sesuai dengan namanya, Akumulator adalah sebuah register yang berfungsi untuk menampung
(accumulate) hasil hasil pengolahan data dari banyak instruksi MCS51. Akumulator bisa
menampung data 8 bit (1 byte) dan merupakan register yang paling banyak kegunaannya, lebih
dari setengah instruksi-instruksi MCS51 melibatkan Akumulator.
Instruksi-instruksi berikut memperjelas pengertian di atas :
MOV A,#20H
ADD A,#30H
Instruksi pertama menyimpan nilai 20H ke Akumulator, instruksi kedua menambahkan bilangan
30H ke Akumulator, hasil penjumlahan sebesar 50H ditampung di Akumulator.
Register B
Merupakan register dengan kapasitas 8 bit, merupakan register pembantu Akumulator saat
menjalankan instruk perkalian dan pembagian.
ARITHMETIC OPERATIONS
LOGICAL OPERATIONS
DATA TRANSFER
Mulai
Program.ASM
Tidak
File.OBJ? File.LST
Ya
Di-Compile oleh OH
File.HEX
Selesai
Untuk menulis program dalam bahasa asember kita bisa memanfaatkan teks editor,
seperti notepad, editor dos, dsb. Setelah kita menulis program dalam teks editor, kita perlu simpan
file kita dengan ekstensi .asm atau .h51, kemudian kita simpan pada folder dengan lokasi yang
sama dengan lokasi copiler ASM51.
Contoh,
1. Buat folder untuk ASM 51, OH, dalam folde C:\Mikro\
2. Masuk ke direktori C:\Mikro\ dengan DOS
3. Jalankan ASM51 dengan perintah asm51 spasi namfile.asm, lalu tekan enter
4. Dari sana lakukan hingga ada keterangan Assembly Complete, No Error Found
5. Jika ada bugs dalam program maka akan terlihat, biasanya ditampilkan no baris untuk
letak kesalahan program kita
6. Untuk melihat detail kesalahan kita kita bisa melihat file .LST nya
D:\mikro>oh robotc.obj
DOS 5.0 (038-N) OH V1.0
Copyright 1986 Intel Corporation
D:\mikro>
Deangan demikian sekarang kita telah mendapatkan file dalam bentuk .HEX, file inilah
yang akan kita kirim ke mikrokontroler. Untuk menulis ke mikriokontroler kita memerlukan sofrware
downloader. Kali ini kita menggunakan Software ISP-Programmer Version 3.0a. Alasan kita
menggunakan software ini karena pada software ini telah dilengkapi driver untuk Windows XP,
sehingga kita tidak pusing lagi menghadapi proteksi yang diberikan oleh Windows XP. Selain itu
software ini juga mampu digunakan untuk menulis progra pada mikrokontroler jenis AVR.
Prinsip kerja Hardware, yaitu saat kita memberikan logika 0 pada port 1 maka kita akan
mendapatkan led menyala. Hal ini dikarenakan terjadi perbedaan tegangan pada kaki anoda dan
katoda, saar kita memberikan logika 1, maka Led akan padam karena disana kita menggunakan
conmmon anoda yang terhubung dengan VCC.
Hardware Conection
Pasang Power Suplay, hubungkan mikrokontroler dengan PC menggunakan DB25 Cable.
Tampilan Led yang dipasang pada modul adalah Led pada port 1
Penjelasan.
Program diatas hanya menyalakan Led pada port 1, dengan cara memberikan data ke port 1
berupa bilangan 00 Hexa, karena sifat dari hardware active low, maka led menyala.
;==================================================================
; subrutin ini hanya sekedar melakukan penundaan sesaat dengan cara
; mengulangi proses (pengurangan isi register) hingga dicapai suatu
; kondisi tertentu
;==================================================================
DELAY:
MOV R0,#5H ; Isi Register R0 dengan 5 (5x ulang)
DELAY1:
MOV R1,#0FFH ; Isi Register R1 dengan 255 (255x ulang
DELAY2:
MOV R2,#0 ; Isi register R2 dengan 0 (256x ulang)
DJNZ R2,$ ; R2=R2-1, jika R2 belum 0 ulangi lagi
DJNZ R1,DELAY2 ; R1=R1-1, jika R1 belum 0 ulangi DELAY2
DJNZ R0,DELAY1 ; R0=R0-1, jika R0 belum 0 ulangi DELAY1
RET ; Kembali ke pemanggil subrutin DELAY
END
Penjelasan
Yang Pertama dilakukan adalah memberikan data ke port 1 0FH, sehingga 4 led menyala dan 4
led padam, kemudian kita menunda waktu dengan menggunakan looping program. Tunda waktu
diperlukan agar efek kedipan led terlihat mata
;----------------------------------------------------------------------
; Lampu menyala pingpong kiri ke kanan, kanan ke kiri di port 1
;----------------------------------------------------------------------
Org 0h
MOV A, #0FEH ; simpan data 11111110B ke akumulator
; (P1.0 menyala duluan)
MULAI:
MOV P1,A ; kirim data ke Port 1
ACALL DELAY ; tunda sebentar
Delay:
Mov R0,#0 ; Isi Register R0 dengan 0 (256x ulang)
Delay1: Mov R1,#0 ; Isi Register R1 dengan 0 (256x ulang)
Djnz R1,$
Djnz R0,Delay1
Ret
End
Port-port mikrokontroler dilengkapi pull up internal, sehingga kondisi default-nya adalah high.
Untuk menjadikan Port ini sebagai input, kita tinggal memberikan logika high atau membiarkannya
dalam kondisi default. Jika kita menginginkan sebuah masukan terbaca kita sebaiknya
menggunakan masukan berup sinyal Low.
Hardware Conection
Pasang Modul Mikrokontroler, sambungkan modul Keypad 8 tombol ke port 3
;---------------------------------------------------------------------
; Simulasi penekanan tombol pd P3.0 untuk menghidupkan
; dan P3.1 untuk mematikan LED pada Port 1
;----------------------------------------------------------------------
ORG 0H
MULAI:
MOV A,P3 ; Baca port 3 dan simpan isinya
; ke akumulator
CJNE A,#0FEH,TERUS ; Apakah isi akumulator = 11111110B
; (P3.0 ditekan)?
; Tidak! lompat ke TERUS
MOV P1,#0 ; Ya! Hidupkan lampu LED di port 1
SJMP MULAI ; Ulangi lagi dari awal (label MULAI)
TERUS:
CJNE A,#0FDH,MULAI ; Apakah isi akumulator = 11111101B
; (P3.1 ditekan)?
; Tidak! lompat ke awal (label MULAI)
MOV P1,#0FFH ; Ya! Matikan lampu LED di port 1
SJMP MULAI ; Ulangi lagi dari awal...
END
Penjelasan
Saat keypad yang terhubung P3.0 di tekan maka data pada port 3 adalah 11111110 Biner atau
0FE Hexa, program akan mengetahuai dengan menengok isi port 3 jika datanya sama (0FE H)
maka Led pada port 1 dinyalakan, jika terjadi penekanan P3.1 maka data pada port 3 11111101
Biner atau 0FD Hexa, Program akan mengecek isi port 3 jika data tersebut di temukan maka Led
pada port 1 akan dimatikan
;----------------------------------------------------------------------
; Simulasi penekanan tombol pd P3.0 sebagai toggle switch
; untuk menghidupkan/mematikan lampu pada Port 1
;----------------------------------------------------------------------
ORG 0H
MULAI:
MOV A,P3 ; Baca tombol P3 dan simpan di akumulator
CJNE A,#0FEH,MULAI ; Apakah tombol P3.0 ditekan? (=11111110)
; Tidak! Ulangi lagi dari awal
CJNE R0,#0,TERUS ; Ya! Apakah R0=0
; (artinya lampu sedang mati)?
; Tidak! loncat ke proses mematikan
; lampu LED (TERUS)
MOV R0,#1 ; Ya! ubah status R0=1 (lampu menyala)
MOV P1,#0 ; dan hidupkan lampu LED di port 1
Keypad Matrik
;=======================================
; PROGRAM KEYPAD 4X4 DIPASANG
; PADA PORT 0, OUTPUT PADA PORT 1
;=======================================
ORG 0H
ULANG:
CALL KEYPAD ; PANGGIL SUB RUTIN KEYPAD
MOV A,KEYDATA
CJNE A,#0FFH,DITEKAN
JMP ULANG
DITEKAN:
CPL A
MOV P1,A
DJNZ R0,$
JMP ULANG
KEYPAD:
MOV KEYBOUNC,#100 ; KONSTANTA ANTI BOUNCING
MOV KEYPORT,#0FFH ; PORT KEY PAD
CLR KOLOM1 ; SCAN KOLOM 1
UL1: JB BARIS1,KEY1 ; TOMBOL 1 DITEKAN?
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,UL1
MOV KEYDATA,#1 ; ISI REG. DATA DGN 1
RET
KEY1: JB BARIS2,KEY2 ; TOMBOL 2 DITEKAN?
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY1
MOV KEYDATA,#4
RET
KEY2: JB BARIS3,KEY3
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY2
MOV KEYDATA,#7
RET
KEY3: JB BARIS4,KEY4
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY3
MOV KEYDATA,#0AH
RET
KEY4: SETB KOLOM1
CLR KOLOM2
JB BARIS1,KEY5
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY4
MOV KEYDATA,#2
RET
KEY5: JB BARIS2,KEY6
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY5
MOV KEYDATA,#5
RET
KEY6: JB BARIS3,KEY7
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY6
MOV KEYDATA,#8
RET
KEY7: JB BARIS4,KEY8
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY7
MOV KEYDATA,#0
RET
KEY8: SETB KOLOM2
CLR KOLOM3
JB BARIS1,KEY9
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY8
MOV KEYDATA,#3
RET
KEY9: JB BARIS2,KEY10
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY9
MOV KEYDATA,#6
RET
KEY10: JB BARIS3,KEY11
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY10
MOV KEYDATA,#9
RET
KEY11: JB BARIS4,KEY12
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY11
MOV KEYDATA,#0BH
RET
KEY12: SETB KOLOM3
CLR KOLOM4
JB BARIS1,KEY13
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY12
MOV KEYDATA,#0CH
RET
KEY13: JB BARIS2,KEY14
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY13
MOV KEYDATA,#0DH
RET
KEY14: JB BARIS3,KEY15
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY14
MOV KEYDATA,#0EH
RET
KEY15: JB BARIS4,KEY16
CALL DELAY
DJNZ KEYBOUNC,KEY15
MOV KEYDATA,#0FH
RET
KEY16: MOV KEYDATA,#0FFH
RET
DELAY:
DJNZ R0,$
RET
END
Data yang diolah mikrokontroler adalah data hexa, untuk dapat ditampilkan di seven segment kita
bisa menggunakan dekoder hexa ke sevent segmen atau lewat konversi program, untuk konveri,
kita bisa menggunakan sistem look up table program kita memerlukan tabel konversi, tabelnya
adalah sebagai berikut:
Hardware Conection
Pasang Modul mikrokontroler dengan menghubungkannya dengan Modul seven segment pada
port 1 dan 3, perhatikan jangan sampaI terbalik.
Tampilan P0.7 P0.6 P0.5 P0.4 P0.3 P0.2 P0.1 P0.0 Hexa
angka g dot c b a f e d
0 1 1 0 0 0 0 0 0 C0
1 1 1 0 0 1 1 1 1 CF
2 0 1 1 0 0 1 0 0 64
3 0 1 0 0 0 1 1 0 46
4 0 1 0 0 1 0 1 1 4B
5 0 1 0 1 0 0 1 0 52
6 0 1 0 1 0 0 0 0 50
7 1 1 0 0 0 1 1 1 C7
8 0 1 0 0 0 0 0 0 40
9 0 1 0 0 0 0 1 0 42
;=================================================
;PROGRAM UNTUK MENYALAKAN 4X 7SEGMENT COMMON ANODA
;=================================================
ORG 00H
MULAI:
MOV P1,#0C7H ;KELUARKAN DATA ANGKA 0
CLR P3.4 ;HIDUPKAN COMMON 1
CALL DELAY ;TUNDA SEBENTAR
SETB P3.4 ;MATIKAN COMMON
CALL DELAY ;TUNDA SEBENTAR
MOV P1,#040H ;KELUARKAN DATA ANGKA 1
CLR P3.5
CALL DELAY
SETB P3.5
CALL DELAY
MOV P1,#042H ;KELUARKAN DATA ANGKA 2
CLR P3.6
CALL DELAY
SETB P3.6
CALL DELAY
MOV P1,#050H ;KELUARKAN DATA ANGKA 3
CLR P3.7
CALL DELAY
SETB P3.7
CALL DELAY
AJMP MULAI
Pada dasarnya sarana input yang satu ini merupakan seperangkat pencacah biner (binary
counter) yang terhubung langsung ke saluran-data mikrokontroler, sehingga mikrokontroler bisa
membaca kedudukan pancacah, bila diperlukan mikrokontroler dapat pula merubah kedudukan
pencacah tersebut.
Seperti layaknya pencacah biner, bilamana sinyal denyut (clock) yang diumpankan sudah
melebihi kapasitas pencacah, maka pada bagian akhir untaian pencacah akan timbul sinyal
limpahan, sinyal ini merupakan suatu hal yang penting sekali dalam pemakaian pencacah.
Terjadinya limpahan pencacah ini dicatat dalam sebuah flip-flop tersendiri.
Di samping itu, sinyal denyut yang diumpankan ke pencacah harus pula bisa dikendalikan
dengan mudah. Hal-hal yang dibicarakan di atas diringkas dalam Gambar 12.
Gambar 14
Konsep dasar Timer/Counter sebagai sarana input
Sinyal denyut yang diumpankan ke pencacah bisa dibedakan menjadi 2 macam, yang
pertama yalah sinyal denyut dengan frekuensi tetap yang sudah diketahui besarnya dan yang
kedua adalah sinyal denyut dengan frekuensi tidak tetap.
Jika sebuah pencacah bekerja dengan frekuensi tetap yang sudah diketahui besarnya,
dikatakan pencacah tersebut bekerja sebagai timer, karena kedudukan pencacah tersebut setara
dengan waktu yang bisa ditentukan dengan pasti.
Jika sebuah pencacah bekerja dengan frekuensi yang tidak tetap, dikatakan pencacah
tersebut bekerja sebagai counter, kedudukan pencacah tersebut hanyalah menyatakan banyaknya
pulsa yang sudah diterima pencacah.
Gambar 15
Mode 0 - Pencacah Biner 13 Bit
Pencacah biner dibentuk dengan TLx (maksudnya bisa TL0 atau TL1) sebagai pencacah
biner 5 bit (meskipun kapasitas sesungguhnya 8 bit), limpahan dari pencacah biner 5 bit ini
dihubungkan ke THx (maksudnya bisa TH0 atau TH1) membentuk sebuah untaian pencacah biner
13 bit, limpahan dari pencacah 13 bit ini ditampung di flip-flop TFx (maksudnya bisa TF0 atau TF1)
yang berada di dalam register TCON.
Mode ini meneruskan sarana Timer yang ada pada mikrokontroler MCS48 (mikrokontroler
pendahulu MCS51), dengan maksud rancangan alat yang dibuat dengan MCS48 bisa dengan
mudah diadaptasikan ke MCS51. Mode ini tidak banyak dipakai lagi.
Gambar 16
Mode 1 - Pencacah Biner 16 Bit
Mode ini sama dengan Mode 0, hanya saja register TLx dipakai sepenuhnya sebagai
pencacah biner 8 bit, sehingga kapasitas pencacah biner yang tersbentuk adalah 16 bit. Seiring
dengan sinyal denyut, kedudukan pencacah biner 16 bit ini akan bergerak dari $0000 (biner 0000
0000 0000 0000), $0001, $0002 … sampai $FFFF (biner 1111 1111 1111 1111), kemudian
melimpah kembali menjadi $0000.
Gambar 17.
Mode 2 - Pencacah Biner 8 Bit dengan Isi Ulang
TLx dipakai sebagai pencacah biner 8 bit, sedangkan THx dipakai untuk menyimpan nilai
yang diisikan ulang ke TLx, setiap kali kedudukan TLx melimpah (berubah dari $FF menjadi $00).
Dengan cara ini bisa didapatkan sinyal limpahan yang frekuensinya ditentukan oleh nilai yang
disimpan dalam TH0.
Gambar 18
Mode 3 – Gabungan Pencacah Biner 16 Bit dan 8 Bit
Pada Mode 3 TL0, TH0, TL1 dan TH1 dipakai untuk membentuk 3 untaian pencacah, yang
pertama adalah untaian pencacah biner 16 bit tanpa fasiltas pemantau sinyal limpahan yang
dibentuk dengan TL1 dan TH1. Yang kedua adalah TL0 yang dipakai sebagai pencacah biner 8 bit
dengan TF0 sebagai sarana pemantau limpahan. Pencacah biner ketiga adalah TH0 yang dipakai
sebagai pencacah biner 8 bit dengan TF1 sebagai sarana pemantau limpahan.
Gambar 19
Denah susunan bit dalam register TMOD
Register TMOD dibagi menjadi 2 bagian secara simitris, bit 0 sampai 3 register TMOD
(TMOD bit 0 .. TMOD bit 3) dipakai untuk mengatur Timer 0, bit 4 sampai 7 register TMODE
(TMOD bit 4 .. TMOD bit 7) dipakai untuk mengatur Timer 1, pemakaiannya sebagai berikut :
• Bit M0/M1 dipakai untuk menentukan Mode Timer seperti yang terlihat dalam Tabel di
Gambar 3a.
• Bit C/T* dipakai untuk mengatur sumber sinyal denyut yang diumpankan ke pencacah
biner. Jika C/T*=0 sinyal denyut diperoleh dari osilator kristal yang frekuensinya sudah dibagi 12,
sedangkan jika C/T*=1 maka sinyal denyut diperoleh dari kaki T0 (untuk Timer 0) atau kaki T1
(untuk Timer 1).
• Bit GATE merupakan bit pengatur saluran sinyal denyut. Bila bit GATE=0 saluran
sinyal denyut hanya diatur oleh bit TRx (maksudnya adalah TR0 atau TR1 pada register TCON).
Bila bit GATE=1 kaki INT0 (untuk Timer 0) atau kaki INT1 (untuk Timer 1) dipakai juga untuk
mengatur saluran sinyal denyut (lihat Gambar 4).
Gambar 20
Denah susunan bit dalam register TCON
Register TCON dibagi menjadi 2 bagian, 4 bit pertama (bit 0 .. bit 3, bagian yang diarsir
dalam Gambar 3b) dipakai untuk keperluan mengatur kaki INT0 dan INT1, ke-empat bit ini
dibahas dibagian lain.
Sisa 4 bit dari register TCON (bit 4..bit 7) dibagi menjadi 2 bagian secara simitris yang
dipakai untuk mengatur Timer0/Timer 1, sebagai berikut:
• Bit TFx (maksudnya adalah TF0 atau TF1) merupakan bit penampung limpahan (lihat
Gambar 2), TFx akan menjadi ‘1’ setiap kali pencacah biner yang terhubung padanya melimpah
(kedudukan pencacah berubah dari $FFFF kembali menjadi $0000). Bit TFx di-nol-kan dengan
istruksi CLR TF0 atau CLR TF1. Jika sarana interupsi dari Timer 0/Timer 1 dipakai, TRx di-nol-kan
saat MCS51 menjalankan rutin layanan interupsi (ISR – Interupt Service Routine).
• Bit TRx (maksudnya adalah TR0 atau TR1) merupakan bit pengatur saluran sinyal
denyut, bila bit ini =0 sinyal denyut tidak disalurkan ke pencacah biner sehingga pencacah berhenti
mencacah. Bila bit GATE pada register TMOD =1, maka saluran sinyal denyut ini diatur bersama
oleh TRx dan sinyal pada kaki INT0/INT1 (lihat Gambar 4).
Mengatur Timer
Gambar 4 merupakan bagan susunan rangkaian yang bisa terjadi pada Timer 1 secara
lengkap, digambarkan pula hubungan-hubungan semua register pembentuk dan pengatur Timer 1.
Gambar ini berlaku pula untuk Timer 0.
Dalam pemakaian sesungguhnya, rangkaian yang dipakai hanya sebagian dari rangkaian
lengkap tersebut, sesuai dengan keperluan sistem yang dibangun. Rangkaian yang dikehendaki
dibentuk dengan mengatur register TMODE, sedangkan kerja dari Timer dikendalikan lewat
register TCON.
Gambar 21
Skema lengkap Timer 1 dalam Mode 1
Setelah MCS51 di-reset register TMOD bernilai $00, hal ini berarti :
• bit C/T* =’0’, menurut Gambar 4 keadaan ini membuat saklar S1 ke posisi atas,
sumber sinyal denyut berasal dari osilator kristal yang frekuensinya sudah dibagi 12, pencacah
biner yang dibentuk dengan TL1 dan TH1 berfungsi sebagai timer. Jika sistem yang dirancang
memang menghendaki Timer 1 bekerja sebagai timer maka bit C/T* tidak perlu diatur lagi.
Tapi jika sistem yang dirancang menghendaki agar Timer 1 bekerja sebagai counter untuk
menghitung pulsa yang masuk lewat kakai T1 (P3.5), maka posisi saklar S1 harus dikebawahkan
dengan membuat bit C/T* menjadi ‘1’.
• bit GATE=’0’, hal ini membuat output gerbang OR selalu ‘1’ tidak dipengaruhi keadaan
‘0’ atau ‘1’ pada kaki INT1 (P3.3). Dalam keadaan semacam ini, saklar S2 hanya dikendalikan
lewat bit TR1 dalam register TCON. Jika TR1=’1’ saklar S2 tertutup sehingga sinyal denyut dari S1
disalurkan ke sistem pencacah biner, aliran sinyal denyut akan dihentikan jika TR=’0’.
Sebaliknya jika bit GATE=’1’, output gerbang OR akan mengikuti keadaan kaki INT1, saat INT1=’0’
apa pun keadaan bit TR1 output gerbang AND selalu =’0’ dan saklar S1 selalu terbuka, agar saklar
S1 bisa tertutup kaki INT1 dan bit TR1 harus =’1’ secara bersamaan.
Jika sistem yang dirancang menghendaki kerja dari timer/counter dikendalikan dari sinyal
yang berasal dari luar chip, maka bit GATE harus dibuat menjadi ‘1’
• bit M1 dan M0=’0’, berarti TL1 dan TH1 disusun menjadi pencacah biner 13 bit (Mode
0), jika dikehendaki Timer 1 bekerja pada mode 1 seperti terlihat dalam Gambar 4, maka bit M1
harus dibuat menjadi ‘0’ dan bit M0 menjadi ‘1’.
Pengetahuan di atas dipakai sebagai dasar untuk mengatur dan mengendalikan Timer
seperti terlihat dalam contoh-contoh berikut :
Setelah reset TMOD bernilai $00, berarti Timer 1 bekerja sebagai pencacah biner 13 bit,
sumber sinyal denyut dari osilator kristal atau Timer 1 bekerja sebagai ‘timer’, bit GATE =’0’ berarti
kaki INT1 tidak berpengaruh pada rangkaian sehingga Timer 1 hanya dikendalikan dari bit TR1.
Dalam pemakaian biasanya dipakai pencacah biner 16 bit, untuk keperluan itu instruksi
yang diperlukan untuk mengatur TMOD adalah :
MOV TMOD,#%00010000
Catatan dalam instruksi di atas tanda ‘#’ menyatakan bagian di belakangnya adalah
bilangan konstan yang akan diisikan ke TMOD, ‘%’ merupakan awalan yang menandakan bahwa
bilangan di belakangnya adalah bilangan biner. Penulisan dengan bilangan biner semacam ini,
memudahkan untuk mengenali dengan cepat bit-bit apa saja yang diisikan ke TMOD.
Bilangan biner %00010000 diisikan ke TMOD, berakibat bit 7 TMOD (bit GATE) bernilai ‘0’,
bit 6 (bit C/T*) bernilai ‘0’, bit 5 dan 4 (bit M1 dan M0) bernilai ‘01’, ke-empat bit ini dipakai untuk
mengatur Timer 1, sehingga Timer 1 bekerja sebagai timer dengan pencacah biner 16 bit yang
dikendalikan hanya dengan TR1.
Jika dikehendaki pencacah biner dipakai sebagai counter untuk mencacah jumlah pulsa
yang masuk lewat kaki T1 (P3.5), instruksinya menjadi :
MOV TMOD,#%01010000
Perbedaannya dengan instruksi di atas adalah dalam instruksi ini bit 6 (bit C/T*) bernilai ‘1’.
Selanjutnya jika diinginkan sinyal dari perangkat keras di luar chip MCS51 bisa ikut mengendalikan
Timer 1, instruksi pengatur Timer 1 akan menjadi :
MOV TMOD,#%11010000
Dalam hal ini bit 7 (bit GATE) bernilai ‘1’.
Setelah mengatur konfigurasi Timer 0 seperti di atas, pencacah biner belum mulai mencacah
sebelum diperintah dengan instruksi :
SETB TR1
Perlu diingatkan jika bit GATE = ‘1’, selama kaki INT1 bernilai ‘0’ pencacah biner belum akan
mencacah. Untuk menghentikan proses pencacahan, dipakai instruksi
CLR TR1
Di atas hanya dibahas Timer 1 saja, tata canya untuk Timer 0 persis sama. Yang perlu
diperhatikan adalah register TMOD dipakai untuk mengatur Timer 0 dan juga Timer 1, sedangkan
TMOD tidak bisa dialamati secara bit (non bit addressable) sehingga jika jika kedua Timer dipakai,
pengisian bit-bit dalam register TMOD harus dipikirkan sekali gus untuk Timer 0 dan Timer 1.
Bit TR1 dan TR0 yang dipakai untuk mengendalikan proses pencacahan, terletak di dalam
register TCON (memori-data internal nomor $88) yang bisa dialamati secara bit (bit addressable).
Sehingga TR0 dan TR1 bisa diatur secara terpisah (dengan perintah SETB atau CLR), tidak
seperti mengatur TMOD yang harus dilakukan secara bersamaan.
Demikian pula bit penampung limpahan pencacah biner TF0 dan TF1, juga terletak dalam
register TCON yang masing-masing bisa di-monitor sendiri.
Dibawah ini adalah contoh program untuk aplikasi timer, timer yang diitung mengguanakan
perhitungan kristal pada 12M
; ---------------------------------------------------------------------
; Program menyalakan/mematikan LED selama 1 detik
; ---------------------------------------------------------------------
ORG 0H
Penjelasan
Kali ini kita akan membuat led nyala dan padam dalam waktu satu detik, agar mendapatkan waktu
yang presisi, kita harus menggunakan timer. Timer yang diguanakan adalah timer 0 mode 16 bit,
tundaan maksimal yang mampu dihasilkan adalah 65.536uD, sehingga kita perlu mengulangi
untuk beberapa kali agar kita mendapatkan tundaan waktu 1 detik. Dalam hal ini, kita
memnggunakan perhitungan 10000 X 100 = 1000000 uDetik
Hardware Conection
Hubungkan modul mikrokontroler, dengan modul keypad 8 tombol yang terhubung pada port 3
Penjelasan
Sekarang timer 0 dikonfigurasikan untuk mencacah, caranya dengan memberi bit C/T dengan
logika 1, saklar dihugungkan dengan pin T0, pada (P3.4), lampu akan menyala setelah tombol
ditekan 5 kali dan akan padam setelah ditekan 5 kali.
INTERUPSI
Interrupt adalah suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan mikrokontroler berhenti sejenak
untuk melayani interrupt tersebut. Program yang dijalankan pada saat melayani interrupt disebut
Yang harus diperhatikan untuk menguanakan interupsi adalah, kita harus tau sumber-sumber
interupsi, vektor layanan interupsa dan yang terpenting rutin lyanan interupsi, yaitu subrutin yang
akan dikerjakan bila terjad interupsi
Sumber interupsi:
Interupsi eksternal 0
Interupsi eksternal 1
Interupsi timer 0
Interupsi timer 1
Interupsi port serial
Proses yang dilakukan oleh mikrokontroler saat melayani interrupt adalah sebagai berikut:
Proses yang terjadi saat mikrokontroler melayani interrupt adalah sebagai berikut:
- Instruksi terakhir yang sedang dijalankan diselesaikan terlebih dahulu
- Program Counter (alamat dari instruksi yang sedang berjalan) disimpan ke stack
- Interrupt Status disimpan secara internal
- Interrupt dilayani sesuai peringkat dari interrupt (lihat Interrupt Priority)
- Program Counter terisi dengan alamat dari vector interrupt (lihat Interrupt
Vector) sehingga mikrokontroler langsung menjalankan program yang terletak pada vector
interrupt Program pada vector interrupt biasanya diakhiri dengan instruksi RETI di mana pada saat
ini proses yang terjadi pada mikrokontroler adalah sebagai berikut:
- Program Counter diisi dengan alamat yang tersimpan dalam stack pada
saat interrupt terjadi sehingga mikrokontroler kembali meneruskan program di lokasi saat interrupt
terjadi
- Interrupt Status dikembalikan ke kondisi terakhir sebelum terjadi interrupt
• Enable Interrupt
Dalam suatu kondisi dapat juga dibutuhkan suatu program yang sedang berjalan tidak boleh
diinterrupt, untuk itu 89C51 mempunyai lima buah interrupt yang masing-masing dapat dienable
ataupun disable satu per satu. Pengaturan enable dan disable interrupt dilakukan pada Register
Interrupt Enable yang terletak pada alamat
A8H.
EA: Disable semua interrupt apabila bit ini clear. Bila bit ini clear, maka apapun kondisi bit lain
dalam register ini, semua interrupt tidak akan dilayani, oleh karena itu untuk mengaktifkan salah
satu interrupt, bit ini harus set
ES: Enable/disable Serial Port Interrupt, set = enable, clear = disable Apabila Serial Port Interrupt
aktif maka interrupt akan terjadi setiap ada data yang masuk ataupun keluar melalui serial port
yang membuat Flag RI (Receive Interrupt Flag) ataupun TI (Transmit Interrupt Flag).
ET1: Enable/disable Timer 1 Interrupt, set = enable, clear = disable Apabila interrupt ini enable
aka interrupt akan terjadi pada saat Timer 1 overflow.
EX1: Enable/disable External Interrupt 1, set = enable, clear = disable Apabila interrupt ini enable
maka interrupt akan terjadi pada saat terjadi pulsa low pada INT1
ET0: Enable/disable Timer 0 Interrupt, set = enable, clear = disable Apabila interrupt ini enable
maka interrupt akan terjadi pada saat Timer 0 overflow.
EX0: Enable/disable External Interrupt 0, set = enable, clear = disable Apabila interrupt ini enable
maka interrupt akan terjadi pada saat terjadi pulsa low pada INT0
• Status Interrupt
• Interrupt Priority
Dalam melayani interrupt, mikrokontroler bekerja berdasarkan prioritas yang dapat diatur pada
Register Interrupt Priority.
IP0 atau PX0 untuk External Interrupt 0
IP1 atau PT0 untuk Timer 0 Interrupt
IP2 atau PX1 untuk External Interrupt 1
IP3 atau PT1 untuk Timer 1 Interrupt
IP4 atau PS untuk Serial Interrupt
Bit-bit ini akan berkondisi set apabila interrupt yang diaturnya ditempatkan pada prioritas yang
tinggi. Interrupt dengan prioritas yang tinggi dapat meng-interrupt interrupt lain yang mempunyai
prioritas lebih rendah, sedangkan interrupt dengan prioritas tinggi itu sendiri tidak dapat di interrupt
oleh interrupt lain.
Apabila terjadi lebih dari satu interrupt yang mempunyai prioritas yang sama secara bersamaan,
maka prioritas akan diatur secara polling mulai dari:
- External Interrupt 0
- Timer 0 Interrupt
- External Interrupt 1
- Timer 1 Interrupt
- Serial Interrupt
• Interrupt Vector
Interrupt Vector adalah harga yang disimpan ke Program Counter pada saat terjadi interrupt
sehingga program akan menuju ke alamat yang ditunjukkan oleh Program Counter. Pada saat
program menuju ke alamat yang ditunjuk oleh Interrupt Vector maka flag-flag yang set karena
terjadinya interrupt akan di-clear kecuali RI dan TI. Kelima interrupt dan system reset dari 89C51
mempunyai Vector masing masing Masing-masing alamat vektor mempunyai jarak yang
berdekatan sehingga akan timbul masalah bila diperlukan sebuah Interrupt Service Routine yang
cukup panjang, misalnya hendak digunakan External Interrupt 0 dan Timer 0 dalam satu sistem,
maka bila Interrupt Service Routine untuk External Interrupt 0 diletakkan pada alamat 0003H dan
Interrupt Service Routine untuk Timer 0 diletakkan pada alamat 000BH akan terjadi bentrok alamat
antara kedua Interrupt Service Routine ini apabila tidak dilakukan suatu trik berikut yang terlihat
pada listing berikut.
ORG 0000H
LJMP Start
ORG 0003H
LJMP Int0
ORG 000BH
LJMP Timer0
......
......
......
Start:
......
...... ;Main Program
......
Int0:
......
...... ;Int0 ISR
......
RETI
Timer0:
......
...... ;Timer 0 ISR
......
RETI
Jadi pada listing ini, saat terjadi interrupt Program Counter memang tetap berisi nilai dari Interrupt
Vector sehingga program juga meloncat ke alamat tersebut, namun karena di alamat tersebut
sudah diletakkan instruksi untuk meloncat ke label yang lain seperti Int0 untuk External Interrupt 0
Service Routine maka tidak akan terjadi bentrok alamat antara kedua Interrupt Service Routine ini.
Hardware
ORG 00H
AJMP START ; Program Utama
ORG 03H
AJMP AKSI ; Rutin layanan Interupsi
Start: SETB EA
SETB IT0
SETB IE.0
MOV A, #0FEh ; simpan data 11111110B ke
; akumulator (P1.0 menyala duluan)
MULAI:
MOV P1,A ; kirim data ke Port 1
ACALL DELAY ; tunda sebentar
RL A ; putar isi akumulator ke kiri 1 bit
CJNE A,#7FH,MULAI ; apakah A=01111111B ? Tidak, ulangi
lagi!
MULAI1: ; Ya, lanjutkan ke proses berikut...
MOV P1,A ; kirim data ke Port 1
ACALL DELAY ; tunda sebentar
RR A ; putar isi akumulator ke kanan 1 bit
CJNE A,#0FEh,MULAI1 ; apakah A=11111110B ? Tidak, ulangi
lagi!
SJMP MULAI ; Ya, ulangi lagi dari paling awal...
End
Pada ADC 0804 terdapat pin pin kontrol yang harus di kendalikan jika kita ingin menggunakan
ADC, Selain itu terdapat nilai tegangan refferensi yang harus diberikan, misal kita menggunakan
ADC 8 bit, jika kita memberi tegangan refferensi 2,55 volt maka kita akan mendapatkan kenaikan 1
bit untuk perubahan 10 mVolt. Perlu diketahui bahwa pada pin ADC 0804 pada kaki Vref yang
disajikan berupa Vref/2, jadi untuk mendapatkan resolusi 10mV maka perlu pengesetan Vref/2
sebesar 1,27.5V
Cara akses ADC 0804:
Aktivkan ADC dengan memberikan sinyal 0 pada kaki Chip Select.
Berikan perintah mulai konversi dengan memberikan pulsa rendah sempit ke kaki ADC Write
Tunggu hingga ADC mengeluarkan sinyal 0 dari kaki INT nya
Berikan tunda waktu sesaat agar data dari ADC sudah benar
Berikan perintah baca dengan memberikan sinyal 0 pada kaki ADC Read
Berikan tunda waktu sesaat
Sekarang data dari ADC siap digunakan.
;=============================================
; PROGRAM AKSES ADC
;=============================================
ADC_CS BIT P2.7
ADC_RD BIT P2.6
ADC_WR BIT P2.5
ADC_INT BIT P2.4
;
ORG 0H
NEXT_SAMPLING:
CLR ADC_CS ; AKTIFKAN ADC0804
CLR ADC_WR ; START OF CONVERSION
SETB ADC_WR
NOT_EOC:
JB ADC_INT,NOT_EOC
DELAY: DJNZ R2,$
DJNZ R3,DELAY
CLR ADC_RD ; BACA DATA MELALUI P3
DJNZ R3,$
MOV A,P3
SETB ADC_RD
SETB ADC_CS
CPL A
MOV P1,A
SJMP NEXT_SAMPLING
END
Pada motor stepper yang lazim digunakan dipasaran, terdapat 4buah pin data dan satu bua
common. Untuk dapat menggerakkan motor stepper kita harus memberikan dat yang bergeser
pada pin data, yang tentunya data tersebut adalah kebalikan dari pin common.
Misalnya kita menggunakan common Positif, maka kita harus memberikan data:
0111 ; data pertama
1011
1101
1110 ; data ke empat
Keempat data tersebut harus urut, untuk mengatur kecepatanyya kita harus memberikan delay
pada pergantian antara data pertama dan data berikutnya.
Untuk hardware nya kita bisa mengguanakan konfigurasi saklar dasar seperti gambar 11 dengan
memberikan empat buah saklar, kemudian kita menghubungkannya ke kaki data motor stepper,
yang perlu diingat sklar diatas adalah saklar untuk orus yang kecil, sehingga untuk arus yang
besar kita harus menambahkan penguatberupa transistor yng disusun secara darlington.
ORG 00H
MULAI:
MOV P1,#11110111B
ACALL LDELAY
MOV P1,#11111011B
ACALL LDELAY
MOV P1,#11111101B
ACALL LDELAY
MOV P1,#11111110B
ACALL LDELAY
WAIT: AJMP MULAI
;======================================
; SUB ROUTINE DELAY
;=======================================
LDELAY: MOV R1,#75 ; DELAY INI TERGANTUNG DARI X-TAL
DELAY: MOV R0,#0H ; YANG DIPASANG
DJNZ R0,$ ;
DJNZ R1,DELAY
RET ;
END
;----------------------------------------------------
; Inisialisasi LCD
;----------------------------------------------------
Init_Lcd: ; Inisialisasi Lcd
Clr Rs ; Kirim Instruksi
Mov P1,#38H ; Mode pengalamatan 8 bit
Setb En ; Signal Clock Enable
Clr En
Call Wait_Lcd ; Tunggu beberapa saat (≥4.1 mS)
Clr Rs ; Kirim Instruksi
Mov P1,#0CH ; Display On/Off Control
Setb En
Clr En
Call Wait_Lcd1 ; Tunggu beberapa saat (≥100μS)
Clr Rs
Mov P1,#06H ; Entry Mode Set
Setb En
Clr En
Call Wait_Lcd1
Ret
;------------
;DELAY LCD
;------------
WAIT_LCD: ;DELAY LCD ( >4mS )
MOV R0,#25
DELAY1: MOV R5,#0
DJNZ R5,$
DJNZ R0,DELAY1
RET
;---------------
;HAPUS TAMPILAN
;---------------
CLEAR_LCD: ;HAPUS KARAKTER TOTAL
CLR RS
MOV P1,#01h
SETB EN
CLR EN
CALL WAIT_LCD1
RET
;----------------
;TULIS TEXT
;----------------
WRITE_TEXT: ;MENULISKAN KARAKTER
SETB RS
MOV P1,A
SETB EN
CLR EN
CALL WAIT_LCD1
RET
Sebagai contoh, untuk penulisan karakter pada LCD, dapat diberikan program sebagai berikut;
MULAI:
ACALL INIT_LCD ; Panggil sub rutin inisialisasi
ACALL CLEAR_LCD ; Hapus semua karakter
WAIT: AJMP $
END
RELAY
Di atas adalah contoh antar muka dengan relay, untuk mengakifkan relay, berikan logika 0. Untuk
mematikan relay berikan logika 1
LAMPIRAN
1. TS Control Emulator
Program ini mampu memantau status register dalam mikrokontroler, kita tinggal memasukkan
file program kita yang ber ekstensi HEX.
Dengan cara Fille - - - , Load Hex File…..,
Setelah itu kita akan melihat file hexa yang kita masukkan tadi menjadi asm code, dalam
diasembled code.
Untuk debuging program kita tinggal menekan F10 atau F11, maka pgram akan berjalan per
step, dan kita bisa melihat status reguster
2. 535 Simulaor
Pada simulator ini sudah dilengkapi dengan tampilan visual pada port, untuk mengisi program
kita harus mengisikan file .LST. Untuk debuging, kita tinggal menekan tombol 7 atau F8