Anda di halaman 1dari 5

ACCOUNTING THEORY

The Value Relevance of Fixed Asset Revaluation Reserves in International Accounting By Gyung Paik

INDAH TIARA AMIATI (1206317410) NABILA AHMAD MASHABI (1206317745) NADYA PERMATASARI (1206317751) MUHAMMAD WISNU (1206317726) MUHAMMAD WAFI (1106137223)

FAKULTAS EKONOMI EKSTENSI AKUNTANSI UNIVERSITAS INDONESIA

PENDAHULUAN The Securities and Exchange Commission (SEC) Amerika meminta seluruh perusahaan di Amerika untuk menerbitkan laporan keuangan dengan berbasis pada IFRS di tahun 2014. Berdasarkan IFRS, metode pengukuran cadangan revaluasi atas fixed asset menggunakan 2 (dua) metode yaitu cost method dan fair value method. Paik (2009) dalam jurnalnya melakukan penelitian mengenai hubungan perubahan dalam cadangan revaluasi terhadap harga pasar saham. Paik menggunakan sampel 30 perusahaan dari 15 negara, dimana 5 negara menunjukan bahwa cadangan revaluasi memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai pasar dari ekuitas (market value of equity). Lebih lanjut Paik (2009) melakukan pemisahan negara yang menjadi sampel data berdasarkan sistem hukum yang mereka anut, yaitu common law dan code law. Hasil dari penelitian tersebut bahwa perusahaan yang berada pada negara yang menganut common law, cadangan revaluasinya memiliki nilai yang relevan sedangkan yang menganut code law tidak. Dari keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh Paik (2009) diperoleh gambaran bahwa dampak dari pengadopsian IFRS yang baru akan berbeda antara satu negara dengan negara lain dikarenakan perbedaan hukum, budaya dan sosial. Penelitian ini juga menunjukan prediksi relevansi nilai dari cadangan revaluasi perusahaan perusahaan di Amerika setelah mereka diminta untuk mengadopsi IFRS dan diijinkan untuk melaporkan fixed asset-nya berdasarkan pada fair market value. LATAR BELAKANG DAN PANDANGAN ATAS PENELITIAN TERDAHULU TENTANG CADANGAN REVALUASI Untuk memfasilitasi kebutuhan komparabilitas dan untuk mengurangi biaya pelaporan laporan keuangan, Uni Eropa (UE) mengadopsi IFRS pada tahun 2005. Pada tahun 2002 pada pertemuan di Norwalk, Connecticut, IASB dan FASB setuju untuk menyelaraskan agenda mereka dan untuk bekerja dengan tujuan mengurangi perbedaan antara IFRS dan US GAAP (Perjanjian Norwalk). Tahun 2008, perusahaan swasta asing diijinkan untuk mengajukan laporan keuangan sesuai dengan IFRS tanpa rekonsiliasi dengan US GAAP Pada bulan Agustus 2008, SEC diuraikan "roadmap" yang memungkinkan penerapan awal IFRS untuk beberapa perusahaan AS pada tahun 2010 dan mengharuskan semua perusahaan untuk menggunakan IFRS pada tahun 2014 (Johnson 2009). Berdasarkan US GAAP, pedoman dan aturan saat ini untuk pengukuran aset tetap jangka panjang, termasuk properti, pabrik, dan peralatan disajikan dalam PSAK 144. Apabila aset

tetap yang diperoleh, awalnya mereka dicatat sebesar biaya. Dalam tahun-tahun berikutnya, ketika nilai buku aset yang menyimpang dari nilai pasar, penyesuaian akuntansi diperlukan untuk mencerminkan perubahan tersebut. PSAK 144 menyatakan bahwa : 1. Kerugian penurunan nilai harus diakui jika jumlah arus kas masa depan aset yang terdiskonto kurang dari nilai yang tercatatnya. 2. Ketika ini terjadi, aset tersebut diturunkan hingga besarnya sama dengan nilai wajarnya, atau sama dengan arus kas masa diskon, dan kerugiannya diakui dalam laporan laba rugi. 3. Tidak ada kenaikan revaluasi yang diizinkan ketika nilai pasar aset naik di atas nilai buku yang tercatat, dan karenanya, tidak ada penyesuaian yang dilakukan terhadap laporan keuangan. Berdasarkan IFRS, aturan untuk pengukuran aset tetap disajikan dalam IAS 16, yang memungkinkan dua model penilaian untuk pengukuran aset tetap yaitu : 1. Model biaya aset tetap dicatat sebesar harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan nilai impairment. 2. Model revaluasi aset tetap dicatat sebesar nilai pasar wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan. Revaluasi harus dibuat sehingga jumlah tercatat tidak berbeda secara signifikan dari nilai wajarnya Pada tanggal revaluasi, ketika nilai pasar lebih tinggi dari nilai buku tercatat, jumlah nilai pasar yang melebihi nilai buku diakui sebagai surplus revaluasi. Surplus ini masuk dalam laporan laba rugi dan dikreditkan langsung ke cadangan revaluasi ekuitas pemilik pada neraca tahun berjalan bahwa aset telah dinilai kembali. Pandangan atas penelitian terdahulu tentang Cadangan Revaluasi Beberapa peneliti memiliki pendapat yang hampir sama untuk cadangan revaluasi atas nilai asset tetap dimana cadangan atas penilaian kembali atas asset memiliki nilai yang relevan terhadap harga saham dan nilai revaluasi tersebut memiliki hubungan korelasi dengan profitabilitas perusahaan di masa depan. Dalam penelitiannya Cotter dan Zimmer (1999) menemukan bahwa kecenderungan untuk merevaluasi aset tetap terkait dengan tingkat

kepastian manajemen bahwa peningkatan nilai akan direalisasikan dalam arus kas masa depan. Karakteristik perusahaan dan Revaluasi Aset Para peneliti tersebut juga berpendapat mengenai karakteristik perusahaan dan revaluasi asset. Menurut Cotter dan Zimmer (1995) dan Whittred dan Chan (1992) menggunakan data perusahaan Australia, insentif manajemen untuk revaluasi aset yang berhubungan erat dengan penurunan arus kas dari operasi dan berhubungan dengan permintaan kreditor untuk pinjaman agunan. Hal tersebut mengungkapkan penilaian kembali aktiva meningkatkan kelayakan kredit perusahaan mengandalkan pembiayaan utang dan memiliki efek meningkatkan kapasitas pinjaman perusahaan. Singkatnya, penelitian sebelumnya telah memberikan bukti kuat hubungan antara keputusan penilaian kembali aktiva tetap dan kebutuhan pembiayaan perusahaan. Selain itu, Cotter dan Richardson (2002) menggunakan sampel perusahaan Australia selama periode 1981-1999, menemukan bahwa revaluasi aset lebih dapat diandalkan dari penilai independen yang berasal dari dewan direktur perusahaan, dengan keandalan yang diukur sebagai revaluasi atas kenaikan dan penurunan di tahun-tahun berikutnya. HIPOTESIS Secara definisi, asset memiliki manfaat di masa yang akan datang. Oleh karena itu, jika terjadi revaluasi positif terhadap asset pasti dikarenakan oleh kenaikan manfaat di masa depan. Revaluasi positif terhadap asset maka akan memberikan nilai fixed asset yang lebih besar di masa depan sehingga akan berdampak pada harga saham perusahaan. H1: revaluasi cadangan asset memiliki korelasi positif terhadap harga saham Secara garis besar, negara di seluruh dunia dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan system ketatanegaraan yang dianut yaitu negara yang berdasarkan common law dan negara yang berdasarkan code law. Dalam kaitannya dengan H1, diperkirakan bahwa korelasi antara revaluasi cadangan asset terhadap harga saham lebih relevan pada negara yang menganut common law dibandingkan code law. Hal ini dikarenakan keterbukaan informasi pada common law lebih transparan sehingga membuat pasar modal di negara tersebut lebih efisien dibandingkan negara yang menganut code law.

H2: revaluasi cadangan asset akan lebih revelan pada negara yang menganut common law dibandingkan code law

SAMPLE SELECTION & METHODOLOGY Sample Sampel yang digunakan ada 15 negara dengan kriteria masing-masing negara memiliki minimal 15 sampel perusahaan ditahun 2004 dan 2005. Method Metodologi yang digunakan adalah regresi dengan model Harga = a1NI + a2BV + a3RR + Dimana : NI adalah laba bersih BV adalah book value, RR adalah perubahan cadangan revaluasi.

KESIMPULAN Amerika Serikat secara berangsur angsur mulai mengadopsi IFRS, pembuat laporan keuangan dan pemngguna harus mengetahui akibat dari penggunaan IFRS. Dalam penelitian ini lebih dikhususkan bagaimana akibat dari penggunaan IFRS dalam penilaian aktiva tetap. Secara spesifik mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi IFRS terhadap penilaian aktiva tetap yang mempengaruhi adjustments harga pasar perusahaan. Ditemukan bahwa 5 dari sample yang memiliki cadangan revaluasi nilainya relevant terhadap nilai pasar perusahaan, dan 10 lainnya sebaliknya.Disisi lain negara yang berdasarkan negara common law memiliki cadangan revaluasi aset tetap yang nilainya relevant terhadap nilai pasar perusahaan. Sebaliknya terhadap negara yang menganut code law. Berdasarkan penelitian ini,dari beberapa prediksi dapat disimpulkan dari bahwa relevansi nilai revaluasi untuk perusahaan-perusahaan AS setelah mereka diminta untuk mengadopsi IFRS dan diminta untuk melaporkan aktiva tetap berdasarkan nilai wajar pasar. Setelah mengadopsi IAS 16 yang mengharuskan melaporkan aset tetap berdasarkan nilai wajar pasar lebih baik perusahaan AS tidak melakukan pencadangan penilaian aktiva tetap yang mana nilainya akan relevant dengan harga saham.

Anda mungkin juga menyukai