Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah, urin, sputum (ludah, dahak),

cairan otak, ginjal, sekret2 yang dikeluarkan. Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis anemi (Anonim, 2012). Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah jantung, pasien dengan diabetes melitus (DM) dan hipertensi serta pasien dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 - 14 jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar trigliserida sebaiknya pemeriksaan diulang setelah berpuasa > 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu berpuasa. Selain itu dikenal

pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat dapat merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner (Anonim, 2012). Maksud Percobaan adalah untuk mengetahui kelainan pada darah dengan tujuan untuk mengetahui unsur-unsur yang ada didalam darah atau komponen-komponen darah. Tujuan percobaan adalah untuk memahami kelaianan pada darah dengan tujuan untuk mengetahui unsure-unsur yang ada didalam darah atau komponen-komponen darah. Prinsip percobaan adalah berdasarkan alat strip yang digunakan kemudian diteteskan darah yang tersedia dan dibaca pada alat glukometer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hematologi Hematologi adalah ilmu tentang darah dan jaringan

pembentuk darah yang merupakan salah satu system organ terbesar di dalam tubuh. Darah membentuk 6 sampai 8 % dari berat tubuh total dan terdiri dari sel-sel darah yang tersuspensi didalam suatu cairan yang disebut plasma. Tiga jenis sel darah utama adalah sel darah merah(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit. Cairan plasma membentuk 45 sampai 60% dari volume darah total, sel darah merah (SDM) menempati sebagian besar volume sisanya. Sel darah putih dan trombosit, walaupun secara fungsional penting, menempati bagian yang relative kecil dari massa darah total. Proporsi sel dan plasma diatur dan dijaga dengan relative konstan (Sacher Ronald A, 2004). Fungsi utama darah adalah untuk transportasi; sel darah merah tetap berada dalam system sirkulasi dan mengandung pigmen pengangkut oksigen hemoglobin. Sel darah putih

bertanggung jawab terhadap pertahanan tubuh dan diangkut oleh darah ke berbagai jaringan tempat sel-sel tersebut melakukan fungsi fisiologiknya. Trombosit berperan mencegah tubuh

kehilangan darah akibat perdarahan dan melakukan fungsi utamanya di dinding pembuluh darah. Protein plasma merupakan

pengangkut utama zat bezi dan produk sampingan metabolik ke organ-organ tujuan untuk menyimpan atau ekskresi. Banyak protein besar yang tersuspensi di dalam plasma juga menarik perhatian ahli hematologi, terutama protein-protein yang berkaitan dengan pencegahan perdarahan melalui proses pembekuan darah

(koagulasi). Laboratorium hematologi berperan mendefinisikan sel darah atau pigmen darah yang normal dan abnormal serta menentukan sifat kelainan tersebut. Pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium hematologi sangat penting untuk mengetahui

kesejahteraan pasien secara keseluruhan dan sering digunakan dalam pemeriksaan penapisan kesehatan (Sacher Ronald A, 2004) B. Pemeriksaan Hematologi Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponenkomponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan yang berwarna hematologi kekuningan rutin dapat yang disebut plasma. kualitas

Pemeriksaan

menentukan

kesehatan. Tujuan dilakukannya pemeriksaan hematologi adalah sebagaiberikut : 1. Mendeteksi kelainan hematologi (anemia dan leukemia) bila timbul dugaan adanya kelainan jumlah dan fungsi dari sel darah.

2. Kelainan sistemik (hati dan ginjal) yang dapat mempengaruhi sel darah baik bentuk maupun fungsinya. 3. Membantu diagnosis penyakit infeksi dengan melihat kenaikan atau penurunan jumlah leukosit serta hitung jenisnya. 4. Mendeteksi beberapa penyakit perdarahan yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas trombosit seperti demam berdarah dan ITP ( Anonim, 2008). Banyak orang beranggapan bahwa pemeriksaan hemoglobin (Hb) saja sudah cukup untuk mendeteksi adanya kemunculan hematologi, sistemik, infeksi dan pendarahan, namun tenyata periksaan Hb saja tidaklah cukup karena pemeriksaan Hb hanya menentukan konsentrasi Hb pada komponen darah. Pemeriksaan hematologi lengkap terdiri dari pemeriksaan darah lengkap, dan hitung jenis di mana pemeriksaan ini dikerjakan untuk menunjang diagnosis penyakit. 1. Eritrosit (sel darah merah) Berfungsi membawa oksigen keseluruh tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan anemia, polisitermia (peningkatan jumlah eritrosit, Hb, atau hematokrit. Kehilangan 30 40% eritrosit dengan penurunan Hb >6/l) sedang untuk perempuan 4,2 5,4 (106/l)

2. Leukosit (sel darah putih) Berfungsi melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan virus. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap imunitas tubuh, evaluasi infeksi bakteri dan virus, proses metabolik toksik dan diagnosis keadaan leukemia. Nilai normal leukosit adalah 4,80 10,8 (103/l) 3. Hemoglobin (Hb) Merupakan protein yang terdapat dalam eritrosit yang berfungsi membawa oksigen ke dalam tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kosentrasi Hb pada komponen darah, evaluasi anemia hemolitik (anemia yang disebabkan rusaknya eritrosit lebih cepat). Nilai normal untuk laki-laki adalah 14 18 (g/dL). dan untuk perempuan 12 16 (g/dL). 4. Hematokrit Merupakan perbandingan antara sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan sel trombosit dengan plasma darah. dengan

Pemeriksaan

hematokrit

dilakukan

bersamaan

pemeriksaan Hb dan eritrosit yang digunakan untuk menentukan keadaan anemia, kehilangan darah, anemia hemolitik,

polisitemia. Nilai normal untuk laki-laki adalah 42 52 % sedang untuk perempuan adalah 37 47%.

5. Nilai-nilai MC Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ukuran serta kandungan hemoglobin dalam sel darah merah. a. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) Untuk mengetahui rata-rata banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit, untuk mendiagnosis keadaan thalassemia dan kelainan hemoglobin lainnya. Nilai

normalnya adalah 27 31 pg. b. Mean Corpuscular Volume (MCV) MCV adalah volume rata-rata sebuah eritrosit yang dapat digunakan untuk mendiagnosis keadaan thalassemia dan kelainan hemoglobin lainnya. Nilai normal untuk laki-laki adalah 80 94 fL sedang untuk perempuan adalah 81 99 fL. c. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) MCHC adalah konsentrasi hemoglobin pada volume eritrosit, pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keadaan anemia. Nilai normalnya adalah 33 37 g/dL Beberapa keadaan anemia menunjukkan MCH rendah dan MCV rendah (hipokromik dan mikrositik) disebabkan oleh defisiensi besi, thalassemia dan anemia karena penyakit kronik. Sedangkan MCH tinggi dan MCV tinggi (hiperkromik dan makrositik) disebabkan oleh anemia megaloblastik, yaitu

defisiensi asam folat atau defisiensi vitamin B12 dan disebabkan oleh periode awal setelah perdarahan. 6. Trombosit Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi, diagnosis dan pemantauan perdarahan, leukemia, gangguan pembekuan darah (disseminated intravascular coagulation. DIC) dan lainnya. Dengan nilai normal 150 -450 (103/l) 7. Pemeriksaan Laju Endap Darah Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keganasan, penyakit kolagen atau infeksi, membedakan tingkat radang atau pembentukan antibodi terhadap dua penyakit yang secara klinis susah dibedakan seperti rheumatoid artritis dan artritis akibat degeneratif. Nilai normal 0 20 mm (Anonim, 2011). C. Pemeriksaan Komponen Didalam Darah 1. Pemeriksaan Kadar gula darah Glukosa adalah bahan bakar karbohidrat utama yang ditemukan dalam darah, dan bagi banyak organ tubuh, glukosa merupakan bahan bakar primer. Glukosa diangkut dalam plasma menuju seluruh bagian tubuh. Pada beberapa daerah di tubuh, glukosa ditarik menyeberangi bantalan kapiler (capillary beds) dan langsung digunakan sebagai sumber energi. Pada daerah-daerah lain, glukosa diambil dan disimpan sebagai

glikogen atau dikonversi menjadi senyawa-senyawa intermedict berenergi tinggi semacam asam lemak (George H. Fried, 2005). Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar gula darah dianjurkan dilakukan setiap tahun bagi mereka yang berusia di atas 45 tahun. Lebih awal lagi bagi wanita dengan factor risiko tinggi, misalnya yang memiliki riwayat keluarga penderita diabetes dan pengidap kelebihan berat badan (Lanny Sustrani, 2006). Setelah makan makanan tinggi karbohidrat, kadar glukosa darah meningkat dari kadar puasa sekitar 80-100 mg/dl (~5 mM) ke kadar sekitar 120-140 mg/dL (8mM) dalam periode 30 menit sammpai 1 jam. Konsentrasi glukosa dalam darah kemudian mulai menurun, kembali kerentang puasa dalam waktu sekitar 2 jam setelah makan. Harus dicurigai adanya diabetes mellitus (DM) apabila kadar glukosa plasma vena yang diambil tanpa memandang kapan saat makan terakhir (Sampel acak/sewaktu glukosa darah) jelas meningkat (yaitu 200 mg/dL), terutama pada penderita yang memperlihatakan tanda dan gejala klasik dari hiperglikemia kronik (polidipsia, poliuria, penglihatan kabur, nyeri kepala, penurunan berat badan yang cepat, kadang-kadang disertai mual dan muntah). Untuk memastikan diagnosis tersebut, penderita berpuasa satu malam (10 16 jam), dan pengukuran gula darah harus diulang. Nilai

yang kurang dari 115mg/dL dianggap normal. Nilai yang lenih besar daripada 140 mg/dL mengisyaratkan diabetes mellitus (DM). Harus dilaukan pengukuran hemoglobin terglikosilasi untuk menentukan tingkat hiperglikemia selama 4-8

mingguterakhir. Nilai glukosadarah antara 115 mg/dL dan 140 mg/dL adalah perbatasan (borderline), dan harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah individu ini mengidap gangguan toleransi glukosa (GTG) atau diabetes mellitus (Marks Dawn B, 2000) 2. Pemeriksaan Kadar Kolesterol Kolesterol merupakan molekul yang amfifilik karena memiliki gugus hidroksil yang bersifat polar, tetapi memberikan sifat yang lebih kaku pada membran sel daripada lipid membran yang lainnya. Kolesterol sendiri tidak larut dalam darah, untuk itu perlu berikatan dengan pengangkutnya yaitu lipoprotein, yaitu low-density lipoprotein (LDL) atau dikenal dengan lemak jahat dan high-density lipoprotein (HDL) yang dikenal dengan lemak baik. Kolesterol merupakan molekul yang penting dalam menentukan sifat membran. Selain itu, kolesterol juga

bermanfaat sebagai prekursor dari metabolisme hormon steroid, yaitu suatu substansi yang mengatur berbagai macam fungsi fisiologis, misalnya perkembangan seksual dan metabolisme karbohidrat. Berdasarkan penjabaran tersebut, diketahui bahwa

kolesterol memiliki peran penting bagi makhluk hidup. Meskipun demikian, kadar kolesterol yang terdapat pada darah harus dalam jumlah yang tepat. Kolesterol yang normal harus di bawah 200 mg/dl. Kolesterol dalam darah tidak boleh berada dalam jumlah/ kadar yang tinggi, karena ini dapat menyebabkan penyakit hiperkolesterolimia, atau lebih dikenal oleh masyarakat dengan penyakit kolesterol tinggi. Orang yang memiliki kadar kolesterol terlalu tinggi pada darah memiliki resiko yang tinggi terkena penyakit jantung koroner maupun stroke. Lipoprotein merupakan ikatan dari beberapa kolesterol. Kolesterol bersifat tidak larut dalam air sehingga diperlukan suatu alat transportasi untuk beredar dalam darah yaitu apoprotein yang merupakan salah satu jenis protein. Kolesterol akan membentuk kompleks dengan apoprotein sehingga membentuk suatu ikatan yang disebut lipoprotein. Lipoprotein ini dibagi menjadi 4 jenis: 1. Kilomikron: Komponen utamanya adalah trigliserida (85 90 %) dan kolesterolnya hanya 6%. Fungsinya Mentransfer lemak dari usus dan tidak berpengaruh dalam proses arteriosklirosis. 2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) = Pre Beta

Lipoprotein, terdiri dari protein (8 10%) dan kolesterol

(19%) dibentuk di hati dan sebagian diusus. Fungsinya mengangkut triasil gliserol. 3. LDL (Low Density Lipoprotein) = Beta Lipoprotein

Komponen terdiri dari protein 20 % dan kolestrol 45 %. Fungsinya mentransfer kolesterol dalam darah ke jaringan perifer dan memegang peranan mentrasfer fosfolipid membran sel, dibutuhkan untuk pembentukan hati dari sisasisa VLDL, diambil oleh sel sasaran melalui endositosis yang diperantarai reseptor. 4. HDL (High Density Lipoprotein) = Alpha Lipoprotein. Disebut juga Alpha-1-Lipoprotein dibentuk oleh sel hati dan usus. Fungsinya Mentranspot kolesterol dari perifer ke hati dimana zat tersebut dimetabolisasi dan diekskresi.

(Anonim, 2013) 3. Pemeriksaan Kadar Asam Urat dalam darah Pada manusia, asam urat adalah produk akhir

metabolism purin. Purin (adenine dan guanin) merupakan konstituen asam nukleat. Didalam tubuh, perputaran purin terjadi secara terus menerus seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial. Asam urat disintesis terutama dalam hati, dalam

suatu reaksi yang dikatalisis oleh xantin oksidase (Sacher Ronald A, 2004). Pemeriksaan laboratorium untuk memonitor kadar asama urat didalam darah dan urin. Pemeriksaan darah diperlukan untuk diagnose gout, sedangkan pemeriksaan urin untuk pria antara 2,1 sampai 8,5 mg/dL dan wanita 2,0 sampai 6,6 mg/dL. Bagi mereka yang berusia lanjut, kadar tersebut sedikit lebih tinggi. Rata-rata kadar normal asam urat adalah 3,0 sampai 7,0 mg/dL. Bila lebih dari 7,0 mg/dL dapat menyebabkan serangan gout dan dianggap berlebihan. Dan, bila lebih dari 12 mg/dL dapat menyebabkan terjadinya batu ginjal (Lanny sustrani, 2007).

BAB III METODE KERJA A. Alat dan Bahan Alat yang digunakan : 1. Alat penusuk (lancing device) 2. Glukometer B. Bahan yang digunakan 1. Alkohol 2. Jarum penusuk (lancet) 3. Kasa/kapas 4. Test strip C. Cara Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dicuci dan dikeringkan kedua tangan dengan kain bersih

sebelum pengambilan sampel darah, untuk menghindari kontaminasi 3. Dibersihkan ujung jari probandus yang akan ditusuk dengan kasa atau kapas beralkohol untuk menghindari infeksi. 4. Dimasukkan jarum penusuk (lancet) di alatnya (lancing device). Pastikan bahwa jarum yang dipakai steril dan masih baru. 5. Diletakkan diujung jari yang akan ditusuk.

6. Ditusukkan jarum ke ujung jari probandus. Darah pertama yang keluar dengan dilap terlebih dahulu lalu biarkan bulatan kecil darah terbentuk di ujung jari. 7. Dimasukkan test strip (Gula darah, asam urat atau kolesterol) ke alat pengukur (glukometer). 8. Ditempelkan kasa atau kapas beralkohol ke ujung jari yang tertusuk untuk menghentikan perdarahan. 9. Dilihat hasil pengukuran di glukometer 10. Dicatat hasil pengukuran

B. Pembahasan Darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit), dan pelat darah (trombosit), yang tersuspensi dalam plasma. Plasma terdiri untuk sebagian besar dari air dengan terlarut dalamnya zat-zat elektrolit dan beberapa protein, yakni globulin (alfa, beta, gamma), albumin dan factor pembekuan darah. Pengambilan darah dilakukan dengan cara mengambil darah kapiler probandus, hal ini dilakukan karena darah yang dibutuhkan sedikit. Biasanya pengambilan darah kapiler digunakan hanya untuk satu atau dua macam pemeriksaan saja. Namun, secara umum tidak ada perbedaan yang mermakna antara darah kapiler dan darah vena sebagai specimen pemeriksaan hematologi. Dari pemeriksaan darah yang dilakukan dilaboratorium

biofarmaseutika yakni pemeriksaan kadar glukosa (puasa, sewaktu dan 2 JPP), kadar asam urat dan kadar kolesterol total diperoleh hasil : 1. Pada pemeriksaan glukosa puasa yang dilakukan terhadap ke empat probandus didapatkan hasil yang sama, di mana pada probandus Badriah dengan BMI 23,50 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar glukosa puasa 110mg/dL, probandus Sinta Mayasari dengan BMI 19,31 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar glukosa puasa 67 mg/dL, pada probandus Rahmawati Diansari dengan BMI 27,09 Kg/m2

termasuk dalam kategori pre-obesitas memiliki kadar glukosa puasa 97mg/dL, sedangkan pada probandus Jumardi dengan BMI 24,53 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar glukosa puasa 96mg/dL Jika dibandingkan dengan literatur kadar glukosa puasa dari keempat probandus masih dalam keadaan normal karena belum melewati batas normal yakni 70-110 mg/dL 2. Pada pemeriksaan glukosa sewaktu yang dilakukan terhadap ke empat probandus didapatkan hasil yang berbeda, dimana pada probandus Maria L.E Neparian dengan BMI 20,26 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar glukosa sewaktu 125 mg/dL, pada probandus Dewi Safrilda dengan BMI 19,29 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar glukosa sewaktu 108 mg/dL, sedangkan pada Maria la Rusli dengan BMI 22,03 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar glukosa sewaktu 145 mg/dL. Jika dibandingkan dengan literatur kadar glukosa sewaktu dari probandus masih dalam keadaan normal karena tidak melebihi 200 mg/dL. 3. Pada pemeriksaan glukosa 2 JPP yang dilakukan oleh ke empat probandus di dapatkan hasil yang berbeda, dimana pada probandus Badriah dengan BMI 23,50 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar glukosa 2 JPP 147 mg/dL, pada probandus Sinta mayasari dengan BMI 19,31 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar glukosa 2 JPP 78 mg/dL,

pada probandus Rahmawati Dian sari dengan BMI 27,09 Kg/m2 termasuk dalam kategori pre-obesitas memiliki kadar glukosa 2 JPP 160 mg/dL, sedangkan pada probandus Jumardi dengan BMI 24,53 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar glukosa 2 JPP 135 mg/dL. Jika dibandingkan dengan literatur probandus Rahmawati Dian Sari sudah melewati batas normal yakni 140 mg/dL, namun belum dapat di diagnosis menderita diabetes karena belum melebihi 200 mg/dL 4. Pada pemeriksaan Asam Urat yang dilakukan oleh ke empat probandus didapatkan hasil yang sama, dimana pada probandus Badriah, jenis kelamin perempuan dengan BMI 23,50 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar Asam urat 3,8 mg/dL, pada probandus Siti Hartina, jenis kelamin perempuan dengan BMI 20,09 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar Asam urat 2,1 mg/dL, pada probandus welem salombe, jenis kelamin laki-laki dengan BMI 22,03 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar Asam urat mencapai 6,5 mg/dL, sedangkan pada probandus Jumardi, jenis kelamin laki-laki dengan BMI 24,53 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar Asam urat 4,7 mg/dL. Jika di bandingkan dengan literatur kadar Asam urat pada ke empat probandus masih dalam keadaan normal dimana kadar normal

asam urat pada laki-laki 3,5 7,5 mg.dL, sedangkan pada perempuan 2,5 6,5 mg/dL. 5. Pada pemeriksaan kolesterol total yang dilakukan oleh ke empat probandus didapatkan hasil sama. Dimana pada probandus Pirawati dengan BMI 18,61 Kg/m2 termasuk dlam kategori normal memiliki kadar kolesterol total 164 mg/dl, pada probandus Leni Marlina dengan BMI 23,30 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar kolesterol total 184 mg/dL, pada probandus Rahmawati dengan BMI 27,09Kg/m2 termasuk dalam kategori pre-obesitas memiliki kadar kolesterol total 142 mg/dL, sedangkan pada probandus yunizar dengan BMI 24,44 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar kolesterol total 171 mg/dL. Jika dibandingkan dengan literature kadar kolesterol dari ke empat probandus masih dalam keadaan normal karena masih dibawah 200mg/dL.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil praktikum Hematologi dapat di simpulkan bahwa : 1. Komponen penyusun darah terdiri dari plasma darah (cairan) dan sel-sel penyusun darah. Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula (sel-sel darah) yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. 2. Tinggnya kadar glukosa, asam urat dan kolesterol biasanya dipengaruhi oleh gaya hidup yang kurang sehat B. Saran 1. Asisten Kami sangat mengharapkan kehadiran untuk para asisten agar dapat membimbing kami saat praktikum sedang berlangsung 2. Laboratorium Kami sangat mengharapkan agar pada praktikum

selanjutnya pemeriksaan golongan darah setiap praktikan dapat dilaksanakan

DAFTAR PUSTAKA Anonim.2012.Pemeriksaan Kimia Klinik. http://biomedika.co.id/v2 /services/laboratorium/33/pemeriksaan-kimia-klinik.html. Diakses pada tanggal 12 januari 2014 Anonim.2008. Hematologi. http://www.hi-lab.co.id/index.php/ouradvice/164-hematologi. Diakses pada tanggal 12 januari 2014

Aprilisa.2013. Pemeriksaan kadar kolesterol, SGPT, SGOT dan Bilirubin dalam darah.http://aprilisa.wordpress.com/2013/09/10/pemeriksa an-kadar-kolesterol-sgpt-sgot-dan-bilirubin-dalam-darah/.Diakses Pada tanggal 12 Januari 2013 Fried George H dan Hademenos George J.2005. BIOLOGI. Erlangga; Jakarta Sacher A Ronald dan Richard A.2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC ; Jakarta Sustrani Lanny dkk.2006.Diabetes. Pt Gramedia Pustaka Utama; Jakarta Sustrani Lanny.2007.Asam Urat. Percetakan Buana Printing ; Jakarta Williams dan Wilkins.2008.Biokimia Kedokteran pendekatan klinis. EGC ; Jakarta

Dasar

Sebuah

Anda mungkin juga menyukai