Anda di halaman 1dari 14

TERAPI OKUPASI DAN REHABILITASI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II Dosen Pengampu : Wiwik Widiyawati, Skep. Ns., MM

Oleh : Eva Desy siswanda Harto Kharie Yahan Eko Pranggono Krisogonus M Ruka

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Insan Unggul Surabaya 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Sebagian besar orang beranggapan bahwa rehabilitasi merupakan kegiatan exyramural

dari pengobatan pasien mental sehingga selalu diorentasikan pada pekerjaan dan masalahmasalah social saja,hal tersebut tentunya kurang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan psikiatri modern.Dengan adanya kemajuan dibidang psiko-farmakai dimana telah ditemukan berbagai jenis obat yang dapat mempercepat hilangnya/kurang gejala-gejala psikiatrik,maka bentuk pelayanan rehabilitasi juga harus disesuaikan dengan kemajuan tersebut maka perlu disusun kegiatan yang diberikan pada para rehabilitan yang sesuai ketika mereka dirawat di Rumah Sakit Jiwa.Upaya Rehabilitasi pasien mental di Indonesia mulai dirintis pada tahun 1969 dan berkembang sampai sekarang ini. Menurut L.E.Hinsie dan RJ.Cambell pengertian rehabilitasi dalam psychiatric Dictionary adalah segala tindakan fisik,penyesuaian psikososial dan latihan vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara maksimal dan untuk mempersiapkan pasien secara fisik,mental,dan vokasional untuk suatu kehidupan penuh sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuan yang ditunjukkan ke arah mencapai perbaikan fisik sebesar-besarnya, penempatan vokasional sehingga dapat bekerja dengan kapasitas maksimal, penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial secara memuaskan sehingga dapat berfungsi sebagai warga masyarakat yang berguna.

1.2 Tujuan 1. Untuk lebih memahami tentang terapi rehabilitasi 2. Untuk lebih memahami tentang tujuan terapi rehabilitasi 3. Untuk lebih memahami tentang jenis-jenis dan tahap-tahap terapi rehabilitasi 4. Untuk lebih memahami tentang terapi okupasi 5. Untuk lebih memahami tentang tujuan terapi okupasi

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Terapi Rehabilitasi 2.1.1 Pengertian Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang mengalami kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi fisik,mental,sosial,dan ekonomik,di rumah sakit-rumah sakit,dan pusat-pusat rehabilitasi tertentu Rehabilitasi menurut WHO Expert Commitee on Medical Rehabilitation

(1969).Penggunaan secara terpadu dan terkoordinasi dari tindakan medis,social,pendidikan dan vokasional untuk melatih atau melatihi kembali individu ke arah kemungkinan tertinggi dari tingkat kemampuan fungsionalnya.kegiatan ini diberikan dengan menggunakan sejumlah kegiatan dimana bertujuan membantu pasien mengembangkan kemampuan kerja dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal bagi dirinya di masyarakat setelah pulang dirawat di rumah sakit

2.1.2 Tujuan dari Rehabilitasi 1. Mengembalikan kemampuan individu setelah terjadinya gangguan kepada

kondisi/tingkatan fungsi yang optimum 2. Mencegah kecacatan yang lebih besar 3. Memelihara kemampuan yang ada/dimiliki oleh pasien 4. Membantu pasien untuk menggunakan kemampuannya. rehabilitasi untuk proses jangka panjang dimana memerlukan program dan sarana yang

mencukupi.keberhasilan dari program rehabilitasi tergantung kepada besarnya motivasi belajar,pola hidup sebelum dan sesudah sakit dan dukungan dari orangorang yag memiliki arti bagi pasien.

2.1.3 Tim yang Menangani Rehabilitasi Tim yang menangani rehabilitasi yaitu tim kesehatan mental yang terdiri dari dokter, perawat, psikologi, petugas sosial dan petugas terapi okupasional

2.1.4 Kegiatan Pelaksana Kegiatan pelaksana rehabilitasi dilakukan di dalam rumah sakit, luar rumah sakit (panti, pusat rehabilitasi), dimulai sejak hari pertama pasien dirawat

2.1.5 Fungsi Perawat Dalam Program Rehabilitasi: Menjaga komplikasi dari akibat gangguan/penyakit diderita pasien Membatasi besarnya gangguan semaksimal mungkin Merencanakan dan melaksanakan program rehabilitasi

2.1.6 Jenis - Jenis Kegiatan Rehabilitasi 1. Terapi Okupasional Adalah ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana menggerakkan partisipasi individu melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk mengoreksi masalah-masalah patologik ke arah pemeliharaan dan promosi derajat kesehatan.Kegiatan di bangsal biasanya berupa kegiatan-kegiatan pada waktu luang dan kreasi seni untuk menilai kemampuan pasien dalam memenuhi kegiatan sehari-hari (activities of daily living/ADL).Selain itu diberikan juga kegiatan pendidikan latihan vokasional untuk bekal bekerja di masyarakat.Dengan terapi ii mendorong pasien untuk mengembangkan minat untuk mempertahankan keterampilan lama mempelajari keterampilan baru.

2. Terapi Edukasional Tujuannya adalah membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya,tidak tertinggal pelajaran karena sedang dirawat dan juga dapat beradaptasi dengan program pengobatan.

3. Rehabilitasi Vokasional Yaitu suatu proses dimana pasien dikaji,dilatih dan ditempatkan sesuai dengan pekerjaannya yang dapat membantunya mendapatkan kepuasan dan bermakna. Kegiatan ini didasari kepada kepercayaan bahwa dengan memberinya pekerjaan akan menghasilkan kreatifitas kepuasan dalam berhubungan sosial dengan orang lain,meningkatkan kebanggakan dalam menyelesaikan tugas dan harga diri. Sebelum mengikuti terapi ini biasanya pasien dilakukan test sikap

ketrampilan,minat,kemudian diminta mengobservasi dan memcoba salah satu jenis pekerjaan yang diminati,kemudian dinilai kembali untuk diberikan terapi.

2.1.7 Tahap-Tahap Rehabilitasi Pasien Gangguan Jiwa 1) Tahap persiapan yaitu usaha mempersiapkan pasien dengan menjalankan kegiatan terapi

okupasional,seleksi,evaluasi,dan latihan kerja dalam berbagai jenis pekerjaan 2) Tahap penyaluran/penempatan merupakan usaha pemulangan pasien ke keluarga,tempat kerja atau masyarakat dan instansi lain yang berfungsi sebagai pengganti keluarga,disamping usaha resosialisasi 3) Tahap pengawasan merupakan tindakan lanjut setelah pasien di salurkan ke masyarakat,dengan mengadakan kunjungan rumah (visit home) kunjungan tempat kerja (job visit) dan menyelenggarakan perawatan lanjut (after care),untuk mengetahui perkembangan

pasien,permasalahan yang dihadapi serta cara-cara pemecahannya. Sejak tahun 1978 di Indonesia program rehabilitasi dilakukan berdasarkan kerja sama lintas sektoral melibatkan 3 departemen yaitu Departemen Kesehatan,Sosial dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui satu program bersama yang membahas tentang Penyelenggarakan Usaha Rehabiltasi pasien mental.

2.2 Terapi Okupasi 2.2.1 Sejarah Terapi Okupasi Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk mempertahankan hidup atau survival. Namun juga diketahui sebagai sumber kesenangan. Dengan bekerja seseorang akan menggunakan otot-otot dan pikirannya, misalnya dengan melakukan permainan (game), latihan gerak badan , kerajinan tangan dan lain-lain, dan hal ini akan mempengaruhi kesehatannya juga. Pada tahun 2600 SM orang-orang di cina berpendapat bahwa penyakit timbul karena ketidak aktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai adanya hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu menganjurkan pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobatan pasiennya Di mesir dan yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan adalah salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain music, bermain boneka untuk anak-anak, bermain bola. Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa maupun fisik manusia. Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan selalu bekerja

secara sadar dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan sebagi pengalihan perhatian atau pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk memikirkan hal-hal yang lain. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka okupasiterapi mulai berkembang dan diterapkan pada abad 19. Philipina pinel memperkenalkan terapi kerja pada tahun 1786 disuatu rumah sakit jiwa diparis. Dia mengatakan bahwa dengan okupasi/pekerjaan pasien jiwa akan dikembalikan kearah hidup yang normal dan dapat meningkatkan minatnya. Juga sekaligus memelihara dan mempraktikan keahlian yang dimilikinya sebelum sakit sehingga dia akan tetap sebagai seseorang yang produltif. Pada tahun 1982 Adolf Meyer dari amerika melaporkan bahwa penggunaan waktu dengan baik yaitu dengan mengerjakan aktivitas yang berguna ternyata merupakan suatu dasar terapi pasien neuripsikiatrik. Meyer adalah seorang psikiater. Isterinya adalah seorang pekerja sosial mulai menyusun suatu dasar yang sistematis tentang pengguanaan aktivitas sebagai program terapi pasien jiwa. Masih banyak lagi ahli-ahli terkenal yang berjasa dalam pengembangan okupasiterapi sebagai salah satu terapi khususnya untuk pasien mental terutama dari amerika, eropa dan lain-lain. Risetpun masih tetap dilakukan guna lebih mengefektifkan penggunaan okupasiterapi untuk terapi pasien mental.

2.2.2 Pengertian Aktivitas yang terarah dan bertujuan adalah okupasi terapi sehingga tidak ada waktu terluang dengan percuma tetapi semua waktu yang ada kita manfaatkan untuk suatu kegiatan yang berguna bagi diri kita. Seperti yang kita ketahui manusia adalah makhluk yang aktif dan dalam perkembangannya dipengaruhi aktifitas yang bertujuan dan dengan menggunakan kapasitas motivasi intrisiknya manusia mampu mempengaruhi kesehatan fisik mentalnya,dalam kehidupannya diperlukan adaptasi agar dapat menyesuaikan diri dikelompok dimana dia berada dan adaptasi ini merupakan suatu perubahan fungsi yang dapat menciptakan aktualiasasi diri dan pertahanan hidup manusia,aktivitas yang dilakukan manusia hendaklah yang bertujuan positif dan bermanfaat bagi dirinya sehingga akan dapat menfasilitasi proses adaptasi tersebut. Okupasi terapi artinya mengisi/menggunakan waktu luang.Individu menggunakan waktu untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan,sedangkan kata terapi berarti

penatalaksanaan terhadap individu yang menderita penyakit atau disabilitas baik fisik atau mental.

2.2.3 Tujuan Terapi Okupasi bagi Pasien Mental Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain Membantu melepaskan/menyalurkan dorongan-dorongan emosi secara wajar dan produktif Menghidupkan kemauan atau motivasi pasien Menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya Mengumpulkan data guna penentuan diagnosa dan penetapan terapi lainnya

2.2.4 Peranan Terapi Okupasi /Pekerjaan Untuk Terapi Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui aktivitas manusia dihubungkan deengan lingkungan, kemudian mempelajarinya, mencoba

keterampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan okupasiterapi, baik bagi penderita fisik maupun mental. Aktivitas dalam okupasiterapi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi, diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien waktu mengerjakan suatu aktivitas dan dengan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut. Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam okupasiterapi tidak untuk

menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang terarah setelah penyelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena dalam kesempatan tersebutlah terapis dapat mengarahkan pasien. Melalui diskusi tersebutlah pasien belajar mengenal dan mengatasi persoalannya. Melalui aktivitas pasien diharapkan akan berkomunikasi lebih baik untuk mengekpresikan dirinya. Melalui aktivitas kemampuan pasien akan dapat diketahui baik oleh terapi maupun oleh pasien itu sendiri. Dengan menggunakan alat-alat atau bahan-bahan dalam melakukan suatu aktivitas pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama dalam hal kemampuan dan kelemahannya. Mengerjakan suatu aktivitas dalam kelompok akan dapat merangsang terjadinya intraksi diantara anggota yang berguna dalam meningkatkan sosialisasi, dan menilai kemampuan diri masing-masing dalam hal keefisiensiannya berhubungan dengan orang lain.

2.2.5 Proses Terapi Okupasi Menurut Pelatihan Nasional Terapi Modalitas Keperawatan Profesional Jiwa Pelayanan okupasi terapi di rumah sakit jiwa cenderung berubah-ubah hal ini disesuaikan dengan kebutuhan,akan tetapi secara umum proses intervensi itu melalui 3 tahap yaitu: 1. Assessment adalah proses dimana seorang terapis memperoleh pengertian tentang pasien yang berguna untuk membuat keputusan dan mengkontruksikan kerangka kerja/model dari pasien,proses ini harus dilakukan pada pasien 2. Setelah dilakukan assessment dengan detail maka dilakukan treatment yang terdiri dari 3 tahap yaitu: a. Formulasi rencana pemberian terapi b. Implementasi terapi yang telah direncanakan c. Review terapi yang diberikan 3. Selanjutnya dilakukan evaluasi dari hasil evaluasi ini dapat ditentukan apakah pasien ini dapat melanjutkan di vokasional training atau pulang

2.2.6 Proses Terapi Okupasi Dokter yang mengirimkan pasien untuk okupasaiterapi akan menyertakan juga data mengenai pasien berupadiagnosa, masalahnya dan juga akan menyatakan apa yang perlu diperbuat dengan pasien tersebut. Apakah untuk mendapatkan data yang lebih banyak untuk keperluan diagnose, atau untu terapi, atau untuk rehabilitasi. Setelah pasien berada diunit okupasiterapi maka terapis akan bertindak sebagai berikut: 1. Koleksi data Data biasa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang disertakan waktu pertama kali pasien mengujungi unit terapi okupasional. Jika dengan mengadakan interviu dengan pasien atau keluarganya, atau dengan mengadakan kunjungan rumah. Data ini diperlukan untuk menyusun rencana terapi bagi pasien. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan kebutuhan 2. Analisa data dan identifikasi masalah

Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara tentang masalah dan atau kesulitan pasien. Ini dapat berupa masalah dilingkungan keluarga atau pasien itu sendiri 3. Penentuan tujuan Dari masalah dan latar belakang pasien maka dapat disusun daftar tujuan terapi sesuai dengan prioritas baik jangka pendek maupun jangka panjangnya 4. Penentuan aktivitas Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas yang dapat mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikut sertakan dalam menentukan jenis kegiatan yang kan dilaksanakan sehingga pasien merasa ikut bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya. Dalam hal ini harus diingat bahwa aktivitas itu sendiri tidak akan menyembuhkan penyakit, tetapi hanya sebagai media untuk dapat mengerti masalahnya dan mencoba mengatasinya dengan bimbingan terapis. Pasien itu sendiri harus diberitahu alasanalasan mengenai dia harus mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan akan mengerjakannya dengan aktif. 5. Evaluasi Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan tujuan terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya sesuai dengan perkembangan pasien yang ada. Dari hasil evaluasi dapat direncanakan kemudian mengenai peneyesuain jenis aktivitas yang kan diberikan. Namun dalam hal tertentu penyesuain aktivitas dapat dilakukan setelah bebrapa waktu setelah melihat bahwa tidak ada kemajuan atau kurang efektif terhadap pasien.

Hal-hal yang perlu di evalausi antara lain adalah sebagi berikut: 1. 2. 3. Kemampuan membuat keputusan Tingkah laku selama bekerja Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang mempunyai kebutuhan sendiri 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kerjasama Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain) Inisiatif dan tanggung jawab Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding Menyatakan perasaan tanpa agresi Kompetisi tanpa permusuhan

10. 11.

Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung jawab atas pendapatnya tersebut

12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya Wajar dalam penampilan Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain Kemampuan menrima instruksi dan mengingatnya Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi Kerapian bekerja Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan Toleransi terhadap frustasi Lambat atau cepat Dan lain sebagainya yang dianggap perlu

2.2.7 Pelaksanaan

1. Metode Okupasiterapi dapat dilakukan baik secara indivisual, maupun berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-lain: a. Metode individual dilakukan untuk: - Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan sekaligus untuk evaluasi pasien - Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu kelancaran suatu kelomppok bila dia dimasukan dalam kelompok tersebut - Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif b. Metode kelompok dilakukan untuk: Pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hamper bersamaan, atau dalam

melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi bebrapa pasien sekaligus. Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut.

Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakaukan, dan kemampuan terapis mengawasi.

2. Waktu Okupasiterapi dilakukan antara 1 2 jam setiap session baik yang individu maupun kelompok setiap hari,dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Ini dibagi menjadi dua bagian yaitu - 1 jam untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 1 jam untuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut kearah yang sesuai dengan tujuan terapi.

3. Terminasi Keikut sertaan seseorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat diakhiri dengan dasar bahwa pasien : - Dianggap telah mampu mengatsi persolannya - Dianggap tidak akan berkembang lagi - Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum - okupasiterapi

2.2.8 Jenis Aktivitas Terapi Okupasi 1. Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa 2. Aktivitas dengan pendekatan kognitif 3. Aktivitas yang memacu kreativitas 4. Training ketrampilan 5. Terapi bermain (Creek,1997) Kegiatan yang diberikan dapat berupa kerajinan tangan, seni tari, musik, drama, rekreasi, ADL (activities of daily living), kegiatan yang dilakukan tersebut bersifat terapeutik dan menyiapkan pasien untuk dapat dipulangkan ketengah-tengah masyarakat atau dicalonkan untuk direhabilitasikan,kegiatan ini dijalankan secara individu atau kelompok.semua kegiatan tersebut dipandu oleh seorang okupasi terapis dimana tugas pokok okupasi terapis adalah membangkitkan aktivitas positif melalui pekerjaan/aktivitas lain yang bersifat terapeutik dan

mengevaluasi perkembangan pasien secara kontinyu dan mengetahui efek terapi yang diberikan. sedangkan peran okupasi terapis adalah: 1. Sebagai motivator & sumber reinforces:memberikan motivasi pada pasien dan meningkatkan motivasi dengan memberikan penjelasan pada pasien tentang kondisinya,memberikan penjelasan dan menyakinkan tentang fungsi-fungsi dari aktivitas yang diberikan,memberikan dukungan dan menyakinkan pada pasien akan sukses 2. Sebagai guru:terapis memberikan pengalaman learning re-rearning,okupasi terapis harus mempunyai ketrampilan dan ahli tertentu dan harus dapat menciptakan dan menerapkan aktivitas mengajarnya pada pasien 3. Sebagai peran model sosial:seorang terapis harus dapat menampilkan perilaku yang dapat dipelajari oleh pasien,pasien mengidentifikasikan dan meniru terapis melalui role playing,terapis mendemonstrasikan tingkah laku yang diinginkan (verbal/non verbal) yang akan dicontoh pasien 4. Sebagai konsultan:terapis menentukan program perilaku yang dapat menghasilkan respon terbaik dari pasien,terapis bekerja sama dengan pasien,keluarganya dalam merencanakan rencana tersebut

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang mengalami

kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi fisik,mental,sosial,dan ekonomik,di rumah sakit-rumah sakit,dan pusat-pusat rehabilitasi tertentu Fungsi perawat dalam program rehabilitasi: Menjaga komplikasi dari akibat gangguan/penyakit diderita pasien Membatasi besarnya gangguan semaksimal mungkin Merencanakan dan melaksanakan program rehabilitasi

Jenis - Jenis Kegiatan Rehabilitasi Terapi Okupasional Terapi Edukasional. Rehabilitasi Vokasional Okupasi adalah Aktivitas yang terarah dan bertujuan adalah okupasi terapi sehingga tidak ada waktu terluang dengan percuma tetapi semua waktu yang ada kita manfaatkan untuk suatu kegiatan yang berguna bagi diri kita. Jenis Aktivitas Terapi Okupasi Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa Aktivitas dengan pendekatan kognitif Aktivitas yang memacu kreativitas Training ketrampilan Terapi bermain

3.2 SARAN Sebagai perawat agar mengaplikasikan ilmu ini atau menerapkannya dalam memberikan terapi rehabilitasi dan okupasi pada pasien gangguan jiwa dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Creek,J (1997),Occupational Therapy & Mental Heal.Churchil Livis Stone:London Punwar,A.J.Occupational Therapy Principle & Practise.Wilians & Wilkins:London Setyonegoro Koesumanto,1983.Pedoman Rehabilitasi Pasien mental di

Indonesia,Jakarta. Direktorat Kesehatan Jiwa Dep.Kes.RI

Anda mungkin juga menyukai