Makalah Forensik 2
Makalah Forensik 2
KELOMPOK X
030.08.239 Thresia
030.08.262 Yuliani
Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
2
LAPORAN KASUS
BAB III
3
PEMBAHASAN
Aspek hukum dan prosedur mediko legal yang berkaitan dengan kasus ini adalah
1. Pasal 133
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindakan pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus dilakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap
jabatan yang diilekatkan pada aibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa. Saudara ibu
atau saudara bapak, juga mereka yang memppunyai hubungan karena perkawinan
dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;
c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa.
8. Pasal 7 KODEKI
Seorang dokter hanya memberikan keterangn atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Aspek tanatologis
Saat kematian diperkirakan kurang dari 24 jam, hal ini berdasarkan belum terciumnya
bau busuk dari jenazah.
Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah, secara bertahap akan menyebar, dan bau busukpun mulai tercium.
Aspek traumatologi
Cara kematian : tidak wajar, hal ini berdasarkan banyaknya tanda-tanda kekerasan
akibat benda tumpul yang ditemukan.
o Pada wajah mayat terdapat memar dan bengkak.
o Pada punggung terdapat memar berbentuk dua garis sejajar (railway
hematome).
o Daerah paha di sekitar kemaluan terdapat beberapa luka bakar berbentuk
bundar berdiameter kira-kira 1 cm.
o Di ujung penis terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik.
6
o Terdapat jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri
belakang yang membentuk sudut ke atas.
Mekanisme kematian : asfiksia akibat kekerasan mekanik berupa benda tumpul yang
diterima korban.
Dasar pemeriksaan adalah hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan: apa yang terjadi,
siapa yang tersangkut, di mana dan kapan terjadi, bagaimana terjadinya dan dengan
apa melakukannya, serta kenapa terjadi peristiwa tersebut.
Pada kasus ini dapat dilakukan pemotretan wajah dan tubuh jenazah.
Autopsi forensik
a. Pemeriksaan luar
1. Label mayat
2. Tutup mayat
3. Bungkus mayat
4. Pakaian
5. Perhiasaan
6. Benda di samping mayat
7. Tanda kematian
8. Identifikasi umum
9. Identifikasi khusus
10. Pemeriksaan rambut
11. Pemeriksaan mata
12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung
13. Pemeriksaan mulut dan rongga mulut
7
2. Terdapat jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang
membentuk sudut ke atas
-
Jejas jerat dengan sudut membentuk ke atas menandakan bahwa jejas tersebut
adalah jejas gantung
3. Pada punggung terdapat memar berbentuk dua garis sejajar (railway hematome)
-
4. Pada daerah paha di sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk
bundar berukuran diameter kira-kira satu sentimeter
-
Hal ini menunjukkan bahwa di sekitar kemaluan pada daerah paha, korban
mendapatkan kekerasan fisika yang dapat menimbulkan luka bakar
5. Di ujung penis korban terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik
-
Hal ini menunjukkan bahwa genitalia eksterna (penis) bagian ujung, korban
mendapatkan kekerasan fisika yang dapat menimbulkan jejas listrik
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat suatu kekerasan pada leher yang
menyebabkan terjadinya patah ujung rawan gondok dan terlihat adanya
resapan darah
Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme kematian pada korban berupa asfiksia
Merupakan Tardieus spot, yang timbul akibat keadaan hipoksia dalam tubuh,
hal ini menunjukkan bahwa mekanisme kematian pada korban berupa asfiksia
10
Visum Et Repertum
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya 6 Telp: 3106197, Fax : 3154626 Jakarta 10430
-----------------------------------------------------------------------------------------------VISUM ET REPERTUM
( JENAZAH )
Nomor: 3456-SK III/2345/10-10
berukuran diameter kira-kira satu sentimeter akibat kekerasan fisika yang dapat
menimbulkan luka bakar, dan di ujung penis korban terdapat luka bakar yang sesuai
dengan
jejas
listrik.------------------------------------------------------------------------------------Pada mayat juga terdapat resapan darah yang luas di kulit kepala, perdarahan yang
tipis di bawah selaput keras akibat kekerasan oleh benda tumpul, sedikit resapan darah di
otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok sisi kiri akibat kekerasan pada leher,
terdapat sedikit busa halus di dalam saluran napas dan terdapat sedikit bintik-bintik
perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung yang merupakan tanda dari asfiksia----Sebab mati orang ini adalah akibat penekanan leher dengan tangan yang
menyebabkan penyumbatan jalan napas. ----------------------------------------------------------Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.-------------------------------------
13
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
15
mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama watu tertentu, paling lama dua
puluh lima tahun.
Pasal 351 KUHP
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
HR 25 Juni 1894
Menganiaya adalah dengan dengaja menimbulkan sakit atau luka.
Kesengajaan ini harus dituduhkan dalam surat tuduhan.
HR 21 Oktober 1935
Kesengajaan harus ditujukan untuk menimbulkan luka pada badan atau terhadap
kesehatan. Dalam hal ini dalam surat tuduhan cukup dengan menyatakan ada
penganiayaan. Ini bukan saja merupakan suatu kwalifikasi akan tetapi juga suatu
pengertian yang nyata.
HR 8 April 1929
Adalah cukup bahwa terdapat suatu hubungan sebab akibat antara penganiayaan dan
adanya luka-luka berat. Tidaklah menjadi persoalan bahwa dalam keadaan normal
akibatnya tidak demikian.
Pasal 353 KUHP
(1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
16
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
Pasal 354 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama 15 tahun.
Pasal 356 KUHP
Pidana yang dilakukan dalam pasal 351, 353, 354, dan 355 dapat ditambah dengan
sepertiga :
1. bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya, menurut undangundang, isterinya atau anaknya;
2. jika kejahatan dilakukan terhadap seornang pejabat ketika atau karena
menjalankan tugasnya yang sah;
3. jika kejahatan dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa
atau kesehatan untuk dimakan atau diminum
17
DAFTAR PUSTAKA
1) Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S et al. Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta:Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997.
2) Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran Ed.I. Jakarta: Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1994.
3) Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta:
Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.
18