Anda di halaman 1dari 6

Explore Zoom

4 Gambar 2. Konjugtiva 8 Konjungtiva di vaskularisasi oleh arteri ciliaris anterior dan arteripalpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersamabanyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinyamembentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak.Pembuluh limfe konjungtiva tersusun didalam lapisan superfisial danprofundus dan bergabung dengan pembuluh lemfe palpebra membentuk pleksus limfatikus. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangannervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus. Saraf ini memiliki serabut nyeriyang relatif sedikit. 4 Secara histologis konjungtiva terdiri atas epitel dan stroma. Lapisanepitel konjungtiva terdir atas 2-5 lapisan sel epitel silindris bertingkat,superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, diatascaruncula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mataterdiri atas sel-sel epitel skuamous bertingkat. Sel-sel superfisialmengandung sel-sel goblet bulat dan oval yang mensekresi mukus. Mukusyang terbentuk mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea secara merata. Sel-sel epitel basalberwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan di dekat limbusdapat mengandung pigmen. Lapisan stroma di bagi menjadi 2 lapisan yaitu

5 lapisan adenoid dan lapisan fibrosa. Lapisan adenoid mengandung jaringanlimfoid dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacamfolikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembangsampai setelah bayi berumur 2-3 bulan. Hal ini menjelaskan konjungtivitisinklusi pada nenonatus bersifat papilar bukan folikular dan mengapakemudian

menjadi folikular. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringanpenyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskangambaran reaksi papilar pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusunlonggar pada bola mata. Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar krause danwolfring), yang struktur fungsinya mirip kelenjar lakrimal terletak didalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas,sisanya di forniks bawah. Kelenjar wolfring terletak di tepi tarsus atas. 7 IV. ETIOLOGI Hingga saat ini etiologi pasti pterigium masih belum diketahuisecara pasti. Beberapa faktor resiko pterigium antara lain adalah paparanultraviolet, mikro trauma kronis pada mata, infeksi mikroba atau virus.Selain itu beberapa kondisi kekurangan fungsi lakrimal film baik secarakuantitas maupun kualitas, konjungtivitis kronis dan defisiensi vitamin A juga berpotensi menimbulkan pterigium. Selain itu ada juga yangmengatakan bahwa etiologi pterigium merupakan suatu fenomena iritatif akibat pengeringan dan lingkungan dengan banyak angin karena seringterdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkunganyang berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir. Beberapakasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pterigium danberdasarkan penelitian menunjukkan riwayat keluarga dengan pterigium,kemungkinan diturunkan autosom dominan. 2,3,4,5 6 V. KLASIFIKASI PTERIGIUM Pterigium dapat dibagi ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan tipe, stadium, progresifitasnya dan berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera , yaitu: 1. Berdasarkan Tipenya pterigium dibagi atas 3 :Tipe I : Pterigium kecil, dimana lesi hanya terbatas pada limbusatau menginvasi kornea pada tepinya saja. Lesi meluas < 2 mmdari kornea. Stockers line atau deposit besi dapat dijumpai padaepitel kornea dan kepala pterigium. Lesi sering asimptomatis,meskipun sering mengalami inflamasi ringan. Pasien yangmemakai lensa kontak dapat mengalami keluhan lebih cepat.Tipe II : di sebut juga pterigium tipe primer advanced atauptrerigium rekuren tanpa keterlibatan zona optik. Pada tubuhpterigium sering nampak kapiler-kapiler yang membesar. Lesimenutupi kornea sampai 4 mm, dapat primer atau rekurensetelah operasi, berpengaruh dengan tear film dan menimbulkanastigmat.Tipe III: Pterigium primer atau rekuren dengan keterlibatan zonaoptik. Merupakan bentuk pterigium yang paling berat.Keterlibatan zona optik membedakan tipe ini dengan yang lain.Lesi mengenai kornea > 4 mm dan mengganggu aksis visual.Lesi yang luas khususnya pada

kasus rekuren dapatberhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva yang meluas keforniks dan biasanya menyebabkan gangguan pergerakan bolamata serta kebutaan2. Berdasarkan stadium pterigium dibagi ke dalam 4 stadium yaitu:Stadium I : jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea Stadium II : jika pterigium sudah melewati limbus dan belummencapai pupil, tidak lebih dari 2 mm melewati kornea.

7 Stadium III : jika pterigium sudah melebihi stadium II tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal(diameter pupil sekitar 3-4 mm). Stadium IV : jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupilsehingga mengganggu penglihatan. Gambar 2. Pterigium stadium 1 Gambar 3. Pterigium stadium 2Gambar 4.Pterigium stadium 3 Gambar 5. Pterigium stadium 4 3. Berdasarkan perjalanan penyakitnya, pterigium dibagi menjadi 2yaitu: - Pterigium progresif : tebal dan vaskular dengan beberapainfiltrat di kornea di depan kepala pterigium (disebut cap dari pterigium)- Pterigium regresif : tipis, atrofi, sedikit vaskular. Akhirnyamenjadi bentuk membran, tetapi tidak pernah hilang.4. Berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera di pterigiumdan harus diperiksa dengan slit lamp pterigium dibagi 3 yaitu: - T1 (atrofi) : pembuluh darah episkleral jelas terlihat- T2 (intermediet) : pembuluh darah episkleral sebagianterlihat- T3 ( fleshy, opaque ) : pembuluh darah tidak jelas. 3,5,9

8 VI. PATOFISIOLOGI Terjadinya pterigium sangat berhubungan erat dengan paparansinar matahari, walaupun dapat pula disebabkan oleh udara yang kering,inflamasi, dan paparan terhadap angin dan debu atau iritan yang lain. UV-B merupakan faktor mutagenik bagi tumor supressor gene p53 yangterdapat pada stem sel basal di limbus. Ekspresi berlebihan sitokin sepertiTGF dan VEGF ( vascular endothelial growth factor ) menyebabkanregulasi kolagenase, migrasi sel, dan angiogenesis. 10 Akibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan subepitelial fibrovaskular. Jaringan subkonjungtiva mengalamidegenerasi elastoid (degenerasi basofilik) dan proliferasi jaringan granulasifibrovaskular di bawah epitel yaitu substansi propia yang akhirnyamenembus kornea. Kerusakan kornea terdapat pada lapisan membranBowman yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular dansering disertai dengan inflamasi

ringan. Kerusakan membran Bowman iniakan mengeluarkan substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan pterigium.Epitel dapat normal, tebal atau tipis dan kadang terjadi displasia. 5,10 Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Padakeadaan defisiensi limbal stem cell , terjadi konjungtivalisasi padapermukaan kornea. Gejala dari defisiensi limbal adalah pertumbuhankonjungtiva ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakanmembran basement dan pertumbuhan jaringan fibrotik. Tanda ini jugaditemukan pada pterigium dan oleh karena itu banyak penelitian yangmenunjukkan bahwa pterigium merupakan manifestasi dari defisiensi ataudisfungsi localized interpalpebral limbal stem cell. Pterigium ditandaidengan degenerasi elastotik dari kolagen serta proliferasi fibrovaskuleryang ditutupi oleh epitel. Pada pemeriksaan histopatologi daerah kolagenabnormal yang mengalami degenerasi elastolik tersebut ditemukanbasofilia dengan menggunakan pewarnaan hematoxylin dan eosin,Pemusnahan lapisan Bowman oleh jaringan fibrovascular sangat khas. 9 apeks Epitel diatasnya biasanya normal, tetapi mungkin acanthotic,hiperkeratotik, atau bahkan displastik dan sering menunjukkan areahiperplasia dari sel goblet 2,5,6 VII. GAMBARAN KLINIK Gejala klinis pada tahap awal biasanya ringan bahkan sering tanpakeluhan sama sekali. Beberapa keluhan yang sering dialami pasien sepertimata sering berair dan tampak merah, merasa seperti ada benda asing,dapat timbul astigmatisme akibat kornea tertarik, pada pterigium lanjutstadium 3 dan 4 dapat menutupi pupil dan aksis visual sehingga tajampenglihatan menurun. 9 Pterigium memiliki tiga bagian :1. Bagian kepala atau cap, biasanya datar, terdiri atas zona abu-abu pada kornea yang kebanyakan terdiri atas fibroblast. Areaini menginvasi dan menghancurkan lapisan Bowman pada kornea. Garis zat besi (iron line/Stockers line) dapat dilihat pada bagian anterior kepala. Area ini juga merupakan areakornea yang kering.2. Bagain whitish.Terletak langsung setelah cap, merupakansebuah lapisan vesikuler tipis yang menginvasi kornea sepertihalnya kepala.3. Bagian badan atau ekor, merupakan bagian yang mobile (dapatbergerak), lembut, merupakan area vesikuler pada konjungtivabulbi dan merupakan area paling ujung. Badan ini menjadi

Anda mungkin juga menyukai