Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdarahan Antepartum 2.

2 Seabab-sebab Perdarahan Pada hamil tua 3.1 Pengertian Plasenta Previa 3.2 Etiologi 3.3 Klasifikasi Plasenta Previa 3.4 Tanda dan Gejala 3.5 Patofisiologi 3.6 Penatalaksanaan 4.1 Pengertian Solusio Plasenta 4.2 Etiologi 4.3 Klasifikasi Solusio Plasenta 4.4 Tanda dan Gejala 4.5 Patofisiologi 4.6 Penatalaksanaan BAB III

BAB 1 PENDAHULUAN

1.

A. LATAR BELAKANG

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada trimester terakhir dari kehamilan yang sering terjadi pada ibu mengandung. Salah satu penyebabnya adalah abortus. Sebab sebab dari perdarahan adalah perdarahan antepartum ( plasenta previa dan solusio plasenta) dan perdarahan postpartum ( retensio plasenta,Antonia uteri, trauma kelahiran), selanjutnya abortus dan kehamilan ektopik, kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5 dari seluruh kelahiran dari kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan terlebih dahulu sedangkan solusio plasenta kejadiannya sangat bervariasi dari 75 sampai 830 persalinan dan merupakan penyebab dari 2035%kematian perinatal walaupun angka kematiannya cenderung menurun pada akhir-akhir ini tapi morbilitas perinatal masih cukup tinggi, termasuk gngguan neurologis. Pada tahun pertama kehidupan,solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadianya tercacat sebesar 1 diantaranya 8 kehamilan. BAB ll TINJAUAN PUSTAKA
1. A. PENGERTIAN

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan. Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan. sebab-sebab perdarahan pada hamil muda :
Abortus Kehamilan ektopik Molahidatidosa

Sebab sebab perdarahan pada hamil tua atau triwulan terakhir :


Solusio plasenta Plasenta previa

Perdarahan pada kehamilan selain oleh sebab sebab tersebut diatas juga dapat ditimbulkan oleh luka luka pada jalan lahir karena terjatuh karena coitus atau varises yang pecah dan oleh kelainan servik seperti carcinoma, erosion, dan polyp.
1.

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh bagian jalan lahir
1. 1. Etiologi

A. Pengertian plasenta previa

Plasenta previa kejadiannya meningkat pada keadaan keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya paskurasisasi. Keadaan ini dapat ditemukan pada :
Multipara, terutama jarak kehamilannya pendek Miomauteri Curettage yang berulang-ulang

Keadaan endometrium yang baik, menyebabkan bahwa plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Karena luasnya, mendekati atau menutup ostium internum. Memang pada plasenta previa kita sering mendapati plasenta yang luas dan tipis dan lebih sering terjadi plasenta akreta. Mungkin juga plasenta previa disebabkanimplantasi teelur yang rendah.
1. 1. 2. 3. 4. 1. 1. 2. 2. Klasifikasi plasenta previa Plasenta previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan pada plasenta Plasenta letak rendah : implantasi plasenta pada segmen bawah uterus hingga letak tepi plasenta sangat dekat dengan ostium internum serviks. 3. Tanda dan gejala Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat

3.

1.

mendekati pintu atas panggul Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateralis dan marginalis, sedangkan plasenta letak rendah, robeknya beberapa sentimeter dari tepi plasenta 4. Patofisiologi

Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan mulai menipis, umum nya terjadi oada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus ataukarna robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi pada plasenta letak normal.
1. 2. 3. 5. Penatalaksaan Harus dilakukan dirumasakit dengan fasilitas operasional Sebelum dirujuk, amjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari tekanan rongga perut ( missal batuk,mengedan karena sulit buang air besar) 4. Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, bericairan peroral. Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi teratur setiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan.pantauan DD dan gerakan janin. 5. Bila terjadi rejatan, segera melakukan resusitasi dan cairan dan tranfusi darah. Bila teratasi , upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi perhatikan usia kehamilan. 6. Penangan di rumah sakit dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjatan, usia gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran berat janin kurang 2500 gram, maka : Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan mobilisasi bertahap. Beri kortikosteroid 12 mg intra vena perhari selama 3 hari. Bila perdarahan berkurang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi tangani seperti persalinan preterm. 1. B. Pengertian Solusio Plasenta

Pengertian solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya diatas 22 minggu dan sebelum

lahirnya anak.
1. 1. Etiologi

Belum diketahui pasti. Factor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomaly atau tumor uterus,defisiensi gizi, meroko, konsumsi alcohol, penyalah gunaan kokain, serta obstruksi venakava inferior dan vena ovarika
1. 2. Klasifikasi Solusio plasenta ringan

Rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian keci plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginam berwarna kehitaman dan sedikat. Perut agak terasa sakit atau terus- menerus agak tegang. Bagian-bagian janinmasih teraba.
Solusio plasenta sedang

Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau mendadak terasa sakit perut terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian janin sukar diraba. Telah ada tanda- tanda persalinan
Solusio plasenta berat

Plasenta telah lepas lebih dari dua pertiga permukaannya. Penderita jatuh syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. seTelah ada kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal.
1. 3. Tanda gejala

Perdarahan yang disertai nyeri, diluar his. Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar. Rahim kers seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul dibelakang plasenta sehingga rahim teregang ( ureus en bois ). Palpasi sukar karnauterus keras. Bunyi jantung biasanya tidak ada. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus-menerus ( karena isi

rahim bertambah ). Sering ada proteinuri karena disertai preeklamsi. 1. 4. Patofisiologi

Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarhan kedalam desidua yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada moimertium sehingga terbentuk hematoma desidua yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya menghancurkan plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Rupture pembuluh uteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai teri plasenta. Karena uterus tetap berdistensi denga adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
1. 5. Penatalaksanaan Harus dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut misalnya ( batuk, mengedan karna sulit BAB ). Pasang infuse cairan NaCL fisiologis. Bila tidak memungkinkan berikan cairan peroral. Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hopotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau DJJ dan pergerakan janin. Bila terdapat renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfuse darah. Bila tidak teratasi, upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi perhatikan keaddan janin. Setelah renjatan teratasi, pertimbangkan secsio saesarea bila janin masih hidup awau persalinan pervaginam di perkirakan persalinan lama, bila renjatan tidak dapat di atasi, upayakann tindakan yang optimal. Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat pembukaan. Bila lebih dari 6 cm, pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila kurang dari 6 cm, lakukan seksio saesarea. 1. 6. Perbedaan Solusio Plasenta Dan Plasenta Previa

Perdarahan

Palpasi Bunyi jantung anak Pemeriksaan anak Cekungan plasenta Selaput ketuban

Solusio plasenta Dengan nyeri Segera disusul partus Keluar hanya sedikit Tanpa nyeri Berulang sebelum partus Keluar banyak Banyak anak sukar ditentukan Biasanya tidak ada Tidak teraba plasenta Ketuban menonjol Ada implasentasi pada jaringan plasenta karena hematoma Robekan normal

Plasenta previa

Bagian terendah masih tinggi Biasanya jelas Teraba jaringan plasenta Tidak ada Robekan marginal

BAB III PENUTUP

1.

A. Kesimpulan

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan dari jalan lahir setelah kehamiolan 22 minggu sedangkan perdarahan sebelum kehamilan 22 minggu disebur abortus. Penyebabnya solusio plasenta dan pkasenta previa.
1. B. Saran

Setelah menyelesaikan makalah ini, penyusun ingin memberikan beberapa saran antara lain: Sebaiknya bagi para calon orang tua lebih waspada lagi terhadap resiko kehamilan khususnya resiko perdarahan antepartum. Kuncinya adalah ibu sering memeriksakan kehamilannya ke dokter maupun tenaga medis setempat. Dan juga olahraga dan asupan gizi yang seimbang baik bagi bayi maupun ibu.

BAB IV Daftar Pustaka Saifuddin Abdul Bari, 2010, Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin Abdul Bari, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Moctar, Rustam. 1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
About these ads

http://faznia.wordpress.com/2013/03/03/referat-perdarahan-pada-hamil-tua/

Anda mungkin juga menyukai