Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIDROKEL

MAKALAH disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik V B Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember

oleh Ria Aridya Liarucha Haidar Dwi Pratiwi Dicky Andriansyah Bima Satriya D. Wafi Hidayat Andi Susanto Fitania Marizka NIM 112310101011 NIM 112310101012 NIM 112310101027 NIM 112310101030 NIM 112310101034 NIM 112310101051 NIM 112310101064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2013

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hidrokel. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VB pada Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IVA yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terima kasih pula kepada teman-teman yang secara ikhlas mengerjakan tugas ini dengan semangat dan kerja sama yang baik. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, maka kami menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Jember, September 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. PRAKATA ................................................................................................ i ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1.2 Tujuan................................................................................... 1.3 Manfaat ................................................................................. BAB 2. TINJAUAN TEORI ..................................................................... 2.1 Definisi ................................................................................ 2.2 Epidemiologi ....................................................................... 2.3 Etiologi ................................................................................ 2.4 Manifestasi klinis ................................................................ 2.5 Patofisiologi ......................................................................... 2.6 Komplikasi & Prognosis ..................................................... 2.7 2.8 Pemeriksaan Penunjang ..................................................... Penatalaksanaan ................................................................. 1 1 1 2 3 3 3 3 4 4 6 6 7 8 9

2.9 Penatalaksanaan Post Operasi ........................................... 2.10 Pencegahan .........................................................................

BAB 3. PATHWAYS ............................................................................... 11 BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................... 12 4.1 Pengkajian ............................................................................ 12 4.2 Diagnosa Keperawatan......................................................... 24 4.3 Perencanaan dan Intervensi ................................................. 25 4.5 Evaluasi ................................................................................. 29 BAB 5. PENUTUP .................................................................................... 30

iii

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 30 5.2 Saran ...................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .. 31

iv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebab hidrokel yaitu karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak. Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu, testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut. Pada orang dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada skrotum. Radang yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis) atau orchitis (radang testis). Berdasarkan uraian diatas, sangat penting bagi mahasiswa keperawatan untuk mengetahui konsep dasar penyakit hidrokel beserta konsep asuhan keperawatan hidrokel. Konsep penyakit dan asuhan keperawatan tersebut nantinya dapat digunakan sebagai referensi pada saat melakukan asuahan keperawatan pada pasien dengan hidrokel.

1.2 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Menjelaskan konsep dasar penyakit hidrokel pada anak. 2. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pasien dengan hidrokel.

1.3 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik V B. 2. Menambah perbendaharaan karya tulis ilmiah pada Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. 3. Menambah wawasan kepada mahasiswa jurusan kesehatan khususnya mahasiswa keperawatan. 4. Melatih mahasiswa dalam menyusun dan membuat karya tulis ilmiah.

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Hydrocele berasal dari dua kata yaitu hidro (air) dan cell (rongga). Secara umum hydrocele adalah terjadinya penumpukan air pada rongga khususnya pada tunika vaginalis. (Behram, 2000). Hydrocele adalah suatu penyakit dimana penderita mengalami kondisi berupa penumpukan cairan pada selaput yang melindungi testis. Hydrocele adalah penumpukan cairan yang berlebihan antara lapisan parietalis dan visceralis tunika vaginalis testis. (Pramono, 2008). Dalam keadaan normal, cairan yang berada didalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.

2.2 Epidemiologi Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan lebih sering terjadi pada bayi prematur. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan, dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral. Insidensi PPPVP menurun seiring dengan bertambahnya umur. Pada neonates, 80%-94%memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi prematur dengan berat badan lahir kurangdari 1500 gram dibandingkan dengan bayi aterm.

2.3 Etiologi Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena hal berikut ini. 1. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis (Hernia Komunikan) 2. Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.

Pada bayi laki-laki, hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu, testis turun dari rongga perut bayi ke dalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut. Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis, dan penyumbatan cairan atau darah di dalam korda spermatika. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Hydrocele biasanya menjadi lebih kecil dan lebih lembut setelah berbaring dan terser setelah setelah berdiri lama. Hydrocele dapat di bagi dalam beberapa jenis tergantung penyebabnya. 1. Hidrokel statis 2. Hidrokel funikuli 3. Hidrokel komunikans

2.4 Manifestasi Klinis Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun. Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit membesar dan teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang. Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.

2.5 Patofisiologi Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran

mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup. Dengan demikian cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum (Mantu, 1993). Pada kehidupan fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang mencapai scrotum. Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Cairan yang seharusnya seimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut. Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus, juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada undensensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama, umumnya tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan sepanjang processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur semalaman. Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorpsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis. Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam rongga tunika vaginalis berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi dalam sistem limfatik (Purnomo, 2003).

2.6 Komplikasi dan Prognosis Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi testis (Purnomo, et al., 2010). Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan hidrokel yaitu: 1. perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi; 2. apabila pasien tidak segera ditangani, penumpukan cairan dapat mengganggu kesuburan dan fungsi seksual pasien; 3. infeksi testi; 4. kompresi pada peredaran darah testis.

Prognosis pasien dengan hidrokel yang telah dilakukan terapi operasi, angka rekurensinya kurang dari 1%.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan hidrokel menurut Noviana (2011) adalah sebagai berikut. 1. Transiluminasi Merupakan langkah diagnostik yang paling penting untuk menemukan massa skrotum. Pemeriksaan ini dilakukan didalam suatu ruangan yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel. 2. Ultrasonografi Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.

2.8 Penatalaksanaan Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar maka perlu untuk dilakukan koreksi (Purnomo, et al., 2010). Mayoritas hidrokel pada neonates akan hilang karena penutupan spontan dari PPPVP awal setelah kelahiran. Cairan dalam hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum bayi berumur 1 tahun. Berdasarkan fakta tersebut, observasi umumnya dilakukan pada hidrokel pada bayi. Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel menurut Mursalim (2012) adalah dengan aspirasi dan operasi. 1. Aspirasi Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka

kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah sebagai berikut. a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah b. Indikasi kosmetik c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. 2. Hidrokelektomi Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau aplikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap,

biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun. Tindakan pembedahan untuk mengangkat hidrokel ini bisa dlakukan anestesi umum ataupun regional (spinal). Indikasi operasi perbaikan hidrokel menurut Noviana (2011) adalah sebagai berikut. 1. Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun 2. Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna 3. Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah 4. Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)

2.9 Penatalaksanaan Post Operasi Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat. diberikan menurut Noviana (2011) antara lain sebagai berikut. 1. Analgetik a) Bayi 1) Ibuprofen 10mg/kg setiap 6-8 jam; 2) paracetamol 15 mg/kg setiap 6-8 jam; 3) hindari penggunaan narkotika pada bayi karena adanya risiko apneu b) Anak yang lebih besar Paracetamol dengan kodein (1mg/kg kodein) setiap 6-8 jam 2. Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang (naik sepeda) harus dihindari untuk mencegah perpindahan testis yang mobile keluar dari Terapi yang dapat

scrotum, dimana dapat terjebak oleh jaringan ikat dan mengakibatkan cryptorchidism sekunder. 3. Pada anak dengan usia sekolah, aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4-6 minggu. 4. Kebanyakan operasi hidrokel dilakukan pada pasien rawat jalan (outpatient), pasien dapat kembali ke sekolah segera setelah tingkat kenyamanan memungkinkan (biasanya 1-3 hari post-operasi).

2.10 Pencegahan Hidrokel pada bayi baru lahir tidak dapat dicegah karena kondisi telah berkembang sebelum kelahiran. Namun perawatan sebelum bayi lahir dapat dilakukan untuk membantu mencegah hidrokel pada bayi laki-laki. Pada laki-laki dewasa, untuk mencegah hidrokel sebaiknya menghindari daerah kelamin dari cedera misalnya mengikuti aturan keselamatan ketika sedang berolahraga. Pilihan gaya hidup sehat, berolahraga, makan-makanan yang bergizi seimbang, dan menghindari penyakit menular seksual juga dianjurkan untuk membantu mencegah hidrokel (Belville & Swierzewski, 2011).

10

PATHWAY

Primer (kelainan bawaan)

Sekunder (trauma epididimis, infeksi, testis) tumor

System lymphatic yang sempurna sempurna Terhambatnya proses reabsorpsi cairan Keluarnya dari abdomen cairan rongga belum Penutupan prosesus vaginalis yang sempurna tidak

Terganggunya system sekresi/

reabsorpsi cairan plasma transuda dan

Cairan menumpuk di lapisan parietal & visceral

Penumpukan cairan di tunika vaginalis HIDROKEL

Penumpukan cairan di Skrotum

Skrotum memebesar

11

PRE OP

POST OP

Perubahan status kesehatan Klien cemas dengan kondisinya ANSIETAS

Perubahan bentuk skrotum GANGGUAN CITRA TUBUH (body image)

Kelainan pada testis (tumor, infeksi,

trauma) penyumbatan cairan/darah di dalam korda spermatika GANGGUAN RASA NYAMAN

adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum

(NYERI) Penatalaksanaan pembedahan

Adanya Luka Insisi Resiko kerusakan integritas kulit RISIKO INFEKSI Pajanan patogen

12

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK


(Anamnese berkaitan tentang identitas pasien, riwayat kesehatan itu bervariasi baik pada waktu istirahat maupun pada keadaan emosional. Hasil anamneses dituliskan dalam format di bawah ini sesuai dengan kondisi sebenarnya)

Ruangan Tgl. / Jam MRS Dx. Medis No. Reg. TGL/Jam Pengkajian

: Mawar : Senin, 16 September 2013 ( Jam saat masuk rumah sakit ) : Hidrocele : 12323 : Senin, 16 September 2013 ( Jam saat pengkajian )

I. Biodata ( Diisi sesuai dengan biodata pasien) A. Identitas Klien 1. Nama/Nama panggilan : Catat nama panggilah yang pasien sukai (anak) 2. Tempat tgl lahir/usia : ( sering kali terjadi pada usia di bawah 1 tahun, dan normalnya akan hilang dalam tahun pertama usianya. Dapat pula terjadi pada berbagai usia jika ter dapat kelainan seperti radang atau cidera pada skrotum) 3. Jenis kelamin 4. A g a m a : ( Laki-laki) : Dari segi agama tidak mempengaruhi untuk terjadinya penyakit ini. 5. Pendidikan : dilihat dari segi pendidikan semakin kecil pendidikan orang tua tingkat pengetahuan akan penyebab terjadinya penyakit juga berkurang atau beresiko 6. Alamat 7. Tgl masuk : ( sesuai alamat klien) : ( tanggal pasien masuk rumah sakit/ lebih baik disertai pukul berapa pasien masuk

13

rumah sakit) 8. Tgl pengkajian : (tanggal ketika dilakukan pengkajian terhadap pasien) 9. Diagnosa medik : (Diangnosa yang ditetapkan oleh dokter dalam kasus ini adalah hidrokel) 10. Rencana terapi : Jika kondisi hidrokel terlalu besar, maka tindakan yang harus dilakukan adalah pembedahan. Terapi anastesi kurang efektif karena tidak membuat cairan dalam skrotum berkurang.

B. Identitas Orang tua ( disesuaikan dengan klien ) 1. Ayah a. N a m a b. U s i a c. Pendidikan : : :

d.Pekerjaan/sumber penghasilan : e. A g a m a f. Alamat 2. Ibu a. N a m a b. U s i a c. Pendidikan : : : : :

d. Pekerjaan/Sumber penghasilan: e. Agama f. Alamat : :

14

C. Identitas Saudara Kandung ( Berguna untuk mendeteksi dini apakah penyakit yang diderita oleh klien berkaitan dengan status kesehatan keluarga atau faktor genetic) No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN

II. Riwayat Kesehatan ( dari hasil anamneses, dapat diketahui riwayat penyakit pasien A. Riwayat Kesehatan Sekarang Keluhan Utama : Nyeri pada bagian genetalianya khususnya skrotum, biasanya terasa kaku dan besar, serta sering kali klien mengeluh tidak bisa ereksi Riwayat Keluhan Utama : Apa saja keluhan yang disampaikan oleh klien Keluhan Pada Saat Pengkajian : (Keluhan yang dirasakan klien ketika dilakukan proses pengkajian, biasanya hamper sama dengan keluhan ketika awal masuk rumah sakit, hal ini disebabkan selama belum dilakukan tindakan bedah ( hidrokel yang sudah cukup besar dan dirasa mengganggu) maka keluhan klien kemungkinan kecil sekali untuk berkurang atau berubah) B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 5 tahun) 1. Prenatal care a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di ( bidan, puskesmas, mantri, atau rumah sakit, atau dokter) b. Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu, tapi oleh dokter dianjurkan untuk (Umumnya tidak ada) c. Riwayat terkena radiasi ( mungkisn saja, hal ini terkait bahaya dan dampak dari radiasi) d. Riwayat berat badan selama hamil (umumnya tidak ada yang janggal)

15

e. Riwayat Imunisasi TT (tidak ada imunisasi khusus yang dapat menghidarkan klien dari kemungkinan terkenya penyakit hidrokel ini ) f. Golongan darah orang tua 2. Natal ( pada umumnya tidak ada yang mengalami kelainan, data ini kurang sesuai ditetapkan sebagai data fokus) a, Tempat melahirkan : b. Jenis persalinan : c. Penolong persalinan : e. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan : 3. Post natal a. Kondisi bayi : (10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang sendiri dalam tahun pertama kehidupan) APGAR (sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran, biasanya tidak berpengaruh terkait kasus penyakit hidrokel) b. Anak pada saat lahir tidak mengalami (hal yang tidak normal juga dikaji) (Untuk semua Usia) o Klien pernah mengalami penyakit ( terkait kondisi penyakit sekarang/ hidrokel) o Riwayat kecelakaan ( terkait kemungkinan proses peradangan yang dapat menyebabkan hidrokel) o Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran dokter dan menggunakan zat/subtansi kimia yang berbahaya : (kelomok kami tidak mendapat sumber yang menyatakan bahwakonsumsi obat tertentu dapat menyebabkan hidrokel) o Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya ( Perkembangan dalam hal ini adalah status mental, kedaan seseorang dengan hidrokel normal atau dapat dikatan tidak ada keterbelakangan atau kelainan mental lainnya)

16

C. Riwayat Kesehatan Keluarga Genogram (Ikecil kemungkinan penyakit ini terkait faktor genetik) IV. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap) NO 1. 2. 3. 4. 5. Jenis immunisasi BCG DPT (I,II,III) Polio (I,II,III,IV) Campak Hepatitis Waktu pemberian Frekuensi Reaksi setelah pemberian Frekuensi

V. Riwayat Tumbuh Kembang A. Pertumbuhan Fisik 1. Berat badan : Normal ( tidak menutup kemungkinan terjadi pada bayi premature karena organ yang belum terbentuk sempurna) 2. Tinggi badan : Normal 3. Waktu tumbuh gigi, gigi tanggal, jumlah gigi. B. Perkembangan Tiap tahap Usia anak saat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. VI. Riwayat Nutrisi A. Pemberian ASI Pemberian susu formula 1. Alasan pemberian 2. Jumlah pemberian Berguling Duduk Merangkak Berdiri Berjalan Senyum kepada orang lain pertama kali Bicara pertama kali menyebutkan Berpakaian tanpa bantuan

17

3. Cara pemberian Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

VII. Riwayat Psikososial ( bukan data fokus dan umumnya dalam keadaan normal) Anak tinggal bersama Lingkungan berada di Rumah dekat dengan kamar klien Rumah ada tangga Hubungan antar anggota keluarga Pengasuh anak

VIII. Riwayat Spiritual ( bukan data fokus dan umumnya dalam keadaan normal) Support sistem dalam keluarga Kegiatan keagamaan

IX. Reaksi Hospitalisasi ( bukan data fokus dan umumnya keadaan klien terkait reaksi hospitalisasi sama dengan pasien pada umumnya diman terjadi beberapa perubahan misalnya cenderung lebih emosional) A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap - Ibu membawa anaknya ke RS karena - Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak - Perasaan orang tua saat ini - Orang tua selalu berkunjung ke RS - Yang akan tinggal dengan anak B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

18

X. Aktivitas sehari-hari A. Nutrisi Kondisi 1. Selera makan Sebelum Sakit Saat Sakit

B. Cairan ( cairan yang konsumsi lebih diatur agar terdapat keseimbangan cairan tubuh terlebih lagi dengan kondisi hidrokelyang menimbulkan perasaan tidak nyaman (nyeri) terhadap area genetalia khususnya pada laki-laki) Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. 2. 3. 4. Jenis minuman Frekuensi minum Kebutuhan cairan Cara pemenuhan

C. Eliminasi (BAB&BAK) Pola eliminasi khususnya BAK sedikit terganggu, sering klien mengeluhkan nyeri pada area genetalianya Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Tempat pembuangan 2. Frekuensi (waktu) 3. Konsistensi 4. Kesulitan 5. Obat pencahar D. Istirahat tidur ( klien jadi lebih sukar tidur akibat kondisi kesakitannya) Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Jam tidur - Siang - Malam 2. Pola tidur 3. Kebiasaan sebelum tidur 4. Kesulitan tidur E. Olah Raga (aktivitas olahraga dan gerak cenderung turun drastic karena kondisi kesakitan) Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Program olah raga 2. Jenis dan frekuensi 3. Kondisi setelah

19

olah raga F. Personal Hygiene ( dilakukan seperti orang normal pada umumnya, tp pada lokasi tertentu seperti area dekat genetalianya lebih hari-hati misalnya ketika mandi) Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. Mandi - Cara - Frekuensi - Alat mandi 2. Cuci rambut - Frekuensi - Cara 3. Gunting kuku - Frekuensi - Cara 4. Gosok gigi - Frekuensi - Cara

G. Aktifitas/Mobilitas Fisik (menjadi lebih minim,jika kondisi hidrokel sudah sangat besar maka untuk tidur miring kanan atau kiri akat terasa sakit untuk kien) Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit 1. 2. 3. 4. Kegiatan sehari-hari Pengaturan jadwal harian Penggunaan alat Bantu aktifitas Kesulitan pergerakan tubuh

H. Rekreasi Kondisi 1. Perasaan saat sekolah 2. Waktu luang 3. Perasaan setelah

Sebelum Sakit

Saat Sakit

20

rekreasi 4. Waktu senggang klg 5. Kegiatan hari libur XI. Pemeriksaan Fisik (Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut dan tidak nyeri tekan. Biasanya hidrokel terjadi nyeri ringan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara : a. Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi

hidrokel berwarna merah terang, dan hernia berwarna gelap. b. Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di scrotum, dan hernia di lipatan paha. c. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada hernia terdapat suara bising usus. d. Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia terasa kenyal. e. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong. f. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada hernia tidak. Dilakukan pemeriksaan sistem perkemihan secara umu, lalu kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase, selanjutnya lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum, sorot dari bawah ; bila sinar merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan ( bila warnanya redup ).

1. Keadaan umum : ( nyeri area genetalia) 2. Kesadaran : Kompos mentis 3. Tanda tanda vital ( Normal) a. Tekanan darah b. Denyut nadi c. Suhu : ( hipertermi bila penyebab radang adalah proses peradangan)

21

d. Pernapasan 4. Berat Badan (Normal) 5. Tinggi Badan (Normal) 6. Kepala (Normal dan bukan merupakan data fokus) Inspeksi Keadaan rambut & Hygiene kepala a. Warna rambut b. Penyebaran c. Mudah rontok d. Kebersihan rambut Palpasi Benjolan : ada / tidak ada Nyeri tekan : ada / tidak ada Tekstur rambut : kasar/halus 7. Muka (Normal dan bukan merupakan data fokus) Inspeksi a. Simetris / tidak b. Bentuk wajah c. Gerakan abnormal d. Palpasi Nyeri tekan / tidak Data lain 8. Mata (Normal dan bukan merupakan data fokus) Inspeksi a. Pelpebra : Edema / tidak Radang / tidak b. Sclera : Icterus / tidak c. Conjungtiva : Radang / tidak Anemis / tidak d. Pupil : - Isokor / anisokor - Myosis / midriasis - Refleks pupil terhadap cahaya e. Posisi mata : Simetris / tidak f. Gerakan bola mata g. Penutupan kelopak mata h. Keadaan bulu mata i. Keadaan visus j. Penglihatan : - Kabur / tidak - Diplopia / tidak Palpasi Tekanan bola mata Data lain 9. Hidung & Sinus (Normal dan bukan merupakan data fokus) Inspeksi a. Posisi hidung

22

b. Bentuk hidung c. Keadaan septum d. Secret / cairan Data lain 10. Telinga (Normal dan bukan merupakan data fokus) Inspeksi a. Posisi telinga b. Ukuran / bentuk telinga c. Aurikel d. Lubang telinga e. Pemakaian alat bantu Palpasi Nyeri tekan / tidak Pemeriksaan uji pendengaran a. Rinne b. Weber c. Swabach Pemeriksaan vestibuler Data lain 11. Mulut (Normal dan bukan merupakan data fokus) Inspeksi a. Gigi - Keadaan gigi - Karang gigi / karies - Pemakaian gigi palsu b. Gusi Merah / radang / tidak c. Lidah Kotor / tidak Bibir - Cianosis / pucat / tidak - Basah / kering / pecah - Mulut berbau / tidak - Kemampuan bicara Data lain 12. Tenggorokan (Normal dan bukan merupakan data fokus) a. Warna mukosa b. Nyeri tekan c. Nyeri menelan 13. Leher (Normal dan bukan merupakan data fokus) Inspeksi Kelenjar thyroid Palpasi a. Kelenjar thyroid b. Kaku kuduk / tidak c. Kelenjar limfe

23

Data lain 14. Thorax dan pernapasan (Normal dan bukan merupakan data fokus) a. Bentuk dada b. Irama pernafasan c. Pengembangan di waktu bernapas d. Tipe pernapasan Palpasi a. Vokal fremitus b. Massa / nyeri Auskultasi a. Suara nafas : Vesikuler / Bronchial / Bronchovesikuler b. Suara tambahan : Ronchi / Wheezing / Rales Perkusi Redup / pekak / hypersonor / tympani 15. Jantung (Normal dan bukan merupakan data fokus) Palpasi Ictus cordis Perkusi Pembesaran jantung Auskultasi 16. Abdomen (Normal dan bukan merupakan data fokus) Inspeksi a. Membuncit b. Ada luka / tidak Palpasi a. Hepar b. Lien c. Nyeri tekan Auskultasi Peristaltik Perkusi a. Tympani b. Redup Data lain 17. Genitalia dan Anus ( benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi) 18. Ekstremitas (Normal dan bukan merupakan data fokus) Ekstremitas atas a. Motorik - Pergerakan kanan / kiri - Pergerakan abnormal - Kekuatan otot kanan / kiri - Tonus otot kanan / kiri - Koordinasi gerak

24

b. Refleks - Biceps kanan / kiri - Triceps kanan / kiri c. Sensori - Nyeri - Rangsang suhu Rasa raba Ekstremitas bawah a. Motorik - Gaya berjalan ( kaki cendengrung melebar / ngangkan ketika berjalan karena pembesaran skrotum) - Kekuatan kanan / kiri - Tonus otot kanan / kiri b. Refleks - KPR kanan / kiri - APR kanan / kiri - Babinsky kanan / kiri c. Sensori - Nyeri - Rangsang suhu - Rasa raba

19. Status Neurologi ( difokuskan ke neurologi di area sekitar genetalia yang mengalami hidrokel) XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 6 Tahun ) (Normal dan bukan merupakan data fokus) XII. Test Diagnostik XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)

4.2 Diagnosa 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penyumbatan cairan/darah di dalam korda spermatika 2. Perubaan body image : citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk skrotum 3. Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum berhubungan dengan adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum 4. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi post op

25

4.3 Perencanaan dan Intervensi No Dx 1 Diagnosa Keperawatan a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d penyumbatan cairan/darah di dalam korda spermatika Tujuan dan Kriteria Hasil Diharapkan setelah dilakukan intervensi, rasa tidak nyaman berkurang bahkan hilang dengan Kriteria hasil : 1) Pembengkakan skrotum berkurang 2) Klien merasa nyaman, nyeri klien berkurang bahkan hilang 3) Skala nyeri 0-3 Intervensi 1. Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri yang dialami klien 2. Catat petunjuk nonverbal seperti gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati saat beraktifitas dan meringis 3. Ajarkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman atau tekhnik relaksasi misalnya duduk dengan kaki agak dibuka dan nafas dalam 4. Berikan tindakan nyaman massage punggung, mengubah posisi dan aktifitas senggang 5.Observasi dan catat pembesaran skrotum ( bila perlu ukur tiap hari), cek adanya keluhan nyeri. 6. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. Rasional 1. Mengidentifikasi nyeri akibat gangguan lain. 2. Mendeskripsikan tingkat nyeri.

3. Mengurangi sensasi nyeri

4. Mengurangi sensasi nyeri.

5. Menjadi acuan dalam perrkembangan terapi yang sudah diberikan. 6. Mengurangi sensasi nyeri.

26

Perubaan body image : citra tubuh b.d perubahan bentuk skrotum.

Diharapkan setelah dilakuakan intervensi, klien tidak merasa bahwa penyakitnya adalah suatu penderitaan, dan pada bayi, orangtua harus memahami bahwa penyakit ini dapat disembuhkan, dengan Kriteria hasil : 1) Keluarga sabar menghadapi kondisi anaknya.

a)Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas sehubungan dengan situasi saat ini. b) Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya. c)Tentukan tahap berduka. Perhatikan tanda depresi berat /lama. d) Akui kenormalan perasaan e) Anjurkan orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat f)Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan tetap sabar menghadapi kondisi anaknya.

a) Mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi. b) Indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi. c) Identifikasi tahap yang pasien sedang alami memberikan pedoman untuk mengenal dan menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama menunjukan intervensi lanjut. d) Pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu orangtua asien untuk menerima perilaku dan mengatasinya secara efektif. e) Menyampaikan harapan untuk mengatur situasi dan membantu perasaan harga diri dan orang lain. f) Memperkuat keyakinan keluarga dan memberikan semangat yang mempertahankan harga diri keluarga dan menghindari kecemasan yang

27

berlebihan.

Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum berhubungan dengan adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum

Diharapkan setelah dilakukan intervensi, kerusakan integritas kulit tidak terjadi, dengan Kriteria hasil : 1) Tidak ada lecet dan kemerahan di sekitar area pembesaran. Diharapkan resiko terjadinya infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :

Resiko infeksi berhubungan dengan insisi post op

a) Kaji adanya tanda kerusakan kulit seperti lecet dan kemerahan sekitar area pembesaran ( lipatan paha ). b) Berikan salep atau pelumas. c) Kurangi aktifitas klien selama sakit d) Berikan posisi yang nyaman : abduksi e) Anjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar terutama celana. a) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walupun menggunakan sarung tangan steril.

a. Mengetahui lebih dini gejala kerusakan kulit untuk dilakukan intervensi selanjutnya. b. Mencegah kerusakan kulit. c. Mencegah kerusakan yang lebih parah. d. Memberikan sirkulasi bagi aliran darah. e. Mencegah iritasi yang lebih parah.

a. mengurangi kontaminasi silang.

28

1) Berkurangnya tanda-tanda peradangan seperti kemerahamerahan, gatal, panas, perubahan fungsi

b) Batasi penggunaan alat atau prosedur invasive jika memungkinkan. c) Gunakan teknik steril pada waktu penggatian balutan / penghisapan /berikan lokasi perawatan, misalnya jalur invasive. d) Gunakan sarung tangan/pakaian pada waktu merawat luka yang terbuka/antisipasi dari kontak langsung dengan sekresi ataupun ekskresi

b. mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organisme c. mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko infeksi nosokomial d. Mencegah penyebaran infeksi / kontaminasi silang

29

4.4 Evaluasi (Evaluasi dilakukan terkait penilaian kondisi pasien setelah dilakukannya tindakan dari rencana keperawatan jika ada masalah keperawatan yang belum teratasi maka dilakukan modifikasi dari rencana keperawatan atau rencana keperawatantersebut dilanjutkan kembali.Evaluasi biasanya menggunakan format SOAPIER atau SOAP). Berikut ini akan diberikan contoh evaluasi pada diagnosa utamanya.

No Dx

Hari, tanggal, waktu hari, berkurang suster

Evaluasi S : Pasien mengatakan, rasa nyeri sudah

1. (Disesuaikan dengan

tanggal, dan waktu O : Tidak lagi terlihat pembekakan akibat evaluasi) penyumbatan pembuluh darah/cairan A: masalah teratasi sebagian P : lanjutkan tindakan

30

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Hydrocele adalah suatu penyakit dimana penderita mengalami kondisi berupa penumpukan cairan pada selaput yang melindungi testis. Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan lebih sering terjadi pada bayi prematur. Hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi testis. Prognosis pasien dengan hidrokel yang telah dilakukan terapi operasi, angka rekurensinya kurang dari 1%. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan hidrokel transiluminasidan ultrasonografi. Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.

5.2 Saran a. Pada mahasiswa Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit hidrokel baik mengenai pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya. b. Pada Dosen Dosen diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa apabila terdapat mahasiswa yang kurang paham tentang penyakit hidrokel dan memberikan tambahan materi atau penjelaskan apabila materi yang diberikan kurang lengkap atau kurang jelas.

31

DAFTAR PUSTAKA

Belville, William & Stanley Swierzewski. 2011. Hydrocele Prognosis, Prevention. http://www.healthcommunities.com/hydrocele/prognosis-

prevention. shtml [13 September 2013] Mantu, F.N. 1993. Hidrokel, Bedah Anak, Jakarta: EGC. Mursalim, Andrianto. 2012. Hidrocele. http://www.scribd.com/doc/83776693/ hidrocele#download [14 September 2013] Noviana, Anna. 2011. Referat Ilmu Bedah: Hidrokel. Makalah. Dipublikasikan. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Purnomo, Basuki B. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Edisi kedua. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Purnomo, et al. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Urologi Laboratorium Ilmu Bedah. Malang: Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai