http://www.kalbefarma.com/cdk
ISSN : 0125-913X
148. Imunisasi
2005
http. www.kalbefarma.com/cdk
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
148.
Imunisasi
Daftar isi :
2. Editorial
2005
4. English Summary
http. ww.kalbefarma.com/cdk
ISSN : 0125 –913X
Artikel
5. Penyakit-penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi di
Indonesia – Enny Muchlastriningsih
12. Masa Depan Pengembangan Vaksin Baru – Dyah Widyaningroem Isbagio
17. Serosurvei Influenza pada Pekerja, Penjual dan Penjamah Produk Ayam di
8 Propinsi Kejadian Luar Biasa Flu Burung yang Menyerang Ayam – Ainur
Rofiq, Agus Suwandono, Eko Rahardjo, Rudi Hendro P.
21. Avian Influenza (Flu Burung) – Mardi Santoso, Herman Salim,
Hasanudin Alim
25. Apakah SARS akan Berjangkit Kembali ? – Sarjaini Jamal
30. Infeksi Campak - Karakteristik dan Respon Imunitas yang Ditimbulkan –
148. Imunisasi Sarwo Handayani
35. Kecenderungan Kasus Campak Selama Empat Tahun (1997 – 2000) di
Indonesia – Enny Muchlastriningsih
37. Kecenderungan Kejadian Luar Biasa Chikungunya di Indonesia – Tahun
Keterangan gambar: 2001-2003 – Bambang Heriyanto, Enny Muchlastriningsih, Sri
Gambaran DNA microarray. Susilowati, Diana Siti Hutauruk
Lancet 2004;364:2003
40. Investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya di Desa Harja Mekar
dan Pabayuran Kabupaten Bekasi Tahun 2003 – Rudi Hendro P, Eko
Rahardjo, Masri Sembiring Maha, John Master Saragih
43. Status Antibodi Anak Balita Pasca Pekan Imunisasi Nasional (PIN) IV di
Makassar – Gendrowahyuhono
46. Status Antibodi Anak Sekolah Dasar Sebelum dan Sesudah Program Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Yogyakarta - Gendrowahyuhono
49. Pemeriksaan Spesimen Serum Darah terhadap Zat Anti Legionella – Eko
Rahardjo
51. Deteksi Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan Human Metapneumovirus
(HMPV) dengan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-
PCR) – Sarwo Handayani
Redaksi
NOMOR IJIN
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 DEWAN REDAKSI
Tanggal 3 Juli 1976
PENERBIT
Grup PT. Kalbe Farma Tbk. - Dr. Boenjamin Setiawan Ph.D - Prof. Dr. Sjahbanar Soebianto
Zahir MSc.
PENCETAK
PT. Temprint http://www.kalbefarma.com/cdk
Penyakit-penyakit Menular
yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi di Indonesia
Enny Muchlastriningsih
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Tabel 1. Jumlah penderita Tuberkulosis Paru BTA (+) pada RS rawat Tabel 3. Jumlah penderita Tuberkulosis Paru BTA (+) berasal dari
jalan berdasarkan golongan umur, 2000- 2002. puskesmas berdasarkan golongan umur, 2000 – 2002
Golongan umur Golongan umur
Tahun Jumlah Tahun Jumlah
<1 th 1-4 th 5-14 th 15-44 th >45 th <1 th 1-4 th 5-14 th 15-44 th >45 th
2000 0 0 4.902 15.146 15.317 35.365 2000 0 0 9.958 63.179 56.656 129.793
2001 520 1.699 2.162 7.442 6.243 18.066 2001 295 1.733 5.746 40.864 32.712 81.350
2002 117 2.953 1.769 9.979 4.314 19.132 2002 216 1.074 2.820 26.018 21.236 51.364
Jumlah 637 4.652 8.833 32.567 25.874 72.563 Jumlah 511 2.807 18.524 130.061 140.732 292.635
Tabel 1 memperlihatkan jumlah penderita tuberkulosis Dari data rawat jalan selama 3 tahun maka penderita
paru BTA (+) rawat jalan selama tahun 2000 - 2002, anak di terbanyak pada golongan umur produktif 15 - 44 tahun (44,88
bawah 5 tahun dengan tuberkulosis BTA(+) ditemukan pada %), sedangkan dari data rawat inap selama 3 tahun yang
tahun 2001 (520) dan tahun 2002 agak menurun yaitu 117 terbanyak golongan umur di atas 45 tahun (48,75%); dari kasus
kasus. Keadaan ini menimbulkan keprihatinan karena penderita yang berasal dari puskesmas, golongan umur terbanyak juga di
balita akan mengalami hambatan pertumbuhan yang tentu akan atas 45 tahun (48,09%). Dengan data tersebut dampaknya dapat
merugikan perkembangannya. Balita biasanya tertular dari dikatakan akan mengganggu produktifitas nasional yang lebih
lingkungan keluarga atau tetangga mengingat mobilitas balita lanjut akan menurunkan kualitas hidup masyarakat; untuk itu
belum jauh sehingga dapat diprediksi ada kasus tuberkulosis di diperlukan usaha penanggulangan yang lebih keras.
sekitarnya. Tuberkulosis paru klinis
Tabel 2. Jumlah penderita Tuberkulosis Paru BTA (+) pada RS rawat Jumlah penderita tuberkulosis paru dengan gejala klinis
inap berdasarkan golongan umur, 2000-2002. jumlahnya lebih besar daripada yang dengan BTA (+) karena
Golongan umur
memang tidak pada semua penderita dengan gejala klinis akan
Tahun
<1 th 1-4 th 5-14 th 15-44 th >45 th
Jumlah ditemukan kumannya, kuman tidak terdeteksi karena misalnya
2000 0 0 646 4.150 4.660 9.456 pengelolaan sampel kurang baik, reagennya kurang baik, kua-
2001 34 134 252 1.980 2.216 4.616 litas teknisi laboratorium yang kurang, atau memang tidak
2002 13 35 170 993 1.122 2.333
Jumlah 47 169 1.068 7.123 7.998 16.405
ditemukan.
Tabel 2 memperlihatkan jumlah penderita tuberkulosis Tabel 4. Jumlah penderita Tuberkulosis Paru Klinis Rawat Jalan
BTA (+) rawat inap di RS secara golongan umur maupun berdasarkan golongan umur, 2000-2002.
keseluruhan lebih kecil dari rawat jalan, mungkin karena tidak
Golongan umur
semua harus dirawat inap dengan berbagai pertimbangan Tahun Jumlah
<1 th 1-4 th 5-14 th 15-44 th >45 th
misalnya dana, kapasitas RS, kegiatan produktif yang tidak 2000 1.715 6.073 7.094 21.245 19.139 55.266
dapat ditinggalkan, dan lain sebagainya. 2001 2.312 5.894 6.240 15.008 12.613 42.067
Grafik 1 memperlihatkan jumlah penderita rawat jalan 2002 256 1.018 1.617 6.324 5.251 14.466
Jumlah 4.283 12.985 14.951 42.577 37.003 111.799
dan jumlah kematian; pada tahun 2000 jumlah kasus rawat
inap sebanyak 9.456 dengan kematian 248 (2,6%), pada tahun
Tabel 4 memperlihatkan kasus bayi (< 1 tahun) cukup
2001 jumlah kasus 4.616 dengan 53 kematian (1,1%), dan
banyak jumlahnya (3,83 % dari kasus rawat jalan), ini mem-
tahun 2002 2.333 kasus dengan 54 kematian (2,3%). Diperlu-
buat efektifitas imunisasi yang dikatakan cakupannya > 80%
kan usaha yang lebih besar agar jumlah kematian seminimal
perlu dipertanyakan.
mungkin dengan meningkatkan upaya kesehatan baik secara
individu maupun secara nasional. Tabel 5. Jumlah penderita Tuberkulosis Paru Klinis Rawat Inap
Tabel 3 memperlihatkan jumlah kasus yang ditemukan di berdasarkan golongan umur, 2000-2002.
puskesmas sangat besar dibanding dua data sebelumnya, mung- Golongan umur (tahun)
kin karena puskesmas merupakan institusi kesehatan terdepan Tahun Jumlah
<1 1-4 5-14 15-44 >45
sehingga dapat menjaring kasus lebih luas; meskipun demikian
2000 227 719 1.171 7.868 8.869 18.854
kasus di bawah umur 5 tahun belum ada; mungkin memang 2001 380 665 835 4.857 5.772 12.509
belum ada tetapi mungkin belum terjaring meskipun kasusnya 2002 29 136 228 1.733 1.915 4.041
Jumlah 636 1.520 2.234 14.458 16.556 35.404
sebetulnya sudah ada.
Tabel 7. Jumlah penderita Difteri Rawat Jalan berdasar kan golongan Grafik 2. Jumlah Kematian Kasus Pertusis di Indonesia pada penderita
umur, 2000-2002. rawat inap, 2000-2002.
500
Golongan umur (tahun) : Kasus
Tahun Jumlah 400 : Mati
<1 1-4 5-14 15-44 >45
2000 29 85 74 70 13 271 300
Jumlah
0
Tabel 7 memperlihatkan jumlah kasus difteri rawat jalan 2000 2001 2002
Tabel 16. Jumlah kasus AFP umur < 15 tahun di Indonesia, 2000- 2002. Grafik 4. Jumlah Penderita AFP dibandingkan dengan Jumlah Penderita
yang terinfeksi Virus Polio.
Yang dilaporkan
Jumlah 1000
KASUS
643-644 kasus. Jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2000 0 POLIO
kurang dari target minimalnya yaitu 602 dari 644, mungkin 2000 2001 2002
petugasnya yang kurang aktif; sedangkan pada tahun 2001 dan Grafik 4 memperlihatkan banyaknya jumlah kasus AFP
2002 jumlahnya di atas target minimalnya, mungkin memang sedangkan yang diklasifikasi terserang infeksi virus polio
terjadi peningkatan kasus, target terlalu rendah, atau petugas- sangat sedikit; jika dilihat spesimen yang adekuat antara 79,5
Tabel 19. Jumlah Kasus Campak Rawat Jalan di Indonesia 2000- 2002. Grafik 5. Jumlah kematian penderita campak dengan rawat inap di
Indonesia, 2000- 2002.
Tahun Umur Jumlah
< 1 th 1-4 th 5-14 th 15-44 th > 45 th
3000
2000 897 1.456 1.854 1.589 201 5.997 : Mati
2001 517 804 796 750 162 3.029 : Kasus
2002 422 1.327 1.627 1.399 176 4.951 2000
Jumlah
1000
Tabel 19 terlihat jumlah terbesar pada golongan umur 5 -
14 tahun (30,6 %) karena penyakit ini biasa menyerang anak- 0
2002
anak; sebagian masyarakat masih dapat terinfeksi penyakit ini 2000 2001
hingga umur 20 tahun. Dari data di atas terlihat masih banyak Tahun
KEPUSTAKAAN
3000
1000
1. Parish HJ. A History of Immunization. Edinburg, London: E&S
0 Livingstone Ltd,1965.
2000 2001 2002 2. Subdit Imunisasi, Dit. Epim -Kesma. Dit Jen PPM-PL. Program Imunisasi
Tahun di Indonesia. Jakarta 2004.
3. DitJen PPM & PL Departemen Kesehatan RI. Buku Data tahun 2000-
Tabel 24 memperlihatkan jumlah penderita berasal dari
2002. Jakarta 2003.
puskesmas yang sangat besar dengan kelompok umur ter- 4. Benenson Abram S. Control of Communicable Disease in Man, 14th ed.
banyak juga 15-44 tahun (35,40 %), tampaknya serupa dengan Washington DC: The American Public Health Association. 1985.
Masa Depan
Pengembangan Vaksin Baru
Dyah Widyaningroem Isbagio
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
ABSTRAK
Pada abad 21 vaksin menjadi salah satu faktor penting kesehatan masyarakat
dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Pada 5 sampai 15 tahun mendatang,
vaksin baru dan teknologi pemberian vaksin baru akan menjadi dasar pencegahan dan
pengobatan penyakit, yang akan mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Prospek pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit serius dengan mengguna-
kan vaksin diramalkan merupakan perkembangan yang menggairahkan dalam bidang
kesehatan masyarakat.
Tinjauan ini menjelaskan perkembangan terbaru ilmu dasar sebagai penyokong
pengembangan vaksin baru dan potensi vaksin untuk pengobatan dan pencegahan
sejumlah penyakit infeksi dan non infeksi.
ABSTRAK
Flu burung di Indonesia diperkirakan mulai muncul akhir Agustus 2003. Pada 25
Januari 2004, Departemen Pertanian secara resmi menyatakan bahwa flu burung telah
menyerang ayam di Indonesia. Beberapa negara melaporkan, virus flu burung dapat
mengalami loncat inang dan menginfeksi manusia, dan dapat berakibat fatal. Telah
dilakukan suatu kajian tentang ada tidaknya penularan virus A(H5N1) kepada manusia di
Indonesia dengan melakukan serosurvei infeksi A(H5N1) pada pekerja, penjual dan
penjamah produk ayam di daerah KLB flu burung.
Tujuan serosurvei adalah untuk memastikan apakah virus influenza A(H5N1) telah
menginfeksi manusia di Indonesia, dengan menentukan prevalensi antibodi influenza
A(H5N1) pada pekerja, penjual, penjamah produk ayam dan orang-orang lain yang kontak
langsung dengan ayam di peternakan di daerah KLB flu burung pada ayam di 8 propinsi di
Indonesia yang mendapat serangan influenza pada burung. Propinsi-propinsi tersebut adalah
Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Kalimantan
Selatan.
Telah dilakukan serosurvei A(H5N1) terhadap 1046 orang yang terdiri dari 829
responden dengan kontak (+) dan 217 responden kontrol di 8 provinsi tersebut di atas.
Dengan uji HI (haemaglutinase inhibition) semua (baik kontak + maupun kontrol)
menunjukkan hasil negatif untuk H5N1. Dilakukan pengujian dengan RT-PCR pada 43
spesimen yang dipilih secara acak, semuanya menunjukkan hasil negatif untuk H5N1.
Hasil ini menunjukkan bahwa di Indonesia pekerja, penjual dan penjamah produk ayam
sampai saat ini masih belum terbukti terinfeksi virus A(H5N1). Direkomendasikan perlunya
tindak lanjut survei epidemiologi dan serosurvei secara berkala terhadap responden tersebut.
Kata kunci : Influenza; KLB Flu Burung; Pekerja Penjual dan Penjamah produk ayam
Apakah SARS
akan Berjangkit Kembali ?
Sarjaini Jamal
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
SIAGA SARS tidak terasa haus akan meningkatkan daya tahan tubuh dan
Kesiagaan pemerintah Indonesia menghadapi SARS pada mencegah dehidrasi. Selama ini belum ada jemah haji yang
waktu yang lalu patut dipuji. Pemerintah mengatakan belum meninggal karena SARS(21). Walaupun demikian pemantauan
ada penularan SARS secara lokal. Kasus yang ada saat itu dengan kamera pengindera panas (thermal scanner) terhadap
merupakan orang-orang yang pulang dari negara terjangkit jemaah dan TKI yang pulang ke tanah air tetap akan
SARS (Hongkong, Singapura, Taiwan ).Seorang warganegara bermanfaat untuk mengetahui kemungkinan masuknya kasus
Inggris diduga sangat kuat (probable), dua warganegara SARS. Petugas Rumah Sakit (RS) yang merawat pasien SARS
Indonesia (WNI) yang baru pulang dari Singapura diduga kuat dapat tertular jika tak menggunakan alat pelindung yang
(suspect) serta 3 orang WNI diduga SARS dirawat di RS memadai. Kontaminasi dapat terjadi melalui pori kulit tangan,
Penyakit Infeksi Prof Sulianti Saroso(19). Juga dilaporkan 6 saluran pernafasan, selaput lendir mulut dan retina. Tanpa
TKW yang baru pulang dari Hongkong dirawat di RSUD disadari para dokter atau perawat yang tertular akan
Kendal dengan katagori observasi dan seorang dirawat di menularkan lagi ke pasien lain atau keluarganya. Alat-alat
RSUD Banyumas karena diduga kuat (suspect) SARS. Seorang kesehatan yang digunakan pada pasien SARS, seperti jarum
TKW yang baru pulang dari Singapura asal Lampung juga suntik, stetoskop, tensimeter, spatula, spirometer, nebulizer
diobservasi kemungkinan SARS dan dirawat di RS Abdul outlets, sarung tangan dan pakaian luar dapat terinfeksi dan
Muluk, Bandar Lampung(20). Sampai dengan 23 Juni 2003 menjadi media penularan. Sistim penyejuk udara yang terpusat
belum ada yang meninggal karena SARS . (central air conditioning system) di RS dapat mempermudah
Sejak redanya berita tentang SARS pertengahan tahun lalu, tranmisi virus antar ruangan.
sampai sekarang belum pernah dilaporkan lagi adanya kasus SARS bisa menjadi infeksi nosokomial mengancam pasien
baru. Walaupun demikian perlu diantisipasi pulangnya para lain yang dirawat atau pengunjung; oleh karena itu pihak
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) secara besar-besaran dari manajemen RS sudah seharusnya memperhatikan masalah ini.
Malaysia atau negara tetangga lainnya. Kewaspadaan juga Keselamatan dan kesehatan kerja harus berfungsi agar para
perlu ditingkatkan saat pulangnya jemaah haji pada musim pekerja RS dapat terlindung dari infeksi virus SARS.
haji. Kondisi cuaca musim dingin di Saudi Arabia dengan Para pengelola dan petugas RS harus diberi informasi
suasana jemaah yang berjubel menyebabkan penyakit-penyakit tentang bahaya SARS termasuk sosialisasi pedoman yang telah
saluran nafas termasuk SARS dan new emerging diseases disusun oleh Departemen Kesehatan(22). Jangan memperkerja-
(NED) lainnya seperti Ebola mudah berjangkit. Selama ini kan petugas RS jika demam atau menderita gejala saluran
yang paling ditakuti adalah penyakit radang selaput otak pernafasan. Petugas RS harus melaporkan jika ada yang tidak
(meningitis) dan KLB diare, maka sekarang seharusnya menggunakan pelindung waktu kontak dengan pasien SARS
bertambah dengan SARS dan NED lainnya. Diingatkan agar kepada pengelola keselamatan dan kesehatan kerja. Para
para jemaah waspada terhadap penyakit-penyakit tersebut sela dokter, perawat, petugas kebersihan ruangan isolasi dan kamar
ma di Arab Saudi. Penggunaan masker selama di tanah suci mayat haruslah selalu menjaga kebersihan ruangan dan tangan
sangat dianjurkan baik di ruangan maupun sewaktu di menggunakan antiseptik /sabun/lysol atau alkohol 70%.
lapangan. Makan teratur, vitamin dan banyak minum walaupun Pakailah baju khusus dengan lengan panjang dan sarung
ABSTRAK
60000
Gejala penyakit campak (1) 50000
1. Bercak kemerahan (rash) yang dimulai dari belakang 40000
telinga, berbentuk makulopapular selama 3 hari atau lebih, 30000
menyebar ke seluruh tubuh; dan akan berubah menjadi 20000
kehitaman dan bersisik. 1 2 3 4
2. Suhu tubuh ≥ 38°C.
3. Gejala lain: batuk, pilek, mata merah, Koplik’s spot Gambar l. Kecenderungan Kasus Campak Selama 4 Tahun (1997- 2000)
di Indonesia
(bercak kemerahan dengan warna putih di tengahnya pada Keterangan:
selaput lendir pipi). 1 = tahun 1997, 2 = tahun 1998, 3 = tahun 1999, 4 = tahun 2000
Tabel 2. Jumlah Kasus Campak per Propinsi di Indonesia selama 4 tahun. Tabel 3 terlihat golongan umur yang paling banyak ialah
No. Propinsi 1997 1998 1999 2000 Total 5-14 tahun, diikuti golongan umur 1-4 tahun, dan yang paling
1 D.I. Aceh 1.439 944 1.674 799 4.856 sedikit golongan umur > 45 tahun.
2 Sumatera Utara 2.314 6.145 5.378 2.983 16.820 Golongan umur < 1 tahun lebih sedikit dibandingkan
3 Sumatera Barat 417 193 120 - 730 golongan umur di atasnya mungkin karena kekebalan bawaan
4 Riau 1.521 905 616 1.431 4.473 yang bertahan relatif lama yaitu hingga bayi berumur 9 bulan(2).
5 Jambi 537 968 1.052 376 2.933
6 Sumatera Selatan - 208 2.679 602 3.489
7 Bengkulu 637 675 1.037 253 2.602 Tabel 4. Jumlah Kasus Campak per Sumber Data Selama 4 tahun
8 Lampung 340 98 3.597 1.185 5.220 (1997-2000) di Indonesia.
9 DKI Jakarta 2.374 2.089 5.892 4.536 14.891
10 Jawa Barat 5.839 26.043 23.154 2.387 57.423 Tahun
No. Sumber Data Total
11 Jawa Tengah 1.987 6.495 11.543 8.930 28.955 1997 1998 1999 2000
12 D.I. Yogyakarta 1.084 557 726 1.523 3.890 1 RS Rawat Jalan 2.842 6.601 10.063 5.995 25.501
13 Jawa Timur 5.638 4.599 7.711 4.124 22.072 2 RS Rawat Inap 1.942 4.958 8.599 2.735 17.748
14 Kalimantan Barat 157 215 1.381 586 2.339 3 Puskesmas 23.541 41.465 5.531 28.579 99.606
15 Kalimantan Tengah 185 213 712 1.395 2.505 Total 27.875 53.024 73.963 37.309 192.171
16 Kalimantan Selatan - - 1.590 - 1.590
17 Kalimantan Timur 402 489 470 1.506 2.867 Tabel 4 terlihat sumber data campak terbanyak berasal dari
18 Sulawesi Utara 436 574 772 436 2.218
19 Sulawesi Tengah 175 118 481 187 961 puskesmas yang memang merupakan ujung tombak terdepan
20 Sulawesi Selatan 336 535 252 414 1.537 bagi pelayanan kesehatan di negara kita, dan paling sedikit dari
21 Sulawesi Tenggara 7 25 86 86 204 rumah sakit rawat inap; mungkin memang tidak banyak kasus
22 Bali 244 212 2.556 1.236 4.248 campak yang menjadi parah hingga perlu dirawat di rumah
23 Nusa Tenggara Barat - - 209 416 625
24 Nusa Tenggara Timur 129 472 72 1.475 2.148 sakit.
25 Maluku 1.545 - - - 1.545
26 Irian Jaya 132 252 203 443 1.030 KESIMPULAN
Total 27.875 53.024 73.963 37.309 192.171 Kasus campak selama 4 tahun di Indonesia mencapai
Keterangan.: puncaknya pada tahun 1999. Ada 3 propinsi yang paling
− Tahun 1997 : Propinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Nusa banyak melaporkan kasus campak yaitu : Jawa Barat, Jawa
Tenggara Barat tidak melaporkan adanya kasus campak. Propinsi DKI Tengah, dan Jawa Timur tetapi ada pula propinsi yang tidak
Jakarta dan Irian Jaya hanya melaporkan kasus campak yang berasal
dari puskesmas, sedangkan Propinsi Sulawesi Tenggara hanya melapor- melaporkan/laporan tidak lengkap, mungkin karena kendala
kan kasus campak yang berasal dari RS rawat inap dan RS rawat jalan. tertentu. Golongan umur yang paling banyak terkena campak
− Tahun 1998 : Propinsi Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan ialah 5-14 tahun. Sumber data kasus campak terbesar berasal
Maluku tidak melaporkan adanya kasus campak. Propinsi Sumatera dari puskesmas.
Barat tidak melaporkan adanya kasus campak dari puskesmas. Propinsi
Kalimantan Tengah hanya melaporkan kasus campak yang berasal dari
UCAPAN TERIMA KASIH
puskesmas.
Kami tujukan kepada Sub.Dit. Surveilans khususnya Ibu Adolfina Pirade
− Tahun 1999 : Propinsi Maluku tidak melaporkan adanya kasus campak.
SKM, M.Kes, dan Ibu Niprida Mardin SKM., dan semua pihak yang membantu.
Propinsi Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat tidak melaporkan
adanya kasus campak yang berasal dari puskesmas. Propinsi Nusa
KEPUSTAKAAN
Tenggara Timur hanya melaporkan kasus campak yang berasal dari RS
rawat inap.
1. Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan bekerja sama dengan WHO.
− Tahun 2000 : Propinsi Kalimantan Selatan dan Maluku tidak melaporkan 2002. Pedoman Surveilans dan Respon KLB Campak. Jakarta.
adanya kasus campak. Propinsi Sumatera Barat tidak melaporkan adanya 2. Kandun I N et al. Penelitian Kekebalan Bawaan dan Serokonversi setelah
kasus campak dari puskesmas. Propinsi Irian Jaya tidak meiaporkan Vaksinasi Campak pada Bayi di Mojokerto. Laporan Seminar, 1986.
adanya kasus campak dari RS rawat jalan.
DAERAH
Total 13 5 38 51 194 88 389
0 SPESIMEN
2001 2002 2003
Grafik 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium yang Hasilnya Positif dan
Jenis Kelamin Penderita.
TAHUN 300
100
diagnosisnya 72,2%, maka pada tahun 2002 turun menjadi SEX
42,2%, pada tahun 2003 meningkat menjadi 68,8% meskipun
pria
masih lebih rendah dibandingkan tahun 2001.
Di Tabel 3 terlihat jumlah daerah yang terkena KLB,
jumlah spesimen yang dikirim dan hasil pemeriksaan. Daerah
38 0
Grafik 2 menggambarkan jumlah 2003 wanita
penderita chikunga
2001 2002
terbanyak mengirim spesimen yaitu Bekasi dengan 51 dengan hasil uji laboratorium positif yang berarti memang
spesimen, DKI Jakarta 42 spesimen, Purworejo dan Subang terinfeksi virus chikungunya; secara keseluruhan jumlah
TAHUN
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian status antibodi anak balita pasca PIN IV di Makasar
pada tahun 2003.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status antibodi anak setelah anak
mendapat imunisasi polio dua kali dari kegiatan PIN IV, menurut daerah penelitian
dan golongan umur anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 92 % anak yang diperiksa seranya sudah
mempunyai antibodi terhadap ketiga tipe virus polio. Makin tua usia anak, prosentase
anak yang mempunyai antibodi terhadap virus polio tipe-3 dan tipe-123 makin rendah.
Prosentase anak yang mempunyai antibodi terhadap virus polio type-2 100%, demikian
juga prosentase anak 0-1 tahun yang mempunyai antibodi terhadap ketiga tipe virus
polio 100%. Tidak ada perbedaan status antibodi antara anak yang tinggal di daerah
pedesaan dan anak yang tinggal di daerah perkotaan.
Dapat disimpulkan bahwa status antibodi anak pasca PIN IV cukup tinggi di
segala golongan usia, meskipun masih lebih rendah dari status antibodi anak pasca PIN
II. Disarankan tidak perlu melakukan PIN V dengan catatan bahwa kinerja surveilans
harus baik dan cakupan imunisasi rutin lebih dari 80%.
TUJUAN HASIL
Tujuan umum Hasil pemeriksaan antibodi anak dapat dilihat pada Grafik
Menilai hasil program eradikasi polio dari segi status 1 dan 2.
kekebalan anak terhadap virus polio untuk menentukan perlu Tidak ada perbedaan antara status antibodi anak yang tinggal
tidaknya PIN dilaksanakan lagi untuk mencapai bebas polio di pedesaan dan perkotaan di Makassar (Grafik 1) Sejumlah
tahun 2005. 93% anak yang tinggal di perkotaan dan 91% anak yang tinggal
di pedesaan sudah mempunyai antibodi terhadap ketiga tipe
Tujuan khusus virus polio; berarti status antibodi anak sudah tinggi atau herd
1. Mengetahui status antibodi anak balita terhadap virus polio immunitynya juga cukup tinggi.
di kota Makasar setelah PIN IV. Proporsi anak yang mempunyai antibodi terhadap virus polio
2. Mengetahui proporsi anak yang mempunyai antibodi tipe-2 baik di pedesaan maupun di perkotaan sudah 100%.
menurut lingkungan tempat tinggal anak dan golongan Status antibodi anak terhadap virus polio tipe-1 yang tinggal di
umurnya setelah PIN IV. perkotaan dan yang tinggal di pedesaan masing-masing sebesar
99 % dan 95 %, dan status antibodi anak terhadap virus polio
METODOLOGI tipe-3 dari anak yang tinggal di pedesaan dan yang tinggal di
Lokasi penelitian perkotaan masing-masing sebesar 95 % dan 93 %.
Makasar dipilih sebagai wakil dari Indonesia Timur,
karena belum pernah ada penelitian sejenis di daerah tersebut. Grafik 1. Status antibodi anak Balita pasca PIN IV menurut lokasi
Di samping itu juga karena jauh dari pusat sehingga ada penelitian di Makasar (2003).
kemungkinan cold-chain vaksin terganggu oleh transportasi
yang dapat mempengaruhi potensi vaksin yang digunakan.
100
Desain penelitian 98
ABSTRAK
Penelitian status antibodi anak SD telah dilakukan di Yogyakarta pada tahun 2000.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui status antibodi anak setelah mendapat
vaksin polio dari program BIAS, sehingga dapat ditentukan apakah pemberian BIAS
satu kali sudah cukup dapat memutus rantai penularan virus polio pada anak sekolah
dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status antibodi anak terhadap ketiga tipe
virus polio masih rendah yaitu sebesar 79,5%. Akan tetapi status antibodi terhadap
tipe-1 dan tipe-2 sudah cukup tinggi yaitu masing-masing 96 % dan 99 %; tidak ada
yang tidak mempunyai antibodi terhadap virus polio (tripel negatip = 0).
Dapat disimpulkan bahwa setelah imunisasi polio melalui program BIAS satu kali
ternyata status antibodi anak masih kurang; anak yang mempunyai antibodi terhadap
ketiga tipe virus polio hanya 79,5%. Untuk itu perlu dilakukan BIAS II dengan sasaran
adalah anak SLTP karena anak SD yang masuk dalam penelitian ini sekarang sudah
masuk ke SLTP sedangkan anak SD yang sekarang (tidak termasuk dalam penelitian)
adalah anak SD yang telah mendapat imunisasi dari program PIN tahun 1995-1997.
CARA KERJA RS 4 2 50 0 0
Persiapan reagen Hotel 29 12 41.4 3 10.3
1. Larutkan wash buffer 10 X (100 mL concentrate + 900 mL Spa 16 2 12.5 0 0
akuabides).
Surabaya Plaza 4 1 25 0 0
2. Larutkan high positive & negative control, low positive
standard & serum 21 X (10 µL+ 200µL sampel diluen) RS 8 6 75 1 12.5
3. TMB, conjugate, stop solution siap digunakan Hotel 36 14 38.9 0 0
4. Blank diisi sampel diulent
Medan Spa 15 4 26.7 1 6.7
Pelaksanaan RS 4 1 25 0 0
Cuci well (@ 300 – 350 µl) dengan Hotel 47 21 44.7 1 2.1
diluted wash buffer 5 X
Spa 1 0 0 0 0
Makassar
Masukkan 100 µl conjugate ke semua well RS 5 1 20 0 0
kecuali blanko
Tutup plate, inkubasi pada suhu ruang, Hasil equivocal artinya meragukan berasal dari 6 sampel
selama 20 – 22 menit serum walaupun diulang 3 kali, mungkin serum/darah diambil
terlalu dini saat pekerja sedang terinfeksi, sehingga antibodinya
Cuci well (@300 – 350 µl) dengan belum terbentuk maksimal.
diluted wash buffer 5 X Hasil dari 4 kota yang diteliti ini (32%) ternyata lebih
rendah dari penelitian sebelumnya di Bali dan Jakarta (90%),
Tambahkan 100µl TMB ke semua well
mungkin karena sampel diambil tidak hanya dari pekerja
cooling tower, shower, tetapi juga dari pegawai cadangan,
Tutup plate, inkubasi pada suhu ruang,
selama 10 – 20 menit bahkan pekerja pembersih ruangan.
ABSTRAK
PENDAHULUAN manusia yang paling tua yaitu penuaan dan kematian. Hasil
Harapan hidup di Amerika Serikat pada masa revolusi penelitian telah membuktikan bahwa, terapi GH/IGF-I dapat
hanya sekitar 25 tahun. Kemudian pada tahun 1900 rerata mencegah, memperlambat bahkan membalikkan sebagian besar
harapan hidup meningkat menjadi 46 tahun; dan pada tahun penyakit atau keadaan yang berhubungan dengan proses
1999 menjadi 73-79 tahun. Menurut WHO, sekitar 20 % anak penuaan seperti diuraikan berikut ini.5
yang lahir saat itu dapat mencapai 100 tahun dan lebih sehat
dari usianya.1 Saat ini setiap negara di dunia juga menghadapi PENGERTIAN ANTI-AGING MEDICINE
peningkatan tajam populasi usia di atas 60 tahun.2 Perubahan Penuaan adalah penurunan secara fisiologis fungsi tubuh
ini berhubungan erat dengan perbaikan sanitasi dan eliminasi dan berbagai sistem organ yang mengakibatkan peningkatan
penyakit infeksi anak; peningkatan harapan hidup ini akan terus kejadian penyakit. Anti-aging medicine sendiri merupakan
berlanjut dengan adanya pengobatan penyakit jantung dan salah satu spesialisasi bidang kedokteran yang menerapkan
deteksi dini kanker. ilmu dan teknologi kedokteran mutakhir untuk deteksi dini,
Dengan meningkatnya harapan hidup, timbul masalah atau prevensi, terapi serta membalikkan disfungsi organ-organ dan
penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan antara lain, penyakit yang berhubungan dengan usia tua.
penyakit degeneratif, penurunan kualitas hidup, kognitif serta
Tabel 1. Usia Rata-Rata pada Jaman Tertentu
meningkatnya ketergantungan pada orang lain. Penelitian
menunjukkan kemunduran hormon seiring bertambahnya usia Region Years
merupakan penyebab utama kerusakan fisik yang disebabkan Cro Magnon 28
penuaan.3 Proses penuaan sangat bervariasi dan dapat Ancient Egypt 25
1400 Europe 30
dipercepat, diperlambat atau dibalik tergantung pada hormon 1800 Europe & USA 37
yang mengatur degenerasi dan regenerasi tubuh di tingkat sel.1,3 1900 USA 48
Penyakit degeneratif akibat penuaan meliputi 90 % dari 2002 USA 78
semua penyakit, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh
penyakit genetik, infeksi dan trauma. Jika kita ingin membuat Prinsip dasar anti-aging medicine meliputi :
revolusi dalam kesehatan, kita harus memfokuskan diri pada 1. Ilmiah.
penyakit akibat proses penuaan ini.1 2. Bukti klinis, dengan penelitian buta ganda acak dan
Ilmu medis baru yaitu Anti-Aging Medicine menjanjikan terkontrol.
bagaimana meningkatkan harapan hidup menjadi dua kali dan 3. Holistik, jiwa raga, dari kulit ke tulang, dari ujung rambut
bagaimana cara mencegah, menghambat dan membalik proses ke ujung kuku kaki.
penuaan. Memasuki dunia anti-aging merupakan langkah awal 4. Sinergis, pendekatan terapi multi modalitas.
untuk bergabung dengan masyarakat yang awet muda, yaitu 5. Terdokumentasi dalam jurnal perkumpulan seminat.
suatu masyarakat yang tak kenal usia tua, penyakit, demensia
dan ketidak mampuan.1 Pada keadaan ini, setiap orang akan KADAR GH-IGF-I RENDAH DAPAT MEMPERPENDEK
kelihatan muda, usia produktif dapat sampai 100 tahun atau HARAPAN HIDUP
lebih, dengan kesehatan dan kesempatan yang tidak terbatas. Bengston BA dkk (Swedia) melakukan penelitian terhadap
Dalam dunia Anti-Aging Medicine terdapat tiga peraturan yaitu 333 pasien dengan diagnosis insufisiensi hipofisis. Semua
jangan sakit, jangan tua dan jangan (cepat) meninggal.1 pasien mendapat terapi sulih hormon antara lain kortison, tiroid
Penelitian menunjukkan, penuaan sebagian besar disebab- dan hormon seks kecuali GH. Ditemukan 107 kematian pada
kan oleh penurunan Growth Hormone / Insulin-like Growth kelompok tanpa terapi GH, sedangkan pada kelompok kontrol
Factor-I (GH/IGF-I) secara drastis dalam tubuh setelah hanya 57 orang. Penyebab utamanya adalah penyakit
dewasa.1,4 Saat ini dunia medis dihadapkan dengan masalah kardiovaskuler - 60 orang pada kelompok defisiensi GH (dua
utama yaitu bagaimana menaklukkan musuh utama umat kali lipat) dan 31 orang pada populasi umum.1
Sebaiknya terapi sulih hormon disertai diet seimbang, latihan, 25% Undiagnosed
Penelitian observasional dengan rancang bangun potong Gambar 1. Grafik vitalitas menurut usia
lintang pada 81 dokter usia 31-65 tahun mendapatkan Ron Rothernberg A4M Dec 2002,Las Vegas NV
kesimpulan:
100%
1) Terdapat korelasi negatif kadar IGF-I dengan umur, massa 75%
lemak tubuh dan rasio pingang-pinggul.
50%
2) Terdapat korelasi positif kadar IGF-I dengan massa tubuh
bebas lemak dan ketebalan kulit tangan regio dorsal. Dari hasil 25%
kadar IGF-I di bawah 200 ng/ml dan dipertahankan sampai AGE years
kadar IGF-I 270 ng/ml. Gambar 2. Pengobatan konvensional dan perpanjangan kesakitan
100%
KEPUSTAKAAN Optimum Health
75%
Sub-optimum Health
1. Klatz RM. Ten Weeks to a Younger You. Chicago; Ill.: Sport Tech Labs 50%
Inc; 1999. 25%
2. Lifespan literature scan. International trends in human longevity and Morbidity
Compression
public policy in aging. Anti-Aging Medical News 2002;56 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3. Faigin R. Meningkatkan Hormon secara Alami (terj.). 1st ed. Jakarta: Raja AGE (years)
Grapindo Persada; 2000. Gambar 3. Tujuan Anti-Aging Medicine
4. Rudman D, Feller A, Nagraj HS, Gergans GA, Lalitha PY, Goldberg AF,
et al. Effects of human growth hormone in men over 60 years old. N Engl LEVELS
LEVELS
LEVELSOF
OF
OFHORMONES
HORMONES
HORMONES
melatonin
J Med 1990;323:1-6 GH
DHEA
140
5. Cummings DE, Merriam GR. Growth hormone and growth hormone se- testosteron
insulin
leptin
cretagogues in adults. In: Meikle AW. (ed). Contemporary Endo- 120 estrogen
1999.p.61-88 80
1996;334: 809-14. 20
2000;Suppl B:S69-S73.
8. Thompson JL, Butterfield GE, Marcus R, Hintz RL, Loan MV, Ghiron L. THE
THEARRIVAL
ARRIVALAT
ATPRACTICAL
PRACTICALIMMORTALITY
IMMORTALITY
The effects of recombinant human insulin-like growth factor-I and growth Practical immortality - healthy human life spans of 120 yrs &
hormone on body composition in elderly women. J Clin Endocrinol longer -anti aging R/ as the bridge between now & the immediate future
Metab 1995;80:1845-52.
9. Clemmons DR, Van Wyk JJ. Factors controling blood concentration of
somatomedin C. Clin Endocrinol Metab 1984;13:113-43.
10. Johannson, G. et al. Growth hormone treatment of abdominal fat mass,
improves glucose and lipoprotein metabolism and reduces diastolic blood FUTURE
12. New discovery in DNA repair mechanism reinforces nutrient-gene -Telomerase Ronald Klatz , 2004
Fractures
Vertebral
KEPUSTAKAAN
Tampilan website Kalbe Farma yang berisi daftar simposium, bisa diakses di http://www.kalbefarma.com/calendar
Adanya simposium tentu sangat diperlukan guna serta waktu pelaksanaannya (Bulan dan Tahun). Dokter bisa
menambah ilmu bagi para dokter. Umumnya acara simposium menemukan keterangan lengkap daftar acara serta para
diberitahukan kepada para dokter melalui surat undangan pembicara simposium yang diminati.
(tertulis) atau berkomunikasi langsung (lisan). Bagi dokter
yang kebetulan terlewatkan atau ingin mengetahui lebih banyak Keistimewaan lain dari website yang telah masuk dalam 5
mengenai simposium yang akan diadakan, website Kalbe situs terbaik versi Majalah Komputer Aktif adalah membantu
Farma yang telah dikenal sebagai Portal Informasi Kedokteran baik event organiser ataupun organisasi profesi yang ingin
/ Kesehatan Indonesia berusaha memenuhi permintaan tersebut. mempromosikan acara simposiumnya. Silakan klik ”Add your
Silakan akses http://www.kalbefarma.com/calendar. event >>” pada halaman ini untuk meng-sosialisasi acara Anda
Dalam halaman tersebut, dokter bisa memperoleh kepada pengunjung website Kalbe Farma yang tersebar di
informasi mengenai simposium yang dibagi berdasarkan: seluruh dunia. Jangan lupa menyertakan nama serta cara
Spesialisasi, Kategori (Lokal, Nasional bahkan Internasional), menghubungi, agar bisa dikonfirmasi kembali. [SIM]
Laporan lengkap dari simposium di bawah ini, bisa diakses di nyeri ini, selama 2 hari telah diselenggarakan Pertemuan Ilmiah
http://www.kalbefarma.com/seminar. Nasional I Nyeri oleh Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI
(Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia). Acara ini
Simposium Satelit II, Nutritional & Complementary Choices in berlangsung di Manado, Sulawesi Utara. Sekitar 500 dokter dari
Cancer Therapy, Surabaya 5 Maret 2005 seluruh Indonesia (termasuk dari Aceh) turut berpartisipasi dalam
Saat ini terapi atau pengobatan nutrisi dan komplemen/pelengkap acara yang baru pertama kali diadakan ini.
penyakit kanker mulai mendapat tempat tidak hanya di kalangan
penderita, namun juga termasuk para dokter. Penyebabnya antara lain, Seminar Revolution on Anti Aging Medicine I, Jakarta 14 Maret
kesulitan menyembuhkan penyakit kanker. Apalagi di Indonesia, 2005
umumnya pasien datang berobat ke dokter pada tahap sudah sangat Kondisi lingkungan kota-kota besar di Indonesia tampaknya
lanjut. Belum lagi jika diperhitungkan biaya obat kanker yang bisa berpengaruh negatif terhadap kesehatan, apalagi jika kurang
dibilang tidak murah (meskipun untuk saat ini, Kalbe Farma telah berolahraga. Demikian disampaikan dr. Phaidon Toruan, MM dalam
menyediakan obat-obat kanker generik yang juga bisa diperoleh para presentasinya yang berjudul "Aktivitas Olahraga sebagai Anti Aging
anggota Askes). Masalah tersebut dibahas di Surabaya pada Action", pada acara pertama dari rangkaian Seminar dan Workshop
simposium yang diadakan oleh Perhimpunan Onkologi Indonesia. Perkumpulan Awet Sehat Indonesia (Indonesian Anti Aging Society)
di Jakarta, Sabtu 14 Mei 2005. Seminar yang dihadiri oleh lebih dari
Seminar Sehari Bedah Laparoskopik untuk Obesitas, Jakarta 19 200 peserta peminat Anti Aging, diramaikan dengan pelbagai stand
Maret 2005 sponsor alat dan food supplement untuk menjaga kesehatan. Seminar
Gemuk tidak selalu diidentikkan dengan cantik, seperti sering hari itu dilanjutkan dengan workshop Sustain Your Sex Life Through
didengung-dengungkan dengan pameo Big is beautiful. Lebih sering Sports & Fitness. Sampai jumpa di seminar berikutnya pada bulan
gemuk malah bisa membuat persoalan seperti: penyakit jantung Agustus 2005.
koroner, kencing manis, radang sendi dan penyakit-penyakit
degeneratif lainnya. Sayangnya orang gemuk sangat sulit untuk Seminar Sosialisasi Etika Profesi dan Penelitian Kedokteran serta
menjadi kurus; pelbagai usaha telah dicoba, namun umumnya tidak Etika Rumah Sakit, Jakarta 14 Mei 2005
membuahkan hasil yang diinginkan. Tak jarang, akhirnya mereka Di tengah maraknya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
frustrasi dan tidak peduli lagi dengan kegemukannya. Presentasi dari tenaga kesehatan, di RS Pondok Indah pada 14 Mei 2005, telah
dr. Abdul Fahmi Karim dari Pantai Hospital Kuala Lumpur membawa diadakan seminar tentang Etika Profesi Kedokteran untuk para dokter
harapan cerah bagi mereka yang tergolong gemuk. dan tenaga medis lainnya. Acara ini menghadirkan 4 pembicara yaitu
Prof. Dr. R Sjamsuhidajat SpB, Drs. Darojatun Sanusi Apt, MBA, Dr.
PIT Interna Unibraw, Malang 19 - 20 Maret 2005 Samsi Jacobalis SpB, Dr. Broto Wasisto MPH.
Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Bagian Penyakit Dalam,
Unibraw-RS Saiful Anwar ini dilaksanakan di Hotel Tugu Malang, 19 JNHC V, Jakarta 20 - 21 Mei 2005
– 20 Maret 2005. Topik simposium yang dihadiri oleh sekitar 250 Sampai kini masih banyak yang berpendapat bahwa keadaan
peserta ini adalah Evidence Based Medicine in Clinical Practice. Gagal Ginjal Akut bersifat reversibel (dapat kembali normal/sehat).
Dalam pembukaannya ketua panitia menyampaikan bahwa acara PIT Namun menurut salah satu ahli ginjal Indonesia, dr. Pranawa, tidak
yang dilaksanakan secara berkala ini bertujuan untuk menjawab semua keadaan demikian hasil akhirnya. Keadaan seperti ini hanya
tantangan ilmu kedokteran yang terus berkembang, sehingga para bisa dijumpai pada pasien yang ditangani secara cepat dan tepat,
dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan selalu berdasarkan maksimal dalam 48 jam pertama. Untuk itu, saran dokter dari FK
ilmu yang terbaru. UNAIR/RSUD dr. Soetomo Surabaya ini, tenaga kesehatan yang
menemui pasien Acute Renal Failure (ARF), perlu cepat-cepat
Pelatihan Pricing Strategy, Jakarta 30 - 31 Maret 2005 berkonsultasi dengan dokter ahli ginjal. Informasi ini diutarakan
Salah satu syarat agar rumah sakit dapat melanjutkan dan Pranawa kepada sekitar 1.000 orang peserta The 5th Jakarta
memperluas usahanya adalah mampu memasarkan produk pelayanan Nephrology and Hypertension Course, yang berlangsung dari tanggal
kesehatannya secara berhasil dan memperoleh keuntungan. Tentunya 20 - 21 Mei 2005.
dengan cara yang tidak melanggar etika perumahsakitan dan tidak
melupakan fungsi sosial rumah sakit, demikian dipaparkan dr. Sri Symposium on Hypertension, Jakarta, 22 Mei 2005
Rachmani MKes, saat memberi presentasi pada hari kedua Pelatihan Telah ditetapkan baik oleh JNC7 (Joint National Committee VII)
III 2005 dari Perhimpunan Manajer Pelayanan Kesehatan Indonesia maupun oleh ADA (American Diabetes Association) bahwa target
(PERMAPKIN). tekanan darah bagi penderita Kencing Manis adalah di bawah 130 / 80
mmHg. Demikian pemaparan Guru Besar FKUI Jose Roesma pada
PIN I Nyeri, Manado 29 - 30 April 2005 acara Symposium on Hypertension, Jakarta 22 Mei 2005. Sebenarnya,
Nyeri telah akrab sejak manusia diciptakan. Meskipun telah lanjut spesialis Ginjal dan Hipertensi ini, makin rendah tekanan darah
berlangsung lama, persoalan nyeri tidak ada habis-habisnya. Apalagi pasien makin baik. Untuk itu usaha (obat maupun non obat)
persoalan yang menjengkelkan bagi penderitanya ini, kadangkala menurunkan tekanan darah serendah mungkin adalah hal yang
sangat sulit diselesaikan. Dalam rangka mengupdate ilmu mengenai - diprioritaskan.
3. Mandatory vaccination
Yellow fever (for protection of vulnerable countries)
Meningococcal disease - required by Saudi Arabia for pilgrims visiting Mecca for the Hajj (annual pilgrimage) or
for the Umrah.
1. Yang tidak benar mengenai flu burung : 6. Imunisasi campak dianjurkan diberikan secara :
a) Disebabkan oleh virus influenza tipe A a) Intramuskular
b) Terutama menyerang unggas, bukan manusia b) Subkutan
c) Bisa mematikan c) Intrakutan
d) Bisa menjadi epidemi d) Inhalasi
e) Virus penyebabnya tahan suhu tinggi e) Oral
2. Yang bukan gejala flu burung : 7. Saat optimal vaksinasi campak di negara berkembang
a) Nyeri tenggorokan ialah pada usia :
b) Nyeri kepala a) 0 – 3 bulan
c) Diare b) 3 – 6 bulan
d) Sesak nafas c) 6 – 12 bulan
e) Konjungtivitis d) 12 – 24 bulan
e) Setelah 24 bulan
3. Campak paling infeksius pada masa :
a) Prodromal 8. Antibodi maternal campak akan bertahan di dalam darah
b) Akut bayi sampai usia:
c) Konvalesen a) 0 – 3 bulan
d) Kronis b) 3 – 6 bulan
e) Carrier c) 6 – 12 bulan
d) 12 – 24 bulan
4. Koplik spots dapat ditemui di : e) Lebih dari 24 bulan
a) Konjungtiva
b) Mukosa mulut 9. Perlindungan satu dosis vaksin campak dapat mencapai :
c) Bibir a) 1 tahun
d) Mukosa hidung b) 5 tahun
e) Kulit c) 10 tahun
d) 14 tahun
e) 16 tahun
5. Imunitas terhadap campak ditunjukkan dengan adanya :
a) IgM
b) IgG terhadap protein F JAWABAN RPPIK :
c) IgA terhadap protein F
1. E 2. C 3. A 4. B 5. D
d) IgG terhadap protein H
6. B 7. B 8. C 9. E
e) IgA terhadap protein H