Anda di halaman 1dari 18

MODUL ORGAN FORENSIK

Kasus Patologi Forensik II

KELOMPOK X
030.08.239 Thresia

030.08.258 Yanuar Aditya K

030.08.240 Tiara Rahmawati

030.08.262 Yuliani

030.08.246 Ulfa Hasani A

030.08.263 Yunita Wulandari

030.08.250 Vida Rahmi Utami

030.08.267 Zainal Abidin

030.08.251 Vilma Swari

030.08.268 Zonavia Atlanta

030.08.252 Vithia Ghozalla

030.08.305 Sofiuddin bin Nordin

030.08.256 Widi Asrining Puri

030.08.309 Mimi Suhaini Bt Sudin

030.08.257 William Mardinata

030.08.310 Nur Nadrah Bt Mohd


Yusof

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


Sabtu, 16 Oktober 2010
1

Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu Kedokteran Forensik adalah satu cabang spesialistik yang mempelajari


pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Ilmu
kedokteran forensik telah dikenal sejak zaman Babilonia, yang mencatat ketentuan bahwa
dokter saat itu mempunyai kewajiban untuk memberi kesembuhan bagi para pasiennya
dengan ketentuan ganti rugi bila hal itu tidak dicapai.
Dalam perkembangannya lebih lanjut, ternyata ilmu kedokteran forensik tidak
semata-mata bermanfaat dalam urusan penegakan hukum dan keadilan di lingkup pengadilan
saja,tetapi juga bermanfaat dalam segi kehidupan bermasyarakat lain. Untuk dapat memberi
bantuan yang maksimal bagi pelbagai keperluan tersebut di atas, seorang dokter dituntut
untuk dapat memanfaatkan ilmu kedokteran yang dimilikinya secara optimal.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai dokter yang diminta untuk membantu dalam
pemeriksaan kedokteran forensik oleh penyidik, dokter tersebut dituntut oleh undang-undang
untuk melakukannya dengan sejujur-jujurnya serta menggunakan pengetahuan yang sebaikbaiknya.
Oleh karena itu, dalam bidang ini dipelajari tata laksana mediko-legal, tanatologi,
traumatologi, toksikologi, teknik pemeriksaan dan segala sesuatu yang terkait, agar semua
dokter dalam memenuhi kewajibannya membantu penyidik, dapat benar-benar memanfaatkan
segala pengetahuan kedokterannya untuk kepentingan peradilan sera kepentingan lain yang
bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.

BAB II
2

LAPORAN KASUS

Sesosok mayat dikirimkan ke Bagian Kedokteran Forensik FKUI/RSCM oleh sebuah


Polsek di Jakarta. Ia adalah tersangaka dari pelaku pemerkosaan terhadap seoranng remaja
putri yang kebetulan anak dari seorang pejabat kepolisian. Berita yang dituliskan didalam
surat permintaan visum et repertum adalah bahwa laki-laki ini mati karena gantung diri di
dalam sel tahanan Polsek. Pemeriksaan yang dilakukan keesokan harinya menemukan bahwa
pada wajah mayat terdapat pembengkakan dan memar, pada punggungnya terdapat memar
berbentuk dua garis sejajar (railway hematoma) dan di daerah paha di sekitar kemaluannya
terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar berukuran diameter kira-kira ssatu sentimeter.
Di ujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik. Sementara itu terdapat
pula jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang membentuk
sudut ke atas.
Pemeriksaan bedah jenazah menemukan resapan darah yang luas di kulit kepala,
perdarahan yang tipis di bawah selaput keras otak, sembab otak besar, tidak terdapat resapan
kulit di kulit leher tetapi sedikit resapan darah di otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan
gondok sisi kiri, sedikit busa halus di dalam saluran napas, dan sedikit bintik-bintik
perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung. Tidak terdapat patah tulang. Dokter
mengambil beberapa contoh jaringan untuk pemeriksaan laboratorium.
Keluarga korban datang ke dokter dan menanyakan tentang sebab-sebab kematian
korban karena mereka mencurigai adanya tindakan kekerasan selama di tahanan Polsek.
Mereka melihat sendiri adanya memar-memar di tubuh korban.

BAB III
3

PEMBAHASAN
Aspek hukum dan prosedur mediko legal yang berkaitan dengan kasus ini adalah
1. Pasal 133
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindakan pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus dilakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap
jabatan yang diilekatkan pada aibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

2. Pasal 186 KUHAP


Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan

3. Pasal 216 KUHP


Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa yang berusaha mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda
paling banyak Sembilan ribu rupiah.

4. Pasal 222 KUHP


Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pedana denda pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.

5. Pasal 120 KUHAP


(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus
(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik
bahwa ia akan memberi keterangn menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya
kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan, atau jabatannya
yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan
keterangn yang diminta.

6. Pasal 179 KUHAP


(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan

7. Pasa 168 KUHAP


Kecuali ketentuan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar
keterangannya dandapat mengundurkan diri sebagai saksi:
a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai
derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;

b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa. Saudara ibu
atau saudara bapak, juga mereka yang memppunyai hubungan karena perkawinan
dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;
c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa.

8. Pasal 7 KODEKI
Seorang dokter hanya memberikan keterangn atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.

Aspek tanatologis

Saat kematian diperkirakan kurang dari 24 jam, hal ini berdasarkan belum terciumnya
bau busuk dari jenazah.

Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah, secara bertahap akan menyebar, dan bau busukpun mulai tercium.

Aspek traumatologi

Sebab kematian : cedera / luka akibat kekerasan yang diterima korban

Cara kematian : tidak wajar, hal ini berdasarkan banyaknya tanda-tanda kekerasan
akibat benda tumpul yang ditemukan.
o Pada wajah mayat terdapat memar dan bengkak.
o Pada punggung terdapat memar berbentuk dua garis sejajar (railway
hematome).
o Daerah paha di sekitar kemaluan terdapat beberapa luka bakar berbentuk
bundar berdiameter kira-kira 1 cm.
o Di ujung penis terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik.
6

o Terdapat jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri
belakang yang membentuk sudut ke atas.

Mekanisme kematian : asfiksia akibat kekerasan mekanik berupa benda tumpul yang
diterima korban.

Dasar pemeriksaan adalah hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan: apa yang terjadi,
siapa yang tersangkut, di mana dan kapan terjadi, bagaimana terjadinya dan dengan
apa melakukannya, serta kenapa terjadi peristiwa tersebut.

Pada kasus ini dapat dilakukan pemotretan wajah dan tubuh jenazah.

Autopsi forensik
a. Pemeriksaan luar
1. Label mayat
2. Tutup mayat
3. Bungkus mayat
4. Pakaian
5. Perhiasaan
6. Benda di samping mayat
7. Tanda kematian
8. Identifikasi umum
9. Identifikasi khusus
10. Pemeriksaan rambut
11. Pemeriksaan mata
12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung
13. Pemeriksaan mulut dan rongga mulut
7

14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan


15. Lain-lain
16. Pemeriksaan tanda-tanda kekerasan/luka

b. Pemeriksaan alat dalam


1. Lidah
2. Tonsil
3. Kelenjar gondok
4. Kerongkongan
5. Batang tenggorok
6. Tulang lidah, rawan gondok, dan rawan cincin
7. Arteria carotis interna
8. Kelenjar kacangan (Thymus)
9. Paru-paru
10. Jantung
11. Aorta thoracalis
12. Aorta abdominalis
13. Anak ginajal (glandula suprarenal)
14. Ginjal, ureter, dan kandung kencing
15. Hati dan kandung empedu
16. Limpa dan kelenjar getah bening
17. Lambung, usus halus dan usus besar
18. Kelenjar liur perut (pancreas)
8

19. Otak besar, otak kecil dan batang otak


20. Alat kelamin dalam (genitalia interna)
21. Timbang dan catatlah masing-masing organ

Interpretasi hasil temuan


I. Interpretasi Temuan Mayat
Pada pemeriksaan jenazah didapatkan:
1. Wajah bengkak dan memar
-

Hal ini menunjukkan bahwa pada bagian wajah, korban mendapatkan


kekerasan oleh benda tumpul

2. Terdapat jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang
membentuk sudut ke atas
-

Jejas jerat dengan sudut membentuk ke atas menandakan bahwa jejas tersebut
adalah jejas gantung

3. Pada punggung terdapat memar berbentuk dua garis sejajar (railway hematome)
-

Hal ini menunjukkan bahwa pada bagian pungung, korban mendapatkan


kekerasan oleh benda tumpul

4. Pada daerah paha di sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk
bundar berukuran diameter kira-kira satu sentimeter
-

Hal ini menunjukkan bahwa di sekitar kemaluan pada daerah paha, korban
mendapatkan kekerasan fisika yang dapat menimbulkan luka bakar

5. Di ujung penis korban terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik
-

Hal ini menunjukkan bahwa genitalia eksterna (penis) bagian ujung, korban
mendapatkan kekerasan fisika yang dapat menimbulkan jejas listrik

Pada pemeriksaan bedah jenazah didapatkan:


1. Terdapat resapan darah yang luas di kulit kepala, perdarahan yang tipis di bawah
selaput keras otak
-

Hal ini menunjukkan bahwa pada bagian kepala, korban mendapatkan


kekerasan oleh benda tumpul
9

2. Tidak terdapat resapan kulit di kulit leher


- Hal ini menunjukkan bahwa gantung diri bukan merupakan penyebab kematian
3. Sedikit resapan darah di otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok sisi kiri
-

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat suatu kekerasan pada leher yang
menyebabkan terjadinya patah ujung rawan gondok dan terlihat adanya
resapan darah

4. Terdapat sedikit busa halus di dalam saluran napas


-

Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme kematian pada korban berupa asfiksia

5. Terdapat sedikit bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung


-

Merupakan Tardieus spot, yang timbul akibat keadaan hipoksia dalam tubuh,
hal ini menunjukkan bahwa mekanisme kematian pada korban berupa asfiksia

II. Sebab Kematian


Pada kasus ini, berdasarkan tanda-tanda yang didapatkan menunjukkan kemungkinan
kematian akibat asfiksia mekanik.
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalang
memasuki saluran pernafasan.

III. Cara Kematian


Cara kematian korban ini adalah kematian tidak wajar, karena ditemukan tanda-tanda
kekerasan disekitar leher dan tempat-tempat lain yang diakibatkan oleh kekerasan mekanik
benda tumpul dan fisika. Tanda-tanda kekerasan tersebut seperti patah ujung rawan gondok
sisi kiri dan adanya sedikit resapan darah di otot leher sisi kiri.

10

Visum Et Repertum
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya 6 Telp: 3106197, Fax : 3154626 Jakarta 10430
-----------------------------------------------------------------------------------------------VISUM ET REPERTUM
( JENAZAH )
Nomor: 3456-SK III/2345/10-10

Jakarta,14 Oktober 2010

Lamp.: satu sampul tersegel--------------------------------------------------------------------------Perihal: Hasil pemeriksaan Pembedahan-------------------------------------------------------------Atas jenazah------------------------------------------------------------------------------------PROJUSTITIA


Visum Et Repertum
Yang bertanda tangan di bawah ini,---------------,dokter ahli kedokteran forensik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta,
menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari kepolisian Resort polisi Jakarta Selatan
No.Pol.:B/789/VR/XII/95/Serse teretanggal 14 Oktober 2010,maka pada tanggal empat belas
Oktober tahun dua ribu sepuluh, pukul tujuh lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian
Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut
adalah:
Nama: ----------------------------------------------------------------------------------------------11

Jenis kelamin: laki-laki----------------------------------------------------------------------------Umur:------------------------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan:-----------------------------------------------------------------------------------------Agama;-----------------------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan:---------------------------------------------------------------------------------------------Alamat:------------------------------------------------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN


I.PEMERIKSAAN LUAR :
1. Mayat seorang laki-laki
2. Wajah mayat terdapat pembengkakan dan memar
3. Terdapat jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang
membentuk sudut ke atas
4. Pada punggung terdapat memar berbentuk dua garis sejajar (railway hematome)
5. Pada daerah paha di sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk
bundar berukuran diameter kira-kira satu sentimeter
6. Di ujung penis korban terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik
II.PEMERIKSAAN DALAM :
1. Terdapat resapan darah yang luas di kulit kepala, perdarahan yang tipis di bawah
selaput keras otak
2. Tidak terdapat resapan kulit di kulit leher
3. Sedikit resapan darah di otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok sisi kiri
4. Terdapat sedikit busa halus di dalam saluran napas
5. Terdapat sedikit bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung
KESIMPULAN:
Pada mayat laki-laki ditemukan wajah mayat terdapat pembengkakan dan memar
akibat kekerasan benda tumpul, terdapat jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul
di daerah kiri belakang yang membentuk sudut ke atas, pada punggung terdapat memar
berbentuk dua garis sejajar (railway hematome) akibat kekerasan benda tumpul, pada
daerah paha di sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar
12

berukuran diameter kira-kira satu sentimeter akibat kekerasan fisika yang dapat
menimbulkan luka bakar, dan di ujung penis korban terdapat luka bakar yang sesuai
dengan

jejas

listrik.------------------------------------------------------------------------------------Pada mayat juga terdapat resapan darah yang luas di kulit kepala, perdarahan yang
tipis di bawah selaput keras akibat kekerasan oleh benda tumpul, sedikit resapan darah di
otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok sisi kiri akibat kekerasan pada leher,
terdapat sedikit busa halus di dalam saluran napas dan terdapat sedikit bintik-bintik
perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung yang merupakan tanda dari asfiksia----Sebab mati orang ini adalah akibat penekanan leher dengan tangan yang
menyebabkan penyumbatan jalan napas. ----------------------------------------------------------Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.-------------------------------------

Dokter yang memeriksa,


dr. Kelompok 10
Nip 130..

13

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

Kejahatan terhadap tubuh dan jiwa manusia :


Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan
kekerasan.
Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti :
jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak mamberi harapan akan smbuh sama sekali,
atau yang menimbulkan bahaya maut;
tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
kehilangan salah satu panca indra;
mendapat cacat berat;
menderita sakit lumpuh;
terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
14

gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.


Pasal 170
(1) Barang siapa terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan
terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
(2) yang bersalah diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika dengan sengaja
manghancurkan barang atau jika kekersan yang digunakan menyebabkan lukaluka.
2. dengan pidana penjara paling lama 9 tahun, jika kekerasan mangakibatkan luka
berat.
3. dengan pidana penjara paling lama 12 tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.
(3) pasal 89 tidak berlaku bagi pasal ini.
Pasal 338 KUHP
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu pebuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal
tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya
secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pasal 340 KUHP
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana

15

mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama watu tertentu, paling lama dua
puluh lima tahun.
Pasal 351 KUHP
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
HR 25 Juni 1894
Menganiaya adalah dengan dengaja menimbulkan sakit atau luka.
Kesengajaan ini harus dituduhkan dalam surat tuduhan.
HR 21 Oktober 1935
Kesengajaan harus ditujukan untuk menimbulkan luka pada badan atau terhadap
kesehatan. Dalam hal ini dalam surat tuduhan cukup dengan menyatakan ada
penganiayaan. Ini bukan saja merupakan suatu kwalifikasi akan tetapi juga suatu
pengertian yang nyata.
HR 8 April 1929
Adalah cukup bahwa terdapat suatu hubungan sebab akibat antara penganiayaan dan
adanya luka-luka berat. Tidaklah menjadi persoalan bahwa dalam keadaan normal
akibatnya tidak demikian.
Pasal 353 KUHP
(1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.

16

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
Pasal 354 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama 15 tahun.
Pasal 356 KUHP
Pidana yang dilakukan dalam pasal 351, 353, 354, dan 355 dapat ditambah dengan
sepertiga :
1. bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya, menurut undangundang, isterinya atau anaknya;
2. jika kejahatan dilakukan terhadap seornang pejabat ketika atau karena
menjalankan tugasnya yang sah;
3. jika kejahatan dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa
atau kesehatan untuk dimakan atau diminum

17

DAFTAR PUSTAKA
1) Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S et al. Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta:Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997.
2) Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran Ed.I. Jakarta: Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1994.
3) Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta:
Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.

18

Anda mungkin juga menyukai