4-2.

DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN
L. Muhammad Musafar K.
r Telah ditunjukkan bahwa fungsi keadaan setimbang f 0 ( p ) merupakan solusi dari persamaan (4-2). Fungsi tersebut disebut sebagai distribusi Maxwell-Boltzmann. Untuk menemukan bentuk fungsi dsitribusi Maxwell-Boltzmann tinjau persamaan (4-2),

f 1( 0 ) f 2( 0 ) f 1( 0 ) f 2( 0 ) = 0
Lakukan logaritma pada kedua sisi persamaan tersebut,

(4-2)

f 1( 0 ) f 2( 0 ) = f 1( 0 ) f 2( 0 ) log f 1( 0 ) f 2( 0 ) = log f 1( 0 ) f 2( 0 )

)
(4-12)

log f 1( 0 ) + log f 2( 0 ) = log f 1( 0 ) + log f 2( 0 )

r r r r , p Karena {p1 , p2 } menyatakan momentum keadaan awal dan {p1 2 } momentum keadaan akhir suatu tumbukan, maka persamaan (4-12) merupakan sebuah bentuk hukum r kekekalan. Jika ( p ) merupakan besaran terkait dengan molekul yang memiliki r r r momentum p , sedemikian sehingga berdasarkan persamaan (4-12), ( p1 ) + ( p2 ) r bersifat kekal ketika terjadi tumbukan antara molekul yang memiliki momentum p1 r dan p2 . Dengan demikian, solusi persamaan (4-12) adalah

r log f ( 0 ) = ( p )
Atau dalam bentuk umum dapat dituliskan sebagai,

r r r log f ( 0 ) ( p ) = 1( p ) + 2 ( p ) + ...
Jika spin molekul diabaikan, maka selama terjadinya tumbukan biner besaran yang bersifat kekal adalah momentum dan energi kinetik. Oleh karena momentum dan r r energi kinetik merupakan fungsi dari p maka log f ( 0 ) ( p ) dapat dinyatakan sebagai r r kombinasi linier dari (p p0 )2 . Sehingga,

r r r log f ( 0 ) ( p ) (p p0 )2

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-1

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN atau

r r r log f ( 0 ) ( p ) = (p p0 )2 +
atau
r r 2 r f ( 0 ) ( p ) = e (p p0 ) + r r 2 r f ( 0 ) ( p ) = e e ( p p 0 ) r r 2 r f ( 0 ) ( p ) = Ce ( p p0 )

Berdasarkan kenyataan fisis bahwa semakin tinggi energi atau momentum molekul, maka jumlah molekul yang memiliki keadaan tersebut semakin sedikit maka nilai pada persamaan tersebut harus bernilai negatif. Dengan demikian dapat dilakukan penggantian oleh A. Sehingga,
r r 2 r f ( 0 ) ( p ) = Ce A ( p p0 )

(4-13)

Dengan menerapkan persamaan (3-5),

r r n = f ( r , p , t )d 3 p
maka dari persamaan subtitusi persamaan (4-13) menghasilkan
n = C e A( p p0 ) d 3 p
2

r r

Perhitungan e A( p p0 ) d 3 p
2

r r

r r r r Andaikan bahwa, p p0 = w . Oleh karena p0 adalah konstan maka r r dp = dw

dpx = dwx

dpy = dwy
dpz = dwz
d 3 p = dpx dpy dpz = dwx dwy dwz = d 3 w

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-2

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Dengan demikian,

A(p p ) 3 Aw 3 e 0 d p e d w
2 2

r r

atau jika batas-batas integral dituliskan maka,

3 A(p p ) e 0 d p =
2

r r

Aw 2

d3w

atau jika ditransformasi dalam bentuk integral koordinat bola menjadi,

3 2 A(p p ) Aw e 0 d p = e 4w dw
2 2

r r

3 2 A(p p ) Aw e 0 d p = 4 e w dw
2 2

r r

Andaikan lagi, Aw2 = s , maka

w2 =
dan

s A

w=
serta

s1 / 2 A

dw =

s 1 / 2 ds 2 A

Dengan demikian,

e e

r r A ( p p 0 )2

d p = 4 e s
3 0

s s 1 / 2 ds A 2 A
s 1 / 2

r r A ( p p 0 )2

2 d p = 3/2 A
3

e
0

ds

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-3

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Dengan menggunakan bentuk integral fungsi gamma, yang memiliki bentuk
+

e
0

x n dx = ( n + 1)

maka

r r A ( p p 0 )2

d3p =

2 1 + 1 3/2 A 2

Sekali lagi gunakan sifat fungsi gamma,

( n + 1 ) = n ( n )
maka

r r A ( p p 0 )2

d3p =

2 1 1 3/2 A 2 2

1 Oleh karena = , maka 2

A(p p ) 3 e 0 d p =
2

r r

A3 / 2

A(p p ) 3 e 0 d p =
2

r r

3/2
A3 / 2
3/2

r r A ( p p 0 )2 3 e d p= A

Akibatnya,

n = C A
atau

3/2

A C =

3/2

(4-14)

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-4

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

r Andaikan momentum rata-rata p sebuah molekul gas didefenisikan oleh,

r r pf ( 0 ) ( p )d 3 p r p (0) r 3 f ( p )d p

(4-15)

Oleh karena,

f
maka

(0)

r ( p )d 3 p = n

r r 1 r p = pf ( 0 ) ( p )d 3 p n r Subtitusi f ( 0 ) ( p ) dari persamaan (4-13),

r r 2 r 1 r p = p Ce A( p p0 ) d 3 p n r r 2 r C r p = pe A( p p0 ) d 3 p n

Andaikan bahwa
r r r p p0 = w

maka
r r r p = w + p0

Sebagaimana sebelumnya telah diperoleh bahwa d 3 p = d 3 w , maka

2 r C r r p = (w + p0 )e Aw d 3 w n

atau
2 2 r C r C r p = we Aw d 3 w + p0 e Aw d 3 w n n

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-5

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

r Karena p0 bersifat konstan, maka dapat dikeluarkan dari tanda integral pada suku kedua persamaan di atas,
2 2 r C r Cr p = we Aw d 3 w + p0 e Aw d 3 w n n

2 r PERHITUNGAN we Aw d 3 w

Jika batas-batas integral dituliskan maka,

+ r Aw 2 3 r Aw 2 3 w e d w = w e dw
0

r Aw 2 3 we d w =

+ r Aw 2 3 r Aw 2 3 w e d w + we d w 0

Lakukan pembalikan batas-batas integral pada suku pertama sisi kanan,

+ r Aw 2 3 r Aw 2 3 r Aw 2 3 we d w = we d w + we d w 0 0

oleh karena d 3 w = dwx dwy dwz , maka

+ r Aw 2 3 r Aw 2 r Aw 2 3 w e d w = w e dw dw dw + w x y z e dw 0 0 0 0

+++ + r Aw 2 3 r A( w ) 2 r Aw 2 3 w e d w = ( w ) e d ( w ) d ( w ) d ( w ) + w x y z e dw 0 0 0 0

+++ + r Aw 2 3 r Aw 2 r Aw 2 3 w e d w = w e dw dw dw + w x y z e dw 0 0 0 0

+ + r Aw 2 3 r Aw 2 3 r Aw 2 3 w e d w = w e d w + w e dw 0 0

we

Aw 2

d3w = 0

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-6

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Sehingga, 2 r Cr p = p0 e Aw d 3 w n Dari perhitungan sebelumnya, telah diperoleh bahwa

e
maka

Aw 2

d w= A
3

3/2

r Cr p = p0 n A

3/2

Dari persamaan (4-14) telah diketahui bahwa,

A C =
maka

3/2

r 3/2 3/2 r p0 A p = n n A Sehingga,

r r p = p0

Dengan demikian,
r r 2 r C r r p = pe A ( p p0 ) d 3 p = p0 n

(4-16)

r Jadi, jika p0 = 0 , maka ini berarti bahwa tidak ada gerak translasional molekul gas dalam suatu elemen volume tertentu.

Selanjutnya akan dihitung energi kinetik rata-rata sebuah molekul gas. Energi kinetik rata-rata didefenisikan sebagai,
Kf f r ( p )d 3 p (0) r ( p )d 3 p
(0)

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-7

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN dimana K menyatakan energi kinetik sebuah molekul bermassa m yang memiliki r momentum p , yaitu

p2 K= 2m
Sehingga,
(p
2

r / 2m ) f ( 0 ) ( p )d 3 p (0) r 3 f ( p )d p

(4-17)

Karena,

maka

r f ( 0 ) ( p )d 3 p = n

= =

1 p2 ( 0 ) r 3 f ( p )d p n 2m

r 1 p 2 f ( 0 ) ( p )d 3 p 2nm

r Subtitusi f ( 0 ) ( p ) kedalam persamaan ini maka

r r 2 C p 2 e A( p p0 ) d 3 p 2nm

r Jika dipilih p0 = 0 , maka

2 C p 2 e Ap d 3 p 2nm

Dalam sajian koordinat bola, d 3 p = 4p 2 dp , sehingga

2 C p 2 e Ap 4p 2dp 2nm 0

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-8

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

2C 4 Ap 2 pe dp = nm 0

PERHITUNGAN

p e
0

4 Ap 2

dp

Andaikan bahwa Ap 2 = w , maka

p= w1 / 2 A1 / 2

Sehingga,
dp = w 1 / 2 dw 2 A1 / 2

Akibatnya,

p e
0

4 Ap 2

w1 / 2 Ap 2 w 1 / 2 dp dw e A1 / 2 2 A1 / 2 0

p e
0

4 Ap 2

1 w 2 Ap 2 dp e w 1 / 2 dw 1/ 2 2 2A 0 A
2 1 dp e Ap w 3 / 2 dw 5/2 2A 0

p e
0

4 Ap 2

Gunakan lagi bentuk integral fungsi gamma,

p e
0

4 Ap 2

dp =

1 3 + 1 5/2 2A 2 1 3 1 1 5/2 2A 2 2 2 3 8 A5 / 2

p e
0

4 Ap 2

dp =

p e
0

4 Ap 2

dp =

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-9

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Sehingga,

=
=

2C 3 nm 8 A 5 / 2
3 3 / 2C 4nmA 5 / 2

Subtitusi besaran C dari persamaan (4-14), maka

3 3 / 2 A = 5/2 4nmA

3/2

3 3 / 2 A3 / 2 n= n 4nmA 5 / 2 3 / 2

=
Jadi,

3 4mA

r r 2 C 3 p 2 e A( p p0 ) d 3 p = 2nm 4mA

Jadi konstanta A berhubungan dengan energi kinetik rata-rata, yang diberikan oleh hubungan

A=

3 4m

(4-18)

Subtitusi nilai A pada persamaan (4-18) ke dalam persamaan (4-14) menghasilkan

3 1 C = 4m 3 C = 4m
3/2

3/2

(4-19)

Untuk menghubungkan energi rata-rata dengan besaran yang dapat terukur langsung, kita harus mencari persamaan keadaan terkait dengan fungsi distribusi keadaan setimbang. Oleh karena itu, kita harus menghitung tekanan yang didefenisikan oleh gaya rata-rata tiap satuan luas yang bekerja pada sebuah permukaan gas . Tinjau permukaan gas seperti ditunjukkan dalam gambar 4-1 dimana permukaan tersebut
L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-10

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN memiliki arah normal disepanjang sumbu x. Sebuah molekul hanya dapat menumbuk permukaan ini hanya jika komponen x daripada momentumnya bernilai positif, yaitu px > 0 . Jadi molekul tersebut akan kehilangan momentumnya sebesar 2 px ketika menumbuk permukaan tersebut. Jumlah molekul yang dipantulkan oleh permukaan tersebut tiap detik adalah jumlah molekul yang terkandung dalam silinder tersebut, v dengan vx > 0 . Jumlahnya adalah, vx f ( 0 ) ( p )d 3 p . Oleh karena itu, tekanan yang dihasilkan oleh gas dengan kecepatan rata-rata nol adalah
+

P=

vx =0

(0) v 3 2px vx f ( p )d p =

p v
x

v f ( 0 ) ( p )d 3 p

karena

vx =
maka

px m

1 v P = px 2 f ( 0 ) ( p )d 3 p m

r Subtitusi f ( 0 ) ( p ) , maka
P=
2 C v px 2 e Ap ( p )d 3 p m

Oleh karena
+ 2 Ap 2 v 3 px e ( p )d p = + 2 Ap 2 v 3 py e ( p )d p = +

2 Ap 2

v ( p )d 3 p

maka

3P =

C C C 2 Ap 2 v 2 Ap 2 v 2 Ap 2 v 3 3 p e ( p ) d p + p e ( p ) d p + p e ( p )d 3 p x y z m m m
2 C v px 2 + py 2 + pz 2 e Ap ( p )d 3 p m

3P =

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-11

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Karena px 2 + py 2 + pz 2 = p 2 , maka

3P =

C 2 Ap 2 v p e ( p )d 3 p m
+

P=

2 C v p 2 e Ap ( p )d 3 p 3m

(4-20)

Persamaan (4-20) dapat dituliskan sebagai,

P=

2C p 2 Ap 2 v 3 e ( p )d p 3 2 m

Oleh karena,

p 2 Ap 2 v 3 C e ( p )d p = n 2m
maka

2 P = n 3
Secara eksperimental, dari hukum hukum gas ideal diketahui bahwa
PV = NkT

(4-21)

atau

P=

N kT = nkT V

Subtitusi persaman ini kedalam persamaan (4-21), maka

2 nkT = n 3 sehingga,

= kT

3 2

(4-22)

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-12

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Dengan demikian,

A=
dan

3 2 1 = 4m 3kT 2mkT

3 2 C = 4m 3kT

3/2

n=

n ( 2mkT )3 / 2

Sehingga, persamaan (4-13) menjadi

f
(0)

r ( p) =

r r ( p p0 )2 n exp 2mkT ( 2mkT )3 / 2

(4-23)

Persamaan ini disebut distribusi Maxwell-Boltzmann yang menyatakan probabilitas r menemukan sebuah molekul dengan momentum p dalam gas yang berada pada keadaan setimbang. Jika tumbukan antara molekul dengan dinding kontainer gas bersifat elastis sempurna, r r maka f ( 0 ) ( p ) tidak akan berubah akibat tumbukan tersebut karena f ( 0 ) ( p ) hanya bergantung pada besar momentum. Sedangkan besar momentum sebelum dan setelah tumbukan tumbukan biner tidak mengalami perubahan sebagai mana telah dibahas sebelumnya (lihat pasal 3.2 Tumbukan Biner).
r Untuk gas dengan p0 = 0 , kita defenisikan kecepatan yang paling mungkin daripada r sebuah molekul sebagai v ketika 4p 2 f ( p ) mencapai nilai maksimum.

PERHITUNGAN p dan v Andaikan bahwa,

r w = 4p 2 f ( p ) r r Subtitusi f ( 0 ) ( p ) dimana p0 = 0 maka

w = 4p 2 p2 n exp 2mkT ( 2mkT )3 / 2

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-13

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

p2 4n 2 p exp 2mkT ( 2mkT )3 / 2

w=

Nilai ekstrim dari w ditentukan oleh syarat,

dw =0 dp 2
Andaikan bahwa, p 2 = q maka

w=
Sehingga,

q 4n q exp 3/2 ( 2mkT ) 2mkT

q dw dw d 4n = q exp 2 3/2 dp dq dq ( 2mkT ) 2mkT

atau

q dw 4n d = q exp =0 3/2 dq ( 2mkT ) dq 2mkT

dq q q dw 4n d exp = + q exp 3/2 dq ( 2mkT ) dq dq 2mkT 2mkT q q d q dw 4n = exp + q exp 3/2 dq ( 2mkT ) 2mkT 2mkT dq 2mkT

q q q dw 4n = exp exp 3/2 dq ( 2mkT ) 2mkT 2mkT 2mkT q q dw 4n = 1 exp 3 / 2 dq ( 2mkT ) 2mkT 2mkT

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-14

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Sehingga,

dw =0 dq
dipenuhi oleh

q q 1 exp =0 2mkT 2mkT

Solusi persamaan ini adalah

q 1 =0 2mkT
dan

q = 2mkT

q exp =0 2mkT

q=
d2w <0 dq 2

Selanjutnya, nilai maksimum ditentukan oleh syarat,

q q d2w 4n d = 1 exp 2 3/2 dq ( 2mkT ) dq 2mkT 2mkT

q q d q q d d2w 4n = exp 1 + 1 exp 2 3/2 2mkT dq 2mkT dq ( 2mkT ) 2mkT dq 2mkT q q q d q d2w 4n 1 = exp + 1 exp 2 3/2 dq ( 2mkT ) 2mkT 2mkT 2mkT 2mkT dq 2mkT

q q q d2w 4n 1 1 = exp exp 1 2 3/2 dq ( 2mkT ) 2mkT 2mkT 2mkT 2mkT 2mkT
q q d2w 4n 1 = exp 2 2 3/2 2mkT dq ( 2mkT ) 2mkT 2mkT

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-15

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Untuk q = , maka

d 2w =0 dq 2

Ini menyatakan bahwa solusi q = merupakan titik belok kurva, bukan menyatakan nilai maksimum atau minimum. Sedangkan untuk q = 2mkT ,
2mkT d2w 4n 1 2mkT = exp 2 2 3/2 2mkT dq ( 2mkT ) 2mkT 2mkT d2w 4n 1 [2 1]exp( 1) = 2 3/2 dq ( 2mkT ) 2mkT d2w 4n 1 = e 1 2 3/2 dq ( 2mkT ) 2mkT

Dengan demikian,
d 2w <0 dq 2

Sehingga, solusi q = 2mkT , atau

p 2 = 2mkT
r merupakan nilai dimana kurva 4p 2 f ( p ) mencapai nilai maksimum.
Sehingga,
p = 2mkT

Oleh karena itu, kecepatan partikel yang paling mungkin adalah

p = mv = 2mkT

atau
L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-16

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

v=
atau

2mkT m

v=

2kT m

(4-24)

Rata-rata kuadrat kecepatan diberikan oleh,

v
2

v f f
2

r ( p )d 3 p (0) r ( p )d 3 p
(0)

Sehingga, akar dari rata-rata kuadrat kecepatan diberikan oleh,

vrms =

v2

r 3 1 / 2 v2 f ( 0 )( p )d p (0) r 3 f ( p )d p

PERHITUNGAN v 2
v f = f
2

r ( p )d 3 p (0) r ( p )d 3 p
(0)

Oleh karena,

maka

p2 v = 2 m
2 2 (0) r 3 1 p f ( p )d p = 2 r m f ( 0 ) ( p )d 3 p

atau
v
2 2 (0) r 3 2 ( p / 2m ) f ( p )d p = (0) r 3 m f ( p )d p

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-17

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Oleh karena,

(p =
2

r / 2m ) f ( 0 ) ( p )d 3 p (0) r 3 f ( p )d p

dan telah diperoleh sebelumnya bahwa (lihat persamaan 4-22)

(p =
2

r / 2m ) f ( 0 ) ( p )d 3 p 3 = kT (0) r 3 2 f ( p ) d p

maka

v2 =
Sehingga,

2 3 kT m 2

v2 =

3kT m

Dengan demikian,

vrms

r 3 1 / 2 v2 f ( 0 )( p )d p 3kT = (0) r 3 = m f ( p )d p

(4-25)

Pada temperatur kamar kelajuan untuk molekul gas oksigen berorde 105 cm/detik.

r Plot 4p 2 f ( 0 ) ( p ) terhadap v = p / m ditunjukkan dalam Gambar 4.2. Terlihat bahwa r f ( 0 ) ( p ) tidak bernilai nol ketika v melebihi kecepatan cahaya. Ini karena kita menggunakan dinamika Newtonian untuk molekul tanpa koreksi dinamika relativistik. Error dapat diabaikan karena v << c , dimana kita peroleh kT = mc 2 . Dengan demikian, untuk molekul hidrogen T 1013 K .
Tinjau distribusi pada keadaan setimbang untuk gas dengan konsentrasi rendah dibawah pengaruh gaya eksternal yang bersifat konservatif, yang mana diberikan oleh

r r r F = ( r )

(4-26)

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-18

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Oleh karena itu, energi total partikel menjadi,

E=

r p2 + ( r ) 2m

Dengan demikian, fungsi distribusi partikel dinyatakan sebagai, r r r ( p p0 )2 / 2m + ( r ) r r n f (r ,p) = exp kT ( 2mkT )3 / 2
r r f (r , p) = r r r ( p p0 )2 n ( r ) exp exp ( 2mkT )3 / 2 2mkT kT

r r r ( r ) (0) r f ( r , p ) = f ( p ) exp kT dimana r r ( p p0 )2 n (0) r f ( p) = exp 2mkT ( 2mkT )3 / 2

Oleh karena persamaan (4-27) tidak bergantung waktu, maka

(4-27)

r r f ( r , p ) =0 t Selanjutnya, dari persamaan transport Boltzmann, r r f 3 = d p2 d ( )( f 2 f 1 f 2 f 1 ) v1 v2 t col

dimana

r r r ( r ) (0) r f 1( r , p1 ) = f 1 ( p1 ) exp kT

r r r r ( r ) f 2 ( r , p2 ) = f 2( 0 ) ( p2 ) exp kT r r r ( r ) (0) r f 1( r , p1 ) = f 1 ( p1 ) exp kT r r r ( r ) (0) r ( p f 2( r , p 2 ) = f2 2 ) exp kT

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-19

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Sehingga,

r r ( r ) f (0) (0) (0) (0) r 3 = d p2 d ( )( f 2 f 1 f 2 f 1 ) v1 v2 exp t col kT

r r Karena ( r ) tidak bergantung pada p maka, r r f ( r ) (0) (0) (0) (0) r 3 = exp d p2d ( )( f 2 f 1 f 2 f 1 ) v1 v2 t col kT
Oleh karena,

d p d ( )( f
3 2 2

(0)

r r f 1( 0 ) f 2( 0 ) f 1( 0 ) ) v1 v2

menyatakan perubahan fungsi distribusi pada keadaan setimbang, dimana pada keadaan setimbang tidak ada lagi tumbukan yang terjadi, maka

d p d ( )( f
3 2 2

(0)

r r f 1( 0 ) f 2( 0 ) f 1( 0 ) ) v1 v2 = 0

sehingga,

r r f ( r ) (0) (0) (0) (0) r 3 = exp d p2d ( )( f 2 f 1 f 2 f 1 ) v1 v2 = 0 kT t col

Selanjutnya akan dilakukan verifikasi persamaan transport Boltzmann pada sisi kiri yaitu,

r r r r r f f ( r , p ) p r r r r r + f ( r , p ) + F v f ( r , p ) = m t t col

Dari hasil di atas maka

r r r r r f ( r , p ) p r r r r r + f ( r , p ) + F v f ( r , p ) = 0 t m
dimana solusi ini bersifat trivial.

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-20

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

r Karena potensial ( r ) tidak mengubah fungsi distribusi pada keadaan setimbang, r ( r ) maka besaran exp dapat diabsorbsi dalam kerapatan molekul, sehingga kT r kerapatan molekul menjadi bergantung pada r . Akibatnya persamaan (4-27) dapat dituliskan menjadi, r r r ( r ) (0) r f ( r , p ) = f ( p ) exp kT
r r f (r , p) = r r r ( p p0 )2 n0 ( r ) exp 2mkT exp ( 2mkT )3 / 2 kT r r r ( p p0 )2 n( r ) exp 2mkT ( 2mkT )3 / 2

r r f (r , p) =

(4-28)

dimana

r r r n( r ) = d 3 pf ( r , p )
atau
r n( r ) = d 3 p r r r ( p p0 ) 2 ( r ) n0 exp 2mkT exp ( 2mkT )3 / 2 kT

r r r ( p p0 )2 r n0 ( r ) 3 n( r ) = exp d p exp 3/2 2mkT kT ( 2mkT )

Oleh karena
r r ( p p0 )2 n0 3 d p exp = n0 ( 2mkT )3 / 2 2 mkT

maka

r r ( r ) n( r ) = n0 exp kT

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-21

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN Dengan demikian,

r r r r ( r ) 3 n( r ) = d pf ( r , p ) = n0 exp kT

(4-29)

Selanjutnya akan diturunkan besaran-besaran termodinamika untuk gas dengan konsentrasi rendah (dilute gas). Temperatur gas telah didefenisikan oleh persamaan (422), dan telah diperoleh persamaan keadaan. Dengan defenisi tekanan, kerja yang dilakukan oleh gas ketika volume gas mengalami peningkatan sebesar dV adalah PdV . Energi dalam didefenisikan oleh,

3 U( T ) = N = NkT 2

(4-30)

Dari persamaan ini terlihat bahwa energi dalam hanya bergantung pada temperatur. Dari hukum pertama termodinamika, panas yang terserap oleh sebuah sistem didefenisikan sebagai,

dQ = dU + PdV

(4-31)

Ini berarti bahwa ketika panas ditambahkan pada sebuah sistem maka sistem tersebut akan melakukan kerja mekanik dan menyebabkan molekul bekerja dengan energi dU . Dari persamaan (4-31) dan (4-30) diperoleh kapasitas panas pada volume konstan,

3 CV = Nk 2
Analogi bagi hukum kedua termodinamika adalah teorema H Boltzmann, dimana H telah diidentifikasi sebagai negatif entropi tiap satuan volume dibagi oleh konstanta Boltzmann,

H=

S Vk

(4-33)

Jadi, teorema H menyatakan bahwa untuk volume tertentu (contohnya, gas terisolasi) entropi tidak pernah meningkat, sebagaimana dinyatakan dalam hukum kedua termodinamika. Untuk meyakinkan bahwa persamaan (4-33) benar, maka akan dihitung nilai H pada keadaan setimbang. Dari teorema Boltzmann, pada persamaan (4-3) dinyatakan bahwa

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-22

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

r r H ( t ) = d 3 v f ( p , t ) log f ( p , t )
Jadi pada keadaan setimbang dapat dituliskan sebagai,

r r H 0 = d 3 p f ( 0 ) ( p , t ) log f ( 0 ) ( p , t )
karena,
f
(0)

r r (r ,p) =

r r ( p p0 )2 n exp 2mkT ( 2mkT )3 / 2

maka

log f

(0)

r r ( p p0 )2 r r n ( r , p ) = log exp 3/2 2mkT ( 2 mkT ) r r ( p p0 )2 r r n ( r , p ) = log + log exp 3/2 2mkT ( 2mkT ) r r r r n ( p p0 )2 ( r , p ) = log 3/2 2mkT ( 2mkT )

log f

(0)

log f
Sehingga,

(0)

r r r r ( p p0 )2 n n ( p p0 )2 H0 = d p exp 2mkT log ( 2mkT )3 / 2 2mkT ( 2mkT )3 / 2

3

r r r r ( p p0 )2 n n ( p p0 )2 3 H0 = d p exp 3/2 2mkT log ( 2mkT )3 / 2 2mkT ( 2mkT )

r r ( p p0 )2 3 n n log H0 = d p exp 3 / 2 2mkT ( 2mkT )3 / 2 ( 2mkT ) r r 2 ( p p0 ) r r n 1 d 3 p ( p p0 )2 exp 3/2 2mkT ( 2mkT ) 2mkT

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-23

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

r Untuk p0 = 0 , maka

H0 =

p2 3 n n log d p exp ( 2mkT )3 / 2 2mkT ( 2mkT )3 / 2

p2 n 1 3 2 d p p exp 2mkT ( 2mkT )3 / 2 2mkT

p2 PERHITUNGAN d 3 p exp 2mkT

Dalam koordinat bola,

p2 p2 2 d p exp = 4 p exp 2mkT dp 2 mkT 0

p2 Andaikan, = , maka 2mkT 2mkT = p 2

atau
p = 2mkT 1 / 2

jadi,

dp =
Sehingga,

1 2mkT 1 / 2d 2

p2 1 1 / 2 d d p exp 2mkT = 4 2mkT e 2 2mkT 0

p2 3 d p exp = 4 mkT 2 mkT e 1 / 2 d 2mkT 0

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-24

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

p2 1 3 + 1 d p exp 2mkT = 4mkT 2mkT 2 p2 1 3 d p exp 2mkT = 4mkT 2mkT 2 p2 3 3/2 d p exp 2mkT = 2 mkT 2mkT p2 3/2 3/2 d p exp 2mkT = (2mkT )
3

p2 3/2 3 d p exp 2mkT = (2mkT )

Sehingga,
H0 = n n (2mkT )3 / 2 log 3/2 3/2 ( 2mkT ) ( 2mkT )

p2 n 1 3 2 d p p exp 2mkT ( 2mkT )3 / 2 2mkT p2 n n 1 3 2 H 0 = n log d p p exp 3/2 3/2 2mkT 2mkT ( 2mkT ) ( 2mkT )

PERHITUNGAN

p2 d p p exp 2mkT
3 2

Dalam koordinat bola,

p2 p2 3 4 d p exp 4 p exp = 2mkT 2mkT dp 0 2 p , maka Andaikan, = 2mkT

2mkT = p 2

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-25

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

atau
p = 2mkT 1 / 2

jadi,

dp =
Sehingga,

1 2mkT 1 / 2d 2

p2 1 3 (2mkT )2 2 e 2mkT 1 / 2d d p exp = 4 2mkT 2 0 p2 5/2 = 2 (2mkT ) 3 / 2 e d d p exp 2mkT 0

p2 3 5/2 3 + 1 d p exp 2mkT = 2 (2mkT ) 2 p2 3 5/2 3 d p exp 2mkT = 2 (2mkT ) 4

p2 d p exp 2 mkT
3

3 3 / 2 = 2 (2 mkT

)5 / 2

Jadi,

n n 1 3 3 / 2 H 0 = n log (2mkT )5 / 2 3/2 3/2 2mkT 2 ( 2mkT ) ( 2mkT ) n n 1 3 3 / 2 H 0 = n log (2mkT )5 / 2 3/2 3/2 5/2 ( 2mkT ) 2 ( 2mkT ) 3 n H 0 = n log n 3/2 ( 2mkT ) 2

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-26

4-2. DISTRIBUSI MAXWELL-BOLTZMANN

3 n H 0 = n log ( 2mkT )3 / 2 2

Sehingga, dari persamaan (4-33),

S = H 0Vk

atau

3 kVH 0 = Nk log (PV 5 / 2 ) + cons. 2

(4-34)

L. Muhammad Musafar K. 302 10 009

4-2-27