Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti, perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafilaktik).1 Jika hal ini berlanjut maka akan terjadi hipoksia jaringan, pembentukan asam laktat akibat metabolisme anaerob yang dapat menyebabkan kerusakan organ.(2) Secara umum syok diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok besar berdasarkan penyebabnya yaitu syok kardiogenik, syok distributif, syok hipovolemik dan syok obstruktif.1,2 Syok hipovolemik dimana terjadi penurunan volume darah pada sistem vaskuler sehingga terjadi perfusi jaringan yang tidak adekuat, syok distributif atau vasogenik dimana terjadi vasodilatasi pembuluh darah dengan volume darah yang normal, syok kardiogenik dimana terjadi penurunan cardiac output akibat abnormalitas miokardium dan syok obstruktif dimana terjadi penurunan cardiac output akibat obstruksi aliran darah pada jantung atau paru.(1)(2) Di bawah ini adalah tabel tipe syok.
Hal. 1
Tabel 1.1 Tipe Syok dengan contoh keadaan atau penyakit yang menyebabkannya
Dari keempat jenis syok di atas, syok hipovolemik merupakan tipe syok paling sering ditemui. (3) Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume masif yang disebabkan oleh: perdarahan gastrointestinal, nontraumatic internal bleeding (pecahnya aneurisma, ectopic rupture), vaginal bleeding, internal dan eksternal hemoragi, atau kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravaskuler atau cairan tubuh lain, intestinal obstruction, peritonitis, pankreatitis akut, ascites, dehidrasi, diare berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis atau intake cairan yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat.3,4 Diagnosis syok berdasarkan pada gejala klinis, hemodinamik dan tanda biokimia yang secara garis besar disimpulkan ke dalam 3 komponen, yaitu; pertama, hipotensi yaitu tekanan darah sistolik kurang dari 90mmHg atau mean arterial pressure (MAP) kurang dari 70mmHg
Referat Syok Hipovolemik Hal. 2
disertai dengan takikardi. Yang kedua, adanya gejala klinis yang berhubungan dengan hipoperfusi jaringan, yang diketahui melalui 3 jendela tubuh; kulit (kulit teraba dingin dan basah), ginjal (urine output <0,5ml/KgBB/jam) dan neurologi (perubahan status mental). Yang ketiga yaitu adany hyperlactatemia yang mengindikasikan adanya abnormalitas pada metabolisme oksigen di dalam sel (kadar lactate di dalam darah meningkat >1,5mmol/L). Pada syok hipovolemik, gejala klinis yang muncul bergantung pada jumlah cairan tubuh yang hilang. Gejalanya meliputi takikardi, hipotensi, penurunan jumlah urin, perubahan status mental dan takipnea.4,5 Pada kasus syok hipovolemik, pengobatan dilakukan dengan resusitasi cairan untuk menggantikan jumlah cairan yang keluar. Resusitasi menggunakan cairan kristaloid dan ditambah darah jika ada perdarahan. Pada syok hipovolemik resusitasi menggunakan koloid tidak berguna.4 Berikut ini akan dibahas lebih mendalam mengenai syok hipovolemik dan bagaimana cara untuk menanganinya.
Hal. 3
2.1 Definisi Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat perdarahan yang masif atau kehilangan plasma darah.1,6
2.2 Cairan Tubuh dan Kehilangan Darah Cairan merupakan kandungan dari sebagian besar berat badan pada orang dewasa yang sehat. Volume cairan tubuh total mengandung 60% dari berat badan laki-laki, dan 50% dari berat badan perempuan. Tabel 2.1 di bawah menunjukkan jumlah cairan tubuh dan volume darah pada laki-laki dan perempuan. Seorang laki-laki dewasa yang sehat dengan berat 80Kg memiliki 0,6x80=48 liter total cairan tubuh dan seorang perempuan dewasa sehat dengan berat 60Kg memiliki 0,5x60=30 liter total cairan tubuh. Tabel 2.1 juga memperlihatkan perkiraan dasar berat badan terhadap volume darah, yaitu 66ml/Kg untuk laki-laki dan 60ml/Kg untuk perempuan. Seorang laki-laki dewasa sehat dengan berat 80Kg, maka memiliki volume darah 0,066x80=5,3 liter darah dan seorang wanita dengan berat 60Kg memiliki 0,06x60=3,6 liter darah. Berdasarkan perkiraan tersebut, darah menunjukkan 11-12% dari jumlah total cairan tubuh. Tabel 2.1 Cairan tubuh dan volume darah Cairan Laki-laki Total cairan tubuh 600mL/Kg Jumlah darah 66mL/Kg Plasma 40mL/Kg Eritrosit 26mL/Kg
Hal. 4
Dari tabel 2.1 memperlihatkan perbandingan antara volume total cairan tubuh, darah dan komponen darah (plasma dan eritrosit) untuk seorang laki-laki dewasa dengan berat 80Kg. Rumus tersebut menggambarkan skala untuk membantu memperlihatkan bahwa hanya sebagian kecil dari total volume tubuh berada dalam vaskuler. Terbatasnya volume dalam aliran darah merupakan suatu kerugian selama perdarahan berlangsung karena perdarahan yang kelihatan sedikit dapat menyebabkan kehilangan yang signifikan dari volume darah.
2.3 Etiologi Penyebab syok hipovolemik dapat berasal dari kehilangan plasma dan sel darah akibat perdarahan ataupun akibat kehilangan plasma darah sendiri tanpa disertai kehilangan sel darah. Perdarahan masif : dapat berasal dari luka terbuka yang merupakan penyebab yang sangat jelas untuk syok hipovolemik. Namun, darah yang keluar tersebut dapat terselubung di dalam rongga abdomen atau rongga thoraks, seperti pada keadaan hemothoraks, laserasi liver, limpa atau ginjal, kehamilan ektopik dan perdarahan gastrointestinal, dan dapat pula terselubung pada jaringan retroperitoneal (jika disertai dengan rupturnya aorta atau abnormalitas pembekuan darah) atau berada di sekitar jaringan yang mengelilingi tulang yang fraktur (contohnya yaitu kehilangan darah yang berhubungan dengan fraktur humerus pada orang dewasa, darah yang keluar berkisar antara 500-1000mL, pada fraktur tibia dan fibula sekitar 750-1200mL, dan pada fraktur pelvis sekitar 1500-2500mL). Kehilangan plasma darah : berkurangnya volume intravaskuler dapat terjadi pada berbagai keadaan yang menyebabkan hilangnya cairan ekstraselular secara berlebihan, dengan atau tanpa hilangnya protein plasma. Sebagai contoh, pankreatitis, peritonitis, luka bakar, crush syndrome dan anafilaksis cenderung menyebabkan hilangnya protein plasma dalam jumlah
Hal. 5
besar, sedangkan muntah, diare, excessive nasogastric, fistula atau enterostomy losses, sodium losing nephropathy dan terapi diuretik biasanya berhubungan dengan rendahnya jumlah protein plasma yang hilang.6 Berikut ini adalah tabel penyebab syok hipovolemik Tabel 2.2 Penyebab syok hipovolemik1 Perdarahan Kehilangan plasma Kehilangan cairan ekstraselular Hematom subkapsular hati Luka bakar luas Muntah (vomitus) Aneurisma aorta pecah Pankreatitis Dehidrasi Perdarahan GIT Deskuamasi kulit Diare Perlukaan berganda Sindrom dumping Terapi diuretik yang sangat agresif Diabetes insipidus Insufisiensi adrenal
2.4 Respon fisiologis tubuh terhadap kehilangan cairan Respon saraf atau respon tipe cepat Dengan berkurangnya volume darah , respon saraf akan segera terjadi dalam beberapa menit. Tekanan atrium kanan dan atrium kiri turun, mengaktifkan reseptor tekanan rendah di atrium dan dinding arteri paru, pembuluh darah besar dan ventrikel. Kehilangan volume cairan intravaskuler yang lebih besar, penurunan aliran balik vena menyebabkan penurunan curah jantung dan tekanan darah, mengaktifkan reseptor tekanan tinggi di arkus aorta dan sinus karotis. Pada hipotensi berat (misalnya MAP 50 mmHg) akan mengaktifkan kemoreseptor dari karotis dan badan aorta, dan pada MAP 40 mmHg, sistem respon iskemik saraf pusat terjadi. Sinyal-sinyal ini dikirimkan ke pusat vasomotor di medula dan pons, yang mengirimkan impuls eferen melalui saraf simpatis dan vagus untuk meningkatkan denyut jantung, kontraktilitas miokard, arteriol dan vena perifer. Mekanisme baroreseptor ini terjadi selama beberapa jam karena rangsangan yang mengarah ke proses
Hal. 6
adaptasi, menyebabkan baroreseptor untuk mengatur ke nilai baru dalam waktu kurang dari 2 hari. Respon parasimpatis biasanya menyebabkan penurunan nada vagal dan peningkatan denyut jantung, meskipun respon vasovagal dapat terjadi pada 7% pasien hipovolemik dan menyebabkan relatif (dan uncharacteristic) bradycardia. Dalam hipotensi berat, tingkat sirkulasi adrenalin dapat ditingkatkan sampai dengan 1000 pg/mL (dari pelepasan katekolamin kelenjar) dan tingkat sirkulasi noradrenalin dapat ditingkatkan sampai 2000 pg/mL (sebagian besar dari simpatik tumpahan celah sinaptik). - endorfin dilepaskan dari hipofisis anterior, mengurangi persepsi nyeri pasien, dan mungkin memainkan peran dalam menyebabkan fase dekompensasi dengan penurunan respon vasokonstriktor simpatik dan dilatasi vena langsung. Keluarnya -endorphin biasanya dimulai setelah seperempat dari volume darah (yaitu 1250 mL/70 kg) keluar. Depresi pada kontraktilitas miokard tidak terjadi kecuali pasien memiliki pengurangan berat dalam pengiriman oksigen koroner (yaitu adanya hipotensi mendalam atau anemia). Perubahan awal dari hemodinamik tubuh ditunjukkan pada gambar 2.1
Hal. 7
Hal. 8
Respon intrinsik atau respon tipe intermediate Respon intrinsik atau menengah terjadi dalam waktu beberapa jam. Tekanan kapiler yang berkurang menyebabkan pergerakan cairan dari interstitium ke kompartemen vaskuler dengan jumlah yang dapat melebihi 1 liter dalam 1 jam awal. Protein plasma (terutama albumin) kemudian bergerak dari interstitium ke plasma dan pada orang dewasa, total 2 liter cairan dapat berpindah dalam 24-48 jam dari interstitial ke intravaskuler untuk menggantikan volume intravaskuler yang keluar. Volume darah juga dapat digantikan oleh efek osmotik akibat peningkatan kadar glukosa darah selama syok, yang meningkatkan kompartemen intravaskuler pada orang dewasa, kira-kira 17mL untuk setiap peningkatan glukosa darah 1mmol/L.
Respon humoral atau respon tipe lambat Sebuah respon humoral atau respon lambat akan terjadi dalam beberapa hari dengan hormon antidiuretik, aldosteron dan renin, yang diaktifkan untuk meningkatkan retensi cairan oleh ginjal dan meningkatkan volume intravaskuler.
2.5 Patofisiologi syok Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan
menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan curah jantung. Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan ireversibel (tidak dapat pulih).6 1. Tahap kompensasi Adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga fungsi normalnya. Tanda atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal seperti kulit pucat, peningkatan denyut nadi
Referat Syok Hipovolemik Hal. 9
ringan, tekanan darah normal, gelisah,dan pengisian pembuluh darah yang lama. Gejala-gejala pada tahap ini sulit untuk dikenali karena biasanya individu yang mengalami syok terlihat normal. 2. Tahap dekompensasi Dimana tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsi-fungsinya. Yang terjadi adalah tubuh akan berupaya menjaga organ-organ vital yaitu dengan mengurangi aliran darah ke lengan, tungkai, dan perut dan mengutamakan aliran ke otak, jantung, dan paru. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan diantaranya adalah rasa haus yang hebat, peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, kulit dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai terganggu. 3. Tahap ireversibel Dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki. Tahap ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin, maka aliran darah akan mengalir sangat lambat sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung. Mekanisme pertahanan tubuh akan mengutamakan aliran darah ke otak dan jantung sehingga aliran ke organ-organ seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang menjadi penyebab rusaknya hati maupun ginjal. Walaupun dengan pengobatan yang baik sekalipun, kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki. Secara umum tubuh berespon terhadap syok hipovolemik melalui sistem hematologi, kardiovaskular, renal, dan neuroendokrin. Sistem hematologi berespon dengan membentuk tromboxan A2 sehingga terjadi aktivasi platelet dan membentuk clot jika terjadi perdarahan. Pembuluh darah yang tersebut akan terbentuk kolagen dan menyebabkan deposit fibrin. Dibutuhkan waktu kira-kira 24 jam sehingga terbentuk mature clot. Sistem kardiovaskuler berespon dengan meningkatkan heart rate, meningkatkan kontraktilitas miokardium, dan
Referat Syok Hipovolemik Hal. 10
vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat adanya peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan tonus vagal (diatur oleh baroresptor arcus aorta, atrium kiri, dan pembuluh darah pulmoner). Sistem kardiovaskuler juga mengatur distribusi aliran darah ke organ vital seperti otak dan jantung. Sistema renalis bersepon dengan meningkatkan sekresi renin dari apparatus juxtaglomerular. Renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensi II oleh hepar. Angiotensin II memiliki efek vasokonstriksi otot polos arteriol dan stimulasi sekresi aldosteron pada korteks adrenal sehingga terjadi reabsorbsi natrium. Sistem neuroendokrin berespon dengan pelepasan antidiuretic hormone (ADH) yang dilepas kelenjar hipofisis sebagai respon terjadinya penurunan konsentrasi natrium serta penurunan tekanan darah. Di bawah ini merupakan gambar respon tubuh terhadap syok.
Hal. 11
Hal. 12
2.6 Gejala klinis Sistem Kardiovaskuler (5) a. Gangguan sirkulasi perifer - pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya pengisian vena perifer lebih bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah. b. Nadi cepat dan halus c. Hipotensi, karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70 mmHg. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah. d. Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling baik. Sistem Respirasi (5) Pernapasan cepat dan dangkal. Sistem Saraf Pusat (5) Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa gelisahnya pasien memang karena kesakitan. Sistem Saluran Cerna(5) Mual dan muntah.
Hal. 13
Sistem Saluran Kencing(5) Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien dewasa adalah 60 ml/jam (1/5--1 ml/kg/jam). Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama
beberapa saat, dia akan menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti: (1) Turunnya turgor jaringan; (2) Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering; serta (3) Bola mata cekung. Akumulasi asam laktat pada penderita dengan tingkat cukup berat, disebabkan oleh metabolisme anaerob. Asidosis laktat tampak sebagai asidosis metabolik dengan celah ion yang tinggi. Selain berhubungan dengan syok, asidosis laktat juga berhubungan dengan kegagalan jantung (decompensatio cordis), hipoksia, hipotensi, uremia, ketoasidosis diabetika (hiperglikemi, asidosis metabolik, ketonuria), dan pada dehidrasi berat. Tempat metabolisme laktat terutama adalah di hati dan sebagian di ginjal. Pada insufisiensi hepar, glukoneogenesis hepatik terhambat dan hepar gagal melakukan metabolisme laktat. Pemberian HCO3 (bikarbonat) pada asidosis ditangguhkan sebelum pH darah turun menjadi 7,2. Apabila pH 7,07,15 dapat digunakan 50 ml NaHCO3 8,4% selama satu jam. Sementara, untuk pH < 7,0 digunakan rumus 2/2 x berat badan x kelebihan basa. Penilaian pasien dengan syok hipovolemik dapat dibagi atas 3 yakni ringan (mild) dimana terjadi kehilangan <20% volume darah, sedang (moderate) terjadi kehilangan 2040% volume darah, dan berat yaitu kehilangan >40% volume darah. Pada syok hipovolemik ringan dapat dijumpai akral dingin, diaforesis dan anxietas. Pada syok hipovolemik sedang gejala sama dengan syok hipovolemik ringan namun dijumpai takikardia, takipnea, oligoriua. Sedangkan pada syok hipovolemik berat dapat dijumpai
Hal. 14
gangguan hemodinamik, hipotensi serta gangguan kesadaran.(3) Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan perbedaan syok hipovolemik secara klinis. Tabel 2.3 perbedaan syok hipovolemik secara klinis
Selain itu penilaian derajat syok hipovolemik berdasarkan adanya perdarahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.4 Derajat syok hipovolemik akibat pedarahan
Hal. 15
2.7 Diagnosis Syok hipovolemik dapat didiagnosis dengan adanya ketidakstabilan hemodinamik dan adanya sumber perdarahan. Diagnosis akan sulit bila perdarahan tak ditemukan dengan jelas atau berada dalam traktus gastrointestinal atau hanya terjadi penurunan jumlah plasma dalam darah. Setelah perdarahan maka biasanya hemoglobin dan hematokrit tidak langsung turun sampai terjadi gangguan kompensasi, atau terjadi penggantian cairan dari luar. Jadi kadar hematokrit di awal tidak menjadi pegangan sebagai adanya perdarahan. Kehilangan plasma ditandai dengan hemokonsentrasi, kehilangan cairan bebas ditandai dengan hipernatremia. Temuan terhadap hal ini semakin meningkatkan kecurigaan adanya hipovolemia. (3,4,5)
2.8 Penatalaksanaan Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. (5) Pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B = breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada syok hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer.
Hal. 16
Hal lain yang dapat dilakukan dalam menghadapi syok: (5) Posisi Tubuh
1.
Secara umum posisi penderita dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
2.
Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan digerakkan sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau untuk memberikan pertolongan pertama seperti pertolongan untuk membebaskan jalan napas.
3.
Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntahan atau darah. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.
4.
Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.
5.
Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.
Pertahankan Respirasi (5) 1. 2. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
Referat Syok Hipovolemik Hal. 17
3. 4.
Berikan oksigen 6 liter/menit Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
Pertahankan Sirkulasi Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin.
Penggantian cairan harus dimulai dengan memasukkan larutan Ringer laktat atau larutan garam fisiologis secara cepat. Kecepatan pemberian dan jumlah aliran intravena yang diperlukan bervariasi tergantung beratnya syok. Umumnya paling sedikit 1 2 liter larutan Ringer laktat harus diberikan dalam 45-60 menit pertama atau bisa lebih cepat lagi apabila dibutuhkan. Jika hipotensi dapat diperbaiki dan tekanan darah tetap stabil, ini merupakan indikasi bahwa kehilangan darah sudah minimal. Jika hipotensi tetap berlangsung, harus dilakukan transfusi darah pada pasien pasien ini secepat mungkin, dan kecepatan serta jumlah yang diberikan disesuaikan dengan respons dari parameter yang dipantau.
1) Darah yang belum dilakukan reaksi silang 2) Segera setelah hasil reaksi silang diperoleh, jenis golongan darah yang sesuai harus diberikan. 3) Koagulopati dilusional dapat timbul pada pasien yang mendapat transfusi darah yang masif. Darah yang disimpan tidak mengandung trombosit hidup dan faktor pembekuan V dan VI. Satu unit plasma segar beku harus diberikan untuk setiap 5 unit whole blood yang diberikan. Hitung jumlah trombosit dan status koagulasi harus dipantau terus-menerus pada pasien yang mendapat transfusi masif.
Referat Syok Hipovolemik Hal. 18
4) Hipotermia juga merupakan konsekuensi dari transfusi masif. Darah yang akan diberikan harus dihangatkan dengan koil penghangat dan suhu tubuh pasien dipantau. Pada kebanyakan kasus, vasopresor tidak boleh digunakan; tetapi vasopresor mungkin bermanfaat pada beberapa keadaan. Vasopresor dapat diberikan sebagai tindakan sementara untuk meningkatkan tekanan darah sampai didapatkannya cairan pengganti yang adekuat. Hal ini terutama bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan penyakit koroner atau penyakit pembuluh darah otak yang berat. Zat yang digunakan adalah norepinefrin 4-8 mg yang dilarutkan dalam 500 ml dektrosa 5% dalam air (D5W), yang bersifat vasokonstriktor predominan dengan efek yang minimal pada jantung. Dosis harus disesuaikan dengan tekanan darah. Cari dan Atasi Penyebab(5) Perdarahan merupakan penyebab tersering dari syok pada pasien-pasien trauma, baik oleh karena perdarahan yang terlihat maupun perdarahan yang tidak terlihat. Perdarahan yang terlihat, perdarahan dari luka, atau hematemesis dari tukak lambung. Perdarahan yang tidak terlihat, misalnya perdarahan dari saluran cerna, seperti tukak duodenum, cedera limpa, kehamilan di luar uterus, patah tulang pelvis, dan patah tulang besar atau majemuk.
Syok hipovolemik juga dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Pada luka bakar yang luas, terjadi kehilangan cairan melalui permukaan kulit yang hangus atau di dalam lepuh. Muntah hebat atau diare juga dapat mengakibatkan kehilangan banyak cairan intravaskuler. Pada obstruksi, ileus dapat terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus. Pada diabetes atau penggunaan diuretik kuat, dapat terjadi kehilangan cairan karena diuresis yang berlebihan. Kehilangan cairan juga dapat ditemukan pada sepsis berat, pankreatitis akut, atau peritonitis purulenta difus.
Referat Syok Hipovolemik Hal. 19
Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat, kecuali jika miokard sudah mengalami hipoksia karena perfusi yang sangat berkurang. Respons tubuh terhadap perdarahan bergantung pada volume, kecepatan, dan lama perdarahan. Bila volume intravaskuler berkurang, tubuh akan selalu berusaha untuk mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak) dengan mengorbankan perfusi organ lain seperti ginjal, hati, dan kulit. Akan terjadi perubahanperubahan hormonal melalui sistem renin-angiotensin-aldosteron, sistem ADH, dan sistem saraf simpatis. Cairan interstitial akan masuk ke dalam pembuluh darah untuk mengembalikan volume intravaskuler, dengan akibat terjadi hemodilusi (dilusi plasma protein dan hematokrit) dan dehidrasi interstitial.
Dengan demikain, tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah menormalkan kembali volume intravaskuler dan interstitial. Bila defisit volume intravaskuler hanya dikoreksi dengan memberikan darah maka masih tetap terjadi defisit interstitial, dengan akibat tanda-tanda vital yang masih belum stabil dan produksi urin yang kurang. Pengembalian volume plasma dan interstitial ini hanya mungkin bila diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran, dsb) dan cairan garam seimbang. Pasang satu atau lebih jalur infus intravena no. 18/16. Infus dengan cepat larutan kristaloid atau kombinasi larutan kristaloid dan koloid sampai vena (v. jugularis) yang kolaps terisi. Sementara, bila diduga syok karena perdarahan, ambil contoh darah dan mintakan darah. Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus harus dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah udem paru, terutama pada pasien tua. Perhatian harus ditujukan agar jangan sampai terjadi kelebihan cairan.
Hal. 20
2.9 Komplikasi Akhirnya, jika syok terus berlanjut, kerusakan organ akhir terjadi yang mencetuskan sindroma distres respirasi dewasa, gagal ginjal akut, koagulasi intravaskuler diseminata, dan gagal multiorgan yang menyebabkan kematian.3 Hipovolemia dianggap menimbulkan cedera vaskular alveolus akibat anoksia sel. DIC terjadi akibat penggunaan PRC tanpa plasma dalam resusitasi selama syok perdarahan hipovolemik akibat koagulopati dilusional. (3,4,5)
2.10 Prognosis Syok hipovolemik selalu merupakan kondisi darurat dalam dunia medis. Namun, gejalagejala dan hasil dapat bervariasi tergantung pada(5) Jumlah volume darah yang hilang Tingkat kehilangan darah Cedera yang menyebabkan kehilangan Mendasari pengobatan kondisi kronis, seperti diabetes dan jantung, paru-paru, dan penyakit ginjal Secara umum, pasien dengan derajat syok yang lebih ringan cenderung lebih baik dibandingkan dengan syok yang lebih berat. Dalam kasus-kasus syok hipovolemik berat, dapat menyebabkan kematian sehingga memerlukan perhatian medis segera. Orang tua mengalami syok lebih cenderung memiliki hasil yang buruk. yang
Hal. 21
3.1 Simpulan Syok hipovolemik adalah kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Penyebab syok hipovolemik dapat berasal dari kehilangan plasma dan sel darah akibat perdarahan ataupun akibat kehilangan plasma darah sendiri tanpa disertai kehilangan sel darah. Pada syok hipovolemik, gejala klinis yang muncul bergantung pada jumlah cairan tubuh yang hilang. Gejalanya meliputi takikardi, hipotensi, penurunan jumlah urin, perubahan status mental dan takipnea. Syok hipovolemik dapat didiagnosis dengan adanya ketidakstabilan hemodinamik dan adanya sumber perdarahan. Diagnosis akan sulit bila perdarahan tak ditemukan dengan jelas atau berada dalam traktus gastrointestinal atau hanya terjadi penurunan jumlah plasma dalam darah. Penatalaksanaan syok hipovolemik yaitu dengan mengembalikan volume cairan intravaskuler yang hilang, yang dapat dilakukan dengan memberikan resusitasi cairan intravena baik kristaloid ataupun darah, sesuai dengan penyebab dan derajat kehilangan volume cairan tubuh.
Hal. 22
DAFTAR PUSTAKA
Hal. 23