Anda di halaman 1dari 4

FISIOLOGI KELENJAR TIROID

Sel folikel tiroid menghasilkan dua hormon yang mengandung iodium yang berasal dari asam amino tirosin, yaitu tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) dan triiodotironin (T3). Awalan tetra dan tri serta huruf bawah 4 dan 3 menunjukkan jumlah atom iodium yang terdapat di masing-masing hormon ini. Kedua hormon ini disebut hormon tiroid dan berperan sebagai regulator penting laju metabolik basal (BMR) keseluruhan. Di ruang interstitium di antara folikel-folikel terdapat sel C yang mengeluarkan hormon peptida kalsitonin. Kalsitonin berperan dalam metabolisme kalsium serta sama sekali tidak berkaitan dengan dua hormon tiroid utama lainnya. (Sherwood, 2012) Sekitar 90% dari produk sekretorik yang dibebaskan dari kelenjar tiroid adalah dalam bentuk T4, namun T3 memiliki aktivitas biologik empat kali lebih kuat. Sebagian besar dari T4 yang disekresikan akan diubah menjadi T3 dengan penanggalan satu iodium (terutamadi hati dan ginjal) sehingga 80% T 3 dalam darah berasal dari T4. (Sherwood, 2012) Kerja hormon tiroid relatif lamban apabil dibandingkan dengan hormon lain. Respon terhadap peningkatan tiroid baru terdeteksi setelah beberapa jam, dan respon maksimal belum terlihat dalam beberapa hari. Durasi respons juga cukup lama, sebagian karena hormon tiroid tidak cepat terurai, selain itu juga karena respons terhadap peningkatan sekresi terus terjadi selama beberapa hari atau bahkan minggu setelah konsentrasi hormon tiroid plasma kembali ke normal. (Sherwood, 2012)

Efek Hormon Tiroid : Efek pada laju metabolisme dan produksi panas Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal keseluruhan tubuh. Hormon ini adalah regulator terpenting laju konsumsi O2 dan pengeluaran energi

tubuh pada keadaan istirahat. Efek metabolik hormon tiroid berkaitan erat dengan efek kalorigenik (penghasil panas). Peningkatan aktivitas metabolik

menyebabkan peningkatan produksi panas. (Sherwood, 2012) Efek metabolisme antara Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang berperan dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik memiliki banyak aspek; hormon ini tidak saja dapat mempengaruhi pembentukan dan penguraian karbohidrat, lemak, dan protein tetapi hormon dalam jumlah sedikit atau banyak dapat menimbulkan efek yang sebaliknya. (Sherwood, 2012) Efek simpatomimetik Efek simpatomimetik adalah setiap efek yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis. Hormon tiroid meningkatkan responsivitas sel sasaran terhadap katekolamin (epnefrin dan norepinefrin), pembawa pesan kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis dan medula adrenal. Hormon tiroid melaksanakan efek permisif ini dengan menyebabkan proliferasi reseptor sel sasaran spesifik katekolamin. Karena pegaruh ini, banyak dari efek yang diamati ketika sekresi hormon tiroid meningkat adalah serupa dengan yang menyertai pengaktifan sistem saraf simpatis. (Sherwood, 2012) Efek pada sistem kardiovaskular Hormon tiroid meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi sehingga curah jantung meningkat, melalui efek meningkatkan kepekaan jantung terhadap katekolamin dalam darah. Selain itu juga terjadi vasodilatasi primer untuk membawa kelebihan panas ke permukaan tubuh untuk dikeluarkan ke lingkungan sebagai respon terhadap efek kalorigenik. (Sherwood, 2012) Efek pada pertumbuhan dan sistem saraf Hormon tiroid merangsang sekresi GH dan meningkatkan produksi IGF-I (oleh hati) dan mendorong efek GH dan IGF-I pada pertumbuhan tulang, sehingga anak dengan defisiensi tiroid akan mengalami hambatan pertumbuhan. Namun,

kelebihan hormon tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan. Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf, khususnya SSP. Hormon tiroid juga esensial untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa. (Sherwood, 2012)

Pelepasan Hormon Tiroid : Thyroid-stimulating hormone (TSH) merupakan hormon dari hipofisis anterior yang berperan sebagai regulator fisiologik terpenting sekresi hormon tiroid. Tanpa adanya TSH, tiroid mengalami atrofi (ukurannya berkurang) dan mengeluarkan hormon tiroid dalam jumlah yang rendah. Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi (peningkatan ukuran setiap sel folikel) dan hiperplasia (peningkatan jumlah folikel) sebagai respons terhadap TSH yang berlebihan. (Sherwood, 2012) Thyrotropin-releasing hormone (TRH) hipotalamus, menstimulasi sekresi TSH oleh hipofisis anterior, sementara hormon tiroid akan melakukan mekanisme umpan balik negatif dengan memadamkan sekresi TSH dengan menghambat hipofisis anterior. Mekanisme antara hormon tiroid dan TSH ini cenderung mempertahankan kestabilan hormon tiroid. (Sherwood, 2012) Faktor yang dapat meningkatkan sekresi TRH adalah pajanan ke cuaca dingin pada bayi baru lahir. Peningkatan drastis sekresi hormon tiroid yang menghasilkan panas membantu mempertahankan suhu tubuh sewaktu penurunan mendadak suhu lingkungan ketika bayi dilahirkan. Namun, respons TSH serupa tidak terjadi pada orang dewasa. (Sherwood, 2012) Berbagai jenis stres dapat menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid, mungkin melalui pengaruh saraf pada hipotalamus, meskipun makna adaptif inhibisi ini masih belum jelas. (Sherwood, 2012)

Daftar Pustaka

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai