2
d
v
2 1 S S
o
v
Gambar. 2.3 Tegangan keluaran inverter satu fasa setengah jembatan
2.2.2 Inverter Satu Fasa Jembatan Penuh
Gambar 2.4 menunjukkan konfigurasi inverter satu fasa jembatan penuh
yang terdiri atas dua one-leg saklar. Konfigurasi inverter jembatan penuh
memiliki rating daya yang lebih tinggi dibandingkan dengan konfigurasi setengah
jembatan. Dengan tegangan masukan dc yang sama, tegangan keluaran
maksimum yang dihasilkan oleh konfigurasi jembatan penuh adalah dua kali
tegangan keluaran konfigurasi setengah jembatan.
Perpustakaan Unika
10
C+
C-
S1
S2
D1
D2
2
d
V
2
d
V
d
i
o
i
o
v
S3
S4
D3
D4
d
V
Gambar. 2.4 Inverter satu fasa jembatan penuh
Ada dua kemungkinan konfigurasi penyalaan saklar daya pada konfigurasi
jembatan penuh bipolar, yaitu:
S1 on (S2 off), S3 off (S4 on), v
o
=+V
d
S1 off (S2 on), S3 on (S4 off), v
o
=-V
d
Dengan dua kemungkinan penyalaan saklar-saklar daya pada jembatan penuh,
dimungkinkan membuat pola pensaklaran tegangan bipolar disisi keluaran inverter.
Tabel 2.1 Kombinasi Penyaklaran Komponen Penyaklaran Daya dan Tegangan
Keluaran Inverter bipolar
Pasangan 1 Pasangan 2 Tegangan
Keluaran
S
1
S
2
S
4
S
3
V
AB
ON OFF ON OFF + V
DC
OFF ON OFF ON - V
DC
Perpustakaan Unika
11
2.3 Pulse Widh Modulation (PWM)
Beberapa metode pengendalian penyalaan saklar-saklar daya pada aplikasi
konverter dikembangkan untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan. Satu
diantara metode pengendalian tersebut pada aplikasi konverter berbasis
pensaklaran adalah PWM (Pulse Width Modulation). Teknik PWM bertujuan
untuk mengubah rasio komponen fundamental tegangan ac ke dalam tegangan
DC. Pemodulasian tegangan keluaran inverter dilakukan dengan dua cara, yaitu
melalui pemodulasian komponen tegangan dan pemodulasian komponen arus
keluaran inverter. Pemodulasian yang terakhir dikenal sebagai pemodulasian
hysteresis.
Inverter sebagai rangkaian penyaklaran elektronik dapat mengubah sumber
tegangan searah menjadi tegangan bolak-balik dengan besar tegangan dan
frekuensi dapat diatur. Pengaturan tegangan dapat dilakukan di luar inverter atau
di dalam inverter. Pengaturan tegangan di dalam inverter dikenal sebagai
Modulasi Lebar Pulsa (Pulse Width Modulation, PWM) dan selanjutnya disebut
inverter PWM.
Baker (1991) sebagaimana dikutip Gendroyono (1999), menggelompok-
kan inverter menjadi tiga kelompok utama, yaitu:
a. Inverter tegangan berubah (VVI=Variable Voltage Inverter)
b. Inverter sumber arus (CSI)
c. Inverter PWM
Perpustakaan Unika
12
Faktor daya pada inverter VVI dan CSI menurun mengikuti kecepatan, sedangkan
pada inverter PWM mempunyai faktor daya mendekati satu pada seluruh tingkat
kecepatan.
Rashid (1993) menyatakan bahwa banyak penerapan dalam
industri sering memerlukan pengaturan tegangan. Hal ini dapat diatasi
dengan teknik sebagai berikut:
a. Tegangan searah masukan bervariasi
b. Regulasi tegangan inverter
c. Syarat volt/frekuensi tetap
Metode yang paling efisien untuk mengatur tegangan keluaran adalah
memasukkan pengaturan PWM ke dalam inverter. Teknik yang umum digunakan
adalah:
a. PWM tunggal (single pulse width modulation)
b. PWM jamak (multiple pulse width modulation)
c. PWM sinusoida
d. PWM modifikasi sinusodia
e. Pengaturan penempatan fasa (phase displacement)
PWM adalah satu teknik yang terbukti baik untuk mengatur inverter guna
mendapatkan tegangan berubah dan frekuensi berubah dari tegangan tetap sumber
DC (Grant dan Seidner: 1981). Bentuk gelombang tegangan keluaran inverter
tidak sinusoida murni karena mengandung banyak komponen frekuensi yang tidak
diinginkan. Jika keluaran inverter ini dicatu ke motor AC, komponen tersebut
akan menambah kerugian, getaran dan riak pada motor. Grant dan Seidner juga
Perpustakaan Unika
13
menyatakan bahwa harmonik yang timbul dapat dihindari jika frekuensi pembawa
mempunyai variasi berupa kelipatan dari frekuensi pemodulasi. Teknik modulasi
dengan perbandingan frekuensi pembawa dan pemodulasi yang demikian disebut
PWM sinkron.
Teknik PWM sinkron ini mampu menghasilkan bentuk gelombang dengan
komponen harmonik berfrekuensi jauh lebih tinggi dari frekuensi fundamental.
Frekuensi tinggi ini memberikan keuntungan pada sistem. Karena kebocoran
induktansi motor menyebabkan impedansi tinggi pada komponen yang tidak
diinginkan, maka secara efektif menapis keluaran inverter (Gendroyono: 1999).
2.4 Inverter PWM sebagai Sumber Tegangan
t
on
t
of f
sinyal termodulasi
sinyal pemodulasi
+V
d
-V
d
Gambar. 2.5 Teknik PWM
Gambar 2.5 menunjukkan cara memodulasikan sinyal tegangan dengan teknik
PWM. Pada gambar tersebut, sinyal sinusoidal akan dimodulasikan dengan
menggunakan sinyal segitiga sebagai sinyal pemodulasi. Harga rata-rata sinyal
termodulasi pada inverter jembatan penuh adalah
Ts
t V t V
V
off d on d
o
) * ( ) * (
(2.7)
Perpustakaan Unika
14
d
tri
control
o
V
V
v
V *
;
tri control
V v
(2.8)
Dengan,
o
V : harga tegangan keluaran inverter
control
v : harga tegangan sinyal termodulasi (gelombang sinusoidal)
tri
V
n
n
kanal
Substrat
tipe p
logam
+
-
D
R
DD
V
D
I
+
-
GS
V
sumber
Oksida
G
D
S
C
R
GS
V
DD
V
+
Struktur dasar Simbol
D
p
p
kanal
Substrat
tipe n
logam
+
-
D
R
DD
V
D
I
+
-
GS
V
G
D
S
C
R
GS
V
DD
V
+
Struktur dasar Simbol
D
p
Gambar 2.6 MOSFET tipe deplesi (a) kanal n (b) kanal p
Perpustakaan Unika
16
MOSFET tipe enhancement tidak memiliki kanal n fisik, seperti pada
gambar dibawah ini. Jika
GS
V positif pada suatu harga, tegangan induksi akan
menarik elektron dari substrat p dan mengumpulkannya pada permukaan dibawah
lapisan oksidasi. Jika
GS
V lebih besar atau sama dengan nilai yang dikenal dengan
tegangan threshold, maka jumlah elektron yang terakumulasi akan cukup untuk
membentuk kanal n virtual dan arus mengalir dari drain ke sumber. Polaritas dari
DS
R ,
DS
I ,
GS
V akan terbalik pada MOSFET tipe enhancement
n
kanal
Substrat
tipe p
logam
+
-
D
R
DD
V
D
I
+
-
GS
V
sumber
Oksida
G
D
S
C
R
GS
V
DD
V
+
Struktur dasar Simbol
D
p
kanal
Substrat
tipe n
logam
+
-
D
R
DD
V
D
I
+
-
GS
V
sumber
Oksida
G
D
S
C
R
GS
V
DD
V
+
Struktur dasar Simbol
D
p
Gambar 2.7 MOSFET tipe enhancement (a) kanal N (b) kanal p
2.6 Opto Coupler TLP 250
Ic ini merupakan salah satu driver penggerak saklar daya yang secara
khusus dirancang untuk penggunaan saklar daya jenis IGBT (Isolated- Gate
Bipolar Transistor) dan juga sangat baik untuk penggerak gate saklar daya
Perpustakaan Unika
17
MOSFET. Kontruksi TLP 250 terdiri dari sebuah dioda led sebagai pengkode
informasi sinyal masukkan dari rangkaian kontrol dan pada bagian keluaran yang
terhubung dengan rangkaian daya terdiri dari kombinasi 2 buah transistor NPN
sebagai jalan masuk arus sumber menuju rangkaian daya dan transistor PNP
sebagai pembuang muatan dari rangkaian daya menuju ground. Dengan kontruksi
ini akan menjadikan TLP 250 sabagai driver rangkaian daya yang simple karena
menghemat beberapa kombinasi rangkaian luar lainnya dan sangat aplikatif untuk
kebutuhan penggerak saklar daya baik MOSFET maupun jenis IGBT.
1
5
6
7
8
4
3
2
Keterangan:
2 : Anoda Led ( Sebagai jalan masuk pulsa kontrol)
3 : Katoda Led ( Terhubung ground kontrol)
5 : Ground driver ( Terhubung dengan source/ emitter saklar daya)
6/7 : Vo ( Terhubung dengan gate saklar daya)
8 : Vcc (Terhubung dengan tegangan driver)
Gambar 2.8 Kontruksi Opto Coupler TLP 250
2.7 Mikrokontroller ATMEGA 8535
Mikrokontroler merupakan suatu jenis piranti yang dapat menjalankan
suatu perintah-perintah yang telah diberikan kepada mikrokontroler tersebut
dalam bentuk baris-baris program yang telah dibuat untuk digunakan atau untuk
melakukan pekerjaan tertentu.
Program dalam hal ini adalah suatu kumpulan dari suatu perintah yang
telah diberikan kepada sistem mikrokontroler tersebut untuk kemudian diolah oleh
suatu sistem tersebut yang berguna atau bermanfaat untuk dapat melaksanakan
suatu pekerjaan tertentu. Mikrokontroler tersebut terdiri atas bagian memori,
Perpustakaan Unika
18
bagian pemroses utama (CPU) serta bagian masukkan atau bagian keluaran (I/O).
Pada bagian pemroses utama (CPU) merupakan bagian utama dari suatu sistem
mikrokontroller. Central processing unit tersebut akan berisikan rangkaian
kontrol, register-register, serta ALU (Arithmatic Logic Unit) yaitu bagian yang
bertugas untuk dapat melaksanakan proses aritmatika serta proses logika.
Bagian memori terdiri dari ROM (Read Only Memory) yaitu memori yang
hanya dapat terbaca, RAM (Random Acces Memory) yaitu memori yang dapat
terbaca serta dapat tertulis secara acak. Memori digunakan untuk dapat
menyimpan semua jenis program yang akan dieksekusi, data yang akan diproses,
dan data hasil proses.
Pada bagian masukan atau keluaran (I/O) dari sistem mikrokontroler
adalah bagian yang dapat menghubungkan sistem mikrokontroler tersebut dengan
dunia di luar sistem. Mikrokontroler dapat menerima data dari luar yang berupa
data dari sebuah tranduser ataupun data dari sebuah keypad melalui sebuah bagian
masukan (port input) dan akan dapat mengirimkan data keluar yang telah diolah
melalui sebuah bagian keluaran (port output)
Arsitektur ATMega8535
Fitur
a) 8bit AVR berbsasis RISC dengan performa tinggi dan konsumsi daya
rendah.
b) Kecepatan maksimal 16MHz.
c) Memori
d) 8KB Flash
Perpustakaan Unika
19
e) 512 byte SRAM
f) 512 byte EEPROM
g) Timer/Counter
2 buah 8 bit timer/counter
1 buah 16 bit timer/counter
4 kanal PWM
h) 8 kanal 10/8 bit ADC
i) Programable Serial USART
j) Komparator Analog
k) 6 pilihan sleep mode untuk penghematan daya listrik
l) 32 jalur I/O yang bisa diprogram
Konfigurasi PIN
Konfigurasi dan Deskripsi kaki-kaki mikrokontroler ATMEGA8535
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.9 PINOut ATmega8535
Perpustakaan Unika
20
1. Power, VCC dan GND (Ground)
2. PORTA (PORTA
0-7
), merupakan pin IO dua arah dan fungsi khusus
sebagai pin masukan ADC.
3. PORTB (PORTB
0-7
), merupakan pin IO dua arah dan fungsi khusus
sebagai pin Timer/Counter, komparator analog dan SPI.
4. PORTC (PORTC
0-7
), merupakan pin IO dua arah dan fungsi khusus
sebagai
5. PORTD (PORTD
0-7
), merupakan pin IO dua arah dan fungsi khusus
sebagai
6. RESET adalah pin untuk me-reset mikrokontroler.
7. XTAL1 dan XTAL2 pin untuk exsternal clock.
8. AVCC adalah pin masukan untuk tegangan ADC.
9. AREF adalah pin masukan untuk tegangan referensi eksternal ADC.
Peta Memori
ATMega8535 memiliki dua ruang memori utama, yaitu memri data dan memori
program. Selain dua memori utama ATMega8535 juga memiliki fitur EEPROM
yang dapat digunakan sebagai penyimpan data.
Flash Memory
ATMega8535 memiliki flash memory sebesar 8Kbytes untuk memori
program.Karena semua instruksi AVR menggunakan 16 atau 32 bit, maka AVR
memiliki organisasi memori 4KByte x 16bit dengan alamat dari $000 hingga
$FFF. Untuk keamanan software memori flash dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Perpustakaan Unika
21
bagian Boot Program dan bagian Application Program. AVR tersebut memiliki
12bit Program Counter (PC) sehingga mampu mengalamati isi flash memori.
Application Flash Section
Boot Flash Section
$000
$FFF
Gambar 2.10 Memori Program AVR ATMega8535
SRAM
ATMega8535 memiliki 608 alamat memori data yang terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu 32 buah register file, 64 buah IO register dan 512byte internal SRAM.
R0
R1
R30
R31
...
$0000
$0001
$001E
$001F
...
Register File Data Address Space
$00
$01
$3E
$3F
...
$0020
$0021
$005E
$005F
...
I/O Registers
$0060
$0061
$025E
$025F
...
Internal SRAM
Gambar 2.11 Peta Memori Data AVR ATMega8535
Perpustakaan Unika
22
Tampak pada peta memori data bahwa alamat $0000-$001F ditempati oleh
register file. I/O register menempati alamat dari $0020-$005F. Sedangkan sisanya
sebagai Internal SRAM sebesar 512byte ($0060-$025F).
EEPROM
ATMega8535 juga memiliki memori data beruka EEPROM 8bit sebesar 512byte
($000-$1FF).
Perpustakaan Unika
23
Minimum Sistem ATMega8535
1
2
3
4
5
6
JDOWNLOAD
CON6
VCC
PB5
PB6
PB7
RST
PB6 (MISO)
PB7 (SCK)
PB5 (MOSI)
C7
100n
LED1
LED
R2
220
1
2
3
JPOWER +5V
CON3
VCC
C2 22p
C3 22p
XT1
11.0592MHz
1
2
SW1A
SW-PB
VCC
R1
4K7
C1
10nF
X2
X1
RST
PB0
PB2
PB3
PB4
PB5
PB6
PB7
PB1
PA0
PA2
PA3
PA4
PA5
PA6
PA7
PA1
PC0
PD4
PC4
PC3
PC5
PC7
PC6
PD7
PD2
PC2 PD5
PD6 PC1
PD0
PD1
PD3
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
JPA
HEADER 5X2
VCC
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
JPB
HEADER 5X2
VCC
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
JPC
HEADER 5X2
VCC
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
JPD
HEADER 5X2
VCC
X1
13
X2
12
RESET
9
PD3 (INT1)
17
PD2 (INT0)
16
PD5 (OC1A)
19
PD4 (OC1B)
18
PD0 (RXD)
14
PD1 (TXD)
15
PB0 (XCT/T0)
1
PB1 (T1)
2
PB2 (INT2/AIN0)
3
PB3 (OC0/AIN1)
4
PB4 (SS)
5
PB5 (MOSI)
6
PB6 (MISO)
7
PB7 (SCK)
8
(ADC1) PA1
39
(ADC2) PA2
38
(ADC3) PA3
37
(ADC4) PA4
36
(ADC5) PA5
35
(ADC6) PA6
34
(ADC7) PA7
33
AREF
32
PD7 (OC2)
21
(SCL) PC0
22
(SDA) PC1
23
PC2
24
PC3
25
PC4
26
PC5
27
(TOSC1) PC6
28
(TOSC2) PC7
29
AVCC
30
PD6 (ICP1)
20
(ADC0) PA0
40
U1
ATMEGA8535
RST
X2
X1
PA0
PA2 PA3
PA4 PA5
PA6 PA7
PA1
PC0
PC4
PC3
PC5
PC7 PC6
PC2
PC1
PB0
PB2 PB3
PB4 PB5
PB6 PB7
PB1
PD4
PD7
PD2
PD5
PD6
PD0 PD1
PD3
Gambar 2.12 Rangkaian Minimum ATmega8535
Perpustakaan Unika
24
BAB III
PERANCANGAN INVERTER SATU FASA JEMBATAN
PENUH TERPROGRAM
3.1 Pendahuluan
Teknik pengendalian inverter secara digital sudah marak digunakan. Pada
mulanya, teknik yang digunakan adalah menggunakan FPGA. Sistem ini mudah
di program tetapi mahal dan hanya cocok sebagai prototipe. Kemudian kendali
inverter berkembang dengan menggunakan mikrokontroller sebagai kendali
inverter. Metode yang digunakan adalah menggunakan metode Lookup table.
Metode look up table adalah suatu metode pengisian data-data kedalam
mikrokontroller dengan mengambil data-data sampling yang membentuk suatu
gelombang analog.Penggunaan metode lookup table dengan pengambilan
sampling 1 (satu) periode ( Pratomo.L.H 2009, CITEE, UGM), dirasa
memberikan hasil keluaran yang masih kurang.
Karena dalam pengambilan sampling satu periode dirasa masih kurang
linear, maka digunakan konsep pemrograman dengan pengambilan data sampling
( panjang gelombang).
Perpustakaan Unika
25
3.2 Perancangan Alat
Gambar 3.1. Diagram blok Perancangan Inveretr satu fasa jembatan penuh terprogram
Sistem yang digunakan dalam pengandalian inverter satu fasa terprogram
adalah dengan menggunakan sistem Open Loop (rangkaian terbuka / tanpa
umpan balik). Dalam perancangan suatu inverter diperlukan tegangan DC sebagai
masukannya sehingga tegangan AC yang disediakan oleh PLN perlu disearahkan
terlebih dahulu. Untuk itu diperlukan penyearah sebagai konverter AC ke DC.
Kontrol inverter ini membutuhkan sinyal picu untuk menggerakkan saklar
daya (S1, S2, S3, S4). Sinyal picu ini langsung dihasilkan oleh mikrokontroller
yang didalamnya sudah terdapat memori terprogram.
Perpustakaan Unika
26
3.3 Metode Pengambilan data
Rangkaian
Simulasi
Run
File.sch
File.cct
File.txt File.xls
Excel
Mikrokontroller
Gambar 3.2. diagram blok pemgambilan data
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampling adalah dengan
simulasi menggunakan software Power simulator seperti tampak pada gambar
3.3, dengan V sin = 0.8 V dan frekuensi sinyal segitiga 2500 Khz. Dalam
pemakaian Software ini perlu pengaturan dalam time step supaya dapat
menghasilkan data sebanyak 256. Pada dasarnya, software ini akan memuat suatu
hasil simulasi dalam bentuk 3 macam file, yaitu:
.sch
File .sch merupakan rangkaian yang terdapat pada layar saat
software dijalankan.
.cct
File .cct merupakan parameter yang digunakan dalam
simulasi.
.txt
File .txt merupakan data hasil simulasi yang tertuang dalam
decimal.
Perpustakaan Unika
27
Selanjutnya, data yang digunakan adalah data dari file .txt. Data yang ada
dalam file .txt merupakan data yang berbentuk hexa decimal sebanyak 256 data.
Dalam pemrograman mikrokontroller data yang digunakan adalah berupa data
digital / biner ( 0, dan 1). Untuk itu perlu adanya konversi dari hexa decimal ke
dalam bentuk biner. Konversi data tersebut dilakukan dalam microsoft exel.
Setelah data berada dalam microsoft exel, data sudah berbentuk biner dan siap
dimasukkan dalam program mikrokontroller.
Berikut adalah simulasi dan akuisisi data yang digunakan untuk mendapatkkan
data SPWM
( a )
( b )
Perpustakaan Unika
28
( c )
( d )
Gambar 3.3. (a). Rangkaian simulasi dalam PSIM (b). Proses pembentukan SPWM
(c). Sinyal SPWM (d). Akuisisi dengan exel
3.4 Konsep Pemrograman mikrokontroller ATMEGA8535
Data hasil simulasi komputasi dengan menggunakan power simulator diambil
sebanyak 256 data, data tersebut kemudian dikonversi ke mikrosoft exel.
Pemrograman mikrokontroller ATMEGA8535 menggunakan bahasa C dengan
menggunakan Code Vision AVR (CVAR) sehingga sangat mudah. Metode yang
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1
1
4
2
7
4
0
5
3
6
6
7
9
9
2
1
0
5
1
1
8
1
3
1
1
4
4
1
5
7
1
7
0
1
8
3
1
9
6
2
0
9
2
2
2
2
3
5
2
4
8
Series1
Perpustakaan Unika
29
digunakan adalah memasukkan data sampling sebanyak 256 data dari hasil
simulasi yang telah dilakukan kedalam look up table. Untuk menghindari
kesalahan dalam penghitungan delay atau perbedaan penghitungan waktu dengan
mikrokontroller, setiap data dari lookup table akan dikontrol.
Sinyal SPWM akan dibangkitkan dengan cara memanggil data look up table
pada memori mikrokontroller. Pulsa sampling yang dimasukkan kedalam program
adalah sebanyak 256 pulsa dalam rentang periode. Inilah yang dimaksud
dengan pemrograman . Digunakan dengan tujuan supaya pembebanan
komputasi pada mikrokontroller tidak terlalu berat, dengan kata lain, memori yang
digunakan menjadi semakin sedikit.
Untuk periode = 256 pulsa, berarti untuk membentuk satu gelombang
penuh, mikrokontroller akan menghasilkan pulsa sebanyak 256 X 4 = 1024 pulsa.
Dengan kata lain dengan menggunakan metode ini sinyal keluaran yang
dihasilkan mikrokontroller akan menjadi semakin baik. Berikut ini adalah aturan
main pemrograman .
Data SPWM , sebanyak 256 dibaca oleh pencacah dari 00 FF, langsung
dikeluarkan ke port, dilanjutkan data dibaca mundur dengan pencacah dari FF
00 , langsung dikeluarkan ke port, dilanjutkan oleh pencacah 00 FF data dibaca
maju dan di balik kemudian dikeluarkan ke port, proses yang terakhir pencacah
FF 00 dibaca mundur dan dibalik kemudian dikeluarkan ke port, dengan
diagram alir sebagai berikut :
Perpustakaan Unika
30
Start
init
Baca data
SPWM
END
Geser data ke
kanan sejuh
256 bit
Geser data
ke kiri
sejuh 256
bit
RST
Invers
SPWM
Invers dan
Geser data
ke kanan
sejuh 256
bit
Invers dan
Geser data
ke kiri sejuh
256 bit
Port B
Down Counter
Up Counter
Up Counter
Down Counter
Port B Port B
Port B
Gambar 3.4. Diagram Flowchart Mikrokontroler
3.5 Perancangan Inverter PWM jembatan penuh
Fungsi sebuah inverter adalah untuk merubah tegangan input DC menjadi
tegangan AC pada besar dan frekuensi yang dapat diatur. Pengaturan besar
tegangan dapat dilakukan dengan 2 cara. Pertama, dengan mengatur tegangan
input DC dari luar tetapi lebar waktu penyaklaran tetap. Kedua, mengatur lebar
waktu penyaklaran dengan tegangan input DC tetap. Pada cara yang kedua besar
tegangan AC efektif yang dihasilkan merupakan fungsi dari pengaturan lebar
Perpustakaan Unika
31
pulsa penyaklaran. Cara inilah yang disebut dengan Pulse Width Modulation
(PWM).
DC
S1
S2
S3
S4
A B
Beban
Gambar 3.5 Konstruksi Penyaklaran Daya pada Inverter jembatan
Tegangan bolak-balik pada terminal A-B (Gambar 3.1) dihasilkan dari
kombinasi penyaklaran komponen saklar daya yang bersilangan sebagaimana yang
tertera dalam Tabel 3.1. Dengan asumsi urutan penomoran komponen penyaklaran
daya seperti Gambar 3.5, maka ketika S
1
dan S
4
ON, arus akan mengalir dari A ke B
melewati beban sehingga tegangan antara terminal A dan B akan positif (V
AB
= +V
DC
)
Ketika S
2
dan S
3
ON, arus mengalir dari B ke A
melalui beban sehingga tegangan
antara terminal A dan B negative (V
AB
= -V
DC
).
Tabel 3.1 Kombinasi Penyaklaran Komponen Penyaklaran Daya dan Tegangan Keluaran
Inverter bipolar
Pasangan 1 Pasangan 2 Tegangan Keluaran
S
1
S
2
S
4
S
3
V
AB
ON OFF ON OFF + V
DC
OFF ON OFF ON - V
DC
Perpustakaan Unika
32
3.6 Rangkaian driver
Saklar statis yang dimplementasikan dengan MOSFET memiliki tiga buah
terminal, yaitu G (gate), D (drain) dan S (source). Pada implementasi MOSFET
model NPN jenis enchasment arus mengalir dari D ke S jika tegangan G-S
melebihi nilai ambangnya (threshold), jika tidak maka arus akan ditahan
(blocking).
Saklar daya sejenis MOSFET atau IGBT bekerja berdasar pulsa pemicuan
dari rangkaian kontrol pada gate-nya tetapi bekerja pada ordo daya yang lebih
tinggi sehingga untuk mengendalikan setiap saklar daya diperlukan rangkaian
driver. Pada aplikasi rangkaian inverter ini isolasi dilakukan dengan menggunakan
optocoupler jenis TLP 250 yang terpasang dengan rangkaian driver. Rangkaian
driver berfungsi untuk memindahkan sinyal picu dari sistem kontrol ke sistem
daya dengan memisahkan bagian ground daya dari ground kontrol, karena
keduanya bekerja pada catu tegangan yang berbeda. Untuk itu pada setiap
rangkaian driver harus dicatu dengan catu daya tersendiri yang sesuai dengan
tegangan yang dibutuhkan oleh terminal G (gate) MOSFET yang digunakan.
Kerusakan saklar statis MOSFET juga sering terjadi karena panas yang
ditimbulkan dari gesekan pulsa yang melewatkan arus pada saklar tersebut, untuk
itu demi keamanan saklar daya tersebut rangkaian driver juga dilengkapi dengan
deadtime untuk mengatur perpindahan pulsa pemicuan pada setiap saklar dalam
satu lengan.
Perpustakaan Unika
33
1k5
+15
T
o
P
o
w
e
r
M
O
S
F
E
T
50
18V
TLP 250
Gambar 3.6 Rangkaian driver
Selain rangkain driver pada setiap aplikasi saklar daya antara gate dan
source diberikan sebuah dioda Zener (dalam aplikasi ini menggunakan zener 18
volt). Dioda zener berfungsi untuk melindungi driver TLP 250 dari umpan balik
tegangan daya apabila terjadi hubung singkat pada rangkaian daya. Dipilih nilai
18 volt karena tegangan kerja maksimal driver sebesar 22 volt sehingga apabila
terjadi umpan balik tegangan, zener bisa menahannya pada nilai aman terhadap
kerusakan TLP 250
Perpustakaan Unika
34
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA
4.1 Pengujian Rangkaian dengan simulator
Suatu software power simulator menyediakan fitur fitur tentang teknik
elektronika. Sebelum implementasi dilakukan, dilakukan simulasi menggunakan
program ini. Selain melakukan simulasi, program power simulator dapat
memberikan data data yang digunakan untuk membuat program SPWM dalam
mikrokontroler. Data data yang diberikan yaitu data yang termuat dalam file .Txt
yang nantinya perlu diproses dan diakuisisi dengan menggunakan Microsoft exel
untuk dijadikan data digital (biner) sebelum digunakan dalam pemrograman.
Untuk pengujian rangkaian, dilakukakn dengan menggunakan parameter
sebagai berikut:
Tegangan DC = 30 Volt
Induktansi = 3 mH
Beban resistif = 10 Ohm
Frekuensi switching = 2500 hz
Indeks Modulasi = 0.8 V
Perpustakaan Unika
35
Gambar 4.1. simulasi inverter satu fasa jembatan penuh
Gelombang sinusoida 50 Hz, 0.8 Vp sebagai sinyal pemodulasi (referensi)
dikomparasikan dengan gelombang segitiga 2500 Hz, 2 Vpp sebagai sinyal
pembawa) akan menghasilkan sinyal Modulasi Lebar Pulsa Sinusoida (SPWM)
dengan indeks modulasi 0.8. (Gambar 4.2)
Gambar 4.2. Sinyal SPWM satu fasa simulasi Indeks modulasi 0.8
SPWM ini digunakan sebagai sinyal picu saklar daya (S1, S2, S3, dan S4).
Sinyal SPWM keluaran dari komparator akan menuju driver saklar daya sebelum
Perpustakaan Unika
36
mengkonduksi saklar saklar daya. Hal ini bertujuan supaya control (pembangkit
sinyal SPM) tidak mengalami kerusakan jika terjadi lonjakan arus yang besar dari
saklar daya.
Sumber tegangan DC 30 Volt akan dicacah oleh saklar daya mengikuti
pola SPWM, sehingga keluaran inverter sebelum melalui induktor (L) mempunyai
pola yang sama dengan sinyal picu SPWM. Hal ini menunjukkan bahwa simulasi
inverter satu fasa jembatan penuh metode bipolar telah berjalan dengan baik.
Gambar 4.3 menunjukkan sinyal keluaran inverter sebelum filter (L)
Gambar 4.3. Sinyal keluaran inverter sebelum melewati inductor (L)
Inductor (L) yang dipasang pada sisi beban (gambar 4.1) berfungi sebagai
filter (Low Pass Filter) sehingga sinyal keluaran dari inverter akan disaring dan
akan membentuk pola sinusoida mendekati sinyal pemodulasi (sinyal referensi).
Sehingga sinyal keluaran inverter setelah melewati inductor disajikan dalam
gambar 4.4
Perpustakaan Unika
37
Gambar 4.4. Sinyal keluaran inverter setelah melewati inductor (L)
Beban yang ada adalah beban resistif, sehingga arus yang dirasakan oleh
resistor mempunyai bentuk yang sama dengan bentuk gelombang tegangannya
(Gambar 4.5). Tinggi rendahnya arus beban tegantung pada besar kecilnya beban.
Semakin besar beban, arus yang mengalir akan semakin kecil, dan sebaliknya
semakin kecil beban yang digunakan, arus yang mengalir akan semakin besar.
Gambar 4.5. Simulasi Arus beban
Perpustakaan Unika
38
Dari simulasi yang dilakukan, didapat pulsa pulsa SPWM yang
mengkonduksi saklar saklar daya, sehingga didapat pola pensaklaran yang
merajuk pada tabel 3.1. Sinyal keluaran telah merujuk pada bentuk gelombang
sinusoidal. Dengan ini dinyatakan bahwa bentuk rangkaian sudah benar.
Dari hasil running simulator, didapat format file. Txt yang berisi data data
simulasi. Dalam simulasi yang perlu diperhatikan adalah time step dalam
simulator. Time step ini diatur untuk mendapatkan siyal SPWM panjang
gelombang dengan data sebanyak 256 dalam file dengan format .txt. Setelah
didapat 256 data dalam file .txt, data ini kemudian diolah dengan menggunakan
Microsoft exel untuk dijadikan data digital (biner). Setelah terbentuk data biner
dari Microsoft exel kemudian data data tersebut dimasukkan kedalam program
mikrokonroller ATMEGA8535. Program dibuat dengan menggunakan bahasa C
dengan software Code Vision AVR (CVAVR). Pemrograman ini dilakukan untuk
mendapatkan sinyal SPWM dari mikrokontroller ATMEGA8535.
Pemrograman dilakukan dengan metode lookup table dengan memasukkan
data data simulasi sebanyak 256 data dari panjang gelombang sinyal SPWM
satu periode. Berikut adalah program yang digunakan
/*****************************************************
This program was produced by the
CodeWizardAVR V1.24.7d Evaluation
Automatic Program Generator
Copyright 1998-2005 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com
e-mail:office@hpinfotech.com
Project :
Version :
Date : 11/9/2010
Perpustakaan Unika
39
Author : Freeware, for evaluation and non-commercial use only
Company :
Comments:
Chip type : ATmega8535
Program type : Application
Clock frequency : 11.059200 MHz
Memory model : Small
External SRAM size : 0
Data Stack size : 128
*****************************************************/
#include <mega8535.h>
#include <delay.h>
unsigned char data[]=
{
0 ;
0 ;
1 ;
1 ;
1 ;
1 ;
1 ;
0 ;
0 ;
0 ;
0 ;
0 ;
0 ;
1 ;
1 ;
1 ;
1 ;
1 ;
.
.
.
// 256 data
};
unsigned int a;
// Declare your global variables here
Perpustakaan Unika
40
void main(void)
{
// Declare your local variables here
// Input/Output Ports initialization
// Port A initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In
Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T
State0=T
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
// Port B initialization
// Func7=Out Func6=Out Func5=Out Func4=Out Func3=Out Func2=Out
Func1=Out Func0=Out
// State7=0 State6=0 State5=0 State4=0 State3=0 State2=0 State1=0
State0=0
PORTB=0x00;
DDRB=0xFF;
// Port C initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In
Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T
State0=T
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
// Port D initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In
Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T
State0=T
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: System Clock
Perpustakaan Unika
41
// Clock value: Timer 0 Stopped
// Mode: Normal top=FFh
// OC0 output: Disconnected
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;
// Timer/Counter 1 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 1 Stopped
// Mode: Normal top=FFFFh
// OC1A output: Discon.
// OC1B output: Discon.
// Noise Canceler: Off
// Input Capture on Falling Edge
// Timer 1 Overflow Interrupt: Off
// Input Capture Interrupt: Off
// Compare A Match Interrupt: Off
// Compare B Match Interrupt: Off
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
// Timer/Counter 2 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 2 Stopped
// Mode: Normal top=FFh
// OC2 output: Disconnected
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
// External Interrupt(s) initialization
// INT0: Off
// INT1: Off
Perpustakaan Unika
42
// INT2: Off
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;
// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization
TIMSK=0x00;
// Analog Comparator initialization
// Analog Comparator: Off
// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
while (1)
{
// Place your code here
for (a=0;a<256;a++)
{PORTB.0=data[a];
PORTB.2=!PORTB.0;
delay_us(17);
};
for (a=256;a>0;a--)
{PORTB.0=data[a];
PORTB.2=!PORTB.0;
delay_us(17);
};
for (a=0;a<256;a++)
{PORTB.0=(!data[a]);
PORTB.2=!PORTB.0;
delay_us(17);
};
Perpustakaan Unika
43
for (a=256;a>0;a--)
{PORTB.0=(!data[a]);
PORTB.2=!PORTB.0;
delay_us(17);
};
};
}
4.2 Analisa program
Sinyal SPWM dari mikrokontroller diperoleh dengan mengeksekusi
program dalam memori. Proses pembentukan sinyal SPWM dilakukan dengan
menggunakan menggunakan metode look up table dari rangkaian simulasi PWM
inverter satu fasa dari software power simulator. Metode look up table adalah
adalah suatu metode pengisian data kedalam mikrokontroller dengan mengambil
data-data sampling yang membentuk suatu gelombang. Gelombang yang
digunakan dalam pengisian data tersebut adalah sinyal SPWM periode dari
simulasi.
Sebelum membentuk program utama, terlebih dahulu dibuat suatu
kinstanta global yang berisi 256 data dari hasil simulasi. Dalam pemrograman
dituis:
unsigned char data[]=
{
0 ;
0 ;
1 ;
1 ;
.
.
Perpustakaan Unika
44
.
// 256 data
};
unsigned int a;
Program utama yang digunakan dalam sistem terdiri dari empat bagian
yaitu masing masing akan membentuk sinyal SPWM periode.
periode pertama
for (a=0;a<256;a++)
{PORTB.0=data[a];
PORTB.2=!PORTB.0;
delay_us(17);
};
Mikrokontroller memanggil data yang tersimpan dalam memori
dan menggeser data ke kanan sejumlah 256. Dari memori tersebut
telah terbentuk sinyal SPWM periode. Jika diilustrasikan dalam
bilangan adalah 00 FF. Selanjutnya, mikrokontroller akan
mengeluarkan sinyal analog ke PORT B.0 dan PORT B.2. sinyal
yang keluar dari PORT B.2 merupakan sinyal SPWM kebalikan
(NOT) dari sinyal SPWM dari PORT B.0.
periode ke dua
for (a=0;a<256;a--)
{PORTB.0=data[a];
PORTB.2=!PORTB.0;
delay_us(17);
};
Perpustakaan Unika
45
Mikrokontroller memanggil data yang tersimpan dalam memori
dan menggeser data ke kiri sejumlah 256. Dari memori tersebut
telah terbentuk sinyal SPWM periode. Jika diilustrasikan dalam
bilangan adalah FF - 00. Selanjutnya, mikrokontroller akan
mengeluarkan sinyal analog ke PORT B.0 dan PORT B.2. sinyal
yang keluar dari PORT B.2 merupakan sinyal SPWM kebalikan
(NOT) dari sinyal SPWM dari PORT B.0.
periode ke tiga
for (a=0;a<256;a++)
{PORTB.0=(!data[a]);
PORTB.2=!PORTB.0;
delay_us(17);
};
Mikrokontroller memanggil dan menginvers data yang tersimpan
dalam memori kemudian menggeser data ke kanan sejumlah 256.
Dari memori tersebut telah terbentuk sinyal SPWM periode.
Jika diilustrasikan dalam bilangan adalah 00 FF. Selanjutnya,
mikrokontroller akan mengeluarkan sinyal analog ke PORT B.0
dan PORT B.2. sinyal yang keluar dari PORT B.2 merupakan
sinyal SPWM kebalikan (NOT) dari sinyal SPWM dari PORT
B.0.
Perpustakaan Unika
46
periode ke empat
for (a=0;a<256;a++)
{PORTB.0=(!data[a]);
PORTB.2=!PORTB.0;
delay_us(17);
};
Mikrokontroller memanggil dan menginvers data yang tersimpan
dalam memori kemudian menggeser data ke kiri sejumlah 256.
Dari memori tersebut telah terbentuk sinyal SPWM periode.
Jika diilustrasikan dalam bilangan adalah FF - 00 . Selanjutnya,
mikrokontroller akan mengeluarkan sinyal analog ke PORT B.0
dan PORT B.2. sinyal yang keluar dari PORT B.2 merupakan
sinyal SPWM kebalikan (NOT) dari sinyal SPWM dari PORT
B.0.
Setelah ke empat sinyal tersebut terbentuk, maka terbentuklah sebuah
sinyal SPWM satu periode. Dengan demikian, sinyal SPWM satu periode dapat
dibentuk dengan menggunakan sampling periode. Inilah yang kemudian disebut
sebagai pemrograman .
Selanjutnya, sinyal sinyal SPWM keluaran dari PORT mikrokontroller
ATMEGA8535 masuk ke rangkaian driver. Saklar daya sejenis MOSFET atau
IGBT bekerja berdasar pulsa pemicuan dari rangkaian kontrol pada gate-nya
tetapi bekerja pada ordo daya yang lebih tinggi sehingga untuk mengendalikan
setiap saklar daya diperlukan rangkaian driver. Pada aplikasi rangkaian inverter
ini isolasi dilakukan dengan menggunakan optocoupler jenis TLP 250 yang
Perpustakaan Unika
47
terpasang dengan rangkaian driver. Rangkaian driver berfungsi untuk
memindahkan sinyal picu dari sistem kontrol ke sistem daya dengan memisahkan
bagian ground daya dari ground kontrol, karena keduanya bekerja pada catu
tegangan yang berbeda. Untuk itu pada setiap rangkaian driver harus dicatu
dengan catu daya tersendiri yang sesuai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh
terminal G (gate) MOSFET yang digunakan.
Selain rangkain driver pada setiap aplikasi saklar daya antara gate dan
source diberikan sebuah dioda Zener (dalam aplikasi ini menggunakan zener 18
volt). Dioda zener berfungsi untuk melindungi driver TLP 250 dari umpan balik
tegangan daya apabila terjadi hubung singkat pada rangkaian daya. Dipilih nilai
18 volt karena tegangan kerja maksimal driver sebesar 22 volt sehingga apabila
terjadi umpan balik tegangan, zener bisa menahannya pada nilai aman terhadap
kerusakan TLP 250.
4.3 Hasil Pengukuran Mengunakan Osiloskop
Sinyal SPWM satu fasa dibangkitkan dengan menggunakan metode
lookup table dari simulasi pembentukan sinyal SPWM menggunakan software
power simulator. Dengan pengaturan print stepnya maka didapatkan 256 data.
Data yang diperoleh diolah menggunakan bahasa C yang kemudian didownload
ke dalam memori mikrokontroller ATMEGA8535. Dengan fitur mikrokontroller
yang sudah terdapat ADC didalamnya, sinyal keluaran yang dihasilkan
mikrokontroller ATMEGA8535 merupakan sinyal SPWM analog yang sudah
Perpustakaan Unika
48
mendekati sinyal SPWM dalam simulasi. Sinyal keluaran dari mikrokontroller
ATMEGA8535 jika diukur dengan osiloskop dengan pengaturan skala pada
osiloskop, yaitu pada frekuensi 50,2 Hz, volt/div diatur pada range 2.5 V dan
time/div diatur pada range 10 ms adalah sebagai berikut: (gambar 4.6)
Gambar 4.6. Sinyal SPWM satu fasa keluaran mikrokontroller
Sinyal keluaran mikrokontroller mempunyai pola pensaklaran (SPWM)
yang sama dengan sinyal SPWM simulasi. Setelah mempunyai bentuk yang sama
dengan SPWM simulasi, sinyal SPWM tersebut akan melewati opto coupler
sebelum mengkonduksi saklar mosfet (saklar daya). Pada gambar 4.7 disajikan
gambar sinyal SPWM setelah melewati driver mosfet diukur pada frekuensi
osiloskop 51,5 Hz, volt/div diatur pada range 5 V dan time/div diatur pada range
10 ms,
Perpustakaan Unika
49
Gambar 4.7. Hasil pengujian SPWM setelah melewati Driver Mosfet
Setelah melewati driver mosfet, ternyata pola SPWM mengalami sedikit
perubahan (tidak ideal). Hal ini terjadi karena adanya rugi rugi daya yang
disebabkan adanya resistansi (tahanan) yang terdapat pada acesories opto coupler,
tetapi sinyal yang sedikit berbeda ini mampu mengkonduksikan MOSFET. Sinyal
SPWM kemudian disalurkan menuju GATE pada MOSFET agar MOSFET dapat
konduksi.
Berikut adalah hasil keluaran tegangan inverter diukur pada frekuensi
osiloskop 50,2 Hz, volt/div diatur pada range 10 V dan time/div diatur pada range
10 ms, parameter yang digunakan dalam rangkaian daya adalah sebagai berikut :
beban yang digunakan adalah resistor 10 dan inductor 1 mH. Catu daya DC
pada inverter diatur pada nilai tegangan 30 volt.
Perpustakaan Unika
50
Gambar 4.8. Hasil pengujian tegangan keluran inverter dengan beban R = 10 Ohm
dan L = 1 mH
Dalam Tugas Akhir ini tidak menggunakan sensor arus, sehingga
karakteristik dari arus yang mengalir tidak dapat dianalisa.
Perpustakaan Unika
51
BAB V
P E N U T U P
5.1 Kesimpulan
Suatu pengendalian inverter dengan menggunakan teknik dengan
implementasi mikrokontroller memiliki beberapa keuntungan antara lain adalah:
1. Struktur kendali lebih sederhana.
2. Memori yang digunakan dapat direduksi dari pada menggunakan
permrograman satu perioda.
3. Dengan teknik ini sampling yang dipakai dapat menggunakan frekuensi
yang lebih besar untuk mendapatkan data SPWM
5.2 Saran
Sudah saatnya dunia industri beralih dari sistem analog menjadi ke
sistem digital. Dengan sistem digital, dapat memberikan banyak
keuntungan, baik dari segi ruang, biaya dan kehandalan.
Metode ini dimungkinkan dapat dikembangkan dengan
mengimplementasikan pemrograman pada sistem 3 fasa.
Perpustakaan Unika
52
DAFTAR PUSTAKA
[1] Pratomo. L. H, Pemanfaatan Mikrokontroller Tipe 89S52 sebagai
Pengendali Multilevel Inverter,2009, CITEE, UGM.
[2] Rashid,Muhammad H. Power Electronics,CircuitDevices,and
Applications.2004.Prentice Hall.
[3] Hart,DanielW.IntroductionTo PowerElektronics.1997.Prentice Hall
[4] Ned Mohan, Tore M. Underland, William P. Robbins, Power
Electronics,Converters, Applications and Designs, Second Edition, Jhon
Wiley & Son, Inc, New York, 1995.
[5] Dr.Zainal Salam;Power Electronics and Drives (version 2);2002
[6] Bird, B.M., et all. 1993. An Introduction to Power Electronics. Chichester:
John Wiley & Sons Ltd
[7] Zuhal. 1995. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama
Perpustakaan Unika
53
LAMPIRAN
POWER SUPPLY
SISTEM
BEBAN RESISTIF
INDUKTOR RANGKAIAN DAYA
SISMIN
MIKROKONTROLLER
ATMEGA8535
Perpustakaan Unika