Anda di halaman 1dari 67

Bidang Ilmu : Kesehatan

USUL PENELITIAN DOSEN PEMULA

EFEKTIFITAS PENURUNAN SUHU TUBUH DENGAN KOMPRES HANGAT DI FRONTAL DAN AKSILA PADA PASIEN DEMAM DI IRNA NON BEDAH (PENYAKIT DALAM) RSUP DR.M.DJAMIL PADANG TAHUN 2013

TIM PENGUSUL : NAMA KETUA NO.NIDN NAMA ANGGOTA TIM : Ns.ELIZA,SPd,S.Kep : 1030067201 :

1. HEGA VALENTINE,SKM NO.NIDN : 9910001766

2. Ns.SALMIWATI,S.kep

STIKes NAN TONGGA LUBUK ALUNG MARET 2013

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN PEMULA Judul Penelitian : Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Dengan Kompres Hangat Di Frontal Dan Aksila Pada Pasien Demam Di Irna Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil Padang Tahun 2013 Bidang ilmu Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. NIDN c. Pangkat / golongan d. Jabatan fungsional e. Fakultas / Jurusan f. Pusat Penelitian g. Alamat / Institusi : Ns.Eliza,S.Pd,S.Kep : 1030067201 :: Asisten Ahli : S1 Keperawatan :: Jalan Raya Padang - Bukittinggi 32 KM Lubuk Alung Kode Pos 25881 h. Telpon/Faks/E-mail : 085263700917 (elirinput@yahoo.com) Biaya yang diusulkan : Rp 13.000.000 Lubuk Alung, 15 Maret 2013 Mengetahui, Ketua STIKes Nan Tongga Lubuk Alung Ketua Peneliti, : Keperawatan

(Hermalinda,S.Kep.Ns,MKep,An) NIDN: 9910000481 Menyetujui,

( Ns.Eliza,S.Pd,S.Kep ) NIDN: 1030067201

Ketua Lembaga Penelitian

( Ns.Hesti Wirza,S.Kep ) 9910676630

Ns.Eliza,SPd,S.kep Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Dengan Kompres Hangat di Frontal Dan Aksila Pada Pasien Demam di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013

ABSTRAK Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin-1(IL-1). Karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk meningkatkan pengelu aranpanas yang berlebih sehingga mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan dapat mengancam kesehatan. Kompres hangat di frontal dan aksila merupakan metoda non farmakologis yang dapat digunakan untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penurunan suhu tubuh dengan kompres hangat di frontal dan aksila pada pasien demam. Penelitian ini menggunakan metoda Quasi- Ekperimental (pretes and postest) rancangan rangkaian waktu (Time Series Design) pada pasien demam di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil Tahun 2013 sebanyak 20 orang pada tanggal 29 April 29 Mei 2012. Pengambilan sample ini dilakukan dengan kuota sampling. Variable penelitian adalah penurunan suhu tubuh dan kompres hangat. Pengumpulan data dilakukan dengan mengompres hangat di frontal dan aksila dilakukan selama 60 menit. Analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan uji T tes independent. Daftar bacaan : (1990-2010)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK .................................................................................................... . DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. i ii
iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. B. Rumusan Masalah ............................................................................. C. Tujuan Penelitian............................................................................... D. Manfaat Penelitian............................................................................. 1 4 5 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektifitas ........................................................................................ B. Demam . 1. Tipe Tipe Demam .................................................................... 2. Fase- Fase Demam...................................................................... C. Suhu Tubuh ...................................................................................... 1. Regulasi...................................................................................... 2. Kontrol Neural Dan vascular ...................................................... 3. Produksi Panas ........................................................................... 4. Pengeluaran Panas ...................................................................... 5. Kulit Pada Regulasi Suhu ........................................................... 6. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Suhu Tubuh........ 7. Perubahan Suhu.......................................................................... 8. Kelelahan Akibat Panas .............................................................. 9. Mekanisme penurunan temperatur bila tubuh terlalu panas ......... 7 8 11 12 14 15 15 16 18 21 22 25 26 26

D. Aliran Darah Vena Mengendalikan Temperatur Kulit ....................... 1. 2. Pembuluh Pembuluh Darah Utama ........................................ Struktur Pembuluh Darah ........................................................

27 28 28 35 35 36 36 37 37 37 38 39 39 40

E. Energi Panas Dalam Bidang Kedokteran ........................................... 1. Efek Panas................................................................................

F. Pengertian Kompres Hangat .............................................................. 1. Manfaat Kompres Hangat.........................................................

G. Kompres Hangat di Frontal . 1. 2. Alat Dan Bahan ........................................................................ Prosedur ...................................................................................

H. Kompres Hangat di Aksila ... 1. 2. Alat Dan Bahan ........................................................................ Prosedur ...................................................................................

I. Mekanisme Tubuh Terhadap Kompres Hangat..

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep .............................................................................. B. Hipotesa Penelitian............................................................................ 42 43

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian............................................................................... B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ C. Populasi dan sample .......................................................................... D. Definisi Operasional.......................................................................... E. Instrumen penelitian ......................................................................... F. Teknik Pengumpulan data ................................................................. G. Pengolahan Data................................................................................ 44 45 45 46 48 48 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin satu (IL-1) (Sumarmo, 2010). Karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk meningkatkan pengeluaran panas yang berlebih sehingga mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan dapat mengancam kesehatan (Potter & Perry, 2005). Demam terjadi karena akibat dari perubahan set point hipotalamus. Karena pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat pirogen masuk ke dalam tubuh yang bekerja sebagai antigen akan mempengaruhi sistem imun. Sistem imun seperti sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Selain itu, substansi lain seperti hormon dilepaskan untuk mempertahankan melawan infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan, meskipun suhu tubuh meningkat. Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang lebih tinggi, tercapai (Potter & Perry, 2005).

Demam bila tidak diatasi dapat membahayakan kondisi tubuh karena selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Meningkatnya metabolisme tubuh yang menggunakan energi untuk memproduksi panas tambahan. Maka frekuensi jantung dan pernafasan akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrisi. Jika klien memiliki masalah jantung dan saluran pernafasan maka akan dapat masalah lebih besar. Peningkatan metabolisme membutuhkan tambahan oksigen. Jika kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi, terjadi hipoksia selular (oksigen tidak adekuat) dan terjadi hipoksiamiokard sehingga mengakibatkan nyeri dada (Potter & Perry, 2005). Berbagai metode yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh. Dapat dilakukan dengan pemberian antipiretik dan penggunaan energi panas dalam pengobatan. Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan pusat pengatur suhu di hipotalamus, yang diikuti respon fisiologis termasuk penurunan produksi panas, peningkatan aliran darah ke kulit, serta peningkatan pelepasan panas melalui kulit dengan radiasi, konveksi, dan penguapan (Sumarmo, 2010). Efek samping dari Antipiretik dapat mengakibatkan spasme bronkus, peredaran saluran cerna, penurunan fungsi ginjal dan dapat menghalangi seperti supresi respons antibodi serum. Antipiretik tidak mengurangi suhu tubuh sampai normal, tidak mengurangi lama episode demam, atau mempengaruhi suhu normal tubuh. Efektifitas dalam menurunkan demam tergantung pada derajat demam (makin tinggi suhunya, makin besar penurunannya), daya absorpsi, dan dosis

antipiretik. Pembentukan pirogen atau mekanisme pelepasan panas seperti berkeringat tidak dipengaruhi secara langsung (Sumarmo, 2010). Selain penggunaan obat antipiretik, penurunan suhu tubuh dapat dilakukan dengan penggunaan energi panas melalui metoda konduksi dan evaporasi.

Metode konduksi yaitu perpindahan panas dari suatu objek lain dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh yang hangat maka akan terjadi perpindahan panas melalui evaporasi, sehingga perpindahan energi panas berubah menjadi gas (Potter & Perry, 2005). Salah satu contoh dari metode konduksi dan evaporasi adalah penggunaan kompres hangat. Karena kompres hangat merupakan cara yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh pada klien demam yang tidak memiliki efek samping dan tidak membahayakan ataupun memperparah kondisi klien. Selain itu penggunaan kompres hangat lebih mudah dilakukan dan tidak mengeluarkan biaya yang banyak dalam menurunkan suhu tubuh. Dapat dilakukan di frontal dan aksila yang dapat membantu pembuluh darah tepi di kulit melebar dan pori-pori menjadi terbuka sehingga panas keluar dari dalam tubuh (Gabriel, 1996). Berdasarkan data dari rekam medik mulai Januari sampai Oktober 2012 tercatat pasien demam di Bangsal Interne sebanyak 18 orang. Dari studi awal yang di lakukan peneliti pada tanggal 13 November 2012 di Bangsal Interne RSUP DR.M.Djamil Padang ditemukan dua orang klien demam dengan suhu lebih dari 37,2oC. Dua orang klien tersebut mengeluh badannya masih panas walaupun sudah mengkonsumsi obat tetapi demamnya juga belum turun. Ketika

dilakukan wawancara kepada beberapa perawat di Bangsal Interne, mereka mengatakan lebih berfokus menurunkan demam dengan pemberian terapi obat yaitu mengkonsumsi obat antipiretik dan jarang melakukan metoda-metoda untuk kompres. Hasil observasi yang dilakukan saat pasien demam dua orang dengan melakukan kompres hangat di frontal, namun penurunan suhu tubuhnya lama dan tidak ada ditemukan kompres hangat di aksila. Berdasakan latar belakang tersebut, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektifitas penurunan suhu tubuh dengan kompres hangat di frontal dan aksila pada pasien demam IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil Padang.

B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang di angkat mana kah yang lebih efektif penurunan suhu tubuh dengan kompres hangat di frontal dan aksila pada pasien demam IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil Padang.

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui mana yang lebih efektif penurunan suhu tubuh dengan kompres hangat di frontal dan aksila pada

pasien demam IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil Padang. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi suhu tubuh sebelum dan sesudah melakukan kompres hangat di frontal pada pasien demam b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi suhu tubuh sebelum dan sesudah melakukan kompres hangat di aksila pada pasien demam c. Untuk mengetahui efektifitas penurunan suhu tubuh dengan kompres hangat di frontal dan di aksila pada pasien demam.

D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang efektifitas penurunan suhu tubuh dengan kompres hangat di frontal dan aksila pada pasien demam IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil Padang. 2. Institusi pendidikan Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan dan dapat diaplikasikan dalam layanan kesehatan dan sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

3. Rumah sakit Dapat memberikan informasi dan menerapkan kompres hangat di frontal dan aksila untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien demam. 4. Bagi Responden Untuk menambah pengetahuan klien menggunakan kompres hangat di frontal dan aksila untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien demam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektifitas Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya (Danfar, 2009). Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif. Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input (Danfar, 2009). Dari pengertian pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut : Efektifitas Output Aktual / Output Target > =1 1. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai afektifitas. 2. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang dari pada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai (Danfar, 2009)

B. Demam Hiperpireksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Tingkat ketika demam mengancam kesehatan seringkali merupakan sumber yang diperdebatkan diantara pemberi perawatan kesehatan. Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu di bawah 39oC. pembacaan suhu tunggal mungkin tidak menandakan demam. Devis dan Lentz (1989) merekomendasikan untuk menentukan demam berdasarkan beberapa pembacaan suhu dalam waktu yang berbeda pada satu hari dibandingkan dengan suhu normal orang tersebut pada waktu yang sama, disamping terhadap tanda vital dan gejala infeksi (Potter & Perry, 2005). Demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point hipotalamus. Pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen bekerja seperti antigen, mempengaruhi sistem imun. Sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Selain itu, substansi sejenis hormon dilepaskan untuk selanjutnya mempertahankan melawan infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa

kedinginan, meskipun suhu tubuh meningkat. Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang lebih tinggi, tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan pasien merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah melampaui batas atau pirogen telah dihilangkan (mis.destruksi bakteri oleh antibiotik), terjadi fase ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun, menimbulkan respon pengeluaran panas. Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi. Diaforesis membantu evaporasi pengeluaran panas. Ketika demam berhenti klien menjadi afebris (Potter& Perry, 2005). Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39oC meningkatkan sistem imun tubuh. Selama episode febris, produksi sel darah putih distimulasi. Suhu yang meningkat menurunkan konsentrasi zat besi dalam plasma darah, menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga bertarung dengan infeksi karena virus menstimulasi interferon, substansi ini yang bersifat melawan virus. Demam juga berfungsi sebagai tujuan diagnostik. Pola demam berbeda, bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Durasi dan derajat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan individu untuk merespon. Istilah demam yang tidak diketahui penyebabnya mengacu pada demam yang etiologinya tidak dapat ditentukan (Potter & Perry, 2005). Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat dua jenis pirogen yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar

tubuh dan berkemampuan untuk merangsang IL-1, sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh dan mempunyai kemampuan untuk merangsang demam dengan mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Interleukin-1, tumor necrosis factor (TNF), dan interferon (INF) adalah pirogen endogen (Sumarmo, 2010). Selama demam metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrien. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan. Jika klien memiliki masalah atau saluran pernafasan, stres karena demam dapat menjadi besar. Demam yang lama dapat melelahkan klien dengan menghabiskan simpanan energi. Peningkatan

metabolisme membutuhkan tambahan oksigen. Jika kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi, terjadi hipoksia seluler (oksigen tidak adekuat). Hipoksiamiokard mengakibatkan angina (nyeri dada). Hipoksia serebral mengakibatkan konfusi (Potter & Perry, 2005). Intervensi selama demam termasuk terapi oksigen. Mekanisme regulasi digunakan untuk mengatasi demam yang membuat klien beresiko kekurangan volume cairan. Kehilangan air melalui peningkatan pernafasan dan diaforesis dapat menjadi berlebihan. Dehidrasi dapat menjadi masalah serius pada lansia dan anak-anak yang berat badannya rendah. Mempertahankan keadaan volume cairan

yang optimum merupakan tindakan keperawatan yang penting (Potter & Perry, 2005). 1. Tipe Tipe Demam Tipe demam antara lain : a. Demam septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. b. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik. c. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

d. Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. e. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial (Niken, 2010). 2. Fase- Fase Demam a. Fase I: awal (awitan dingin atau menggigil) 1) Peningkatan denyut jantung 2) Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan

3) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot 4) Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi 5) Merasakan sensasi dingin 6) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi 7) Rambut kulit berdiri 8) Pengeluaran keringat berlebihan 9) Peningkatan suhu tubuh b. Fase II: proses demam 1) Proses menggigil lenyap 2) Kulit terasa hangat / panas 3) Merasa tidak panas atau dingin 4) Peningkatan nadi dan laju pernafasan 5) Peningkatan rasa haus 6) Dehidrasi ringan hingga berat 7) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf 8) Lesi mulut herpetic 9) Kehilangan nafsu makan (jika demam memanjang) 10) Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein c. Fase III: pemulihan 1) Kulit tampak merah dan hangat 2) Berkeringat

3) Menggigil ringan 4) Kemungkinan mengalami dehidrasi (Mnscell, 2009)

C.

Suhu Tubuh Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh

panas tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang diproduksi pengeluaran panas = suhu tubuh. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrem dan aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam relatif konstan. Bagaimapun suhu permukaan berfluktuasi bergantung pada aliran bawah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. karena fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar 36o C sampai 38o C. fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu yang relatif sempit. Tempat pengukuran suhu (oral, rektal, aksila, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, atau bahkan kandung kemih) merupakan salah satu faktor ynag menentukan suhu tubuh klien dalam rentang sempit ini. Untuk dewasa awal yang sehat rata-rata suhu oral 37oC. Pada praktik klinik, perawat mempelajari kisaran suhu dan klien individu. Tidak ada nilai suhu yang berlaku untuk semua orang. Pengukuran suhu tubuh ditujukan untuk memperoleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata yang representatif. Suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi pengukuran. Tempat yang menunjukan suhu inti merupakan indikator suhu

tubuh yang lebih dapat diandalkan dari pada tempat yang menunjukan suhu permukaan. Arteri paru menunjukan nilai yang paling representatif karena darah bercampur dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu pada arteri paru merupakan standar dibandingkan dengan semua tempat yang dikatakan akurat. Demam (pireksia) adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yan dipengaruhi oleh IL-1 (interleukin-1). Pengaturan suhu pada keadaan sehat atau demam merupakan keseimbangan antara produksi dan pelepasan panas. 1. Regulasi Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskuler. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu. 2. Kontrol Neural Dan vaskular Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana kerja thermostat dalam rumah. Suhu yang nyaman adalah pada set point dimana sistem panas beroperasi. Di rumah turunya suhu ruangan mengaktifkan perapian, sebaliknya naiknya suhu mematikan perapian. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu

tubuh.

Hipotalamus

anterior

mengontrol

pengeluaran panas

dan

hipotalamus posterior mengontrol produksi panas. Bila sel syaraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point, impuls akan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran)

pembuluh darah dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point, mekanisme konsevasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getaran (menggigil) pada otot. Bila vasokontriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai menggigil. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis, yang membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu. 3. Produksi Panas Panas diproduksi di dalam tubuh melalui metabolisme, yang merupakan reaksi kimia pada semua sel tubuh. Makanan merupakan sumber bahan bakar yang utama bagi metabolisme. Termoregulasi membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas. Reaksi kimia seluler membutuhkan energi untuk membentuk adenosin trifosfat (ATP).

Jumlah energi yang digunakan untuk metabolisme adalah laju metabolik. Aktivitas yang memerlukan tambahan reaksi kimia meningkatkan laju metabolik. Bila metabolisme meningkat, panas tambahan akan diproduksi. Ketika metabolisme menurun, panas yang diproduksi lebih sedikit. Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot polos, getaran otot dan termogenesis tanpa menggigil. Metabolisme basal menghasilkan panas yang diproduksi tubuh saat istirahat. Jumlah rata-rata laju metabolik basal (BMR) bergantung pada luas permukaan tubuh. Hormon tiroid juga mempengaruhi BMR. Dengan cara meningkatkan pemecahan glukosa dan lemak tubuh, hormon tiroid meningkatkan laju reaksi kimia pada hampir seluruh sel tubuh. Bila hormon tiroid disekresi dalam jumlah besar, BMR dapat meningkat 100% di atas normal. Tidak adanya hormon tiroid dapat mengurangi setengah jumlah BMR, yang menyebabkan penurunan produksi panas. Stimulasi sistem syaraf simpatis oleh norepinefrin dan epinefrin juga dapat meningkatkan laju metabolik jaringan tubuh. Mediator kimia ini menyebabkan glukosa darah turun, yang akan menstimulasi sel yang menghasilkan glukosa. Hormon seks pria, testosteron meningkatkan BMR yang lebih tinggi dari pada wanita. Gerakan volunter seperti aktivitas otot selama latihan, membutuhkan tambahan energi. Laju metabolik dapat meningkat di atas 2000 kali normal. Produksi panas dapat meningkat di atas 50 kali normal.

Menggigil merupakan respon tubuh involunter terhadap suhu yang berbeda dalam tubuh. Gerakan otot skelet selama menggigil membutuhkan energi yang signifikan. Menggigil dapat meningkatkan produksi panas 4 sampai 5 kali lebih besar dari normal. Panas yang diproduksi untuk mempertahankan suhu tubuh. 4. Pengeluaran Panas Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Struktur kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Radiasi. Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat vasokontrikasi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingin di sekelilingnya. penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat. Vasodilatasi perifer juga meningkatkan aliran darah ke kulit untuk memperluas penyebaran yang ke luar. Vasokontriksi perifer

meminimalkan kehilangan panas ke luar sampai 85 % area permukaan tubuh manusia menyebarkan panas ke lingkungan. Namun, bila

lingkungan lebih hangat dari kulit, tubuh mengabsorbsi panas melalui radiasi. Perawat meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi dengan melepaskan pakaian atau selimut. Posisi klien meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi (mis.berdiri memajankan area permukaan radiasi lebih besar dan berbaring pada posisi janin, meminimalkan radiasi panas) menutup tubuh dengan pakain gelap dan rajutan juga mengurangi jumlah kehilangan panas melalui radiasi. Konduksi. Konduksi adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda padat, cair dan gas. Konduksi normalnya menyebabkan sedikit kehilangan panas.

Perawat meningkatkan panas konduktif ketika memberikan kompres es atau memandikan klien dengan air dingin. Memberikan beberapa lapis pakaian mengurangi kehilangan konduktif. Tubuh menambah panas dengan konduksi ketika kontak dilakukan dengan material yang lebih hangat dari suhu kulit. Konveksi. Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat.

Kipas angin listrik meningkatkan kehilangan panas melaui konveksi. Kehilangan panas konvektif meningkat ketika kulit lembab kontak dengan udara yang bergerak ringan. Evaporasi. Evaporasi adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap (Guyton, 1990). Tubuh secara kontinu kehilangan panas melalui evaporasi. Kira-kira 600 sampai 900 ml sehari menguap dari kulit dan paru, yang mengakibatkan kehilangan air dan panas. Kehilangan normal ini dipertimbangkan kehilangan air dengan tidak kasat mata dan tidak memainkan peran utama dalam pengaturan suhu. Dengan mengatur prerpirasi atau berkeringat, tubuh meningkatkan kehilangan panas evaporatif tambahan. Berjuta-juta kelenjer keringat yang terletak dalam dermis kulit menyekresi keringat melalui duktus kecil pada permukaan kulit. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior memberi sinyal kelenjer keringat untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stres emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta hidung dan faring kering. Diaforesis prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada di bawah dermis kulit. Kelenjer menyekresi keringat, larutan berair

yang mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan kulit. Kelenjar di kontrol oleh sistem syaraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjer keringat mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Suhu tubuh rendah menghambat sekresi kelenjer keringat. Diaforesis kurang efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban tinggi. Individu yang tidak mempunyai kelenjer keringat kongenital atau yang mempunyai penyakit kulit serius yang merusak diaforesis tidak dapat mentoleransi suhu hangat karena mereka tidak dapat mendinginkan diri mereka sendiri secara adekuat. 5. Kulit Pada Regulasi Suhu Peran kulit pada regulasi suhu meliputi insulasi (isolasi) tubuh, vasokontriksi (yang mempengaruhi jumlah aliran darah dan kehilangan panas pada kulit), dan sensasi suhu. Kulit, jaringan, subkutan, dan lemak menyimpan panas di dalam tubuh. Ketika aliran darah antara lapisan kulit berkurang, kulit itu sendiri adalah insulator paling baik. Individu dengan lemak tubuh lebih banyak mempunyai insulasi alamiah lebih banyak dari pada individu yang kurus dan berotot. Cara kulit mengontrol suhu tubuh sama dengan cara radiator mobil mengontrol suhu mesin. Mesin mobil melakukan pengendalian panas yang baik. Air dipompa melalui sistem mesin untuk menampung panas dan membawanya ke radiator, ketika kipas memindahkan panas dari air ke

udara luar. Radiator dan kipas mempertahankan suhu mesin dalam batas aman untuk mencegah kerusakan karena terlalu panas. Pada tubuh manusia, organ internal menghasilkan panas, dan selama latihan atau peningkatan stimulasi simpatis, jumlah panas yang dihasilkan lebih tinggi dari suhu inti normal. Aliran darah dari organ internal, yang membawa panas ke permukaan tubuh. Kulit juga disuplai oleh pembuluh darah. Pada daerah tubuh yang paling terpajan darah dapat mengalir secara langsung dari arteri ke vena. Aliran darah melalui area kulit yang lebih banyak pembuluh darah dapat barvariasi dari aliran minimal sampai sebanyakbanyaknya 30% darah yang diejeksikan dari jantung (Guyton, 1990). Panas berpindah dari darah, melalui dinding pembuluh darah, ke permukaan kulit dan hilang ke lingkungan melalui mekanisme kehilangan panas. Suhu inti tubuh tetap dalam batas normal. Derajat vasokontriksi menentukan jumlah aliran darah dan kehilangan panas ke kulit. Bila suhu inti terlalu tinggi, hipotalamus menghambat vasokontriksi. Sebagai akibat, pembuluh darah berdilatasi, dan lebih banyak pembuluh mencapai permukaan kulit berdilatasi, dan lebih banyak pembuluh mencapai permukaan kulit. Pada hari panas dan lembab pembuluh darah di tangan berdilatasi dan mudah di lihat. Sebaliknya, bila suhu inti menjadi terlalu rendah, hipotalamus

menimbulkan vasokontriksi dan aliran darah ke kulit berkurang. Sehingga panas tubuh dihemat.

Kulit disuplai baik oleh reseptor panas dan dingin. Kerena reseptor dingin lebih banyak, fungsi kulit terutama untuk mendeteksi suhu permukaan dingin. Bila kulit kedinginan, sensornya mengirim informasi ke hipotalamus, yang menimbulkan menggigil untuk meningkatkan produksi panas tubuh, menghambat berkeringat, dan vasokontriksi (Potter & Perry, 2005). 6. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Suhu Tubuh a. Usia Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat. Mekanisme kontrol suhu masih imatur. Suhu tubuh bayi dapat berespons secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan. Pakaian harus cukup dan paparan pada suhu yang ekstrem harus dihindari. Bayi baru lahir pengeluaran lebih dari 30% panas tubuhya melalui kepala dan oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari lingkungan yang ekstrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5oC sampai 39oC. Produksi panas akan meningkatkan seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak. Perbedaan secara individu 0,25oC sampai 0,55oC adalah normal. Regulasi suhu tidak stabil sampai anak-anak mencapai puberitas, rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati

masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit dari pada dewasa awal. Suhu oral 35oC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun, rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36oC. lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor (kontrol

vasokontriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjer keringat dan penurunan metabolisme. b. Olahraga Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat

meningkatkan produksi panas akibatnya peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningkatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41oC. c. Kadar hormon Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh ynag lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat di bawah kadar batas. Suhu tubuh rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Selama ovulasi, jumlah progesteron yang lebih besar memasuki sistem sirkulasi dan

meningkatkan suhu tubuh sampai kadar batas atau lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat digunakan untuk memperkirakan masa paling subur pada wanita untuk hamil. Perubahan suhu juga tejadi pada wanita selama menapouse (penghentian menstruasi). Wanita yang sudah berhenti menstruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut Karena kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi d. Irama sirkadian Suhu tubuh berubah selama normal 0,5o sampai 1oC selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari, suhu tubuh naik sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis berubah pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran tersebut berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia. e. Stres Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persyarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktek dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.

f. Lingkungan Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik. Jika klien berada di lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang efisien. 7. Perubahan Suhu Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas yang minimal. Pengeluaran panas yang minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengaruhi masalah klinis yang dialami klien. 8. Kelelahan Akibat Panas Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama selama kelelahan akibat panas (Potter & Perry, 2005). 9. Mekanisme penurunan temperatur bila tubuh terlalu panas

Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga mekanisme penting untuk menurunkan panas tubuh ketika temperatur sangat menjadi sangat tinggi : a. Vasodilatasi. Pada hampir area semua tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuat. Hal ini di sebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus Vasodilatasi posterior penuh yang akan

menyebabkan

vasokontriksi.

meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat. b. Berkeringat. Efek dari peningkatan temperature yang

menyebabkan berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1oC menyebabkan keringat begitu banyak untuk membuang 10 kali lebih besar kecepatan metabolisme dari pembentukan panas tubuh. c. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebih, seperti menggigil dan

termogenesis kimia, dihambat dengan kuat (Guyton & Hall, 1997).

D. Aliran Darah Vena Mengendalikan Temperatur Kulit Tubuh memiliki kemampuan untuk menyeleksi jalur pengembalian darah dari tangan dan kaki. Pada musim dingin darah kembali ke jantung melalui

pembuluh darah internal yang berhubungan dengan arteri yang mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Pada jalur ini, sebagian panas dari darah yang tersebar digunakan dalam pengandalian darah. Pengukuran panas ini mengubah suhu yang lebih rendah pada persebaran dan mengurangi pelepasan panas ke lingkungan. Pada musim panas atau lingkungan yang hangat, aliran darah yang kembali melalui vena di bawah kulit menaikan suhu kulit dan oleh karena itu menaikan tingkat pelepasan panas dari tubuh. Tingginya kecepatan pengaliran darah ke kulit menyebabkan panas dikonduksi dari bagian dalam tubuh ke kulit dengan efisiensi yang tinggi. Pembuluh darah menembus jaringan isolator subkutis dan tersebar luas dalam bagian subpapilaris kulit. Memang tepat di bawah kulit terdapat pleksus kontinu, yang disuplai oleh aliran darah. Pada daerah tubuh yang terpapar, tangan, kaki dan telinga suplai darah melalui anastomosis arteriovenosa langsung dari arteriol ke vena. Kecepatan aliran darah ke dalam fleksus vena ini dapat sangat banyak sekali dari hampir di atas nol pada cuaca dingin sampai sebesar 30 persen curah jantung total pada suhu panas. Oleh karena itu, jelas kulit merupakan sistem radiator yang efektif, dan aliran darah ke kulit merupakan mekanisme transfer panas yang utama dari inti tubuh ke kulit (Guyton, 1990). 1. Pembuluh Pembuluh Darah Utama kita jumpai beberapa jenis pembuluh darah. Arteri dan arteriol yang membawa darah keluar dari jantung, selalu membawa darah segar

berisi oksigen, kecuali arteri pulmoner yang membawa darah kotor yang memerlukan oksigenasi. Venula dan vena membawa darah kearah jantung dan kecuali vena pulmoner. Selalu membawa darah yang miskin akan oksigen. Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu arteriol berakhir dan venula mulai. Kapiler membentuk jalingan pembuluh darah dan cabang-cabang didalam sebagian besar jaringan tubuh. Beberapa arteri tertentu, misalnya yang membawa darah ke otak dan beberapa pembuluh darah pada paru-paru, hati dan limpa, tidak berakhir dalam kapiler biasa (Evelyn, 2002). 2. Struktur Pembuluh Darah a. Dinding arteri terdiri atas tiga lapis : 1) Lapisan terluar terdiri atas jaringan ikat yang fibrus. Disebut tunika adventisia. 2) Lapian tengah yang berotot dan elastis. Disebut tunika media 3) Lapisan dalam yang endothelial, tunika intima. Lapisan terluar merupakan pelindung. Lapisan tengah adalah lapisan yang kuat, membuat pembuluh darah tetap terbuka dan dengan kontraksi serabut ototnya, memberikan tekanan yang tetap terhadap darah. Lapisan dalam yang terbentuk oleh endotelium adalah sangat licin. Di batasi oleh selapis tunggal sel epitel gepeng.

Lapisan tengah aorta dan arteri yang lebih besar berisi sejumlah besar serabut elastis dan sedikit otot. Karena perlu bagi arteri ini untuk dapat mengembung. Arteri yang lebih kecil dan arteriol relative berisi lebih banyak jaringan otot, karena dindingnya harus menyesuaikan diri pada pengendalian saraf vasomotorik untuk keperluan tubuh. Arteri dan arteriol memperoleh pendarahan dari sebuah sistem pembuluh khusus, yang dikenal sebagai vasa-vasorum, keduanya juga disyarafi oleh serabut-serabut syaraf yang ramping yang melingkari dinding pembuluh darah. Vena juga berdinding tiga lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah kempes, dan kurang elastis dari pada arteri. Oleh karena darah dalam anggota gerak berjalan melawan gaya berat, maka vena mempunyai katub yang disusun sedemikian sehingga darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh kembali ke arah sebaliknya. Katupnya berbentuk lipatan setengah bulan terbuat atas lapisan dalam vena yaitu endotelium, yang diperkuat oleh sedikit jaringan fibrus. Lipatan-lipatan itu satu sama lain berhadapan, pinggiran yang bebas menghadap ka arah darah mengalir. Bila vena mengembung karena penuh dengan darah maka vena itu jadi seolah-olah diikat pada beberapa tempat. Kapiler ialah pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri berakhir. Makin kecil arteriol makin menghilang ketiga lapis dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler yang sehalus rambut, dinding itu tinggal hanya satu

lapis saja, yaitu lapisan endothelium. Lapisan yang sangat tipis itu memungkinkan limfe merembes kaluar membentuk cairan jaringan dan membawa air. Mineral dan zat makanan untuk sel, dan melalui pertukaran gas antara pembuluh kapiler dan jaringan sel, menyediakan oksigen dan menyingkirkan bahan buangan termasuk karbon dioksida. Maka itu kapiler melaksanakan fungsi yang sangat penting sebagai distributor zat-zat lain ke jaringan yang memungkinkan berbagai proses dalam tubuh berjalan. Susunan darah dalam arteri dan dalam vena berbeda-beda. Darah arteri berisi oksigen dan bewarna merah cemerlang sebab hemoglobin bergabung dengan oksigen. Darah vena bewarna lebih tua dan agak ungu karena banyak dari oksigennya sudah diberikan kepada jaringan. Bila sebuah vena terpotong maka darah mengalir keluar dengan arus yang rata. Darah dalam kapiler terusmenerus berubah susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas. Pendarahan kapiler dikenal dari mengalirnya darah pelahan-lahan ke permukaan. a. Beberapa vena yang utama : Vena mengantarkan darah ke jantung. Di mulainya sebagai pembuluh darah kecil yang terbentuk dari penyatuan kapiler. Vena kecilkecil ini bersatu menjadi vena lebih besar, mungkin juga membentuk

batang vena yang makin mendekati jantung makin besar ukurannya. Vena lebih banyak dari pada arteri dan ukurannya pun lebih besar. Vena dalam atau vena komitan mendampingi arteri utama dan diberi nama sama dengan nama arterinya. Beberapa arteri mempunyai dua vena pendamping. Di dalam lengan atas terdapat vena radialis dan vena ulnalis. Kedua vena ini bersatu di siku dan menjadi vena brakhialis, kemudian menjadi vena axilaris dan akhirnya menjadi vena subklavia. Vena subklavia kiri dan kanan bersatu dengan vena jugularis interna dari kepala dan membentuk vena inominata kanan dan kiri. Kedua vena inominata ini bersatu untuk membentuk vena cava superior. Di dalam anggota bawah, vena tibialis anterior dan posterior bersatu untuk menjadi vena poplitea, yang kemudian menjadi vena femoralis dan akhirnya menjadi vena iliaka komunis. Vena iliaka kanan dan kiri bersatu dan terbentuk vena kava inferior.

Gambar 2.1 struktur pembuluh darah 1) Vena tepi terletak langsung dibawah kulit dan berhubungan dengan vena dalam pada titik-titik tertentu sebelum batang vena besar sampai pada jantung.

2) Vena kepala dan leher. Darah dari otak mengalir ke pedalaman tengkorak masuk saluran-saluran yang terbentuk oleh durameter, yang disebut sinus venosus. 3) Vena tepi pada anggota gerak atas mulai sebagai jalinan vena kecil- kecil dalam tangan. Yang dari telapak tangan mengalir ke dalam vena mediana, yang dari sebelah lateral masuk ke dalam vena sefalika. 4) Vena mediana berjalan ke atas pada sebelah anterior lengan bawah dan kemudian di bawah siku bercabang menjadi vena basilika mediana dan vena sefalika mediana. Kedua vena ini masuk ke dalam vena basilika dan vena sefalika. 5) Vena basilika berjalan ke atas di sebelah medial lengan atas dan menembusi fasia di dalam lengan atas. Vena ini berjalan terus sebagai vena brakhialis dalam yang kemudian menjadi vena axilaris. 6) Vena sefaloka berjalan ke atas di sebelah lateral lengan bawah dan lengan atas sampai menembus fasia dekat bahu dan akhirnya menuangkan isinya ke dalam vena axilaris.

7) Vena tepi anggota gerak bawah. Vena safena magna yang panjang ialah yang terbesar. Dimulainya disebelah medial dorsum kaki dan menerima cabang-cabang dari daerah ini, kemudian berjalan ke atas di sebelah medial tungkai dibelakang lutut untuk muncul ke depan lagi dan akhirnya menembus fasia dalam di lubang safena, untuk masuk ke dalam vena femoralis yang berada di dalam selaput femoralis. Di sepanjang jalan diterimanya cabang-cabang vena dan ia didampingi oleh banyak saluran limfe. 8) Vena-vena pada thorak. Kedua vena iniminata yang terbentuk oleh penyatuan vena subklavia dan vena jugularis interna, bergabung di belakang tulang rawan iga pertama untuk membentuk vena cava superior. Vena inominata kanan lebih pendek dari yang kiri. Kedua vena inominata menerima dari kepala dan anggota gerak atas dan ditambah dengan vena dari bagian atas thorak termasuk vena-vena mamilaris. 9) Kelompok vena azigos menerima vena dari thorak termasuk venavena bronkhila dan vena azigos masuk ke dalam vena cava superior. 10) Vena cava superior yang terbentuk oleh penggabungan dua vena inominata, kira-kira panjang 5 sentimeter. Menerima darah dari kepala, leher, kedua anggota gerak atas dan dinding thorak,

kemudian menuangkan isinya ke bagian atas antrium kanan jantung. 11) Vena dalam pelvis dan abdomen. Vena femoralis berjalan dari anggota gerak bawah ligamen inguinal untuk masuk pelvis dan menjadi vena iliaka externa. Dekat ujung sakro- iliaka ia bergabung dengan vena iliaka interna yang menyalurkan darah dari organ-organ dalam pelvis. Penggabungan vena iliaka externa dengan interna membentuk vena iliaka komunis. Kemudian vena iliaka komunis kanan dan kiri bergabung di tempat ketinggian sebelah kanan vertebra lumbalis kelima untuk menjadi vena cava inferior. 12) Vena cava inferior menerima banyak cabangcabang sepanjang jalannya melalui abdomen untuk mengantarkan darahnya dari bagian bawah diafragma ke jantung. Ia menerima vena lumbalis, yang mengaliri dinding abdomen, vena-vena testikularis dan vena ovaria, vena renalis dan supra renalis, vena frenika inferior dan vena hepatica. Gerakan diafragma sewaktu bernafas bekerja pula sebagai pompa. Mengisap darah vena dari anggota gerak bawah ke jantung (Evelyn, 2002). E. Energi Panas Dalam Bidang Kedokteran Sejak beribu-ribu tahun, energi panas telah banyak digunakan dalam bidang kedokteran.

Roman (600 tahun sebelum Masehi) memakai minyak panas untuk memijat . tahun 1774 Tuan faure mempergunakan hotsbrics dalam pengobatan nyeri yang disebabkan oleh rematik. Roebereiner (1816) membicarakan pemakaian sinar dalam bidang pengobatan, seabad kemudian tepatnya 1913 penggunaan sinar ungu ultra oleh reyn dalam irradiasi tubuh manusia. Dan sejak diketemukan piezo elektrik generator oleh Langevin pada tahun 1917 mulailah para klinisi mempergunakan ultrasonic dalam pengobatan. Sepuluh tahun kemudian schliepluke melaporkan hasil pengobatan dengan mempergunakan short wave diathermy. Dan hingga kini banyak orang bahkan di klinik masih mempergunakan air panas sebagai bahan kompres (Gabriel, 1996). 1. Efek Panas

a. Fisik Panas menyebabkan zat cair, padat dan gas mengalami pemuaian segala arah. b. Kimia Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan peningkatan temperatur. Hal ini terlihat pada reaksi oksidasi. Pada reaki oksidasi akan meningkat dengan peningkatan suhu, ini sesuai dengan hukum Vant Hoff . Permeabilitas membran sel akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh.

c. Biologis Efek panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta

peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkat sedangkan pH darah akan mengalami penurunan (Gabriel, 1996).

F.

Pengertian Kompres Hangat Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan

cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan kain / handuk yang telah di celupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu. (Werkudorojakso, 2010) 1. Manfaat Kompres Hangat Adapun manfaat kompres hangat adalah dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh dalam menangani kasus klien yang mengalami pireksia atau demam (Werkudorojakso, 2010).

G.

Kompres Hangat di Frontal Kompres hangat merupakan cara yang digunakan untuk menurunkan suhu

tubuh. Kompres hangat dapat di letakan di daerah frontal. Struktur dari frontal adalah adanya os frontale, sguama fontalis dan terdapat pembuluh darah kecil yaitu vena supratrochlearis ( Putz & Pabst). Di frontal ada kulit yang melapisi di suplai baik oleh panas dan dingin, fungsi terutama untuk mendeteksi suhu permukaan panas, sehingga ketika di kompres hangat di frontal maka akan terjadi pengeluaran panas melalui vasodilatasi pembuluh darah di frontal, dan mengeluarkan keringat. Keringat yang di keluarkan sesuai dengan vasodilatasi pembuluh darah di perifer (Potter & Perry, 2005) 1. Alat Dan Bahan : a. Larutan kompres berupa air hangat 37- 40 C dalam wadahnya (dalam kom stenless) b. c. d. e. Handuk / kain / wash lap untuk kompres Handuk pengering Sarung tangan Termometer aksila

2. Prosedur a. b. c. Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan. Cuci tangan dengan prinsip tujuh langkah Ukur suhu tubuh dengan termometer aksila di bagian kedua aksila

d.

Basahi kain pengompres dengan air hangat bersuhu 40oC, peras kain sehingga tidak terlalu basah.

e.

Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres di daerah frontal/ dahi.

f.

Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin, masukkan kembali kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakan kembali di daerah kompres.

g.

Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien di aksila setelah 60 menit

h.

Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan rapikan alat

i.

Cuci tangan dengan prisip tujuh langkah (Werkudorojakso, 2010).

H.

Kompres Hangat di Aksila Di aksila terdapat pembuluh darah besar yaitu vena basilika dan brakhialis.

Struktur pembuluh darah vena lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah kempes dan kurang elastis dari pada arteri dan letaknya lebih dangkal. Aliran darah dari organ internal, yang membawa panas ke permukaan tubuh. Kulit juga disuplai oleh pembuluh darah. Pada daerah tubuh yang paling terpajan darah dapat mengalir secara langsung dari arteri ke vena. Aliran darah melalui area kulit yang lebih banyak pembuluh darah dapat barvariasi dari aliran minimal sampai sebanyak-banyaknya 30% darah yang diejeksikan dari jantung

(Guyton, 1990). Panas berpindah dari darah, melalui dinding pembuluh darah, ke permukaan kulit dan hilang ke lingkungan melalui mekanisme kehilangan panas. Diberikan kompres hangat di aksila, pembuluh darah vena di aksila berubah ukuran yang diatur oleh hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, sehingga terjadi vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas (Potter & Perry, 2005). Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan panas melalui kulit meningkat pori-pori membesar, pengeluaran panas secara evaporasi (berkeringat), diharapkan kembali akan terjadi penurunan suhu tubuh mencapai keadaan normal kembali (Putu, 2009) 1. Alat Dan Bahan : a. Larutan kompres berupa air hangat 37- 40 C dalam wadahnya (dalam kom stenless) b. Handuk / kain / wash lap untuk kompres c. Handuk pengering d. Sarung tangan e. Termometer aksila 2. Prosedur a. Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan. b. Cuci tangan dengan prinsip tujuh langkah c. Ukur suhu tubuh dengan termometer aksila di bagian kedua aksila

d. Basahi kain pengompres dengan air hangat bersuhu 37- 40oC, peras kain sehingga tidak terlalu basah. e. Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres di daerah aksila/ ketiak. f. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin, masukkan kembali kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakan kembali di daerah kompres. j. Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien di aksila setelah 60 menit k. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan rapikan alat l. Cuci tangan dengan prisip tujuh langkah (Werkudorojakso, 2010).

I.

Mekanisme Tubuh Terhadap Kompres Hangat Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke

hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem effektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas melalui kulit

meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali.

Demam

kulit

Vasodilatasi pembuluh darah

Pori-pori >

Pengeluaran panas secara evaporasi

Penurunan suhu tubuh (Putu, 2009)

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konseptual Dari uraian latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah di uraikan sebelumnya, tentang teori teori yang berhubungan dengan demam seperti salah satunya teori (Potter & Perry). Dari teori tersebut dalam penelitian ini. Kerangka konsep yang dikemukakan adalah terdapatnya dua kelompok variabel bebas yang dapat mempengaruhi penurunan suhu tubuh. Yang menjadi variabel independent disini adalah kompres hangat di frontal dan kompres hangat di aksila sedangkan variabel dependent yaitu penurunan suhu tubuh . Untuk melihat hubungan

variabel tersebut dapat dilihat pada kerangka konsep berikut : Kelompok Eksperimen 1 Input Pasien yang mengalami demam Proses Kompres hangat dengan handuk kecil yang dicelupkan ke dalam wadah yang berisi air hangat 37o C - 40 0 C dan di tempelkan pada frontal/dahi selama 60 menit Output Skala demam: -meningkat -tetap -menurun

Kelompok Eksperimen 2 Input Pasien yang mengalami demam Proses Kompres hangat dengan handuk kecil yang dicelupkan ke dalam wadah yang berisi air hangat 37o C - 40o C dan di tempelkan pada daerah aksila / ketiak selama 60 menit Sistem Input Frontal Proses Output Tetap Kompres Output Skala demam: -Meningkat -Tetap -Menurun

Menurun Tetap Aksila Kompres Menurun

B. Hipotesa Penelitian Ha : Kompres hangat di aksila lebih efektif dibandingkan dengan kompres hangat di frontal terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien demam di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.DJamil Padang.

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi-Eksperimental (pretes and postest) rancangan rangkaian waktu (Time Series Design). Rancangan penelitian tersebut adalah sebagai berikut (Soekidjo, 2005) Pretest Protest Kelompok eksperimen I 01 X 02 Intervensi

Kelompok eksperimen II

03

04

Keterangan : Kelompok eksperimen I : Kelompok yang diberikan kompres hangat di frontal Kelompok eksperimen II : Kelompok yang diberikan kompres hangat di aksila 01 : Pengukuran demam sebelum diberikan kompres hangat di frontal 02 : Pengukuran demam sesudah diberikan kompres hangat di frontal

03

: Pengukuran demam sebelum diberikan kompres hangat di aksila

04

: Pengukuran demam sesudah diberikan kompres hangat di aksila.

B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 15 Maret 30 April 2013 di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.DJamil Padang.

C. Sasaran Penelitian 1. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami demam mulai tanggal 15 Maret30 April 2013 di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil padang. 2. Sample dari penelitian ini adalah bagian dari populasi yaitu sebanyak 20 orang dengan kuota sampling dari tanggal 15 Maret - 30 April 2013 di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil padang yang diambil sesuai kriteria sebagai berikut : Kriteria inklusi : a. b. c. Bersedia menjadi responden Klien sedang mengalami demam Klien dengan demam infeksi

Kriteria eklusi : a. Cedera di frontal dan aksila

3. Teknik Pengambilan Sample Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan kuota sampling, yaitu memilih populasi yang ada sesuai dengan kriteria dan di pilih sesuai yang dibutuhkan yang telah ditetapkan sebanyak (20 sample).

D. Definisi Operasional 1. Variable Intervensi a. Kompres hangat di frontal Metode kompres hangat pada pasien demam dilakukan dengan cara : 1) Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan. 2) Cuci tangan dengan prinsip tujuh langkah 3) Ukur suhu tubuh dengan termometer aksila di bagian kedua aksila 4) Basahi kain pengompres dengan air hangat bersuhu 37o C - 40o C, peras kain sehingga tidak terlalu basah. 5) Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres yaitu di frontal/dahi. 6) Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin, masukkan kembali kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah kompres. 7) Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien di aksila setelah 60 menit

b. Kompres hangat di aksila Metode kompres hangat pada pasien demam dilakukan dengan cara : 1) Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan. 2) Cuci tangan dengan prinsip tujuh langkah 3) Ukur suhu tubuh dengan termometer aksila di bagian kedua aksila 4) Basahi kain pengompres dengan air hangat bersuhu 37o C- 40o C, peras kain sehingga tidak terlalu basah. 5) Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres yaitu di aksila/ketiak. 6) Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin, masukkan kembali kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah kompres. 7) Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien di aksila setelah 60 menit

N Variabel o

Defnisi operasional

Cara ukur

Alat ukur

Hasil ukur Skala ukur Meningkat Rasio Tetap Menurun

Mengukur Termometer 1 Penurunan Turunya suhu dengan aksila Suhu tubuh karena Tubuh jumlah produksi termometer aksila panas tubuh dengan menurun dan waktu 5 jumlah panas menit yang hilang ke lingkungan luar

E. Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan pada peneliti ini adalah : Termometer aksila, termometer air, handuk kecil, tempat wadah (kom stenless), air hangat 37o C - 40o C, jam tangan, serta ruangan untuk penatalaksanaan kompres hangat.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Yang Dikumpulkan Data yang diambil adalah data demam sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat daerah frontal dan aksila dan di catat dalam lembaran hasil pengukuran yang telah disediakan. 2. Langkah pengumpulan data a. kelompok eksperimen I (kompres di frontal) 1) Pasien demam yang ditemukan di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP.DR.M.DJamil Padang oleh peneliti dan di orientasikan terhadap tujuan penelitian. 2) Pasien yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dijadikan sebagai kelompok eksperimen setelah menyetujui lembar persetujuan (informed consern) yang diajukan peneliti. 3) Responden pertama di minta untuk tidur berbaring. Lakukan kompres hangat di daerah frontal. 4) 5) Amati dan ukur suhu tubuh pasien setiap 60 menit. Masukan hasil tes ke dalam lembar pengukuran.

b. Kelompok eksperimen II (kompres di aksila) 1) Pasien demam yang ditemukan di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP.DR.M.DJamil Padang oleh peneliti dan di orientasikan terhadap tujuan penelitian. 2) Pasien yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dijadikan sebagai kelompok eksperimen setelah menyetujui lembar persetujuan (informed consern) yang diajukan peneliti. 3) Responden pertama di minta untuk tidur berbaring. Lakukan kompres hangat di daerah aksila. 4) 5) Amati dan ukur suhu tubuh pasien setiap 60 menit. Masukan hasil tes ke dalam lembar pengukuran.

G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan tahap sebagai berikut : a. Editing (Pemeriksaan data) Editing dilakukan untuk menilai kelengkapan pasien demam, kelengkapan alat, responden yang demam yang sesuai kriteria dan dicatat dalam lembar hasil pengukuran penelitian

b. Coding (Pengkodean data) Untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data, maka peneliti memberi kode pada setiap data yang dikumpulkan. Kodenya berbentuk angka-angka sehingga memudahkan pengolahan data. Kodenya yaitu : a. Tempat kompres : 1 = frontal 2 = aksila

b. Kategori

0 = menurun 1 = meningkat

c. Entri Data (Memasukan data) Proses memasukan data, data yang telah dikode dimasukan ke dalam master tabel kemudian diolah dengan menggunakan teknik komputerisasi. Data yang diperoleh merupakan hasil pengukuran yang dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah kompres hangat diberikan di daerah frontal dan aksila. Hasil pengamatan tersebut di bandingkan untuk menguji hipotesa penelitian sehingga dapat diketahui perbedaan efektifitas kompres hangat diantara daerah frontal dengan daerah aksila terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien demam.

d. Cleaning (Pembersihan Data) pengecekan kembali terhadap kelengkapan data sehingga kesalahan dalam memasukan data yang sudah dimasukan dapat diketahui (Prihartono, 2003) 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat merupakan analisis yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian, pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti. Dengan menggunakan rumus teknik analisis persentase sebagai berikut : x 100

Ket : P = nilai persentase responden F = frekuensi N = jumlah responden b. Analisa Bivariat Uji Statistik T - independen dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Untuk mengetahui perbedaan kompres hangat yang bermakna antara daerah frontal dengan aksila terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien demam.

DAFTAR PUSTAKA

Budiartha, Putu.2009. Kompres Hangat. http://nursingbegin.com/tag/kompres-hangat/ diakses 17 Oktober 2010 Cameron,John.dkk. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Jakarta: Medical Physics Publishing Dahlan, S. (2004). Statistik Kedokteran Dan Kesehatan Uji Hipotesis Dengan Menggunakan SPSS Program 12 jam. Jakarta : PT Arkas. Danfar.(2009).Deferusi/pengertian efektifitas. Di akses dari http://dansite.wordpress.com. Tanggal 30 april 2011 Dinar, Agatha.2009. Diagnosis Mual dan Muntah Serta Demam Terkait Penyakit Tropis dan Infeksi. http://sampahtutorial.blogspot.com/2009/07/infeksi-penyakittropis-demam-tifoid.html.diakses 28 Oktober 2010 Gabriel.1996. Fisika Kedokteran. Jakarta. Buku kedokteran: EGC Guyton.1990. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran; EGC Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Jayanthi, Niken. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Febris (http://www.scribd.com/doc/36750849/ASKEP-Febris) di akses 27 Oktober 2010 Mnscell. 2009. Demam (http://www.scribd.com/doc/24339072/DEMAMsi) di akses 27 Oktober.2010 Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pearce,Evelyn C.2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Poorwo,Sumarmo,dkk.2010.Buku Ajar Infeksi & Pediatrik Tropis Edisi Kedua.Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC Sudiono, Janti. 2003. Ilmu Patologi. Jakarta: EGC Tobing, Mikhael. 2009.mekanisme cara kerja obat antibiotik. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/antibiotikmekanisme-cara-kerja-dan-klasifikasinya diakses 1 Juni 2011 Werkudorojakso. 2010. Prosedur Kompres. http://werkudorojakso.wordpress.com/2010/06/22/prosedurkompres/) dikases 17 Oktober 2010 Mercubaktijaya.2010.Panduan Penyusunan Skripsi

Lampiran 1 : PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN NO A 1 2 3 4 5 6 7 8 B 9 10 11 12 13 14 15 16 D URAIAN Persiapan Pengurusan perizinan ke RS M.jamil padang Biaya survay awal Pengadaan Buku Literatur Kertas HVS 5 rim x Rp 40,000 Tinta Printer 2 botol x Rp180,000 Ballpoint 20 buah x Rp 3000 Pensil 20 buah x Rp 2000 Spidol 20 buah x Rp 5000 Pengadaan instrumen penelitian Termos 4 bh @Rp.70.000 Handuk kecil 20 bh @Rp.15000 Termometer aksila 10 bh @ 15.000 Termometer air 4 bh @ 20000 Tissu gulung 10 bh@ 10000 Kom besar stenless tertutup 10@100000 Jam tangan Lembar pengukuran Pengumpulan/pengolahan data Konsumsi dan akomodasi 2 orgxRp.50,000x30 hari Pengolahan Data Penggandaan hasil penelitian 10 eksxRp.10.000 Biaya Penjilidan 10 eks x Rp 10,000 Pemindahan proposal dalam bentuk softdisk Biaya Seminar Biaya internal PT JUMLAH BIAYA (RUPIAH) 200.000 200.000 700.000 200.000 360.000 60.000 40.000 100.000 280.000 300.000 150.000 80.000 100.000 1.000.000 50.000 100.000

3.000.000 1.000.000 100.000 100.000 500.000 1.000.000 2.500.000 12.120.000

E F

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti Dan Pembagian Tugas

N o

Nama

NIDN

1 Ns.Eliza,SPd,S.Kep 1030067201

Alokasi waktu (jam/ming gu) Kesehatan 2 jam 3 x seminggu

Bidang ilmu

Uraian tugas

2 Hega Valentine,SKM

Kesehatan 2 jam 3 x seminggu

3 Ns.Salmiwati,S.Ke p

Kesehatan

2 jam 3 x seminggu

Melaksanakan proposal penelitian,men gkoordinir pelaksanaan penelitian,men gevaluasi pelaksanaan penelitian Melaksanakan proposal penelitian,mela kukan penelitian Melaksanakan proposal penelitian,mela kukan penelitian

Lampiran 3 . Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penelitian Sarana yang di gunakan adalah : Rumah Sakit Ruangan Klien Yang Demam Tempat Tidur Sampiran

Instrument Yang Digunakan Pada Peneliti Ini Adalah : Termometer Aksila Termometer Air Handuk Kecil Tempat Wadah (Kom Stenless), air hangat 37o C - 40o C, Jam Tangan Ruangan Untuk Penatalaksanaan Kompres Hangat. Tissue Gulung Termos Surat Persetujuan Responden Handscon

Lampiran 4

CV KETUA PENELITI

Nama Tempat / Tgl Lahir Pekerjaan Status :

: ELIZAS.Pd,S.Kep : Padang,30 Juni 1972 : Staff Dosen Nan Tongga Lubuk Alung : Kawin

Riwayat Pendidikan:
1. SD Impress Talung Pasaman 2. SLTP Negeri Talung Pasaman 3. SMA Negeri 1 Talung Pasaman : Tamat tahun 1985 : Tamat tahun 1988 : Tamat tahun 1991

4. Akademi Keperawatan Perintis Bukittinggi : Tamat tahun 1994 5. Ikip Padang, : Tamat tahun 2004

6. Sarjana Keperawatan di Stikes Nan Tongga : Tamat tahun 2010

Mata kuliah yang diampu:


1. Keperawatan Dasar 2. Keperawatan Anak 3. Keperawatan Maternitas

CV ANGGOTA PENELITI

Nama Tempat / Tgl Lahir Pekerjaan Status :

: HEGA VALENTINE,SKM : Lubuk Alung,9 Februari 1981 : Staff Dosen Nan Tongga Lubuk Alung : Kawin

Riwayat Pendidikan:
1. SD 01 Lubuk Alung 2. SMP 01 Lubuk Alung 3. SMA Negeri 1 Lubuk Alung 4. UNBRAH Padang : Tamat tahun 1993 : Tamat tahun 1996 : Tamat tahun 1999 : Tamat tahun 2004

Mata kuliah yang diampu:


1. Ilmu gizi 2. Komunikasi kesehatan 3. Promosi kesehatan 4. Komunitas

CV ANGGOTA PENELITI

Nama Tempat / Tgl Lahir Pekerjaan Status :

: Ns SALMIWATI,S.Kep : Sumedang,11 Juli 1988 : Staff Dosen Nan Tongga Lubuk Alung : Belum Kawin

Riwayat Pendidikan:
1. SD Negeri 27 Batang Anai 2. SLTP Negeri 2 Batang Anai 3. SMA Negeri 1 Lubuk Alung 4. STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang, : Tamat tahun 2001 : Tamat tahun 2004 : Tamat tahun 2007 : Tamat tahun 2012

Mata kuliah yang diampu:


4. KDK 5. KEPERAWATAN DEWASA 6. KEPERAWATAN JIWA

JADWAL PELAKSANAAN

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

KEGIATAN Mg1 Perumusan Masalah Penelitian Pertemuan Tim dan Anggota Menetapkan Rencana Jadwal Kerja Menetapkan Desain Penelitian Menetapkan Instrumen Penelitian Survey Awal Pembuatan Proposal Konsultasi Ahli Menetapkan Instrumen Penelitian Menyusun Format Pengumpulan Data Pengiriman Proposal Uji Coba Quesioner Persiapan Seminar Seminar Proposal Penelitian Melakukan Pengumpulan Data Mengolah Data Menyusun Konsep Laporan Konsultasi Ahli Menyusun Laporan Akhir Menyusun Bahan Untuk Seminar Penyelenggaraan Seminar Penggandaan Laporan Pengiriman Laporan

JANUARI Mg2 Mg3 Mg4 Mg1

FEBRUARI Mg2 Mg3 Mg4 Mg1

MARET Mg2 Mg3 Mg4 Mg1

Anda mungkin juga menyukai