Anda di halaman 1dari 20

Sistem Respirasi Tubuh Manusia

Fransiskus Rendy Mahasiswa Fakultas Kedokteran 2010 Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan energi dalam melakukan aktivitas. Untuk melakukan aktivitas tersebut, manusia mendapatkan sumber energi dari makanan yang dikonsumsi dan oksigen yang dikombinasikan dengan oksigen untuk melepaskan energi. Untuk mendapatkan oksigen tersebut, kita harus menghirup udara bersih yang cukup dan mekanisme respirasi yang baik dari hidung sampai ke semua jaringan dalam tubuh.1 Sistem Respirasi Sistem respirasi manusia pada saat bernapas dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung sampai ke jaringan-jaringan dalam tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbondioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah. Respirasi melibatkan proses : Ventilasi pulmonal (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dari saluran pernapasan dan paru-paru. Respirasi eksternal adalah difusi O2 dan CO2 antara udara dalam paru-paru dan kapiler pulmonal. Respirasi internal adalah difusi O2 dan CO2 antara sel darah merah dan sel-sel jaringan. Respirasi selular adalah penggunaan O2 oleh sel-sel tubuh untuk produksi energi, dan pelepasan produk oksidasi (CO2 dan air) oleh sel-sel tubuh.

Saluran pernapasan terdiri dari cabang-cabang saluran dari lingkungan sampai ke paru-paru.2
NIM : 102010178 / D3 nc3kzzz.skellington@hotmail.com

Gambar 1. Sistem Respirasi Manusia (sumber : www.wikipedia.org) Anatomi Saluran Pernapasan A. Rongga hidung dan nasal Hidung eksternal berbentuk pyramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroareolar. Septum nasal membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga nasal. Bagian anterior septum adalah kartilago. Nasal (nostril) eksternal dibatasi oleh kartilago nasal. Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung, sedangkan alae kartilago nasal mengelilingi nostril. Tulang hidung terbentuk dari :

o Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung. o Vomer dan lempeng perpendicular tulang ethmoidal membentuk bagian posterior septum nasal. o Lantai rongga nasal adalah palatum keras yang terbentuk dari tulang maksila dan palatinum. o Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng kribriform tulang ethmoidal, pada sisi anterior dari tulang frontal dan nasal, dan pada sisi posterior dari tulang sphenoid. o Chonca (turbinartum) nasalis superior, tengah, dan inferior menonjol pada sisi medial dinding lateral rongga nasal. Setiap concha dilapisi membran mukosa (epitel kolumnar bertingkat dan bersilia) yang berisi kelenjar pembuat mucus dan banyak mengandung pembuluh darah. o Meatus superior, medial, dan inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang terletak di bawah concha. Empat pasang sinus paranasalis (frontal, ethmoid, maksila, dan sphenoid) adalah kantong tertutup pada bagian frontal ethmoid, maksilar, dan sphenoid. Sebagian besar sinus rudimenter atau tidak ada sejak kelahiran. Sinus membesar akibat erupsi gigi permanen dan sebuah pubertas, yang secara nyata mengubah ukuran dan bentuk wajah. Sinus ini dilapisi membran mukosa. Sinus ini berfungsi untuk meringankan tulang kranial, memberi area permukaan tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk, memproduksi mukus, dan memberi efek resonansi dalam produksi wicara. Sinus paranasal mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal melalui duktus kecil yang terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus. Pada posisi tegak, aliran mukus ke dalam rongga nasal mungkin terhambat, khususnya pada kasus infeksi sinus. Duktus nasolakrimal dari kelenjar air mata membuka ke arah meatus inferior. o Sinus frontalis. Sinus ini bermuara ke dalam bagian anterior meatus nasi medius sisi yang sama, lewat infundibulum ethmoidal atau duktus frontonasal yang melintasi bagian anterior labyrinth ethmoid. Sinus ini berkembang baik pada usia 7 dan 8 tahun, mencapai ukuran sempurna sesudah pubertas. Sinus ini dipersarafi oleh N. supraorbital. o Sinus ethmoidal tersusun sebagai rongga-rongga kecil tak beraturan, sehingga disebut juga sebagai cellulae ethmoidales. Cellulae ini terletak antara bagian atas rongga hidung dan rongga orbita; terpisah dari rongga orbita ini oleh lamina papyracea. Sinus ini dipersarafi oleh Nn. ethmoidal anterior dan posterior serta cabang orbital ganglion pterygopalatinum. o Sinus maksila menempati sebagian besar tulang maksila. Sinus maksila mencapai ukuran maksimum setelah erupsi semua gigi tetap. Saraf yang mempersarafi sinus ini adalah N. infraorbital dan Nn. alveolaris superior anterior, medius, dan

posterior. Ketiga saraf alveolaris superior ini juga membawa persarafan sensorik gigi geligi rahang atas; dengan demikian, nyeri pada sinus maksilaris dapat dirasakan pula seperti nyeri yang timbul pada gigi rahang atas, begitu pula sebaliknya (nyeri rujukan). o Sinus spenoidalis terletak di sebelah posterior terhadap bagian atas rongga hidung, di dalam corpus ossis sphenoid; bermuara ke dalam recessus sphenoethmoidalis. Sinus ini berkembang setelah pubertas dan dipersarafi oleh N. ethmoidal posterior dan cabang orbital ganglion pterygopalatinum.

Membran mukosa nasal mempunyai struktur kulit pada bagian eksternal permukaan hidung yang mengandung folikel rambut, keringat, dan kelenjar sebasea, merentang sampai vestibula yang terletak di dalam nasal. Kulit di bagian dalam ini mengandung rambut (vibrissae) yang berfungsi untuk menyaring partikel dari udara terhisap. Di bagian rongga nasal yang lebih dalam, epithelium respiratorik membentuk mukosa yang melapisi ruang nasal selsbihnya. Lapisan ini terdiri dari epithelium bersilia dengan sel goblet yang terletak pada lapisan jaringan ikat tercaskularisasi dan terus memanjang saluran pernapasan sampai ke bronkus. Fungsi dari membran mukosa nasal adalah : o Penyaringan partikel kecil. Silia pada epithelium respiratorik melambai ke depan dan belakang dalam suatu lapisan mukus. Gerakan dan mukus membentuk suau perangkap untuk partikel yang kemudian akan disapu ke atas untuk ditelan, dibatukkan, atau dibersinkan keluar. o Penghangatan dan pelembaban udara yang masuk. Udara kering akan dilembabkan melalui evaporasi sekresi serosa dan mukus serta dihangatkan oleh radiasi panas dari pembuluh darah yang terletak di bawahnya. o Respirasi odor. Epithelium olfaktori yang terletak di bagian atas rongga hidung di bawah lempeng kribriform, mengandung sel-sel olfaktori yang mengalami spesialisasi untuk indera penciuman. B. Faring Faring adalah sebuah pipa muskulomembranosa yang memiliki panjang 12-14 cm yang membentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai esophagus atau tepi bawah cartilage cricoidea. Di sebelah kranial faring dibatasi oleh bagian posterior corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis. Di sebelah dorsal dan lateral faring terdapat jaringan penyambung longgar yang menempati spatium peripharyngeal. Di sebelah dorsal, jaringan penyambung longgar tersebut memisahkan faring dari fascia alaris. Di sebelah ventral, faring terbuka ke dalam rongga hidung, mulut, dan laring;

dengan demikian dinding anteriornya tidak sempurna. Spatium perpharyngeal terdiri dari dua bagian yaitu spatium parapharyngeal (faring lateral) dan spatium retropharyngeal. o Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah rongga melalui dua nares internal (choana). Dua tuba eusthacius (auditori) menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Amandel (adenoid) faring adalah penumpukkan jaringan limfatik yang terletak di dekat nares internal. Pembesaran adenoid dapat menghambat aliran udara. o Orofaring dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muskular, suatu perpanjangan palatum durum. Uvulae adalah prosesus kerucut kecil yang menjulur ke bawah bagian dari tengah tepi bawah palatum lunak. Amandel palatinum terletak pada kedua sisi orofaring posterior. Narofaring dan orofaring berhubungan melalui isthmus pharyngeum yang dibatasi oleh dinding posterior faring. Sewaktu proses menelan dan berbicara isthmus pharyngeum ini tertutup oleh elevasi palatum mole dan plica passavant di dinding dorsal faring. Penutupan maksimal sewaktu meniup untuk mencegah udara keluar lewat hidung dan swaktu berbicara menghasilkan bunyi huruf konsonan (c, g, b, p) o Laringofaring mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya. C. Laring Laring merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan juga organ pembentuk suara. Laring menghugungkan faring dan trachea berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh sembilan kartilago; tiga berpasangan dan tiga tidak berpasangan : Kartilago tidak berpasangan o Kartilago tiroid (jakun) terletak di bagian proksimal kelenjar tiroid. Kartilago tiroid merupakan tulang rawan laring terbesar. Pada laki-laki, prominentia laryngea yang lebih besar, plica vocalis yang lebih panjang dan nada suara yang lebih berat, semuanya terkait dengan sudut pertemuan lamina kartilago cricoid tiroid yang lebih kecil. o Kartilago cricoid adalah cincin anterior yang lebih kecil dan lebih tebal, terletak di bawah kartilago tiroid. o Epiglotis adalah katup kartilago elastis yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid. Sewaktu menelan epiglottis bergerak ke atas dan ke muka serta terdesak di antara pangkal lidah dan laring; melengkung ke belakang di atas aditus laringis; dengna demikian, menutupi aditus laringis. Bolus/gumpalan makanan menggelincir melewati permukaan anterior epiglottis. Kartilago berpasangan

o Kartilago aritenoid terletak di atas dan di kedua sisi kartilago cricoids. Kartilago ini melekat pada pita suara sejati, yaitu lipatan yang berpasangan dari epithelium skuamosa bertingkat. o Kartilago kornikulata melekat pada bagian ujung kartilago aritenoid, terletak di sebelah posterior, dalam plica aryepiglotica. o Kartilago kuneiform berupa batang-batang kecil yang membantu menopang jaringan lemak yang masing-masing berada dalam plica aryepiglotica, di sebelah anterior terhadap tulang rawan kornikulata.

Gambar 2. Faring dan Laring (sumber : www.wikipedia.org) Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring. Pasangan bagian atas adalah lipatan ventricular (pita suara palsu) yang tidak berfungsi saat produksi suara. Pasangan bagian bawah adalah pota suara sejati yang melekat pada kartilago tiroid dan pada kartilago arytenoids serta kartilago cricoids. Pembuka di antara kedua pita ini adalah glotis. Saat bernapas, pita suara terabduksi (tertarik membuka) oleh otot laring, dan glotis berbentuk triangular. Saat menelan, pita suara teraduksi (tertarik menutup) dan glotis membentuk celah sempit. Dengan demikian, kontraksi otot rangka mengatur ukuran pembukaan glotis dan derajat ketegangan pita suara yang diperlukan untuk produksi suara. D. Trachea Trachea atau tenggorok merupakan sebuah pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput fibro-muskular, panjangnya sekitar 10-11 cm, sebagai lanjutan dari laring, membentang dari laring pada area cerviks keenam sampai vertebra toraks kelima tempatnya membelah menjadi dua bronkus utama. Trachea dapat tetap terbuka karena

adanya 16 sampai 20 cincin kartilago berbentuk C. Cincin pertama tulang rawan trachea dihubungkan dengan tepi bawah kartilago cricoids oleh lig. cricotracheale. Cincin terakhir tulang rawan trachea menebal dan melebar di tengah dan tepi bawah, yakni carina, yang merupakan taju berbentuk kuku segitiga yang melengkung ke bawah dan belakang di antara bronchi. Ujung posterior mulut cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot sehingga memungkinkan ekspansi esofagus. Trachea dilapisi epithelium respiratorik yang mengandung banyak sel goblet.

E. Thorax Thorax atau dada merupakan bagian superior batang badan, antara leher dan perut. Di dalam rongga thorax ini terkandung rongga thorax. Rongga thorax memiliki akses masuk ke dalam lewat pintu atas dan pintu bawah thorax. Pintu atas thorax (aperutra thoracis superior) yang sempit, terbuka dan berkesinambungan dengan leher; pintu bawah thorax (aperture thoracis inferior) yang relatif luar, tertutup oleh diafragma. Thorax dipersarafi oleh N. intercostalis (R. anterior N. spinalis thoracalis) yang melintas bersama Aa. dan Vv. intercostalis posterior dan anterior. Fungsi thorax : o Salah satu fungsi terpenting thorax adala pernapasan. Thorax tidak hanya berisi paru-paru, tetapi juga memberikan kepentingan bagi mekanik pernapasan, yakni melalui diafragma, dinding thorax, dan iga-iga, sehingga dengan efektif thorax memindahkan udara ke dalam dan keluar paru-paru. o Melindungi jantung, paru-paru, dan pembuluh-pembuluh darah besar. o Kompartemen mediastinum rongga thorax berfungsi sebagai saluran strukturstruktur yang melintasi thorax, dari daerah tubuh menuju daerah tubuh lainnya, dan saluran struktur yang menhubungkan organ yang berada di dalam rongga thorax menuju tubuh daerah lainnya. o Sebagian otot leher, perut, punggung, dan anggota tubuh atas melekat pada igaiga ini berfungsi sebagai otot pernafasan tambahan dan posisi iga pertama dan akhir. F. Diafragma Diafragma atau sekat rongga badan merupakan jaringan muskulofibrosa yang terbentuk dua belah kubah, di antara rongga thorax dan rongga perut. Diafragma merupakan otot pernapasan penting. Sewaktu inspirasi serabut-serabut otot berkontraksi dan merik centrum tendineum kea rah bawah. Kubah diafragma bergerak turun dan sedikit maju ke depan. G. Percabangan bronkus

Bronkus primer (utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta membelokkan trachea bawah ke kanan. Objek asing yang masuk ke dalam trachea kemungkinan ditempatkan dalam bronkus kanan. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tertier dengan diameter yang semakin kecil. Saat tuba semakin menyempiy, batang atau lempeng kartilago mengganti cincin kartilago. Bronki disebut ekstrapulmonar sampai memasuki paru-paru, setelah itu disebut intrapulmonar. Struktur mendasar dari kedua paru-paru adalah percabangan bronchial yang selanjutnya: bronki, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratori, duktus alveolar, sakus alveolar, dan alveoli. Tidak ada kartilago dalam bronkiolus; silia tetap ada sampai bronkiolus respiratori terkecil.2,3 Paru kiri Apicoposterior, anterior, superior, inferior Lobus medius Lateralis, medialis Lobus inferior Superior, mediabasalis, anterobasal, Superior, anteromediabasal, laterobasal, posterobasal laterobasal, posterobasal Tabel 1. Percabangan Bronkus3 H. Paru-paru Paru-paru atau pulmo adalah organ pernapasan berbentuk pyramid seperti spons dan berisi udara, terletak dalam rongga thorax. Paru berupa spons, mengapurng dalam air, sangat elastik, dan berkresipitasi bila diraba karena ada udara di dalam alveoli. Paru-paru janin dan bayi lahir mati yang belum bernapas berbeda dengan paru-paru bayi yang lahir hidup, yakni padat, tidak kresipitasi dan tidak terapung dalam air. Paru kanan memiliki tiga lobus; paru kiri memiliki dua lobus. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga pertama, sebuah permukaan diafragmatik (bagian dasar) terletak di atas diafragma, sebuah permukaan mediastinal (medial) yang terpisah dari paru lain oleh mediastinum, dan permukaan kostal terletak di atas kerangka iga. Permukaan mediastinal memiliki hilus (akar), tempat masuk dan keluarnya pembuluh darah bronki, pulmonar, dan bronchial dari paru. Pleura adalah membran penutup ang membungkus setiap paru. Pleura parietal melapisi rongga thorax (kerangka iga, diafragma, mediastinum). Pleura viseral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal di bagian bawah paru-paru. Rongga pleura (ruang intrapleura) adalah ruang potensial antara pleura parietal dan viseral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini disekresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan (tekanan intrapleura) agak negatif dibandingkan dengan tekanan atmosfer. Resesus pleura adalah area rongga pleura Paru kanan Lobus superior Apicalis, posterior, anterior

yang tidak berisi jaringan paru. Area ini muncul saat pleura parietal bersilangan dari satu permukaan ke permukaan lain. Saat bernapas, paru-paru bergerak keluar masuk area ini. o Recessus costomediastinalis. Resesus kostomediastinalis terbesar berada pada sisi medial cavum pleurae kiri yang menutupi jantung. o Recessus costodiaphragmaticus merupakan resesus terbesar dan secara klinik paling penting. Resesus ini paling dalam setelah ekspirasi paksaan dan menjadi paling dangkal setelah inspirasi paksaan. I. Alveolus Setiap bronchus membagi dan membagi ulang sekitar 15 kali; terminal akhir bronkiolus mengirim udara ke jutaan kantung-kantung kecil yang disebut alveoli. Alveoli, yang terbentuk seperti gelembung-gelembung tersambung yang kecil, memiliki diameter 0,2 mm (selembar kertas memiliki ketebalan 0,1 mm) dan memiliki dinding dengan ketebalan hanya 0,4 m. mereka meluas dan berkontraksi selama pernafasan; mereka dimana kegiatan berlangsung melakukan pertukaran O2 dan CO2. Setiap alveolus dilingkupi oleh darah sehingga O2 dapat berdifusi dari alveolus ke sel-sel darah merah dan CO2 dapat berdifusi dari darah menuju udara dalam alveolus. Saat lahir paru-paru memiliki sekitar 30 juta alveoli; pada usia 8 tahun jumlah alveoli meningkat hingga sekitar 300 juta alveoli. Di atas usia ini jumlah tersebut relatif tetap, tetapi diameter alveoli meningkat. Udara secara normal memasuki tubuh melalui hidung dimana dihangatkan (bila diperlukan), disaring, dan dilembabkan. Permukaan lembab dan rambut dalam hidung menjebak partikel debu, kutu, dan sebagainya. Selama latihan berat, udara dihirup melalui mulut dan melampaui sistem penyaringan ini. Udara kemudian masuk melalui pipa udara (trachea). Trahea dibagi menjadi dua (bifurcation) untuk melengkapi udara di setiap paru-paru melalui bronchi. Sebagai tambahan untuk menyediakan sistem transportasi bagi udara, saluran udara menyingkirkan partikel-partikel debu yang melekat pada bagian pelembab dalam saluran udara. Tubuh memiliki di mekanisme untuk membersihkan saluran udara dari partikel asing. Gumpalam besar disingkirkan dengan batuk. Partikel-pertikel kecil dibawa keluar melalui mulut oleh jutaan rambut kecil atau cilia. Cilia, yang memiliki panjang sekitar 0,1 mm, memiliki pergerakan melambai yang menggerakan lender yang membawa debu dan pertikel kecil lainnya menuju udara bebas. Diperlukan waktu sekitar 30 menit untuk sebuah partikel debu dikeluarkan dari bronchi dan trachea menuju tenggorokan dimana partikel tersebut dikeluarkan atau dihembuskan. Paru-paru dapat mengembang dan mengempis diatur oleh kontraksi otot. Volume paru bertambah dan berkurang sewaktu rongga thorax mengembang dan berkontraksi. Setiap kali panjang atau ketebalan rongga thorax meningkat atau menurun, secara bersamaan terjadi perubahan volume paru. Paru-paru dapat dikembangkempiskan melalui dua cara (1) diafragma

bergerak turun naik untuk memperbesar dan memperkecil rongga dada, dan (2) depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar dan memperkecil diameter anteroposterior rongga dada. Bernafas tenang normal dilakukan oleh diafragma. Sewaktu inspirasi, kontraksi diafragma menarik permukaan bawah paru ke bawah. Sewaktu ekspirasi, diafragma melemas, dan recoil elastic paru, dinding dada, dan struktur-struktur abdomen menekan paru. Sewaktu bernafas dalam, gaya-gaya elastis kurang memadai untuk menghasilkan ekspirasi yang cepat. Tambahan gaya terutama dihasilkan oleh kontraksi otot-otot abdomen, yang mendorong isi perut ke atas menekan diafragma.

Otot yang berperan dalam respirasi adalah : Otot yang paling penting dalam mengangkat rangka iga adalah otot intercostalis externus, tetapi otot lain yang membantunya adalah (1) sternocleidomastoideus untuk mengangkat sternum ke atas, (2) serratus anterior mengangkat sebagian besar iga, dan (3) scalenus mengangkat dua iga pertama. Otot yang berperan dalam proses ekspirasi adalah otot (1) rectus abdominis yang mempunyai efek tarikan ke arah bawah yang sangat kuat terhadap iga-iga bagian bawah pada saat yang bersamaan ketika otot-otot ini dan otot-otot abdominal lainnta menekan isi abdomen ke atas kea rah diafragma, dan (2) intercostalis interna.3

Mekanisme Respirasi Thorax adalah rongga tertutup kedap udara di sekeliling paru-paru yang terbuka ke atmosfer hanya melalui jalur sistem pernapasan. Pernapasan adalah proses inspirasi (inhalasi) udara ke dalam paru-paru ke lingkungan luar tubuh. Inspirasi adalah proses aktif. Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfer (sekitar 760 mmHg) sama dengan tekanan udara dalam alveoli yang disebut sebagai tekanan intra-alveolar (intrapulmonar). Tekanan intrapleura dalam rongga pleura (ruang antar pleura) adalah tekanan sub-atmosfer, atau kurang dari tekanan intra-alveolar. Peningkatan atau penurunan volume rongga thorax mengubah tekanan intrapleura dan intra-alveolar yang secara mekanik menyebabkan pengembangan atau pengempisan paru-paru. Otot-otot inspirasi memperbesar rongga thorax dan meningkatkan volumenya. Otot-otot ekspirasi menurunkan volume rongga thorax. Inspirasi membutuhkan kontraksi otot dan energi. Diafragma, yaitu otot yang berbentuk kubah jika sedang relaks akan memipih saat berkontraksi dan memperbesar rongga thorax ke arah inferior. Otot intercostae external mengangkat iga ke atas dan ke depan saat berkontraksi sehingga memperbesar rongga thorax kea rah anterior dan superior.

Dalam pernapasan aktif atau pernapasan dalam, otot-otot sternocleidomastoideus, pectoralis major, serratus anterior, dan otot scalenus juga akan memperbesar rongga thorax.

Ekspirasi pada pernapasan yang tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot dan disebut proses pasif karena tidak diperlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intrapulmo. Namun, pada awal ekspirasi, sedikit kontraksi otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya recoil paru dan memperlambat eskpirasi. Pada ekspirasi dalam, otot intercostae internal menarik kerangka iga ke bawah dan otot abdomen berkontraksi sehingga mendorong isi abdomen menekan diafragma. Tekanan intrapleura negatif dalam rongga pleura menahan paru-paru tetap berkontraksi dengan dinding thorax karena tekanan ini menghasilkan penghisapan (suction) antara pleura parietal yang melekat pada dinding thorax, pleura visceral yang melapisi permukaan paru-paru. Jaringan elastis dalam paru-paru bertanggung jawab terhadap kecenderungannya untuk menjaduh dari dinding thorax dan mengempis. Organ ini tidak mengempis dalam tubuh karena penghisapan yang menahan paru-paru tetap pada dinding thorax lebih besar dibandingkan daya elastis dalam paru-paru. Selama inspirasi dan ekspansi thorax, tekanan intrapleura negatif semakin berkurang (semakin negatif). Meningkatnya penghisapan, bersamaan dengan kohesi cairan pleura, menarik permukaan paru-paru keluar ke arah dinding thorax dan membantu ekspansi paru-paru. Saat paru-paru berkespansi, tekanan udara di dalam paru-paru (tekanan intra-alveolar) menurun drastis sampai di bawah tekanan atmosfer di luar tubuh. Udara luar dihisap melalui saluran pernapasan menuju paru-paru sampai tekanan intra-alveolar kembali sama dengan tekanan atmosfer. Saat otot-otot inspirasi relaks, ukuran rongga thorax berkurang, elastisitas paru-paru menariknya ke arah dalam, tekanan intra-alveolar meningkat sampai di atas tekanan atmosfer, dan udara dikeluarkan dari paru-paru.1,2,4-9 Surfaktan Sejenis lipoprotein yang disekresi oleh sel-sel epitel dalam alveoli paru matur. Lapisan surfaktan terletak antara lapisan lembab dan udara dalam alveolus. Surfaktan mengurangi tegangan permukaan cairan yang menurunkan kecenderungan pengempisan alveoli dan menungkinkan alveoli untuk berinflasi dalam tekanan yang lebih rendah. Surfakan merupakan campuran dipalmitoilfosfattidilkolin (DPPC), berbagai lipid lain, dan protein. Komponen Dipalmitiofosfattidilkolin Fosfatidilgliserol Fosfolipid lain Lemak netral Protein Karbohidrat Persentase komposisi 62 5 10 13 8 2

Tabel 2. Perkiraan Komposisi Surfaktan6 Surfaktan juga berfungsi membantu mencegah terjadinya edema paru. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa bila tidak terdapat surfaktan, tegangan permukaan alveolus yang tidak dilawan akan menimbulkan tekanan sebesar 20 mmHg yang menimbulkan transdurasi cairan dari darah ke dalam alveolus. Surfaktan dihasilkan oleh sel epitel alveolus tipe II. Badan lamellar spesifik, yaitu organel yang mengandung gulungan fosfolipid dan terikat pada membran sel, dibentuk dalam sel-sel tersebut dan disekresikan ke dalam lumen alveolus melalui eksositosis. Terbentuk tabung lipid yang disebut milein tubular dari tonjolan badan, dan mielin tubular selanjutnya membentuk lapisan fosfolipid. Surfaktan lebih banyak mengurangi tegangan permukaan dalam alveoli kecil dibandingkan alveoli besar. Karena surfaktan tidak diproduksi sampai masa akhir perkembangan janin, bayi prematur mungkin lahir dengan insifisien surfaktan, pegempisan alveoli, dan kesulitan bernapas. Kondisi ini disebut sindrom distress respiratorik (penyakit membran hilain), diatasi dengan penggunaan mesin ventilasi mekanik sampai bayi tersebut cukup umur untuk memproduksi cukup surfaktan. Komplians mengacu pada distensibilitas paru-paru atau kemudahan inflasinya. Komplians didefinisikan sebagai suatu ukuran peningkatann volume paru yang dihasilkan setiap unit perubahan dalma tekanan intra-alveolar. Penurunan komplians paru membutuhkan pembentukan perbedaan tekanan yang lebih besar daripada tekanan normal saat inspirasi untuk menginfalsi paru-paru. Setiap keadaan yang menghambat ekspansi dan kontraksi paru akan menurunkan komlians sehingga dibtuhkan tenaga yang lebih untuk menginflasi paru-paru. Komlians dapat berkurang akibat penyakit pulmonar yang menyebabkan perubahan elastisitas paru, kongesti pulmonar atau edema di paru, gangguan tegangan permukaan alveoli, atau obstruksi jalan udara. Hal ini dapat juga dipengaruhi oleh deformitas kerangka thorax.2,4,5,7,8 Volume dan Kapasitas Paru Volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan ekspirasi dapat diukur melalui spirometer. Nilai volume paru memperlihatkan suhu tubuh standard dan tekanan ambient serta diukur dalam milliliter udara. Volume tidal (tidal volume / TV) adalah volume udara yang masuk dan keluar paru-paru selama ispirasi (atau jumlah udara yang keluar dari paru setiap kali ekspirasi) normal biasa. VT pada orang dewasa muda sehat berkisar 500 ml untuk laki-laki dan 380 ml untuk perempuan. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume / IRV) adalah volume udara ekstra yang masuk ke paru-paru dengan inspirasi maksimum setelah inspirasi tidal. VCI berkisar 3.100 ml pada laki-laki dan 1.900 ml pada perempuan.

Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume / ERV) adalah volume ekstra udara yang dapat dengan kuat dikeluarkan pada akhir eskpirasi tidal normal. VCE biasanya berkisar 1.200 ml pada laki-laki dan 800 ml pada perempuan. Volume residual (residual volume / RV) adalah volume udara sisa dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi kuat. Volume residual penting untuk kelangsungan aerasi dalam darah saat jeda pernapasan. Rata-rata volume ini pada laki-laki sekitar 1.200 ml dan pada perempuan 1.000 ml.

Ruang di saluran napas yang berisi udara yang tidak ikut serta dalam proses pertukaran gas dengan darah dalam kapiler paru disebut ruang rugi pernapasan (respiratory dead space). Udara ini mengisi jalan udara penghantar (hidung, faring, trachea, bronchi, dan bronkhiolus) tidak berpartisipasi dalam pertukaran gas. Volume tersebut sekitar 150 ml setelah inspirasi dengan rata-rata TV 500 ml. Udara pertama yang memasuki alveoli adalah 150 ml dari ruang rugi sehingga hanya tersisa 350 ml udara baru per napas. Istilah ruang rugi anatomis mengacu pada jalan penghantar yang berisi udara ruang mati, sedangkan ruang rugi fisiologis meliputi semua area alveoli yang tidak atau sebagian berfungsi seperti ruang rugi anatomis. Kapasitas paru-paru dapat dibagi menjadi : Kapasitas residual fungsional (functional residual capacity / FRC) adalah penambahan volume residual dan volume cadangan ekspirasi (FRC = RV + ERV). Kapasitas ini merupakan jumlah udara sisa dalam sistem respiratorik setelah ekspirasi normal. Normal rata-ratanya adalah 2.200 ml. Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity / IC) adalah penambahan volume tidal dan colume cadangan inspirasi (IC = TV + IRV). Nilai rata-ratanya adalah 3.500 ml. Kapasitas vital (vitality capacity / VC) adalah penambahan volume tidal, volume cadangan inspirasi, dan volume cadangan ekspirasi (VC = TV + IRV + ERV). Karena diukur dengan spirometer, kapasitas vital merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum. Kapasitas vital dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti postur, ukuran rongga thorax, dan komplians paru, tetapi nilai rata-ratanya sekitar 4.500 ml. Kapasitas total paru-paru (total lung capacity / TLC) adalah junlah total udara yang dapat ditampung dalam paru-paru dan sama dengan kapasitas vital ditambah dengan volume residual (TLC = VC + RV). Nilai rata-ratanya adalah 5.700 ml.1,2,4-8

Gambar 3. Volume dan Kapasitas Paru (sumber : www.4bp.blogspot.com) Pertukaran Gas Tujuan utama dari bernafas adalah untuk membawa suplai O2 segar menuju darah dalam paruparu dan untuk membuang CO2. Darah dipompa dari jantung menuju paru-paru di bawah tekanan relatif. Rata-rata puncak tekanan darah pada arteri pulmonar utama yang membawa darah menuju paru-paru adalah sekitar 2,7 kPa (sekitar 20 mmHg) atau sekitar 15% dari tekanan pada sirkulasi utama tubuh. Paru-paru menawarkan sedikit penolakan terhadap aliran darah. Pada rata-rata, sekitar 1/5 (sekitar 1 liter) dari suplai darah tubuh berasal dalam paru-paru, tetapi hanya sekita 70ml dari darah tersebut yang mendapatkan O2 dalam pembuluh kapiler darah paru-paru pada waktu yang sama. Karena darah berada dalam pembuluh pulmonari kapiler kurang dari satu detik, paru-paru harus berada dalam kondisi baik untuk pertukaran gas; alveoli paru-paru memiliki dinding yang sangat tipis dan dilingkupi oleh darah dalam sistem pembuluh pumonari kapiler. Darah permukaan antara udara dan darah dalam paru-paru tersebar pada daerah seluas 80 m2, selaput akhir darah hanya akan memiliki ketebalan sebesar 1 mikron, yang kurang dari ketebalan sebuah sel darah merah. Dua proses utama terlibat dalam pertukaran gas dalam paru-paru adalah : Membawa darah menuju bantalan pulmonar kapiler (perfusion). Membawa udara menuju permukaan alveolar (ventilasi).

Bila proses tersebut gagal, maka darah tidak teroksigenisasi secara menyeluruh. Ada tiga tipe ventilasi daerah perfusi dalam paru-paru : Daerah dengan ventilasi yang baik dan perfusi yang baik. Daerah dengan ventilasi yang baik dan perfusi yang buruk. Daerah dengan ventilasi yang buruk dan perfusi yang baik.

Pada paru-paru yang normal tipe pertama memiliki daya tamping 90% volume. Bila aliran darah menuju paru-paur tertutup oleh gumpalan (embolisme pulmonar) volume tersebut akan mengalamu perfusi buruk. Bila saluran udara dalam paru-paru terhalang sepert pada pneumonia, daerah yang terlibat akan mengalami ventilasi yang buruk. Kebanyakan penyakit paru-paru mengakibatkan pengurangan dalam perfusi atau ventilasi. Pengangkutan O2 dan CO2 memasuki dan keluar dari darah dikontrol oleh hokum fisika mengenai difusi. Seluruh molekul bergerak secara berkelanjutan. Pada gas dan cairan, dan juga sejumlah benda bahkan pada benda padat, molekul-molekul tidak tertinggal pada satu lokasi. Sebagai contoh, bila saat melepaskan sekelompok molekul yang sudah dikenali ke ruangan pada satu lokasi (contoh : semprotan parfum), dalam beberapa menit kita akan menemukan bahwa molekul-molekul ini berdifusi ke luar ruangan. Molekul dari tiper yang particular berdifusi dari satu daerah berkonsentrasi lebih tinggi ke daerah berkonsentrasi lebih rendah hingga konsentrasi

pada molekul tersebut seragam. Dalam paru-paru kita mengenali proses difusi pada cairan dan gas. Pada pertukaran O2 dan CO2 dalam jaringan kita hanya mengenal difusi cairan. Molekul dalam gas pada ruangan suhunya berubah secepat suara. Setiap molekul bertubrukan sekitar 1010 kali/detik dengan molekul lain, dalam proses pengembaraan dalam pergerakan acak. Jarak yang paling memungkinkan (D) untuk suatu molekul bergerak dari jarak semula setelah tabrakan (N) adalah D=N, dimana adalah rata-rata ruang bebas atau jarak rata-rata antara tabrakan. Pada udara adalah sekitar 10-7 m; pada jaringan adalah sebesar 10-11 m. Difusi tergantung pada kecepatan molekul; difusi akan lebih cepat bila molekul ringan dan akan meningkat seiring dengan suhu. Karena N proposional dengan waktu difusi, t (contoh : N t), kita dapat menuliskan bahwa D t atau t D2. Sebagai contoh, bila kita menemukan D = 100 mm setelah 1 detik, kemudian pada rata-rata molekul akan berdifusi 100 mm dalam 100 detik. Dalam paru-paru jarak untuk bergerak dalam udara biasanya merupakan sebuah fraksi kecil millimeter, dan difusi berlangsung dalam fraksi dengan hitungan detik. Difusi O 2 dan CO2 dalam jaringan sekitar 1000 kali lebih lambat daripada di udara, tetapi ketebalan jaringan yang harus ditembus molekul saat berdifusi sangat kecil dan difusi melalui dinding alveolar berlangsung kurang dari 1 detik. Udara atmosfer, pada tekanan 760 mmHg di hari yang hangat, terdiri dari oksigen (21%), nitrogen (79%), karbondioksida (0,04%), dan berbagai gas mulia. 1. Dalam campuran gas, setiap gas mempunyai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum Dalton). Tekanan ini disebut tekanan (tegangan) parsial gas dalam suatu campuran dan dilambangkan dengan simbol P di depan lambing kimia gas serta dinyatakan dalam millimeter mercuri (mmHg). Tekanan parsial oksigen (PO2) dalam atmosfer : 21/100 X 760 mmHg = 160 mmHg PO2. Tekanan parsial karbondioksida (PCO2) dalam atmosfer : 0,04/100 X 760 mmHg = 0,3 mmHg PCO2. Solubilitas gas dalam air bervariasi sesuai tekanan dan temperaturnya. 2. Solubilitas meningkat setara dengan peningkatan tekanan parsial dan menurun sesuai dengan peningkatan temperature (hukum Henry). 3. Volume gas berbanding terbalik dengan tekanan gas (hukum Boyle). Jika tekanan meningkat, molekulmolekul gas terkompresi dan volume berkurang. Membran respirasi adalah tempat berlangsungnya pertukaran gas, terdiri dari lapisan surfaktan, epithelium skuamosa simpel pada dinding alveolar, membran dasar pada dinding alveolar, ruang intersisial yang mengandung serabut jaringan ikat dan cairan jaringan, membran dasar kapiler, dan endothelium kapiler. Molekul gas harus melewati keenam lapisan ini melalui proses difusi. O2 dan CO2 menurunkan gradien tekanan parsialnya saat melewati membran respiratorik. Molekul gas berdifusi dari area bertekanan pasrial tinggi ke area bertekanan lebih rendah terlepas dari konsentrasi gas lain dalam larutan; dengan demikian, kecepatan difusi gas menembus

membran ditentukan oleh tekanan parsialnya. PO2 dalam alveolar adalah 100 mmHg, sementara PO2 pada darah teroksigenasi dalam kapiler pulmonar di sekitar alveoli adalah 40 mmHg. Dengan demikian, O2 berdifusi dari udara alveolar menembus membran respiratorik menuju kapiler paru. PCO2 dalam udara alveolar adalah 40 mmHg dan PCO2 dalam kapiler di sekitarnya adalah 45 mmHg. Dengan demikian, CO2 berdifusi dari kapiler ke alveoli. Faktor yang mempengaruhi difusi gas selain gradien tekanan parsialnya, antara lain: Ketebalan membran respirasi. Penyebab apapun yang dapat meningkatkan ketebalan membran, seperti edema dalam ruang intersisial atau infiltrasi fibrosa paru-paru akibat penyakit pulmonar dapat mengurangi difusi. Area permukaan membran respirasi. Pada penyakit seperti emfisema, sebagian besar permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas berkurang dan pertukaran gas mengalami gangguan berat. Solubilitas gas dalam membran respirasi. Solubilitas CO2 20 kali lebih besar dari O2. Dengan demikian, CO2 berdifusi melalui membran 20 kali lebih cepat dari O2.1,4,6

Transport Gas Oksigen diangkut terutama dalam keadaan terikat dengan hemoglobin ke kapiler jaringan tempat bahan ini dibebaskan untuk digunakan oleh sel. Di sel jaringan, oksigen bereaksi dengan berbagai bahan makanan untuk menghasilkan karbondioksida dalam jumlah besar. Karbondioksida selanjutnya masuk ke kapiler jaringan dan diangkut kembali ke paru. A. Transport oksigen Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb), 3% oksigen sisanya larut dalam plasma. Setiap molekul dalam keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen untuk membentuk oksihemoglobin (HbO2) berwarna merah tua. Ikatan ini tidak kuat dan reversible. Hemoglobin tereduksi (HHb) berwarna merah kebiruan. Kapasitas oksigen adalah volume maksimum oksigen yang dapat berikatan dengan sejumlah hemoglobin dalam darah. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul hemoglobin. Setiap gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 mL oksigen. Sekitar 100 mL darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk maksimum 20 mL O2 per 100 mL darah (15 X 1,34). Konsentrasi hemoglobin ini biasanya dinyatakan sebagai persentase volume dan merupakan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kejenuhan oksigen darah adalah rasio antara volume oksigen aktual yang terikat pada hemoglobin dan kapasitas oksigen. Kejenuhan oksigen dibatasi oleh jumlah hemoglobin atau PO2. B. Transport karbondioksida Karbondioksida yang berdifusi dalam ke dalam darah dari jaringan dibawa ke paru-paru melalui cara :

1. Sejumlah kecil karbondioksida (7 sampai 8%) tetap terlarut dalam plasma. 2. Karbondioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah, dimana 25%-nya bergabung dalam bentuk reversible yang tidak kuat dengan gugus amino di bagian globin pada hemoglobin untuk membentuk karbaminohemoglobin. 3. Sebagian besar karbondioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat, terutama dalam plasma. Karbondioksida dalam sel darah merah berikatan dengan air untuk membentuk asam karbonat dalam reaksi bolak-balik yang dikatalis oleh anhidrasi karbonik. CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3Anhidrase karbonik Reaksi di atas berlaku dua arah, bergantung konsentrasi senyawa. Jika konsentrasi CO2 tinggi, seperti dalam jaringan, reaksi berlangsung ke kanan sehingga lebih banyak terbentuk ion hydrogen dan bikarbonat. Dalam paru yang konsentrasi CO2nya lebih rendah, reaksi berlangsung ke kiri dan melepaskan karbondioksida. 4. Pergeseran klorida. Ion bikarbonat bermuatan negatif yang terbentuk dalam sel darah merah berdifusi ke dalam plasma dan hanya menyisakan ion bermuatan positif berlebihan. Untuk mempertahankan netralitas elektrokimia, ion bermuatan negatif lain yang sebagian besar ion klorida, bergerak ke dalam sel darah merah untuk memulihkan ekuilibrium ion. Inilah yang disebut sebagai pergeseran klorida. Kandungan klorida dalam sel darah merah di vena yang memiliki konsentrasi karbondioksida lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan dalam darah arteri. 5. Ion hidrogen bermuatan positif yang terlepas akibat disosiasi asam karbonat, berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah untuk meminimisasi perubahan pH.2,4-9 Pengendalian Respirasi Respirasi setiap manusia diatur oleh : A. Kendali saraf. Respirasi dikendalikan oleh dua mekanisme saraf yang terpisah; sistem volunter yang berasal dari korteks cerebral dan pengendalian pernapasan saat melakukan aktivitas seperti berbicara dan makan, serta sistem involunter yang terletak di bagian medulla dan batang otak serta mengatur respirasi sesuai kebutuhan metabolik tubuh. o Pusat respiratorik medular mengandung neuron inspirasi dan ekspirasi yang terletak sebagai agregasi longgar dalam formatioretikular pada medulla. Agregasi ini dilepas untuk memproduksi respirasi otomatis. Neuron inspirasi terletak dalam medulla dorsal. Neuron ini mengirim impuls ke neuron motorik yang berujung pada otot inspirasi. Saat neuron inspirasi menghentikan aktivitasnya, otot-otot inspirasi menjadi relaks dan ekspirasi berlangsung. Neuron ekspirasi terletak dalam medulla ventral (kelompok medular ventral). Selama pernapasan aktif atau kuat, neuron mengeluarkan impuls ke neuron motorik yang berujung di otot

intercostae internal dan abdominal serta memfasilitasi ekspirasi. Mekanisme yang pasti untuk menjelaskan irama respiratorik tidak diketahui, tetapi pada pola dasarnya (2 detik untuk inspirasi dan 3 detik untuk ekspirasi) dipercaya dilakukan oleh neuron inspirasi disertai inhibisi impuls resiprokal antara neuron inspirasi dan ekspirasi. o Pusat respirasi batang otak (pons). Pusat pneumotaksis dalam batang otak bagian atas membatasi durasi inspirasi, tetapi meningkatkan frekuensi respirasi, mengakibatkan pernapasan dangkal dan cepat. Pusat apneustik pada batang orak bawah memfasilitasi efek terhadap inspirasi. o Refleks respiratorik. Refleks inflasi (refleks Hering-Breurer, refleks vagal). Reseptor peregang dalam otot polos paru-paru terstimulasi saat paru mengembang. Reseptor ini mengirim impuls penghambat di sepanjang serabut vagus aferen menuju neuron inspirasi medular. Refleks ini mencegah terjadinya overinflasi paru-paru yang dapat muncul saat melakukan olah raga berat. Refleks ini dipercaya tidak penting dalam pernapasan tenang. Refleks ini bekerja seperti pusat pneumotaksis dengan mengurangi kedalaman pernapasan dan meningkatkan frekuensinya. Input propioreseptor pada SSP dari persendian dan tendon membantu mengatur respirasi saat berolahraga. B. Kendali kimiawi. Kemoreseptor mendeteksi perubahan kadar oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen dalam darah arteri dan cairan cerebrospinal serta menyebabkan penyesuaian yang tepat antara frekuensi dan kedalaman respirasi. o Kemoreseptor central adalah neuron yang terletak di permukaan ventral lateral medulla. Peningkatan kadar CO2 dalam darah arteri dan cairan cerebrospinal merangsang peningkatan frekuensi dan kedalaman respirasi. Stimulus primer untuk kemoreseptor ion hydrogen (penurunan pH) di dalam neuron. Akan tetapi, membran sel neuron tidak terlalu permeable untuk difusi ion hydrogen kea rah dalam. Karbondioksida berdifusi dengan cepat ke dalam neuron, bereaksi dengan air, dan membentuk asam karbonat. Asam ini kemudian berubah menjadi bikarbonat dan ion hydrogen yang akan menstimulasi kemorespetor central. Penurunan kadar oksigen hanya sedikit berpengaruh pada kemoreseptor central. o Kemoreseptor perifer terletak di badan aorta dan carotid pada sistem arteri. Kemoreseptor ini merespons terhadap perubahan konsentrasi ion oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen. Reseptor perifer sensitif terutama terhadap penurunan kadar oksigen. Badan aorta merespons terhadap perubahan oksigen yang terikat dengan hemoglobin; badan carotid merespons terhadap perubahan oksigen terlarut dalam plasma. Peningkatan konsentrasi ion hydrogen (penurunan pH) langsung merangsang kemoreseptor perifer. Peningkatan karbondioksida juga menstimulasinya, tetapi efek utama karbondioksida adalah pada kemoreseptor central.

Masalah Pernafasan Hipoksia (anoksia) adalah defisiensi oksigen, yaitu kondisi berkurangnya kadar oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ. Hipoksia dapat terjadi akibat insufisiensi oksigen dalam atmosfer; anemia (insufisiensi sel darah merah); gangguan sirkulasi darah; penyakit paru, yang mengganggu ventilasi pulmonar; atau keberadaan zat toksik seperti karbonmonooksida atau sianida di dalam tubuh. Karbonmonooksida adalah zat toksik karena molekul ini berkaitan dengan hemoglobin di sisi yang sama untuk mengikat oksigen. Kecenderungan daya ikatnya terhadap hemoglobin 320 kali dibandingkan daya ikat hemoglobin terhadap oksigen dan pelepasannya lebih lambat. Oleh karena itu, sejumlah kecil karbonmonooksida dalam udara dapat mematikan. Hiperkapnia adalah peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan hipoksia. CO2 berlebih meningkatkan respirasi dan konsentrasi ion hydrogen, yang akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebih). Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2 dalam darah, biasanya terjadi akibat hiperventilasi (pernapasan cepat) dan penghembusan CO2. Penurunan kadar CO2 menyebabkan terjadinya alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih) dalam cairan tubuh. Asfisia atau sufokasi, suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia akibat ketidakcukupan ventilasi pulmonar. Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri yang dapat mempengaruhi semua jaringan tubuh, tetapi paling umum terlokalisasi di paru-paru. Pneumonia adalah proses inflamasi infeksius akut yang mengakibatkan alveoli penuh terisi cairan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa, virus, atau zat kimia.

Kesimpulan Setiap manusia membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya, dan untuk mendapatkan oksigen tersebut manusia melakukan respirasi / pernapasan. Dan setelah oksigen masuk ke dalam tubuh, oksigen diikat oleh hemoglobin ke jaringan dan membawa karbondioksida dari jaringan kembali ke luar tubuh. Keadaan lingkungan yang kekurangan oksigen akan membuat seseorang terganggu sistem pernapasannya, seperti sesak napas. Daftar Pustaka 1. Sardy L I. Fisika tubuh manusia. Terjemahan. Cameron J R, Skofronick J G, Grant R M. Physics of the body. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto. 2006. hal. 157-98. 2. Veldman J. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Terjemahan. Sloane E. Anatomy and Physiology : an easy learner. Jakarta : EGC. 2004. hal. 266-77. 3. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta : FKUI. 2009. hal. 2-94.

4. Setiawan I. Buku ajar Fisiologi kedokteran. Terjemahan. Guyton A C, Hall J E. Textbook medical of Physiology. Edisi 11. Jakarta : EGC. 2010. hal. 597-608, 627-35, 641-63. 5. Pendit B U. Buku saku Fisiologi kedokteran Guyton & Hall. Terjemahan. Adair T H, Dzielak D J, Hall J E, Lohmeier T E. Pocket companion to Guyton & Hall textbook of medical. Edisi 11. Jakarta : EGC. 2010. hal.293-323. 6. Pendit B U. Buku ajar Fisiologi kedokteran. Terjemahan. Ganong W F. Review of medical Physiology. Edisi 22. Jakarta : EGC. 2008. hal. 669-83, 689-93. 7. Linardakis N M. Physiology. Singapore : McGraw-Hill. 1998. p.83-97. 8. Sahid M, Nunchuk A. Physiology. USA : Elsevier. 2008. p. 120-30. 9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2001. 10. Manalu W. Biologi jilid 3. Terjemahan. Campbell N A. Biology. Edisi 5. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama. 2004. hal. 65-8.

Anda mungkin juga menyukai