Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN MIOMAUTERI PADA Ny. S DI RUANG MAWAR 3 RUMAH SAKIT Dr.

MOEWARDI SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah disusun Untuk pemenuhan salah satu persyaratan Dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan

Oleh : Jayanti Ayu Ningrum 2010.019 AKADEMI KEPERAWATAN MAMBAULULUM SURAKARTA TAHUN 2013

ASUHAN KEPERAWATAN MIOMAUTERI PADA Ny. S DI RUANG MAWAR 3 RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah disusun Untuk pemenuhan salah satu persyaratan Dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan

Oleh : Jayanti Ayu Ningrum 2010.019 AKADEMI KEPERAWATAN MAMBAULULUM SURAKARTA TAHUN 2013

PERSETUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN MIOMAUTERI PADA Ny. S DI RUANG MAWAR 3 RUMAH SAKIT UMUM Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disetujui untuk diujikan dalam sidang Karya Tulis Ilmiah Pada Tanggal

Disusun oleh : JAYANTI AYU NINGRUM NIM 2010.019

Tanda Tangan

Pembimbing Utama

: ..

(Ns.Sri Sayekti Heni Sunaryanti,S.Kep.,M.Kes)

Pembimbing Pendamping (Mahrifatulhijah, S.Kep.,Ns.)

: ..

ii

PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN MIOMAUTERI PADA Ny. S DI RUANG MAWAR 3 RUMAH SAKIT UMUM Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun oleh : JAYANTI AYU NINGRUM NIM 2010.019

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal. Susunan Penguji Tanda Tangan Penguji I (Tri Yuniarti, S.K.M.,M.P.H.) Penguji II (Ns.Sri Sayekti Heni Sunaryanti, S.Kep.,M.Kes) Penguji III (Mahrifatulhijah, S.Kep.,Ns.) Mengetahui Akademi Keperawatan Mambaul Ulum Surakarta Direktur

Sri Iswahyuni, S.Kep.,Ns.,M.Kes

iii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MIOMAUTERI PADA Ny. S DI RUANG MAWAR 3 RUMAH SAKIT UMUM Dr. MOEWARDI SURAKARTA ini merupakan karya asli yang penulis susun dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Surakarta, Juni 2013

( JAYANTI AYU NINGRUM ) NIM 2010.019

iv

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr, Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah sebagai prasyarat Ujian Akhir Program Diploma III yang diselenggarakan oleh Akademi Keperawatan Mambaul Ulum Surakarta dengan judul Asuhan Keperawatan dengan Miomauteri pada Ny. S di Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta. Berkaitan dengan hal tersebut maka tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada berbagai pihak yang berkaitan dengan proses penyusunan Asuhan Keperawatan ini dapat selesai pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Sri Iswahyuni,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan Mambaul Ulum Surakarta yang telah memberi motivasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. 2. Ns.Sri Sayekti Heni Sunaryanti, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing utama dan penguji II Karya Tulis Imiah Akademi Keperawatan Mambaul Ulum Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan motivasi dalam

menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Mahrifatulhijah, S.Kep.,Ns. selaku pembimbing pendamping dan penguji III Akademi Keperawatan Mambaul Ulum Surakarta yang telah memberikan

pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan Ilmiah.

Karya Tulis

4. Tri Yuniarti, S.K.M.,M.P.H. selaku penguji I Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan masukan dan saran. 5. Segenap dosen, karyawan/karyawati dan adik-adik tingkat Akademi Keperawatan Mambaul Ulum Surakarta yang telah berperan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelenggarakan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Ayah, ibu, Adik serta seluruh anggota keluarga tercinta yang telah memberikan doa serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. 7. Sahabat dan Teman-temanku semuanya angkatan tahun 2010, yang telah memberikan dukungan dengan pembuatan laporan ini. Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangannya dan kelemahan baik dari segi bahasa, pengelolahan data maupun dalam penyusunannya, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi memperbaiki Karya atau tulis Ilmiah ini. Harapan penulis semoga Karya atau tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi orang lain. Wassalamualaikum Wr, Wb Surakarta, Juni 2013

Penulis

vi

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul...i Halaman Pengesahan...........ii Halaman Pernyataan...iv Kata Pengantar.....v Daftar Isi....vii Daftar Gambar..viii Daftar Lampiran.......x Intisari.....xi BAB 1 : PENDAHULUAN.....1 A. Latar Belakang.......1 B. Tujuan Penelitian.......3 C. Manfaat Penelitian.3 BAB II : Tinjauan Pustaka dan Resume Kasus....5 A. Tinjauan Pustaka5 B. Resume kasus...15 BAB III : PEMBAHASAN....28

vii

Halaman A. Pengkajian28 B. Diagnosa, intervensi dan Evaluasi...29 C. Diagnosa Yang Tidak Muncul Dalam kasus Dan Ada Dalam Teori...39 BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN.....41 A. Simpulan..41 B. Saran.42 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

viii

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Anatomi Fisiologi Gambar 2 : Patway 8 10

ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Asuhan Keperawatan Miomauteri Pada Ny. S Di Ruang Mawar 3 Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta Lampiran 2 : Intervensi Lampiran 3 : Konsultasi

INTISARI ASUHAN KEPERAWATAN MIOMAUTERI PADA Ny. S DI RUANG MAWAR 3 RUMAH SAKIT UMUM Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Jayanti Ayu Ningrum1 Mahrifatulhijah2 Sri Sayekti Heni Sunaryanti3 Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dengan prevalensi yang meningkat lebih dari 70% pada pemeriksaan patologi anatomi uterus. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat dan paling banyak ditemukan pada wanita umur 35-45 tahun (kurang lebih 25%) serta jarang sekali ditemukan pada wanita 20 tahun dan pasca menopause (Wiknjosastro, 2005 : 339-339). Asuhan keperawatan pada Ny. S, 39 tahun dilakukan diruang Mawar 3 Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi pada tanggal 15 - 18 oktober 2012. Diagnosa medis mioma uteri, dengan data subjektif pasien mengeluh nyeri pada perut bawah dan punggung bawah, pasien tidak tahu tentang penyakit yang diderita, pasien mengatakan tidurnya kurang setiap malam tidur dari 5 jam, aktivitas pasien dibantu keluarga dan suami. Dan data objektif pasien tampak meringis, cemas, gelisah, tampak mengantuk konjungtiva anemis, aktivitas dibantu keluarga. Masalah keperawatan yang muncul pada Ny. S adalah Nyeri, Cemas, gangguan pola tidur dan intoleransi aktivitas. Intervensi penulis susun sesuai diagnosa keperawatan diatas Implementasi penulis lakukan untuk mengatasi masalah keperawatan pada Ny. S dengan evaluasi masalah yang teratasi adalah Gangguan pola tidur dan Intoleransi aktivitas sedangkan masalah yang teratasi sebagian adalah Nyeri dan Cemas selanjutnya penulis delegasikan kepada perawat ruangan.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan Mioma Uteri, Tumor, Nyeri, cemas, gangguan pola tidur, intoleransi aktivitas.

1. Mahasiswa Akademi Keperawatan Mambaul Ulum Surakarta 2. Dosen Akademi Keperawatan Mambaul Ulum Surakarta (Pembimbing Pendamping) 3. Dosen Akademi Keperawatan Mambaul Ulum Surakarta (Pembimbing Utama)

xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leiomiomata disebut juga fibroid atau mioma adalah tumor jinak yang berasal dari sel sel otot polos. Tumor ini mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terdiri dari sel sel otot polos yang mengalami degenerasi. Umum nya fibroid ditemukan dalam dekade ke empat atau kelima dari kehidupan. Fibroid adalah suatu tumor yang sering terdapat pada rongga panggul. Mioma biasanya multiple. Pertumbuhan mioma dirangsang oleh estrogen. Mioma bertumbuh dengan mendorong perbatasan dengan sebuah kapsul palsu dan bisa tumbuh menjadi sangat besar. Tempat pertumbuhan yang paling sering adalah didalam korpus uteri. Kasus ini biasanya terdapat pada 25 % orang kulit putih dan 50 % orang kulit hitam (Rayburn, 2001 : 268). Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dengan prevalensi yang meningkat lebih dari 70% pada pemeriksaan patologi anatomi uterus. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat dan paling banyak ditemukan pada wanita umur 35-45 tahun (kurang lebih 25%) serta jarang sekali ditemukan pada wanita 20 tahun dan pasca menopause (Wiknjosastro, 2006 : 339-339).

Berdasarkan penelitian World health organisation (WHO) penyebab angka kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 (1,95 %) kasus dan tahun 2011 sebanyak 21 (2,04 %) kasus (Penelitian WHO, 2010). Pada tahun 2013 di Indonesia kasus mioma uteri di temukan sebesar 2,39 -11,7% pada semua pasien kebidanan yang di rawat. Data statistik menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau hamil hanya satu kali (Mega, 2012). Hasil penelitian oleh Tri Kurniasari di RSUD Dr. Moewardi Surakarta priode Januari 2009 sampai dengan Januari 2010 melaporkan penderita mioma uteri sebanyak 114 dengan penderita terbanyak terdapat dikelompok umur 4050 tahun dengan jumlah 70 kasus (61,40%) (Kurniasari, 2010). Sehubungan dengan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan mioma uteri di bangsal Mawar 3 Rumah Sakit Umum Dr.Moewardi Surakarta. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menggambarkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Mioma Uteri pada Ny.S di bangsal Mawar 3 Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta.

2. Tujuan Khusus Untuk menggambarkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Mioma Uteri pada Ny.S di bangsal Mawar 3 Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta, sesuai tahapan proses keperawatan yang terdiri dari : a. Pengkajian b. Rumusan Diagnosa c. Rencana Keperawatan d. Tindakan keperawatan e. Evaluasi keperawatan f. Dokumentasi keperawatan C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang di perlukan dalam pelaksanaan layanan keperawatan khususnya pada pasien dengan mioma uteri. b. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang Asuhan Keperawata pada pasien dengan mioma uteri yang dapat di jadikan acuhan bagi mahasiswa saat melakukan Praktek Klinik Keperawatan Maternitas.

c.

Bagi penulis Memperoleh pengetahuan dan pengalaman bidang keperawatan maternitas khususnya asuhan keperawatan pasien dengan mioma uteri.

d.

Bagi Pasien Mendapatkan informasi dan tindakan keperawatan yang tepat sesuai dengan diagnosa medis yaitu mioma uteri.

e.

Bagi Perawat Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) perawat dengan memperbanyak pengetahuan tentang asuhan keperawatan khususnya pada pasien mioma uteri.

f.

Bagi Keluarga Mendapatkan informasi tentang cara perawatan dan penangan dirumah pada pasien dengan mioma uteri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RESUME KASUS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Leiomioma adalah tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri, bulat, keras berwarna putih hingga merah muda pucat, sehingga besar terdiri atas otot polos dengan beberapa jaringan ikat (Benson, 2009 : 546). Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpang, terjadinya setelah berumur 25 tahun (Wiknjosastro, 2006 : 338 ). Mioma Uteri adalah tumor jinak pada otot rahim, disertai jaringan ikat sehingga dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikat dan otot rahimnya yang dominan (Manuaba, 2010 : 556). Dari definisi diatas penulis simpulkan mioma uteri adalah adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita.

2. Klasifikasi Miomauteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat berdasarkan lokasinya, tipe (kebanyakan kombinasi) : a. Subserosa Terdapat sedikit dibawah serosa uterus, menonjol keluar melalui dinding luar uterus. b. Intramural Berbentuk bundar dan terdapat di dalam miometrium, mioma ini membentuk komponen subserosa atau submukosa. c. Submukosa Terdapat sedikit dibawah lapisan besidua endometrium yang menonjol ke dalam rongga uterus. d. Servikal Mioma ini dapat menjadi pendunkulatum atau menonjol keluar serviks dan menjadi terinfeksi. ( Sinclair, 2010 :609 610 )

3. Etiologi Walaupun jelas bahwa mioma uteri berasal dari otot polos uterus, namun kurang diketahui faktor faktor apa yang menyebabkan tumbuhnya tumor dari otot otot tersebut. Banyak penulis menyokong teori stimulasi oleh estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa : a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil.

b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche. c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause. d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersamaan denan mioma uteri. (Wiknjosastro, 2006 : 282 )

4. Tanda dan gejala Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada ( serviks, intramural, submukus ) besarnya tumornya, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut : a. Perdarahan abnormal. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. b. Rasa nyeri. Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. c. Gejala dan tanda penekanan. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. (Wiknjosastro, 2006 : 341 - 342 )

5. Anatomi Fisiologi Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan

menurut arah pertumbuhannya,maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain: 1. Mioma submukosa 2. Mioma intramural 3. Mioma subserosa 4. Mioma intraligamenter

Gambar 1 : Anatomi Fisiologi Mioma Uteri (Liakumala, 2001 )

6. Pathofisiologi Rasa nyeri bukanlah gejala yang bebas, tetapi dapat timbul karena gangguan siklus darah pada sarang mioma, yang disertai nekosis setempat dan peradangan, penekanan mioma pada kandung kemih dapat menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebakan obstipasi dan tanesmia, infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars infertilitas tuba, sedangkan mioma submukosa juga memudahan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi

anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. (Anwar, 2011 : 276-277 )

10

7. Pathway
Rangsangan Terhadap sebuah sel neoplastik Terhadap Hormon Estrogen

Terdapat Banyak Mioma Di dinding uterus

Mioma Uteri

Kurang Informasi

Mioma Membesar

Terjadi Peradangan Pada Sarang Mioma

Cemas

Menekan Dan mendesak kandung kemih

Perdarahan abnormal (menometroragia)

Poliuri Resti Kurang Cairan Tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia.

Gangguan Pola Tidur Resti Infeksi gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma akibat nekrosis dan peradangan Kelemahan Fisik

Intoleransi Aktivitas Nyeri

Gambar 2 : Pathway (Wiknjosastro, 2006 : 282 )

11

8. Komplikasi a. Pertumbuhan leiomiosarkoma Ini ialah tumor yang tumbuh dari miometrium dan merupakan 50 70 persen dari semua sarkoma uteri. b. Torsi (putaran tangkai) Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. c. Nekrosis dan infeksi Pada mioma submukosum yang menjadi polip, ujung tumor kadang kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. (Wiknjosastro, 2006 : 287)

9. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan fisik 1) Pemeriksaan abdomen Uterus yang amat membesar dapat di palpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan-perubahan degeneratif,

leimioma lebih terpalpasi pada abdomen selama kehamilan, perlunakan pada abdomen yang disertai nyeri lepas dapat disebabkan oleh perdarahan intraperitonial dari ruptur vena pada permukaan tumor.

12

2) Pemeriksaan pelvis Serviks biasanya normal, namun pada keadaan tertentu, leiomioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlibat pada osteum servikalis, uterus cenderung membesar dan tidak beraturan serta noduler. b. Pemeriksaan diagnostik a. Tes laboratorium Hitung darah lengkap dan apusan darah: leukositosis dapat disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukkan adanya kehilangan darah yang kronik. b. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetik menyerupai kehamilan atau terdapat bersama-sama dengan kehamilan. c. Ultrasonografi Apabila keberadaan masa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu. d. Pielogram intravena Dapat membantu dalam evaluasi diagnostik. e. Pap smear serviks Selalu diindiksikan untuk menyingkap neoplasma serviks sebelum histerektomi.

13

f. Histerosal pingogram Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi kemudian hari untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi. 10. Penatalaksanaan a. Fokus pengkajian 1) Pengkajian primer, identitas klien, data fakus: a) Ketidakteraturan menstruasi (perdarahan abdominal). b) Infertilitas, anovulasi. c) Nulipara d) Keterlambatan menopouse e) Penggunaan jangka panjang obat estrogen setelah menopouse f) Riwayat: obesitas, diabetes melitus, hipertensi, hiperplasia adenomatosa. g) Ada benjolan di perut bagian bawah dan rasa berat. 2) Pengkajian sekunder a) Pemeriksaan USG: untuk melihat lokasi, besarnya mioma, diagnosis banding dengan kehamilan. b) Laparaskopi: untuk melihat lokasi, besarnya mioma uteri. 3) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul a) Nyeri berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma akibat nekrosis dan peradangan. b) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang mioma uteri.

14

c) Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan pervagina berlebihan. d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia. e) Gangguan Pola tidur berhubungan dengan Desakan Mioma Pada kandung kemih. f) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. (Doengoes, 2008, 915)

15

B. Resume Kasus 1. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari senin, tanggal 15 Oktober 2012 Jam 10.30 WIB. Data didapat melalui wawancara dengan pasien, keluarga, pasien, status pasien dan perawat a. Identitas pasien nama pasien Ny. S, 39 Tahun, agama islam, pendidikan SLTP, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat ngaglik Rt 01/01 Jlarem Ampel Boyolali. Identitas penanggung jawab Tn. W, 42 Tahun, pendidikan SMK, agama Islam, pekerjaan swasta. Hubungan dengan pasien adalah Suami. Masuk Rumah sakit pada hari Jumat, 05 Oktober 2012 pukul 08.30 WIB. b. Riwayat kesehatan ditemukan keluhan utama pasien mengatakan Nyeri pada perut dan punggung bagian bawah, Provoking : Desakan tumor miomauteri, Quality : Rasanya Panas Campur Pegal, Region : Perut bagian bawah sampai punggung bawah, Skala : 6 bila diukur 0-10, Time : timbul jika banyak gerak. c. Riwayat penyakit sekarang pasien datang sendiri dan suami di Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi dengan keluhan nyeri sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu dan benjolan diperut bawah. Sebelumnya pasien mengaku pernah menjalani operasi kandungan di RS DKT Salatiga kurang lebih 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan pada waktu operasi hanya dilakukan pembukaan tetapi tidak dilakukan pengangkatan benjolan diperutnya dan tidak dilakukan pemeriksaan patologi anatomi

16

dengan alasan benjolan lengket dengan usus sehingga langsung ditutup dan dirawat sampai luka operasi sembuh dan pasien pulang. Karena dirumah pasien merasa pegal dan nyeri pada perut tanggal 05 oktober 2012 pasien memeriksakan ke Rumah Sakit Dr. Moewardi dan disarankan dirawat inap untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya dan didapatkan data tanda-tanda vital Tekanan Darah : 130/90 mmHg, Nadi : 77 x/menit, Respirasi Rate : 24 x/menit, suhu 36,4 oc, setelah dilakukan pemeriksaan diIGD pasien dibawah ke Bangsal Mawar 3 untik dilakukan perawatan selanjutnya. d. Riwayat Penyakit Dahulu, pasien mengatakan sudah pernah dirawat di RS DKT salatiga karena dilakukan operasi tetapi tidak jadi dan langsung ditutup dengan alas an benjolan lengket pada usus. Dan pasien sebelumnya tidak mengalami sakit yang parah hanya batuk, pilek, dan demam biasa. e. Riwayat penyakit keluarga pasien mengatakan sebelumnya dalam keluarga Ny. S tidak ada yang menderita penyakit miomauteri, dan tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti hepatitis, HIV AIDS, ESBL, MRSA, dan penyakit menurun seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, Asma dan lain-lain. f. Riwayat Obstetri, Pasien mengatakan menarche umur 13 tahun, banyaknya 3 kali ganti pembalut dalam sehari, siklus teratur 28 hari, lamanya 4-6 hari, keluhan tidak ada saat manstruasi. Riwayat keluarga berencana, pasien mengatakan saat ini Ny. S terpasang Keluarga

17

berencana spiral dipasang sejak anak pertama lahir tidak mengeluh sakit dan manstruasi lancer satu bulan sekali. g. Pemeriksaan Fisik penulis tulis yang mengalami gangguan ditemukan Keadaan Umum Ny. S Sedikit pucat. Tanda-tanda vital pasien vital Tekanan Darah : 130/90 mmHg, Nadi : 77 x/menit, Respirasi Rate : 24 x/menit, suhu 36,4 oc, Berat Badan 47 Kg, Tinggi Badan 154 Cm. Pada Mata konjungtiva anemis, mata kanan kiri simetris, sclera putih susu sedikit kemerahan, tampak kantung mata, tampak mengantuk, fungsi penglihatan baik. Abdomen inspeksi adanya luka post operasi dengan panjang kurang lebih 10 cm dan sudah sembuh, perut tidak tampak kembung, auskultasi bising usus 26 x/menit, palpasi teraba massa sebesar telur ayam diatas pusat simpisis ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, perkusi tympani. h. Pola Fungsi menurut Gordon penulis ambil yang terjadi masalah, pola aktivitas selama sakit pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarganya dan suami kadang- kadang dibantu perawat, aktivitas harianya tidur ditempat tidur dan bercakap-cakap dengan keluarga. pola istirahat dan tidur selama sakit pasien mengatakan tidurnya kurang seriap malam tidur kurang lebih 5 jam karena nyeri perut sehingga tidur terganggu. Jarang tidur siang hanya berbaring ditempat tidur. Pola kognitif dan persepsi selama sakit pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya seperti mioma uteri. Persepsi diri dan konsep diri pasien mengatakan dalam merawat diri dibantu

18

suami dan keluarga, dapat mengenal diri sendiri dan peran sebagai ibu rumah tangga karena diRawat dirumah sakit. i. Data penunjang penulis menulis data yang mengacu pada masalah miomauteri hasil USG keadaan umum tensi mmHg, uterus 14 x 11 cm, tampak gambaran well like appearance, kesan menyongokong gambaran miomauteri. Terapi Medis pasien mendapat infuse RL 20 tpm, infuse Ke En 20 tpm, injeksi ceftriaxine 1 gr, oral kanamisin 4 x 1 sehari, oral metronidazole 3 x 1 sehari. j. Data Fokus penulis menulis data yang mengacu pada masalah miomauteri. Data Subyektif yaitu pasien mengatakan nyeri pada perut dan punggung bawah, Provoking : Desakan tumor miomauteri, Quality : Rasanya Panas Campur Pegal, Region : Perut bagian bawah sampai punggung bawah, Skala : 6 bila diukur 0-10, Time : timbul jika banyak gerak, pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga dan suami, pasien mengatakan tidurnya kurang setiap malam tidur Cuma 5 jam, pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya yang dideritanya, pasien mengatakan dalam merawat diri dibantu suami dan keluarga, pasien mengatakan tidak melakukan hubungan karena sedang sakit. Data obyektif pasien tampak meringis, pasien tampak pucat, pasien tampak cemas, pasien tampak mengantuk, mata pasien tampak kantung mata, konjungtiva anemis, tampak menahan sakit, perut pasien tampak luka post op pada perut sepanjang kurang lebih 10 cm tetapi sudah kering, teraba massa sebesar telur ayam diatas pusan

19

simpisis, hasil USG keadaan umum tensi mmHg, uterus 14 x 11 cm, tampak gambaran well like appearance, kesan menyongokong gambaran miomauteri. Terapi Medis pasien mendapat infuse RL 20 tpm, infuse Ke En 20 tpm, injeksi ceftriaxine 1 gr, oral kanamisin 4 x 1 sehari, oral metronidazole 3 x 1 sehari, pasien tampak aktivitas dibantu oleh keluarga, laboratorium hemoglobin 12,0 g/dl (normalnya : 12,0 16,6) leukosit 10,9 ribu/ul (normalnya : 4,5 11,0) trombosit 350 ribu/ul (normalnya : 150 456), tanda-tanda vital TD : 130/90 mmHg, N : 77 x/menit, RR : 16 x/menit, S : 36,4 oc. 2. Analisa Data Dan Diagnosa Keperawatan a. Analisa Data
No 1. Ds : Pasien mengatakan nyeri pada perut dan punggung bawah, P : Desakan tumor miomauteri Q : Rasanya Panas Campur Pegal R : Perut bagian bawah sampai punggung bawah S : 6 bila diukur 0-10, Time : timbul jika banyak gerak pasien mengatakan tidak melakukan hubungan karena sedang sakit Data Etiologi Gangguan Sirkulasi akibat desakan tumor miomauteri Problem Nyeri Akut

Do : Pasien tampak meringis

20

Pasien tampak pucat. Teraba massa sebesar telur ayam diatas simpisis Tampak menahan sakit. Kurang Informasi Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya. Cemas

2. Ds : -

Do : Pasien tampak cemas Hasil USG : keadaan umum tensi mmHg, uterus 14 x 11 cm, tampak gambaran will like appearance, kesan menyongkong gambaran miomauteri. Proses Penyakit Pasien mengatakan tidurnya kurang setiap malam tidur kurang lebih 5 jam. Gangguan Pola Istirahat Tidur.

3.

Ds : -

Do : Pasien tampak mengantuk. Mata tampak kantung mata. Konjungtiva anemis Tanda-tanda Vital : TD : 130/90 mmHg N : 77 x/menit. RR : 16 x/menit S : 36,4 oc

4.

Ds : Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga

Kelemahan Fisik

Intoleransi Aktivitas

21

dan suami. Pasien mengatakan dalam merawat diri dibantu suami dan keluarga.

Do : Pasien tampak aktivitas dibantu oleh keluarga. Terpasang infus RL : 20 Tpm.

b. Diagnosa Keperawatan sesuai prioritas yang penulis temukan pada Ny. S adalah sebagai berikut : 1. Nyeri Akut berhubungan dengan Gangguan Sirkulasi akibat desakan tumor miomauteri. 2. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi. 3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Proses penyakit. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. 3. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi a. Nyeri Akut berhubungan dengan Gangguan Sirkulasi akibat desakan tumor miomauteri. Tujuan : asuhan keperawatan disusun dengan tujuan nyeri hilang atau berkurang setelah dilakukan keperawatan 3 x 24 jam dengan kriteria hasil wajah pasien tampak rileks dan segar, skala nyeri

22

menjadi antara 0-3, nyeri tidak timbul saat digerakkan. Intervensi tindakan yang penulis susun adalah kaji skala nyeri pasien, berikan lingkungan yang tenang, berikan posisi yang nyeman, demonstrasikan keterampilan relaksasi Distraksi, Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic sesuai indikasi. Implementasi dilakukan pada tanggal 16 18 oktober 2012 antara lain mengkaji skala nyeri dengan respon pasien mengatakan nyeri pada perut sedikit berkurang tapi masih sakit skala : 5, pasien tampak tenang dan menyebutkan skala nyeri, memberikan lingkungan yang tenang dan aman respon pasien mengatakan perutnya masih sedikit sakit terutama bagian punggung sehingga geraknya terbatas, pasien tampak sedikit menahan nyeri, mengajarkan tehnik relaksasi distraksi respon pasien mengatakan mau diajarkan, pasien tampak kooperatif, mengkaji tanda tanda vital respon pasien mengatakan mau dikaji tanda-tanda vitalnya, pasien tampak tenang TD : 120/70 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 18 x/menit, S : 36,5 oc, melakukan kolaborasi pemberian terapi medis injeksi ceftriaxone 1 gr, oral kanamisin 1 tablet, oral metronidazole 1 tablet respon pasien mengatakan mau diberikan obat suntik maupun obat minum, pasien tampak kinum obat, dan obat injeksi masuk. Evaluasi subyektif : pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah dan punggung bawah nyeri sedikit berkurang dengan skala 4, obyektif : pasien tampak rileks dan tidak mringis menahan

23

sakit lagi, Assesment : Masalah Nyeri Akut teratasi sebagian, Planning : intervensi dilanjutkan, kompres hangat pada area yang sakit, pertahankan posisi yang nyaman. b. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Asuhan keperawatan disusun dengan tujuan pasien cemas teratasi setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam dengan kriteria hasil cemas dapat ditoleransi, cemas dapat hilang dengan penkes tentang penyakitnya, pasien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, pasien mampu mengontrol cemas. Intervensi yang penulis susun

adalah kaji status mental pasien, berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala, berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan prasaan, jelaskan dan persiapan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan, libatkan pasien dan keluarga dalam perawatan. Implementasi mengkaji status mental pasien tentang

penyakitnya dengan respon pasien mengatakan yakin penyakitnya akan sembuh, pasien tampak sedikit gelisah, memberikan kesempatan pasien mengungkapkan prasaannya dengan respon pasien mengatakan penyakitnya tidak kunjung sembuh, pasien tampak kuatir atau cemas, mengkaji tanda tanda vital respon pasien mengatakan mau dikaji tanda-tanda vitalnya, pasien tampak tenang TD : 120/70 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 18 x/menit, S : 36,5 oc, melakukan kolaborasi pemberian

24

terapi medis injeksi ceftriaxone 1 gr, oral kanamisin 1 tablet, oral metronidazole 1 tablet respon pasien mengatakan mau diberikan obat suntik maupun obat minum, pasien tampak kinum obat, dan obat injeksi masuk, memberikan informasi tentang penyakitnya dengan respon pasien mengatakan mau diberi tahu tentang penyakitnya, pasien tampak kooperatif. Evaluasi subyektif : pasien mengatakan sudah sedikit paham tentang penyakitnya dan mau menerima tindakan apapun, obyektif : pasien tampak mampu mengontrol cemas, pasien tampak mau menerima tindakan medis lainnya, pasien tampak mengerti tentang penyakitnya, assesment : masalah cemas teratasi sebagian, planning : intervensi dilanjutkan, memotivasi pasien tentang rencana tindak lanjut ti medis, mengevaluasi tentang pemahaman penyakitnya. c. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Proses penyakit. Tujuan : asuhan keperawatan disusun dengan tujuan pasien gangguan pola tidur teratasi setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam dengan kriteria hasil pola tidur tidak terganggu, kwalitas tidur yang maksimal 7 8 jam, pasien tampak segar, tidak mengantuk, tidak anemis, tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi yang penulis susun adalah kaji kebiasaan tidur pasien, berikan tempat tidur yang nyaman, tingkatkan regiment yaitu pemberian segelas susu hangat,

25

instruksikan tindakan relaksasi, kolaborasi pemberian sedative sesuai indikasi. Implementasi mengkaji kebiasaan tidur pasien dengan respon pasien mengatakan jika tidur posisinya miring karena lebih nyaman dan tidak nyeri, pasien tampak kooperatif, memberikan tempat tidur yang nyaman denan respon pasien mengatakan nyaman dengan posisi miring, pasien tampak kooperatif, mengkaji tanda tanda vital dengan respon pasien mengatakan mau dikaji tanda-tanda vitalnya, pasien tampak tenang TD : 120/70 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 18 x/menit, S : 36,5
o

c, melakukan kolaborasi pemberian terapi medis injeksi

ceftriaxone 1 gr, oral kanamisin 1 tablet, oral metronidazole 1 tablet respon pasien mengatakan mau diberikan obat suntik maupun obat minum, pasien tampak kinum obat, dan obat injeksi masuk. Evaluasi subyektif : pasien mengatakan sudah bias tidur pada malam hari nyeri pada perut berkurang sehingga dapat tidur pulas tidur kira kira 7 jam, obyektif : pasien tidak tampak mengantuk, tampak segar, konjungtiva tidak anemis, tanda tanda vital dalam batas normal TD : 120/70 mmHg, N : 89 x/menit, RR : 18 x/menit, S : 37oc, assessment : masalah gangguan pola tidur teratasi, planning : intervensi dipertahankan, pemberian segelas susu hangat.

26

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : Asuhan Keperawatan disusun dengan tujuan pasien dapat aktivitas dapat dilakukan secara mandiri setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam dengan kriteria hasil aktivitas dalam batas toleransi, dapat melakukan kegiatan sendiri seperti kekamar mandi, makan, minum, tampak melakukan pemenuhan kebutuhan secara mandiri. Intervensi yang penulis susun adalah evaluasi laporan

kelemahan (keadaan umum), berikan lingkungan tenang, bantu aktivitas perawatan diri, pantau tanda tanda Vital, dekatkan barang dengan pasien barang yang dibutuhkan, kolaborasi pemberian antitusif, sesuai indikasi. Implementasi mengobservasi keadaan umum dengan respon pasien mengatakan baik dan mampu makan minum dan kekamar mandi sendiri, pasien tampak rileks, memberikan lingkungan yang tenang dan aman respon pasien mengatakan perutnya masih sedikit sakit terutama bagian punggung sehingga geraknya terbatas, pasien tampak sedikit menahan nyeri, mengkaji tanda tanda vital dengan respon pasien mengatakan mau dikaji tanda-tanda vitalnya, pasien tampak tenang TD : 120/70 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 18 x/menit, S : 36,5 oc, membantu kegiatan pasien sesuai kebutuhan dengan respon pasien mengatakan mau dibantu kegiatannya, pasien tampak tenang, melakukan kolaborasi pemberian terapi medis injeksi ceftriaxone 1 gr, oral kanamisin 1 tablet, oral metronidazole 1 tablet respon pasien

27

mengatakan mau diberikan obat suntik maupun obat minum, pasien tampak kinum obat, dan obat injeksi masuk. Evaluasi Subyektif : pasien mengatakan sudah mampu melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan secara mandiri, obyektif : pasien tampak makan sendiri, minum sendiri, kekamar mandi sendiri, assessment : masalah intoleransi aktivitas teratasi, planning : intervensi dipertahankan, kaji kemampuan pemenuhan kebutuhan pasien, dekatkan alat alat yang sering pasien pakai, menjaga keselamatan pasien.

28

BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan pembahasan tentang Asuhan Keperawatan Pada Ny. S diruang Mawar 3 Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta. Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang pegertian diagnosa yang muncul pada pasien, alasan mengapa di prioritaskan, rencana dan tindakan yang telah dilakukan serta evaluasi dari masing masing diagnosa. Penulis menetapkan empat diagnosa yang muncul dalam kasus dan ada dalam teori, dan dua diagnosa dalam teori tetapi tidak ada dalam kasus. Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan penulis salah dalam memutuskan diagnosa. Kesalahan itupun penulis bahas dan luruskan dalam bab ini. A. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Handayaningsih, 2007 : 35) Selama aspek tahapan pengumpulan data, perawat melatih

ketrampilan persepsual dan observasional dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman. Lama dan kedalaman setiap pengkajian fisik tergantung pada kondisi pasien ini dan situasi saat ini.

28

29

Adapun pengkajian fisik yang perawat lakukan meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. S pada hari senin, tanggal 15 Oktober 2012 jam 10.30 WIB, pengkajian dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan anamnesa ditemukan data pasien mengatakan Nyeri pada perut dan punggung bagian bawah, Provoking : Desakan tumor miomauteri, Quality : Rasanya Panas Campur Pegal, Region : Perut bagian bawah sampai punggung bawah, Skala : 6 bila diukur 0-10, Time : timbul jika banyak gerak nyeri sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu dan benjolan diperut bawah. Penulis belum mengkaji jumlah anak dan keinginan punya anak lagi. Dalam pelakasanaan pengkajian penulis tidak mendapatkan kendala yang berarti karena pasien dan keluarga sangat kooperatif. B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Setelah penulis melakukan tahap demi tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, serta evaluasi. Dari beberapa tahap diatas penulis menegakkan empat diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan berdasarkan atas aspek tahapan proses keperawatan, yaitu :

30

Diagnosa yang ditegakkan pada Ny. S sesuai prioritas 1. Nyeri berhubungan dengan desakan tumor miomauteri Diagnosa diatas salah diagnosa yang tepat adalah Nyeri berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma. Nyeri akut adalah emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan secara actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa yang tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan (Nanda 2005 : 410). Diagnosa ini ditegakkan karena ditemukan data-data sebagai berikut pernyataan rasa sakit atau nyeri, perubahan pada tonus otot, ekspresi wajah menahan nyeri, pemfokusan diri pada nyeri (Doengoes, 2001 : 915). Pada Asuhan Keperawatan ini data yang mendukung gangguan rasa nyaman pada Ny. S adalah wajah N y. S tampak meringis, sedikit pucat, tampak gelisah dan tampak menahan rasa sakit, skala 6 dari 0 1, ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, teraba massa sebesar telur ayam diatas simpisis, Data yang menunjang diagnosa diatas kurang lengkap seharusnya ada data hasil USG dan terapi medis penulis tidak mencantumkan Kebutuhan dasar menurut teori Maslow, penulis memprioritaskan diagnosa ini menjadi masalah utama karena nyeri merupakan kebutuhan

31

fisiologis yang menjadi masalah yang harus diatasi lebih utama daripada kebutuhan lainnya jika tidak segera diatasi akan mengganggu kenyamanan individu dan dapat menyebabkan syok neurogenik (Asmadi, 2008 : 03). Data diatas untuk mengatasi gangguan rasa nyaman nyeri, penulis menetapkan tujuan nyeri menghilang atau berkurang, yang seharusnya nyeri berkurang, setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam dengan kriteria hasil : nyeri berkurang dengan skala 0-3, tampak rileks, nyeri tidak tibul lagi saat digerakkan. Dalam menuliskan kriteria hasil, penulis menyadari adanya kekurangan, yaitu kurangnya SMART. Adapun intervensi keperawatan yang penulis lakukan untuk mengatasi nyeri Ny. S adalah sebagai berikut: a. Mengobservasi karakteristik nyeri berguna dalam membedakan ketidaknyamanan dan terjadinya komplikasi dan evaluasi keefektivan intervensi (Doengoes, 2008 : 789). b. Memberikan pasien posisi senyaman mungkin untuk Meningkatkan relaksasi (Doengoes, 2008 : 916). c. Menganjurkan tehnik relaksasi berguna untuk melepaskan ketegangan emosional dan otot, meningkatkan perasaan control yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping individu (Doengoes, 2008 : 916). d. Memberikan lingkungan yang nyaman untuk Meningkatkan

kemampuan koping (Doengoes, 2008 : 916)

32

e. Pemberian analgesic bertujuan untuk penggunaan agen agen farmakologi untuk mengurangi atau meningkatkan nyeri (Wilkinson, 2007 : 342). Implementasi yang penulis lakukan pada kasus ini sudah sesuai intevensi. Penulis kurang melakukan implementasi mengatur posisi pasien. Kekuatan penulis dalam melakukan implementasi ini adalah pasien dan keluarga sangat kooperatif dengan tindakan keperawatan yang dilakukan perawat. Kelemahan penulis dari tidakan relaksasi nafas dalam butuh waktu lama untuk merasakan hasil dari perubahan rasa nyeri. Evaluasi yang penulis lakukan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri teratasi sebagian karena setelah dilakukan nafas dalam masih terasa nyeri, intervensi dipertahankan karena pasien mengatakan nyeri berkurang ekspansi wajah tampak rileks, intervensi dipertahankan tehnik distraksi relaksasi. 2. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnosa diatas salah diagnosa yang lebih tepat adalah kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya informasi karena data yang mendukung tentang cemas kurang kuat, data tersebut mengacu pada masalah kurang pengetahuan. Cemas adalah keadaan ketika individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah ( penilaian atau opini ) dan aktivitasi system saraf autonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas ( Carpenito, 2007 : 11 ).

33

Diagnosa ini dapat ditegakkan karena ditemukan data-data sebagai berikut ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, gelisah atau gugup, kegelisahan, insomnia ( sulit tidur ), keadaan sakit terus menerus yang menjadikan semakin merasakan ketidakberdayaan (Carpenito, 2006 : 456). Pada asuhan keperawatan ini data yang mendukung Cemas pada Ny. S adalah Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya, wajah tampak cemas, Hasil USG : keadaan umum tensi mmHg, uterus 14 x 11 cm, tampak gambaran will like appearance, kesan menyongkong gambaran miomauteri, seharusnya data hasil USG masuk pada diagnose pertama yaitu nyeri. Diagnosa Cemas penulis prioritaskan pada urutan ke dua karena kecemasan merupakan kebutuhan yang dipenuhi untuk kebutuhan fisiologis dan psikologis. Bila masalah ini tidak dipenuhi dapat terjadi komplikasi penyakit dan proses menahun (Doengoes, 2002 : 922). Penulis menetapkan masalah Cemas dengan tujuan cemas dapat teratasi setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam dengan kriteria hasil cemas dapat ditoleransi, cemas dapat hilang dengan penkes tentang penyakitnya, pasien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, pasien mampu mengontrol cemas. Adapun rencana tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk mengatasi kecemasan pada Ny. S sebagai berikut : a. mengkaji status mental pasien bertujuan untuk mengidentifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya dengan lebih realistis ( Doengoes, 2008 : 923).

34

b. Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan prasaannya bertujuan untuk akan mempermudah pasien untuk menghadapi situasi dengan lebih baik ( Doengoes, 2008 : 886 ). c. Memberikan informasi tentang penyakitnya bertujuan untuk

memberikan bantuan dapat berguna dalam mengurangi kecemasan ( Doengoes, 2008 : 923). d. Memberikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala untuk Memungkinkan ekspresi perasaan membant dimulainya resolusi (Doengoes, 2008 : 923). e. Melibatkan keluarga dan pasien dalam perawatan untuk Membantu dalam proses penyembuhan yang bertahap (Doengoes, 2008 : 923). Implementasi yang penulis lakukan pada kasus ini sudah sesuai sesuai dengan intervensi. Penulis kurang melakukan implementasi menjelaskan kesiapan untuk dilakukan tindakan selanjutnya dan melibatkan keluarga dalam perawatan. Kekuatan penulis selama melakukan implementasi ini adalah pasien tidak cemas lagi dan keluarga Nampak berusaha menenangkan pasien agar tenang. Kelemahan penulis dari tindakan ini tidak semua intervensi dapat penulis implementasikan sehingga penulis tidak tahu perkembangan tingkat kecemasan pasien secara optimal. Evaluasi yang penulis lakukan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah Cemas teratasi sebagian karena setelah diberikan informasi tentang penyakitnya sehingga kecemasan

35

berkurang, intervensi dipertahankan karena sudah sedikit paham tentang penyakitnya dan mau menerima tindakan apapun, pasien tampak mampu mengontrol cemas, pasien tampak mau menerima tindakan medis lainnya, pasien tampak mengerti tentang penyakitnya, intervensi dipertahankan memotivasi pasien tentang rencana tindak lanjuti medis, mengevaluasi tentang pemahaman penyakitnya. 3. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan proses penyakit Diagnosa diatas kurang spesifik seharusnya Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri pada perut dan punggung bawah. Gangguan pola istirahat tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (Carpenito, 2006 : 456). Diagnosa ini ditegakkan karena ditemukan data-data sebagai berikut kesukaran tidur atau tetap tidur, kelelahan waktu bangun sepanjang hari, perubahan suasana hati, tidak sejenak sepanjang hari (Carpenito, 2006 : 456). Pada asuhan keperawatan ini data yang mendukung gangguan pola tidur pada Ny. S adalah pasien mengatakan tidurnya kurang setiap malam tidur kurang lebih 5 jam, wajah tampak mengantuk, mata pasien tampak kantung mata, konjungtiva anemis dan hasil laboratorium seharusnya data hasil laboratorium tidak perlu dicantumkan pada diagnosa ini karena tidak ada hubungannya dengan diagnosa diatas.

36

Diagnosa pola tidur penulis prioritaskan pada urutan ke tiga karena kebutuhan istirahat tidur merupakan kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan fisiologis. Bila masalah ini tidak dipenuhi dapat terjadi perubahan pada prilaku/penampilan yang meningkatkan peka rangsang malas (Doengoes, 2008 : 910). Penulis menetapkan masalah gangguan pola tidur dengan tujuan gangguan pola tidur teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam dengan kriteria hasil pola tidur tidak terganggu, kwalitas tidur yang maksimal 7-8 jam, pasien tampak segar, tidak mengantuk, tidak anemis, tanda-tanda vital dalam batas normal. Dalam menuliskan kriteria hasil, penulis menyadari adanya kekurangan, yaitu kurangnya SMART. Adapun rencana tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk mengatasi gangguan pola istirahat tidur pada Ny. S sebagai berikut : a. Mengkaji kebiasaan tidur pasien bertujuan untuk mengetahui kebiasaan dan kebutuhan tidur pasien (Doengoes, 2008 : 930). b. Memberikan tempat tidur yang nyaman bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis (Doengoes, 2008 : 930). c. Instruksikan tindakan relaksasi bertujuan untuk membantu

menginduksikan tidur (Doengoes, 2008 : 931). d. Meningkatkan regimen yaitu pemberian regular susu hangat untuk membantu meningkatkan efek relaksasi (Doengoes, 2008 : 932)

37

e. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat tidur sesuai indikasi untuk membantu pasien tidur selama periode transisi (Doengoes, 2008 : 932). Implementasi yang penulis lakukan pada kasus ini sudah sesuai sesuai dengan intervensi. Penulis belum melakukan implementasi meningkatkan regimen yaitu pemberian susu hangat dan pemberian obat sedative. Kekuatan penulis selama melakukan implementasi ini adalah pasien mau berusaha tidur lebih dari 4-5 jam dan keluarga Nampak berusaha menenangkan pasien agar bisa beristirahat dengan tenang. Kelemahan penulis selama melakukan implementasi ini adalah

mengurangi nyeri akibat desakan miomauteri agar mampu tidur dengan nyaman. Sehingga penulis kesulitan dalam menginstruksikan tindakan relaksasi pada pasien karena butuh waktu lama untuk merasakan hasil dari perubahan rasa nyeri. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang penulis lakukan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam masalah teratasi sebagian karena terapi dari tim medis dan saat nyeri pasien mampu mengontrol nyeri dengan nafas dalam. Intervensi dipertahankan yaitu kaji penyebab lain gangguan pola tidur, tingkatkan regimen yaitu pemberian segelas susu hangat dan mendelegasikan pada perawat ruangan karena hasil belum teratasi sesuai dengan criteria hasil yang penulis tegakkan.

38

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Intoleransi aktivitas adalah ketidak cukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari yang harus atau yang ingin dilakukan (Nanda, 2012 : 315). Diagnosa ini dapat ditegakkan jika ditemukan data-data sebagai berikut respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas, menyatakan merasa letih, menyatakan merasa lemah, kelemahan umum, imobilitas, gaya hidup monoton (Nanda, 2012 : 315). Pada asuhan keperawatan ini data yang mendukung intoleransi aktivitas pada Ny. S adalah pasien mengatakan aktivitasnya sehari-hari dibantu oleh keluarganya dan suami, pasien mengatakan dalam merawat diri dibantu suami dan keluarga, pasien tampak aktivitas dibantu oleh keluarga, terpasang infuse RL 20 Tpm. Diagnosa intoleransi aktivitas penulis prioritaskan pada urutan ke empat karena manurut hierarki Maslow, masalah intoleransi aktivitas adalah tidak termasuk kebutuhan fisiologis yang harus segera diatasi (Asmadi, 2008 : 03). Pada data diatas penulis menetapkan tujuan intoleransi aktivitas dapat dilakukan mandiri setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam dengan kriteria hasil aktivitas dalam batas toleransi, dapat melakukan kegiatan sendiri seperti kekamar mandi, makan, minum, tampak melakukan pemenuhan kebutuhan secara mandiri.

39

Adapun rencana tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk mengatasi intoleransi aktivitas pada Ny. S sebagai berikut : a. Observasi keadaan umum bertujuan untuk mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan (Doengoes, 2008 : 575 ). b. Mengkaji tanda tanda vital bertujuan member informasi tentang adanya resiko terjadinya komplikasi dan resiko terhadap infeksi (Doengoes, 2008 : 169). c. Beri lingkungan yang tenang dan aman bertujuan untuk meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigenasi tubuh dan

menurunkan regangan jantung dan paru ( Doengoes, 2008 : 575 ). d. Membantu kegiatan pasien sesuai kebutuhan bertujuan untuk membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri (Doengoes, 2008 : 575 ). e. Kolaborasi pemberian antitusif sesuai indikasi untuk membantu dalam manajemen kebutuhan tidur (Doengoes, 2008 : 537). Implementasi yang penulis lakukan pada kasus ini sudah sesuai. Sesuai dengan intervensi, Kekuatan penulis dalam melakukan

implementasi ini adalah pasien dan keluarga sangat kooperatif dengan tindakan keperawatan yang dilakukan perawat. Kelemahan penulis dari tindakan ini adalah penulis tidak mencantumkan hasil pemeriksaan tonus otot, ini dikarenakan kurangnya ketelitian dari penulis. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang penulis lakukan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam masalah teratasi

40

sebagian karena melatih pasien dalam melakukan kegiatan yang dapat dilakukan sendiri untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam. Intervensi dipertahankan yaitu kaji kemampuan pemenuhan kebutuhan pasien, dekatkan alat-alat yang sering pasien pakai, menjaga keselamatan pasien.

C. Diagnosa Yang Tidak Muncul Dalam kasus Dan Ada Dalam Teori 1. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan pervagina berlebihan 2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia. Diagnosa diatas tidak muncul dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan karena tidak ada data yang mendukung.

41

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis menyimpulkan dari pembahasan dan selanjutnya memberikan saran dari hasil kesimpulan pada klien Miomauteri. Setelah melakukan tindakan keperawatan langsung pada pasien Ny. S dengan miomauteri diruang mawar 3 Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta dapat diambil beberapa kesimpulan A. Simpulan 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 oktober 2012 jam 10.30 WIB diruang Mawar 3 Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta didapatkan keluhan Nyeri pada perut dan punggung bagian bawah, Provoking : Desakan tumor miomauteri, Quality : Rasanya Panas Campur Pegal, Region : Perut bagian bawah sampai punggung bawah, Skala : 6 bila diukur 0-10, Time : timbul jika banyak gerak, cemas dengan penyakitnya, tidur hanya kurang lebih 5 jam, aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga. Data ini dikumpulkan karena adanya kerja sama yang baik antara keluarga dan tim kesehatan. 2. Berdasarkan data yang didapat masalah keperawatan yang muncul adalah Nyeri berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya informasi,

Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri pada perut dan punggung bawah, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
41

42

3. Perencanaan keperawatan yang penting untuk klien miomauteri adalah kaji skala nyeri pasien, ajarkan tehnik relaksasi distraksi, kaji status mental pasien,beri kesempatan pasien mengungkapkan pikiran dan perasaannya, beri informasi tentang penyakitnya, motivasi pasien tentang rencana tindak lanjut, beri lingkungan yang tenang, kaji kebiasaan tidur pasien, bantu kegiatan pasien sesuai kebutuhan, pantau Tanda-Tanda Vital, kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi. 4. Semua Tindakan keperawatan sudah penulis lakukan semua sesuai perencanaan yang penulis susun. 5. Pada tahap evaluasi yang diperoleh setelah perawatan selama dirumah sakit Dr. Moewardi Surakarta Pada Ny. S masalah yang ada dapat teratasi dengan baik. 6. Setelah dilakukan pengkajian sampai dengan evaluasi maka penulis melakukan dokumentasi. B. Saran Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada Ny. S dengan miomauteri pada tanggal 15 oktober 2013 sampai dengan 18 oktober 2013 ruang mawar 3 rumah sakit umu Dr. moewardi menurut penulis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Bagi Rumah sakit Lebih meningkatkan tentang sosialisasi tehnik relaksasi distraksi untuk mengatasi nyeri dan Pendidikan Kesehatan tentang penyakit khususnya

43

kepada pasien dengan miomauteri dengan tujuan mengurangi kecemasan pada pasien. 2. Bagi Perawat Diharapkan perawat bisa lebih memperhatikan waktu dalam melakukan intervensi keperawatan kepada pasien karena keterbatasan fasilitas khususnya pada pasien dengan miomauteri. 3. Bagi Keluarga Diharapkan keluarga pasien dapat berkomunikasi dengan perawat dan pasien dengan baik, khususnya pada pasien dengan miomauteri.

DAFTAR PUSTAKA Anwar, Mochamad. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi ke-3. Cetakan 1. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Benson, Ralph C. 2009. Buku Saku Obstetri dan ginekologi. Edisi ke-9 Terjamahan Srie Sisca Primarianti dan Titiek Resmisari. Jakarta : EGC

Carpenito-moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : .EGC

Doengoes, Marilynn E. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-2. Jakarta : EGC Handayaningsih, Isti. 2007. Dokumentasi Keperawatan DAR. Yogyakarta : Mitra Cendikia

Kurniasari, 2010. Karakteristik penderita miomauteri yang di rawat inap, http://www.scribd.com/online/Makalah-Mioma-Uteri Diakses tanggal 30 Mei 2013 Jam 15.30 WIB

Liakumala, 2001. Biomolekuler anatomi fisiologi mioma uteri gambar. http://digilib.unsri.ac.id/download/Biomolekuler%20Mioma%20Uteri.pdf


Diakses tanggal 22 mei 2013 jam 19.20 WIB

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu kebidanan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC

Mega, Wahda Rezky. 2012. Asuhan Kebidanan Ny M Dengan Mioma Uteri. http://wahdamegarezky.blogspot.com diakses tanggal 02 Mei 2013 Jam 20 : 52 WIB)

Nanda. 2010. Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC

Rayburn, William F. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Cetakan ke-1 terjamahan Virgy Saputra. Jakarta : Widya Medika

Sinclair, Constance. 2010. Buku Saku Kebidanan. Cetakan terjamahan Eny Meiliya dan Esty Wahyuningsih. Jakarta : EGC WHO (World health organization). 2010. Karakteristik Miomauteri. http://eprints.uns.ac.id diakses tanggal 02 Mei 2013 Jam 12 : 56 WIB Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan. Edis ke-2 terjamahan Abdul Bari Saifuddin dan Trijatmo Rachimhadhi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Wilkinson, Judith M. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Lampiran 2 : Intervensi 1. Nyeri berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma akibat nekrosis dan peradangan Tujuan : Nyeri berkurang atau dapat ditoleransi

Kriteria hasil : Skala nyeri menjadi 0-3 , pasien tampak rileks tandatanda vital dalam batas normal Intervensi : 1. Observasi karakteristik nyeri Rasional : membedakan ketidaknyamanan dan terjadinya

komplikasi dan evaluasi keefektivan intervensi 2. Berikan pasien posisi senyaman mungkin Rasional : Meningkatkan relaksasi 3. Anjurkan tehnik relaksasi Rasional : melepaskan ketegangan emosional dan otot,

meningkatkan perasaan control yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping individu. 4. Berikan lingkungan yang nyaman Rasional : Meningkatkan kemampuan koping 5. Pemberian analgesic Rasional : penggunaan agen agen farmakologi untuk mengurangi atau meningkatkan nyeri

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang mioma uteri Tujuan Keriteria hasil : Pasien tidak cemas lagi : Pasien tampak rileks, pasien tampak tenang, pasien mengerti apa itu mioma uteri Intervensi : 1. Kaji status mental pasien Rasional : mengidentifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya dengan lebih realistis. 2. Berikan kesempatan pasien mengungkapkan prasaannya Rasional : mempermudah pasien untuk menghadapi situasi dengan lebih baik. 3. Berikan informasi tentang penyakitnya Rasional : memberikan bantuan dapat berguna dalam mengurangi kecemasan. 4. Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala Rasional : Memungkinkan ekspresi perasaan membant dimulainya resolusi. 5. Libatkan keluarga dan pasien dalam perawatan Rasional : Membantu dalam proses penyembuhan yang bertahap 3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan pervagina berlebihan Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh

Kriteria hasil : Tidak ada tanda tanda kekurangan cairan, perdarahan berhenti keluaran cairan urin 1cc/kg bb/jam Intervensi : 1. Kaji tanda tanda kekurangan cairan Rasional : Menunjukkan hipovolemia sindrom 2. Ukur pemasukan dan pengeluaran cairan Rasional : Memberiinformasi tentang status kehilangan dan peningkatan cairan. 3. Beri cairan tambahan Rasional : Menggantikan kehilangan cairan. 4. Timbang berat badan setiap hari Rasional : Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama 5. Kolaborasi pemberian cairan melalui iv Rasional : Memungkinkan infuse cairan cepat. 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia. Tujuan Kriteria hasil : Infeksi tidak terjadi : Tidak ada tanda tanda infeksi, kadar leukosit dalam batas normal, kadar Hemoglobin dalam batas normal Intervensi : 1. Kaji Tanda tanda infeksi

Rasional : Tanda adanya syok septik 2. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan Rasional : Mengurangi kontaminasi silang 3. Gunakan tehnik aseptic pada prosedur perawatan. Rasional : Mencegah masuknya bakteri dan kontaminasi silang 4. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Rasional : Mencegah resiko nosokomial 5. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotic sesuai indikasi. Rasional : Memberikan imunitas sementara. 5. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan Desakan Mioma Pada kandung kemih. Tujuan Kriteria hasil : tidak ada gangguan pola tidur : kualitas tidur tercukupi, pasien tampak segar, pasien tampak rileks Intervensi : 1. Kaji kebiasaan tidur pasien Rasional : Mengetahui kebiasaan dan kebutuhan tidur pasien 2. Berikan tempat tidur yang nyaman Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis. 3. Instruksikan tindakan relaksasi Rasional : Membantu menginduksikan tidur 4. Tingkatkan regimen yaitu pemberian regular susu hangat

Rasional : membantu meningkatkan efek relaksasi 5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat tidur sesuai indikasi Rasional : membantu pasien tidur selama periode transisi 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan Kriteria hasil : aktivitas dapat ditoleransi : aktivitas dapat dilakukan sendiri, pasien tampak rileks, tanda tanda vital dalam batas normal. Intervensi : 1. Observasi tanda tanda vital Rasional : Menunjukkan adanya perubahan aktivitas 2. Observasi keadaan umum. Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan 3. Beri lingkungan yang tenang dan aman bertujuan untuk meningkatkan istirahat Rasional : Menurunkan kebutuhan oksigenasi tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. 4. Bantu kegiatan pasien sesuai kebutuhan bertujuan Rasional : Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri. 5. Kolaborasi pemberian antitusif sesuai indikasi Rasional : Membantu dalam manajemen kebutuhan tidur. (Doengoes, 2008. 915)

Anda mungkin juga menyukai