Anda di halaman 1dari 6

Topik: Etik Tanggal (kasus): Presenter: dr. Alexander Agustama Tanggal presentasi: 22 Agustus 2013 Pendamping: dr. T. M.

Liliek Rahaju Tempat presentasi: Ruang Komite Medik RSUD Dr. Soedomo, Trenggalek Obyektif presentasi: Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Neonatus Deskripsi: Euthanasia ditinjau dari berbagai aspek. Tujuan: Mempelajari dan menyikapi masalah etik yang dapat terjadi di kehidupan sehari-hari dalam berpraktik kedokteran Bahan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit bahasan: Cara Diskusi Presentasi dan Email Pos membahas: diskusi Data pasien: Nama: Tn. Vincent Humbert No. RM: Nama Instansi: RS Helio Marin, Telepon: Terdaftar sejak: Perancis Data utama untuk bahan diskusi: 1. Kasus Vincent Humbert adalah seorang relawan pemadam kebakaran yang tinggal dan bekerja di Normandia. Pada tanggal 24 September 2000, kecelakaan mobil mengubah hidupnya selamanya. Setelah beberapa bulan dalam keadaan koma, ia terbangun dan menemukan dirinya lumpuh pada keempat anggota gerak, tidak dapat berbicara dan mengalami gangguan penglihatan, tanpa adanya prospek perbaikan. Namun, dia sepenuhnya sadar dan mampu berkomunikasi dengan menekan huruf yang berbeda dari alfabet dengan ibu jarinya. Dalam perjalanan tahun 2002, ia menggunakan cara ini untuk mengekspresikan keinginannya untuk mengakhiri hidupnya dan meminta bantuan untuk melakukan bunuh diri. Saya tidak hidup, namun saya dibuat untuk hidup. Untuk siapa dan untuk apa yang tak saya ketahui, yang saya tahu saya hanyalah mayat hidup! ratap Vincent Humbert. Kondisi tanpa daya ini membuat Vincent tak mau meneruskan hidupnya. Pada November 2002, ia mengirimkan surat kepada Presiden Prancis, Jacques Chirac, meminta agar ia diberi hak untuk mati. Chirac membalas surat Vincent dan menelponnya ke rumah sakit, menjelaskan bahwa ia tak bisa memenuhi permintaannya itu. Ibunya, Anne-Marie Humbert, menyatakan berulang kali bahwa jika tidak ada orang lain akan membantu anaknya untuk mati, ia akan melakukannya sendiri. Vincent pun akhirnya menyusun rencana kematian bersama ibunya, Marie Humbert. Ia juga menulis buku berisi penjelasan soal kasusnya dibantu seorang wartawan bernama Frederick Veille. Pada tanggal 24 September tahun 2003, tepat tiga tahun setelah kecelakaan itu, Vincent dan Marie melaksanakan rencana mereka, Marie menyuntikkan obat penenang (Sodium Pentobarbital) dengan dosis berlebih ke pembuluh darah putranya. Hari berikutnya, buku karya Vincent, J Vous Demande le Droit de Mourir (Saya Meminta Pada Anda Hak untuk Mati) terbit.

2. Pembahasan 1. Pengertian Euthanasia Kata euthanasia terdiri dari dua kata dari bahasa Yunani eu (baik) dan thnatos (kematian). Jadi secara harafiah euthanasia berarti mati yang layak atau mati yang baik (good death) atau kematian yang lembut. Beberapa kata lain yang berdasar pada gabungan dua kata tersebut misalnya Euthanatio: aku menjalani kematian yang layak, atau euthanatos (kata sifat) yang berarti mati dengan mudah, mati dengan baik atau kematian yang baik. (K. Bertens, 2001) Eutanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan. (Ensiklopedia bebas, 2012) Konsepsi Euthanasia dalam Oxford English Dictionary dirumuskan sebagai kematian yang lembut dan nyaman, dilakukan terutama dalam kasus penyakit yang penuh penderitaan dan tak tersembuhkan. Istilah yang sangat populer untuk menyebut jenis pembunuhan ini adalah mercy killing. Sementara itu menurut Kamus Kedokteran Dorland, euthanasia mengandung dua pengertian. Pertama, suatu kematian yang mudah atau tanpa rasa sakit. Kedua, pembunuhan dengan kemurahan hati, pengakhiran kehidupan seseorang yang menderita penyakit yang tak dapat disembuhkan dan sangat menyakitkan secara hati-hati dan disengaja. 2. Macam-macam Euthanasia 2.1 Dari Sudut Cara/Bentuk a. Euthanasia Aktif : mengambil keputusan untuk melaksanakan dengan tujuan menghentikan kehidupan. Tindakan ini secara sengaja dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk memperpendek atau mengakhiri hidup si pasien. b. Euthanasia Pasif : memutuskan untuk tidak mengambil tindakan atau tidak melakukan terapi. Dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak (lagi) memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien. c. Auto Euthanasia : pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima perawatan medis dan ia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Dari penolakan tersebut ia membuat sebuah codicil (pernyataan tertulis). 2.2 Dari Sudut Maksud a. Euthanasia langsung (direct), artinya tujuan tindakan diarahkan langsung pada kematian. b. Euthanasia tidak langsung (indirect), artinya tujuan tindakan tidak langsung untuk kematian tetapi untuk maksud lain misalnya meringankan penderitaan. 2.3 Dari Sudut Otonomi Pasien a. Penderita sadar dan dapat menyatakan kehendak atau tak sadar dan tidak dapat menyatakan kehendak (incompetent). b. Penderita tidak sadar tetapi pernah menyatakan kehendak dan diwakili oleh orang lain (transmitted judgement). c. Penderita tidak sadar tetapi kehendaknya diduga oleh orang lain (substituted judgement).

2.4 Dari Sudut Motif dan Prakarsa a. Prakarsa dari penderita sendiri, artinya penderita sendiri yang meminta agar hidupnya dihentikan. b. Prakarsa dari pihak luar, misalnya keluarganya dengan motivasi untuk menghentikan beban atau belas kasih. 3. Berbagai Aspek Euthanasia 3.1 Aspek Hukum Undang-undang Hukum pidana mengatur seseorang dapat dipidana atau dihukum jika ia menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja ataupun karena kurang hati-hati. Ketentuan pelanggaran yang berkaitan langsung dengan euthanasia aktif di Indonesia, yaitu euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien/korban itu sendiri (voluntary euthanasia) sebagaimana secara eksplisit diatur dalam Pasal 344 KUHP. Pasal 344 KUHP : Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguhsungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun. Untuk jenis euthanasia aktif maupun pasif, beberapa pasal yang berhubungan adalah : Pasal 338 KUHP : Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 340 KUHP : Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord) dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. Berdasarkan ketentuan pasal-pasal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembunuhan atas permintaan korban sekalipun tetap diancam pidana bagi pelakunya. Dengan demikian, dalam konteks hukum aktif di Indonesia, euthanasia tetap dianggap sebagai perbuatan yang dilarang, tidak dimungkinkan dilakukan pengakhiran hidup seseorang sekalipun atas permintaan orang itu sendiri. Perbuatan tersebut tetap dikualifikasikan sebagai tindak pidana, yaitu sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. 3.2 Aspek Etika Kedokteran Di dalam Kode Etik Kedokteran yang ditetapkan Mentri Kesehatan Nomor: 434/Men.Kes./SK/X/1983 disebutkan pada pasal 10 : Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup makhluk insani. Kemudian di dalam penjelasan pasal 10 itu dengan tegas disebutkan bahwa naluri yang kuat pada setiap makhluk yang bernyawa, termasuk manusia ialah mempertahankan hidupnya. Usaha untuk itu merupakan tugas seorang dokter. Dokter harus berusaha memelihara dan mempertahankan hidup makhluk insani, berarti menurut Etika Kedokteran, seorang dokter tidak dibolehkan: menggugurkan kandungan (abortus provocatus) dan mengakhiri hidup seseorang penderita, yang menurut ilmu dan pengalaman tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia). Demikian juga dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia tentang disiplin profesional dokter dan dokter gigi, pada pasal 3 ayat 2 poin ke-12

yang berbunyi : melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri atau keluarganya termasuk ke dalam pelanggaran disiplin professional dokter. Meskipun dari sudut kemanusiaan dibenarkan adanya eutanasia dan merupakan hak bagi pasien yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan (sesuai dengan Deklarasi Lisboa 1981), akan tetapi dokter tidak dibenarkan serta merta melakukan upaya aktif untuk memenuhi keinginan pasien atau keluarganya tersebut. Hal ini disebabkan oleh dua hal, pertama, karena adanya persoalan yang berkaitan dengan kode etik kedokteran, disatu pihak dokter dituntut untuk membantu meringankan penderitaan pasien, akan tetapi dipihak lain menghilangkan nyawa orang merupakan pelanggaran terhadap kode etik itu sendiri. Kedua, tindakan menghilangkan nyawa orang lain dalam perundngundangan merupakan tindak pidana, yang secara hukum di negara manapun, tidak dibenarkan oleh Undang-undang. 3.3 Aspek Hak Asasi Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup, damai dan sebagainya. Tapi tidak tercantum dengan jelas adanya hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini terbukti dari aspek hukum euthanasia, yang cenderung menyalahkan tenaga medis dalam euthanasia. Sebetulnya dengan dianutnya hak untuk hidup layak dan sebagainya, secara tidak langsung seharusnya terbersit adanya hak untuk mati, apabila dipakai untuk menghindarkan diri dari segala ketidaknyamanan atau lebih tegas lagi dari segala penderitaan yang hebat. 3.4 Aspek Ilmu Kedokteran Pengetahuan kedokteran dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan upaya tindakan medis untuk mencapai kesembuhan atau pengurangan penderitaan pasien. Apabila secara ilmu kedokteran hampir tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan, apakah seseorang tidak boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi hidupnya? Segala upaya yang dilakukan akan sia-sia, bahkan sebaliknya dapat dituduhkan suatu kebohongan, karena di samping tidak membawa kepada kesembuhan, keluarga yang lain akan terseret dalam pengurasan dana. 3. Diskusi Topik Masalah euthanasia menimbulkan pro dan kontra. Ada sebagian orang yang menyetujui euthanasia ini, namun sebagian pihak lain menolaknya. Dalam hal ini tampak adanya batasan karena adanya sesuatu yang mutlak berasal dari Tuhan dan batasan karena adanya hak asasi manusia. Pembicaraan mengenai euthanasia tidak akan memperoleh suatu kesatuan pendapat etis sepanjang masa. Pro Euthanasia : Kelompok ini menyatakan bahwa tindakan euthanasia dilakukan dengan persetujuan, dengan tujuan utama menghentikan penderitaan pasien. Salah satu prinsip yang menjadi pedoman kelompk ini adalah pendapat bahwa manusia tidak boleh dipaksa untuk menderita. Jadi, tujuan utamanya adalah meringankan penderitaan pasien. Argumen yang paling sering digunakan adalah argumen atas dasar belas kasihan terhadap mereka yang menderita sakit berat dan secara medis tidak mempunyai harapan untuk pulih.

Argumen pokok mereka adalah pemahaman bahwa kematian menjadi jalan yang dipilih demi menghindari rasa sakit yang luar biasa dan penderitaan tanpa harapan si pasien. Argumen kedua adalah perasaan hormat atau agung terhadap manusia yang ada hubungannya dengan suatu pilihan yang bebas sebagai hak asasi. Setiap orang memiliki hak asasi. Di dalamnya termasuk hak untuk hidup maupun hak untuk mati. Kontra Euthanasia : Setiap orang menerima prinsip nilai hidup manusia. Pihak ini setuju bahwa hidup manusia itu sangat berharga dan harus dilindungi. Mereka setuju bahwa membunuh orang adalah tindakan yang salah. Bagi mereka, euthanasia adalah suatu pembunuhan yang terselubung. Bagi orang beragama, euthanasia merupakan tindakan immoral dan bertentangan dengan kehendak Tuhan. Mereka berpendapat bahwa hidup adalah semata-mata diberikan oleh Tuhan sendiri sehingga tidak ada seorang pun atau institusi manapun yang berhak mencabutnya, bagaimanapun keadaan penderita tersebut. Dikatakan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan tidak memiliki hak untuk mati. Profesi tenaga medis sudah sejak lama menentang euthanasia sebab profesi kedokteran adalah untuk menyembuhkan dan bukan untuk mematikan. Profesi medis adalah untuk merawat kehidupan dan bukan untuk merusak kehidupan. Sumpah Hipokrates jelas-jelas menolaknya, Saya tidak akan memberikan racun yang mematikan ataupun memberikan saran mengenai hal ini kepada mereka yang memintanya. Sumpah ini kemudian menjadi dasar sumpah seluruh dokter di dunia, termasuk di Indonesia. 4. Kesimpulan Euthanasia adalah pengakhiran kehidupan seseorang yang menderita penyakit yang tak dapat disembuhkan dan sangat menyakitkan secara sengaja dan tanpa rasa sakit. Euthanasia menimbulkan reaksi pro dan kontra, dimana sangat sulit untuk memperoleh suatu kesatuan pendapat etis. Secara formal tindakan euthanasia di Indonesia belum memiliki dasar hukum. Dari segi agama : dokter mempercayai kesucian dan kemuliaan kehidupan manusia. Dari segi moral : pilihan untuk membunuh, baik orang lain maupun diri sendiri adalah imoral karena merupakan tindak sengaja untuk membunuh seorang manusia. Dari segi legal : seorang dokter yang melakukan euthanasia atau membantu orang yang bunuh diri telah melakukan tindakan melanggar hukum. Dari segi etika : tugas seorang dokter adalah untuk menyembuhkan, bukan membunuh; untuk mempertahankan hidup, bukan untuk mengakhirinya. Daftar pustaka: - Apuranto H, 2009. Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya - Fatmanadia, 2012. Pandangan etika dan Perundang-undangan tentang Euthanasia. Disitasi dari: http://fatmanadia.wordpress.com/2012/09/02/pandangan-etika-danperundang-undangan-tentang-euthanasia/ tanggal 19 Agustus 2013 http://news.bbc.co.uk, 2003. Overdose kills right-to-die man. Disitasi dari: http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/3142246.stm tanggal 19 Agustus 2013 http://sales.arte.tv, 2004. Vincent Humbert Euthanasia and after. Disitasi dari: http://sales.arte.tv/detailFiche.action?programId=1236 tanggal 19 Agustus 2013 Peraturan KKI No. 4 tahun 2011

Hasil pembelajaran: - Mengetahui dan mempelajari Euthanasia dari berbagai aspek - Mendapatkan ilmu bahan pertimbangan apabila didapatkan kasus berkaitan dengan etik profesi kedokteran, khususnya yang berkaitan dengan euthanasia.

Anda mungkin juga menyukai