Anda di halaman 1dari 5

Analisis Losses Jaringan Distribusi Primer 20 Kv Area Lhokseumawe....

Zamzami
48

ANALISIS LOSSES JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KV
AREA LHOKSEUMAWE
Zamzami
1
1
Dosen J urusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya losses pada jaringan distribusi primer. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini diperoleh dari PT. PLN (Persero) Cabang Lhokseumawe
khususnya yang berhubungan dengan data dari jaringan distribusi primer sistem kelistrikan Lhokseumawe.
Penelitian ini memanfaatkan Software Power World Simulator dengan metode Gauss-Seidel untuk simulasi aliran
daya. Selanjutnya dalam proses ini dapat memberikan data besarnya losses pada jaringan distribusi primer. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa losses yang terjadi saluran antar bus pada sistem distribusi primer 20 kV area
Lhokseumawe masih berada dalam batas yang diizinkan. Losses terbesar terjadi pada saluran dari GI
Lhokseumawe ke GH Cunda sebesar 0.821 MW atau 4.66 %. Sedangkan losses terkecil terjadi pada saluran dari
Bus 5 PLTD Cot Trueng ke GH 4 Krueng Geukuh sebesar 0.001 MW atau 0.09 %.
Kata kunci: Losses, Jaringan Distribusi Primer, PowerWorldSimulator

I. PENDAHULUAN
Energi listrik merupakan sumber energi
utama dunia. Tenaga listrik dibangkitkan di stasiun
pembangkit dan disalurkan ke konsumen yang
membutuhkan melalui saluran transmisi dan saluran
distribusi. Pertimbangan ekonomi dan masalah
lingkungan mengakibatkan fasilitas pembangkitan
berkapasitas besar biasanya diletakkan di daerah
pinggiran yang jauh dari pusat beban. Dengan
demikian, diperlukan banyak komponen sistem
tenaga untuk menyalurkan energi listrik.
Pada umumnya, pemecahan untuk studi
aliran daya dalam menyelesaikan masalah aliran daya
telah banyak digunakan berbagai metode, cara yang
paling banyak digunakan adalah dengan membentuk
matriks admintasi (Y). Akan tetapi, matriks tersebut
masih dapat dikerjakan dengan iterasi Gauss, Gauss-
Seidel, Newton-Raphson, Decoupled atau Fast
Decoupled [4].
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya losses pada jaringan distribusi primer. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data ini diperoleh dari PT. PLN (Persero)
Cabang Lhokseumawe khususnya yang berhubungan
dengan data dari jaringan distribusi primer sistem
kelistrikan Lhokseumawe.
Penelitian ini memanfaatkan Software
Power World Simulator dengan metode Gauss-Seidel
untuk simulasi aliran daya. Selanjutnya dalam proses
ini dapat memberikan data besarnya losses pada
jaringan distribusi primer.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aliran Daya
Analisis dalam sistem tenaga listrik
menyangkut berbagai aspek antara lain
pembangkitan, saluran dan pembebanan. Untuk
mengetahui semua aspek tersebut dapat dilakukan
dengan studi aliran daya. Analisis aliran daya
meliputi perhitungan untuk menentukan tegangan,
arus pada setiap bus, dan beban pada setiap cabang
pada sistem dalam kondisi operasi normal untuk
keadaan beban puncak pada suatu saat. Analisis aliran
daya ini penting dalam perencanaan dan
pengembangan sistem di masa yang akan datang
karena operasi yang memuaskan pada suatu sistem
tergantung kepada pengetahuan faktor seperti akibat
interkoneksi, akibat beban baru atau petumbuhan
beban, pusat listrik baru seperti pembangkit baru atau
gardu induk baru, dan kawat peghantar baru, sebelum
semuanya terpasang. Analisis aliran daya dapat
dilakukan dengan mudah menggunakan komputer.
Tujuan aliran daya adalah untuk mengetahui
besar vektor tegangan pada tiap bus dan besar aliran
daya pada tiap cabang suatu jaringan untuk suatu
kondisi beban tertentu dalam kondisi normal. Hasil
perhitungan dapat digunakan untuk menelaah
berbagai persoalan yang berhubungan dengan
jaringan tersebut, yaitu meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan operasi jaringan yaitu:
a. Pengaturan tegangan (voltage regulation),
perbaikan faktor daya (power factor) jaringan,
kapasitas kawat penghantar, termasuk rugi-rugi
daya.
b. Perluasan atau pengembangan jaringan, yaitu
menentukan lokasi yang tepat untuk penambahan
bus beban baru dan unit pembangkitan atau
gardu induk baru.
c. Perencanaan jaringan, yaitu kondisi jaringan
yang diinginkan pada masa mendatang untuk
melayani pertumbuhan beban karena kenaikan
terhadap kebutuhan tenaga listrik.
2.2 Persamaan aliran daya
Dengan mempertimbangkan jenis bus dari
jaringan sistem tenaga seperti pada Gambar 1.
Jurnal Litek (ISSN: 1693-8097) Volume 10 Nomor 1, Maret 2013: hal. 48 - 52

49

Saluran transmisi diGambarkan dengan model
ekivalen yang mana impedansi telah diubah menjadi
admitansi per unit pada base MVA [4][5].

Gambar 1. Model bus sistem tenaga

Aplikasi Hukum Kirchoff tentang arus diberikan
dalam:
) ( ... ) ( ) (
2 2 1 1 0 n i in i i i i i i
V V y V V y V V y y I + + + + =
n in i i i in i i i
V y V y V y V y y y I + + + = ... ) ... (
2 2 1 1 1 0


= =
=
n
j
n
j
j j i ij i i
V y y V I
0 1
ji ..................... (1)
Daya aktif pada bus i adalah:

-
= +
i i i i
I V jQ P ......................................... (2)
atau
-

=
i
i i
i
V
jQ P
I ................................................ (3)
subtitusikan Ii ke persamaan (1)
=

-
i
i i
V
jQ P

= =

n
j
n
j
j j i ij i
V y y V
0 1
,j i........ (4)
Dari hubungan di atas formulasi perhitungan dari
masalah aliran daya dalam sistem tenaga harus
diselesaikan dengan teknik iterasi.
2.3 Metode Gauss-Seidel
Perhitungan aliran daya dengan metode Gauss-
Seidel mempunyai keuntungan-keuntungan antara
lain [2]:
a. Perhitungan, pemrograman dan perhitungan
relatif lebih mudah.
b. Waktu tiap iterasi singkat.
c. Sesuai untuk sistem jaringan sedikit.
Sedangkan kelemahannnya:
a. Pencapaian konvergen lambat.
b. Makin banyak simpul, makin banyak pula
diperlukan iterasi, junlah iterasi juga akan
berubah bila bus referensi diganti oleh bus lain.
c. Untuk sistem radial tidak dapat mencapai
konvergen.
d. Untuk perhitungan pada sistem jaringan yang
banyak tidak sesuai.
Metode ini dilakukan melalui suatu proses
pengulangan atau iterasi dengan menetapkan nilai-
nilai perkiraan untuk tegangan bus yang tidak
diketahui nilainya. Kemudian menghitung suatu nilai
baru untuk setiap tegangan bus dari nilai-nilai
perkiraan pada bus-bus lain yang telah diketahui nilai
tegangannya.
Jadi, diperoleh suatu himpunan baru nilai
tegangan untuk setiap bus dan terus digunakan untuk
menghitung sebuah himpunan nilai tegangan bus-bus
yang lain. Setiap perhitungan suatu himpunan baru
nilai tegangan itu dinamakan iterasi. Proses iterasi ini
terus diulang hingga perubahan yang terjadi pada
setiap bus lebih kecil dari suatu nilai minimum yang
telah ditentukan.
Persamaan berikut ini memberikan hubungan
nilai arus yang mengalir menuju bus i suatu jaringan
yang mengandung k buah simpul bebas (k buah bus
selain bus pedoman) adalah sebagai berikut [3]:

=
=
K
k
k ik i
V Y I
1
................................. (5)
Persamaan daya pada bus i adalah :
*
i i i i
I V jQ P = + ................................(6)
Maka nilai arus dapat dinyatakan sebagai :
i
i i
i
V
jQ P
I
+
=
*

*
i
i i
i
V
jQ P
I

= ............................... (7)
Substitusi persamaan (5) dengan (7) menjadi :

=
K
k i
i i
k ik
V
jQ P
V Y
1
*
...........................(8)
Persamaan untuk menghitung tegangan tiap bus
adalah :
|
.
|

\
|
=

=
K
k
k ik i
ii
i
V Y I
Y
V
1
1
, i p... (9)
p : nomor bus pedoman (swing bus)
Nilai arus bus dihitung dari persamaan (7).
Tegangan bus pedoman dan tegangan perkiraan
disubstitusikan ke persamaan (9) untuk mendapatkan
himpunan nilai tegangan bus yang baru. Kemudian
nilai tegangan bus yang baru tersebut disubstitusikan
ke persamaan (7) untuk menghitung kembali arus bus
untuk penyelesaian berikutnya dari persamaan (9).
Proses tersebut terus diulang hingga perubahan
tegangan bus lebih kecil dari suatu nilai minimum
yang telah ditentukan sebelumnya. Persamaan (9)
dapat dikombinasikan dengan persamaan (7) menjadi
:
|
|
.
|

\
|

=

=
K
k
k ik
i
i i
ii
i
V Y
V
jQ P
Y
V
1
*
1
, i p........(10)
p : nomor bus pedoman (swing bus)
Penyelesaian aliran beban umumnya
menggunakan bus 1 sebagai bus pedoman atau swing
bus sehingga swing bus diberi nomor 1. Misalkan

Analisis Losses Jaringan Distribusi Primer 20 Kv Area Lhokseumawe....Zamzami

50

tegangan swing bus
1
V telah ditetapkan maka
tegangan pada bus 2 yaitu,
2
V dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (10) seperti persamaan (11)
berikut :
|
|
.
|

\
|

=

=
K
k
k k
V Y
V
jQ P
Y
V
1
2 *
2
2 2
22
2
1
..(11)
2.4 Sistem Distribusi Saluran Udara Tegangan
Menengah
Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat
pembangkit kepada konsumen diperlukan suatu
jaringan tenaga listrik. Sistem jaringan ini terdiri dari
jaringan transmisi dan jaringan distribusi (sistem
tegangan menengah dan tegangan rendah). Dalam
sistem distribusi pokok permasalahan tegangan
muncul karena konsumen memakai peralatan dengan
tegangan yang besarnya sudah ditentukan. Jika
tegangan sistem terlalu tinggi/rendah sehingga
melawati batas-batas toleransi maka akan
mengganggu dan selanjutnya merusak peralatan
konsumen.
Masalah utama yang lain dalam sistem
tenaga listrik adalah bagaimana mengatasi gangguan
dengan cepat karena gangguan yang terbanyak dalam
sistem tenaga listrik terdapat dalam sistem distribusi
jaringan tegangan menengah atau juga disebut
jaringan distribusi primer sedangkan jaringan
distribusi sekunder disebut jaringan tegangan rendah.
Gangguan pada saluran udara tegangan menengah
jumlahnya lebih banyak dan kebanyakan lebih
bersifat temporer sedangkan pada kabel tanah jumlah
gangguan lebih sedikit tetapi kebanyakan bersifat
permanen. Oleh karenanya banyak dipakai penutup
balik (Recloser) untuk SUTM [1].
2.5 Sistem Radial

Gambar 2. Jaringan tegangan menengah dengan
konfigurasi radial
Pada Gambar 2, mengGambarkan jaringan
tegangan menengah berupa feeder- feeder radial yang
keluar dari GI. Sepanjang setiap feeder terdapat
transformator- transformator distribusi yang
dilengkapi dengan pemutus. Transformator distribusi
diletakan sedekat mungkin dengan beban sehingga
pada umumnya terletak di dalam kota apabila yang
dilayani kota bukan desa. Dilain pihak sering didapat
kesulitan untuk meletakkan GI didalam kota karena
masalah izin tanah untuk SUTT dan untuk bangunan
GI. Untuk mengatasi hal ini dapat dibangun Gardu
Hubung (GH) seperti pada Gambar 3 dibawah ini


Gambar 3. GI dan GH dalam jaringan tegangan
menengah
Antara GI dan GH umumnya dihubungkan
oleh dua saluran tegangan menengah yang dilengkapi
dengan relay selektif agar kalau salah satu saluran
terganggu ada satu saluran yang beroperasi.
Kelemahan dari sistem radial ini adalah apabila
terjadi pemadaman dipenyulang utama maka semua
penyulang akan padam karena hanya mempunyai satu
sumber. Keunggulan dari sistem radial ini adalah
lebih mudah, murah dan tidak mempunyai sistem
yang rumit.

III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada sistem
distribusi primer 20 kV area Lhokseumawe. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder (Tabel 1 dan 2). Data ini diperoleh dari PT.
PLN (Persero) Cabang Lhokseumawe khususnya
yang berhubungan dengan data dari jaringan
distribusi primer sistem kelistrikan area
Lhokseumawe. Penelitian ini memanfaatkan Software
Power World Simulator dengan metode Gauss-Seidel
untuk simulasi aliran daya. Selanjutnya dalam proses
ini dapat memberikan data besarnya losses pada
jaringan distribusi primer 20 kV area Lhokseumawe.
Tabel 1. Data Beban GI Lhokseumawe
NO GI/GH
Beban
P (MW) Q (MVAr)
1 Lhokseumawe 35.711 22.14082
2 Lhoksukon 4.525 2.8055
3 Panton Labu 5.040 3.1248
4 Cunda 11.849 7.34638
5 Hagu 4.924 3.05288
6 Krueng Geukuh 6.073 3.76526
7 Cot Trueng 0.65 0.403
8 Ganda Pura 8.045 4.9879

Analisis Losses Jaringan Distribusi Primer 20 Kv Area Lhokseumawe....Zamzami
51

Tabel 2. Data saluran dari GI Lhokseumawe ke Bus
Dari-ke Panjang
(km)
Z1(Ohm per km) Total (Ohm) Total (PU)
R X R X R X
GI - Cunda 20,22 0.1251 0,0946 2,53 1,913 0,19 0,143
GI - Lhoksukon 20.9 0.2162 0.331 4,519 6,901 0,339 0,518
GI Krueng Geukuh 8,17 0,1344 0,3158 1,098 2,580 0,082 0,194
GI Panton Labu 43,03 0,2162 0,3305 9,303 14,221 0,698 1,067
Cunda Hagu 3,84 0,1344 0,3158 0,516 1,212 0,039 0,091
Krueng Geukuh Cot Trueng 10,59 0,1344 0,3158 1,423 3,344 0,107 0,251
Cot Trueng Ganda Pura 14,98 0,2162 0,3305 3,239 4,951 0,243 0,371
Lhoksukon Panton Labu 20,93 0.2162 0.3305 4,525 6,917 0,339 0,519

Untuk menyelesaikan penelitian ini dapat dibuat
langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
1. Membuat konsfigurasi jaringan yang akan
diteliti.
2. Memasukkan nilai parameter jaringan (nilai R
dan X) pada saluran antar bus.
3. Memasukkan nilai tegangan pada masing-
masing bus.
4. Memasukkan nilai daya (P dan Q) pembangkit.
5. Memasukkan nilai beban (P dan Q).
6. Proses simulasi dilakukan dengan menggunakan
Software Power World Simulator dan
perhitungan dengan metode Gauss-Seidel.
7. Menghitung besarnya losses pada saluran antar
bus.
Diagram alir penelitian diperlihatkan pada
Gambar 4, berikut ini:

Gambar 4. Diagram alir penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan pembahasan terhadap
objek penelitian. terlebih dahulu dilakukan simulasi
dan pengujian serta melakukan input data yang
diambil dari sistem kelistrikan Lhokseumawe, dengan
nilai dasar MVA sebesar 30 MVA, 20 kV pada
frekuensi 50 Hz, kemudian melakukan analisis aliran
daya dengan program Power World Simulator.
Perhitungan aliran daya dalam sistem 8 Bus
yang akan dianalisis dengan metode Gauss-Seidel.
Perhitungan aliran daya ini dilakukan untuk
mengetahui besarnya tegangan, daya aktif dan daya
reaktif pada setiap bus.
Dari hasil simulasi tersebut didapatkan peta
aliran daya yang menunjukkan gambaran arah daya
aktif dan reaktif dari satu bus ke bus yang lain seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 5.
Tabel 3 dan 4 memperlihatkan hasil simulasi
aliran daya sistem distribusi primer 20 kV area
Lhokseumawe. Hasil simulasi menunjukkan
Gambaran tegangan, daya aktif dan reaktif serta
losses antar bus saluran penghubung.
Hasil penelitian menggunakan Software
Power World Simulator dengan metode Gauss-Seidel
menunjukkan bahwa, losses yang terjadi saluran antar
bus pada sistem distribusi primer 20 kV area
Lhokseumawe masih berada dalam batas yang
diizinkan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya losses
saluran antar bus pada sistem distribusi primer 20 kV
area Lhokseumawe. Losses saluran antar Bus 1 GI
Lhokseumawe - Bus 2 GH Cunda sebesar 0.821 MW
atau 4.662 %. Ini merupakan losses terbesar diantara
saluran-saluran yang lain. Bus 1 GI Lhokseumawe -
Bus 4 Kr. Geukuh memiliki losses sebesar 0.03 MW
atau 0.596 %. Sementara itu saluran antar Bus 1 GI
Lhokseumawe - Bus 7 GH Lhoksukon terdapat losses
0.184 MW atau 2.983 %. Sedangkan Bus 1 GI
Lhokseumawe-Bus 8 GH Panton Labu terjadi losses
0.138 MW atau 3.701 %. Demikian juga dengan
saluran antar Bus 2 GH Cunda-Bus 3 GH Hagu
terjadi losses 0.015 MW atau 0.304 %. Dibandingkan
dengan saluran yang lain, losses saluran antar Bus 5
PLTD Cot Trueng-Bus 4 Kr. Geukuh hanya sebesar
0.001 MW atau 0.093 %. Hal ini disebabkan karena
saluran ini paling dekat dengan Bus 5 PLTD Cot
Trueng. Untuk saluran antar Bus 5 PLTD Cot

Analisis Losses Jaringan Distribusi Primer 20 Kv Area Lhokseumawe....Zamzami

52

Trueng-Bus 6 GH Ganda Pura terjadi losses 0.241
MW atau 2.909 %. Dan yang terakhir saluran antar
Bus 7 GH Lhoksukon-Bus 8 GH Panton Labu
terdapat losses sebesar 0.011 MW atau 0.753 %.

Gambar 5. Peta aliran daya sistem distribusi primer 20 kV area Lhokseumawe
Tabel 3. Aliran daya menggunakan Software Power World Simulator
Nama
PU
(Volt)
Tegangan
(kV)
Beban
(MW)
Beban
(Mvar)
Suplai (
MW)
Suplai
(Mvar)
Bus 1 GI Lhokseumawe 1 20 35.711 22.141 68.251 43.032
Bus 2 GH Cunda 0.95069 19.014 11.849 7.346
Bus 3 GH Hagu 0.94572 18.914 4.924 3.053
Bus 4 Kr. Geukuh 0.9893 19.786 6.073 3.765
Bus 5 PLTD Cot Trueng 0.99157 19.831 0.65 0.403 10 6.2
Bus 6 GH Ganda Pura 0.95138 19.028 8.045 4.988
Bus 7 GH Lhoksukon 0.95849 19.17 4.525 2.805
Bus 8 GH Panton Labu 0.94833 18.967 5.04 3.125

Tabel 4. Besar dan arah daya serta losses saluran antar bus
Dari Ke P (MW)
Q
(Mvar)
Losses
P (MW) Q (Mvar)
Bus 1 GI Lhokseumawe Bus 2 GH Cunda 17.609 11.054 0.821 0.62
Bus 1 GI Lhokseumawe Bus 4 Kr. Geukuh 5.033 3.399 0.03 0.072
Bus 1 GI Lhokseumawe Bus 7 GH Lhoksukon 6.169 4.01 0.184 0.281
Bus 1 GI Lhokseumawe Bus 8 GH Panton Labu 3.729 2.429 0.138 0.211
Bus 2 GH Cunda Bus 3 GH Hagu 4.939 3.087 0.015 0.034
Bus 4 Kr. Geukuh Bus 5 PLTD Cot Trueng -1.07 -0.438 0.001 0.003
Bus 5 PLTD Cot Trueng Bus 6 GH Ganda Pura 8.285 5.356 0.241 0.368
Bus 7 GH Lhoksukon Bus 8 GH Panton Labu 1.461 0.924 0.011 0.017

V. KESIMPULAN
Hasil penelitian menggunkan Software
Power World Simulator dengan metode Gauss-Seidel
menunjukkan bahwa losses yang terjadi saluran antar
bus pada sistem distribusi primer 20 kV area
Lhokseumawe masih berada dalam batas yang
diizinkan. Losses daya terbesar terjadi pada saluran
dari GI Lhokseumawe ke GH Cunda sebesar 0.821
MW atau 4.66 %. Sedangkan losses terkecil terjadi
pada saluran dari Bus 5 PLTD Cot Trueng ke GH 4
Krueng Geukuh sebesar 0.001 MW atau 0.09 %.


DAFTAR PUSTAKA
[1]. Basri, H. 1993. Sistem Distribusi Daya
Listrik. ISTN. Jakarta
[2]. Marsudi, D., 1990, Operasi Sistem Tenaga
Listrik, Balai Penerbit&Humas ISTN, Jakarta.
[3]. Powell, L., 2005, Power System Load Flow
Analysis, McGraw-Hill, USA.
[4]. Saadat. H., 1999, Power System Analysis,
McGraw-Hill, New York.
[5]. Stevenson, Jr, W.D.,1993. Analisa Sistem
Tenaga Listrik. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai