Anda di halaman 1dari 23

Rhinitis Alergi

Pengertian Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada

pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986 ! "enurut #$% &R'& (&llergi( Rhinitis and its 'mpa(t on &sthma tahun )**1, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin+bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh 'g,! -erdasarkan penyebabnya, ada ) golongan rhinitis .

1! Rhinitis alergi / disebabkan oleh adanya alergen yang terhirup oleh hidung! )! Rhinitis non alergi / disebabkan oleh faktor+faktor pemi(u tertentu . Rhinitis vasomotor, rhinitis medi(amentosa, rhinitis struktural

"enurut #$% 'niative &R'& (&llergi( Rhinitis and its 'mpa(t on &sthma tahun )***, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi . 1! 'ntermiten (kadang+kadang . bila gejala kurang dari 0 hari1minggu atau kurang dari )! 0 minggu!

Persisten1menetap bila gejala lebih dari 0 hari1minggu dan atau lebih dari 0

minggu!

2edangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjad i. 1! Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, )! belajar, bekerja dan hal+hal lain yang mengganggu!

2edang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut

diatas(-ousquet et al, )**1 !

Etiologi rinitis alergi Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya! 4aktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi (&dams, -oies, $igler, 1995 ! Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada de6asa dan ingestan pada anakanak! Pada anak+anak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan pen(ernaan! Penyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi! -eberapa pasien sensitif terhadap beberapa alergen! &lergen yang menyebabkan rinitis alergi musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur! Rinitis alergi perenial (sepanjang tahun diantaranya debu tungau, terdapat dua spesies utama tungau yaitu 7ermatophagoides farinae dan 7ermatophagoides pteronyssinus, jamur, binatang peliharaan seperti ke(oa dan binatang pengerat! 4aktor resiko untuk terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang

tinggi, dan faktor kelembaban udara! 8elembaban yang tinggi merupakan faktor resiko untuk untuk tumbuhnya jamur! -erbagai pemi(u yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan (ua(a (-e(ker, 1990 ! -erdasarkan (ara masuknya allergen dibagi atas. 1! &lergen 'nhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur!

)! &lergen 'ngestan, yang masuk ke saluran (erna, berupa makanan, misalnya susu, 9! telur, (oklat, ikan dan udang!

&lergen 'njektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya atau sengatan lebah!

penisilin

0! &lergen 8ontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan (8aplan, )**9 !

Patofisiologi Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang dia6ali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi! Reaksi alergi terdiri dari ) fase yaitu .

1!

Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi &lergi 4ase :epat (R&4: yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya! "un(ulnya

segera dalam ;+9* menit, setelah terpapar dengan alergen spesifik dan gejalanya terdiri dari bersin+bersin, rinore karena hambatan hidung dan atau bronkospasme! $al ini berhubungan dengan pelepasan amin vasoaktif seperti histamin! )! Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi &lergi 4ase <ambat (R&4< yang berlangsung )+0 jam dengan pun(ak 6+8 jam (fase hiperreaktifitas setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai )0+08 jam! "un(ul dalam )+8 jam setelah terpapar alergen tanpa pemaparan tambahan! $al ini berhubungan dengan infiltrasi sel+sel peradangan, eosinofil, neutrofil, basofil, monosit dan :7 0 = sel > pada tempat deposisi antigen yang menyebabkan pembengkakan, kongesti dan sekret kental!

Patogenesis Rinitis &lergi

Patofisiologi rinitis alergi dapat dibedakan ka dalam fase sensitisasi dan elisitasi! 4ase elisitasi dibedakan atas tahap aktivasi dan tahap efektor!

4ase sensitisasi dia6ali dengan paparan alergen yang menempel dimukosa hidung bersama udara pernapasan! &lergen tersebut ditangkap kemudian dipe(ah oleh sel penyaji antigen (&P: seperti sel <angerhans, sel dendritik dan makrofag menjadi

peptida rantai pendek! $asil peme(ahan alergen ini akan dipresentasikan di permukaan &P: melalui molekul kompleks histokompatibilitas mayor kelas '' ("$: kelas '' ! 'katan antara sel penyaji antigen dan sel >h * (sel > helper melalui "$:+'' dan reseptornya (>(R+:70 memi(u deferensiasi 2el >h*

menjadi sel >h)! -eberapa sitokin yaitu '<9, '<0, '<;, '<9,'<1*, '<19 dan granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (?":24 akan dilepaskan!

'<+0 dan '<+19 selanjutnya berikatan dengan reseptornya di permukaan sel limfosit -, sehingga sel limfosit - menjadi aktif dan akan memproduksi imunoglobulin , ('g, yang akan dilepaskan di sirkulasi darah dan jaringan sekitarnya! 'g, di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan berikatan dengan reseptor 'g, di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator membentuk ikatan 'g,+sel mast! 'ndividu yang mengandung komplek tersebut disebut individu yang sudah tersensitisasi, yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi!

4ase aktivasi bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, maka kedua rantai 'g, akan mengikat alergen spesifik dan menyebabkan terjadinya degranulasi (pe(ahnya dinding sel mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk (Performed "ediators terutama histamin! 2elain histamin juga dikeluarkan @e6ly 4ormed "ediators antara lain

prostaglandin 7) (P?7) , <eukotrien 70 (<> 70 , <eukotrien :0 (<> :0 , bradikinin, Platelet &(tivating 4a(tor (P&4 , berbagai sitokin ('<+9, '<+0, '<+;, '<+ 6, ?"+:24 (?ranulo(yte "a(rophage :olony 2timulating 4a(tor dan lain+lain! 'nilah yang disebut sebagai Reaksi &lergi 4ase :epat (R&4: !

$istamin akan merangsang reseptor $1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin+bersin! $istamin juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore! ?ejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid! 2elain histamin merangsang ujung saraf Aidianus, juga menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran 'nter :ellular &dhesion "ole(ule 1 (':&"1 !

Pada R&4<, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang

menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target! Respons ini tidak berhenti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut dan men(apai pun(ak 6+8 jam setelah pemaparan! Pada R&4< ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti '<+9, '<+0, '<+; dan ?ranulo(yte "a(rophag :olony 2timulating 4a(tor (?"+:24 dan ':&"1 pada sekret hidung! >imbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung adalah akibat peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulnya seperti ,osinophili( :ationi( Protein (,:P , ,osiniphili( 7erived Protein (,7P , "ajor -asi( Protein ("-P , dan ,osinophili( PeroBidase (,P% ! Pada fase ini, selain faktor spesifik (alergen , iritasi oleh faktor non spesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan (ua(a dan kelembaban udara yang tinggi ('ra6ati, 8asakayan, Rusmono, )**8 !

2e(ara mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh (vas(ular bad dengan pembesaran sel goblet dan sel pembentuk mukus! >erdapat juga pembesaran ruang interseluler dan penebalan membran basal, serta ditemukan infiltrasi sel+sel eosinofil pada jaringan mukosa dan submukosa hidung! ?ambaran yang ditemukan terdapat pada saat serangan! 7iluar keadaan serangan, mukosa kembali normal! &kan tetapi serangan dapat terjadi terus+menerus (persisten sepanjang tahun,

sehingga lama kelamaan terjadi perubahan yang ireversibel, yaitu terjadi proliferasi jaringan ikat dan hiperplasia mukosa, sehingga tampak mukosa hidung menebal! 7engan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi yang se(ara garis besar terdiri dari . 1! Respon primer >erjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (&g ! Reaksi ini bersifat non spesifik dan dapat berakhir sampai disini! -ila &g tidak berhasil seluruhnya dihilangkan, reaksi berlanjut menjadi respon sekunder! )! Respon sekunder Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan ialah sistem imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan! -ila &g berhasil dieliminasi pada tahap ini, reaksi selesai! -ila &g masih ada, atau memang sudah ada defek dari sistem imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi respon tersier! 9! Respon tersier Reaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh! Reaksi ini dapat bersifat sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi &g oleh tubuh!?ell dan :oombs mengklasifikasikan reaksi ini atas 0 tipe, yaitu tipe 1, atau reaksi anafilaksis (immediate hypersensitivity , tipe ) atau reaksi sitotoksik, tipe 9 atau reaksi kompleks imun dan tipe 0 atau reaksi tuber(ulin (delayed hypersensitivity !

"anifestasi klinis kerusakan jaringan yang banyak dijumpai di bidang >$> adalah tipe 1, yaitu rinitis alergi ('ra6ati, 8asakayan, Rusmono, )**8 !

Gejala klinik ?ejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang! 2ebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu! $al ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self (leaning pro(ess ! -ersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari ; kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin! 7isebut juga sebagai bersin patologis (2oepardi, 'skandar, )**0 !

?ejala lain ialah keluar ingus (rinore yang en(er dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang+kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi ! >anda+tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring! >anda hidung termasuk lipatan hidung melintang C garis hitam melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat (allergi( salute , pu(at dan edema mukosa hidung yang dapat mun(ul kebiruan! <ubang hidung bengkak! 7isertai dengan sekret mukoid atau (air! >anda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti konjungtiva, lingkar

hitam diba6ah mata (allergi( shiner ! >anda pada telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa sebagai hasil dari hambatan tuba eusta(hii! >anda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia submukosa jaringan limfoid! >anda laringeal termasuk suara serak dan edema pita suara (-ousquet, :au6enberge, 8haltaev, &R'& #orkshop ?roup! #$%, )**1 !

?ejala lain yang tidak khas dapat berupa. batuk, sakit kepala, masalah pen(iuman, mengi, penekanan pada sinus dan nyeri 6ajah, post nasal drip! -eberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur ($armadji, 1999 !

Diagnosis 7iagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan. 1! &namnesis &namnesis sangat penting, karena sering kali serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa! $ampir ;*D diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja! ?ejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang! ?ejala lain ialah keluar hingus (rinore yang en(er dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang+kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi ! 8adang+kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama

atau satu+satunya gejala yang diutarakan oleh pasien ('ra6ati, 8asakayan, Rusmono, )**8 ! Perlu ditanyakan pola gejala (hilang timbul, menetap beserta onset dan keparahannya, identifikasi faktor predisposisi karena faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi, respon terhadap pengobatan, kondisi lingkungan dan pekerjaan! Rinitis alergi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, bila terdapat ) atau lebih gejala seperti bersin+bersin lebih ; kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus en(er lebih dari satu jam, hidung tersumbat, dan mata merah serta berair maka dinyatakan positif!

)! Pemeriksaan 4isik Pada muka biasanya didapatkan garis 7ennie+"organ dan allergi( shinner, yaitu bayangan gelap di daerah ba6ah mata karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung ('ra6ati, )**) ! 2elain itu, dapat ditemukan juga allergi( (rease yaitu berupa garis melintang pada dorsum nasi bagian sepertiga ba6ah! ?aris ini timbul akibat hidung yang sering digosok+gosok oleh punggung tangan (allergi( salute ! Pada pemeriksaan rinoskopi ditemukan mukosa hidung basah, ber6arna pu(at atau livid dengan konka edema dan sekret yang en(er dan banyak! Perlu juga dilihat adanya kelainan septum atau polip hidung yang dapat memperberat gejala hidung tersumbat! 2elain itu, dapat pula ditemukan konjungtivis bilateral atau

penyakit yang berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis media ('ra6ati, )**) !

9! Pemeriksaan Penunjang a! 'n vitro $itung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat! 7emikian pula pemeriksaan 'g, total (prist+paper radio imunosorbent test sering kali

menunjukkan nilai normal, ke(uali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu ma(am penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria! <ebih bermakna adalah dengan R&2> (Radio 'mmuno 2orbent >est atau ,<'2& (,nEyme <inked 'mmuno 2orbent &ssay >est ! Pemeriksaan sitologi hidung, 6alaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap! 7itemukannya eosinofil dalam jumlah banyak mungkin

menunjukkan kemungkinan alergi inhalan! Fika basofil (; sel1lap

disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel P"@ menunjukkan adanya infeksi bakteri ('ra6ati, )**) ! b! 'n vivo &lergen penyebab dapat di(ari dengan (ara pemeriksaan tes (ukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (2kin ,nd+point >itration12,> ! 2,> dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan

alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya! 8euntungan 2,>, selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui (2umarman, )*** !

Tujuan terapi "eminimalisasi1men(egah gejala dengan efek samping seminimal mungkin dan biaya pengobatan rasional serta pasien dapat mempertahankan pola hidup normal!

Penatalaksanaan 1! >erapi @on+farmakologi >erapi non+farmakologi yang paling ideal adalah dengan menghindari alergen penyebabnya (avoidan(e dan eliminasi!

)! >erapi 4armakologi (>erapi 2imptomatis a! "edikamentosa+ >erapi medikamentosa yaitu antihistamin, obat+obatan

simpatomimetik, kortikosteroid dan antikolinergik topikal! 3 Antihistamin yang dipakai adalah antagonis $+1! &ntagonis reseptor histamin $1 berikatan dengan reseptor $1 tanpa mengaktivasi reseptor, yang men(egah ikatan dan kerja histamin! "erupakan preparat farmakologik yang paling sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rinitis alergi! Pemberian dapat dalam

kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan se(ara peroral! &ntihistamin dibagi dalam ) golongan yaitu golongan antihistamin generasi+1 (klasik dan generasi +) (non sedatif ! &ntihistamin generasi+1 bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus sa6ar darah otak (mempunyai efek pada 22P dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik!

?enerasi kedua lebih bersifat lipofobik dan memiliki ukuran molekul lebih besar sehingga lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma dan berkurang kemampuannya melintasi otak! ?enerasi kedua &$1 mempunyai rasio efektivitas, keamanan dan farmakokinetik yang baik, dapat diminum sekali sehari, serta bekerja (epat (kurang dari 1 jam dalam mengurangi gejala hidung dan mata, namun obat generasi terbaru ini kurang efektif dalam mengatasi kongesti hidung!

4armakokinetik &$ generasi kedua (:etiriEin dan <oratadin !

Preparat

simpatomimetik golongan

agonis

adrenergik

alfa

dipakai

dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi dengan antihistamin atau topikal! @amun pemakaian se(ara topikal hanya boleh untuk beberapa hari saja untuk menghindari terjadinya rinitis medikamentosa! -eraksi pada reseptor

adrenergik pada mukosa hidung untuk menyebabkan vasokonstriksi, men(iutkan mukosa yang membengkak, dan memperbaiki pernapasan!

a!

Dekongestan oral 7ekongestan oral seperti efedrin, fenilefrin, dan pseudoefedrin, merupakan obat simpatomimetik yang dapat mengurangi gejala kongesti hidung! Penggunaan obat ini pada pasien dengan penyakit jantung harus berhati+hati! ,fek samping obat ini antara lain hipertensi, berdebar+debar, gelisah, agitasi, tremor, insomnia, sakit kepala, kekeringan membran mukosa, retensi urin, dan eksaserbasi glaukoma atau tirotoksikosis! 7ekongestan oral dapat diberikan dengan perhatian terhadap efek sentral! Pada kombinasi dengan antihistamin+$1 oral efektifitasnya dapat meningkat, namun efek samping juga bertambah!

b!

Dekongestan intranasal 7ekongestan intranasal (misalnya epinefrin, naftaEolin, oksimetaEolin, dan BilometaEolin juga merupakan obat simpatomimetik yang dapat mengurangi gejala kongesti hidung! %bat ini bekerja lebih (epat dan efektif daripada dekongestan oral! Penggunaannya harus dibatasi kurang dari 1* hari untuk men(egah terjadinya rinitis medikamentosa! ,fek sampingnya sama seperti sediaan oral tetapi lebih ringan! Pemberian vasokonstriktor topikal tidak dianjurkan untuk rinitis alergik pada anak di ba6ah usia l tahun karena batas antara dosis terapi

dengan dosis toksis yang sempit! Pada dosis toksik akan terjadi gangguan kardiovaskular dan sistem saraf pusat!

Preparat Kortikosteroid 8ortikosteroid digunakan sangat luas dalam pengobatan berbagai penyakit alergi oleh karena sifat anti inflamasinya yang kuat! -eragam kerja anti inflamasi kortikosteroid diperantarai oleh pengaturan ekspresi dari berma(am gen target spesifik! >elah diketahui bah6a kortikosteroid menghambat sintesis sejumlah sitokin seperti interleukin '<+1 sampai '<+6, tumor nekrosis fa(tor+G (>@4+G , dan granulo(yte+ma(rophage (olony stimulating fa(tor (?"+:24 ! 8ortikosteroid juga menghambat sintesis khemokin '<+8, regulated on a(tivation normal > (ell eBpressed and se(reted (R&@>,2 , eotaBin, ma(rophage inflammatory protein+ 1G ("'P+1G , dan mono(yt (hemoattra(tant protein+1!

a!

Kortikosteroid intranasal 8ortikosteroid intranasal (misalnya beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason, dan triamsinolon dapat mengurangi hiperreaktivitas dan inflamasi nasal! %bat ini merupakan terapi medikamentosa yang paling efektif bagi rinitis alergik dan efektif terhadap kongesti hidung! ,feknya akan terlihat setelah 6+ 1) jam, dan efek maksimal terlihat setelah beberapa hari! 8ortikosteroid topikal

hidung pada anak masih banyak dipertentangkan karena efek sistemik pemakaian lama dan efek lokal obat ini! @amun belum ada laporan tentang efek samping setelah pemberian kortikosteroid topikal hidung jangka panjang! 7osis steroid topikal hidung dapat diberikan dengan dosis setengah de6asa dan dianjurkan sekali sehari pada 6aktu pagi hari! %bat ini diberikan pada kasus rinitis alergik dengan keluhan hidung tersumbat yang menonjol!

b!

Kortikosteroid oral/IM 8ortikosteroid oral1'" (misalnya deksametason, hidrokortison,

metilprednisolon, prednisolon, prednison, triamsinolon, dan betametason poten untuk mengurangi inflamasi dan hiperreaktivitas nasal! Pemberian jangka pendek mungkin diperlukan! Fika memungkinkan, kortikosteroid intranasal digunakan untuk menggantikan pemakaian kortikosteroid oral1'"! ,fek samping lokal obat ini (ukup ringan, dan efek samping sistemik mempunyai batas yang luas! Pemberian kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan untuk rinitis alergik pada anak! Pada anak ke(il perlu dipertimbangkan pemakaian kombinasi obat intranasal dan inhalasi!

Sodium Kromolin

2ebagai suatu penstabil sel mast sehingga men(egah degranulasi sel mast dan pelepasan mediator termasuk histamin dengan (ara memblokade pengangkutan kalsium yang dirangsang antigen mele6ati membran sel mast!

Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida, bermanfaat untuk mengatasi rinore, karena aktifitas inhibisi reseptor kolinergik permukaan sel efektor ("ulyarjo, )**6 !

Anti-leukotrien seperti

montelukast,

pranlukast,

dan

Eafirlukast,

akan

memblok reseptor :yst<>, dan merupakan obat yang menjanjikan baik dipakai sendiri ataupun dalam kombinasi dengan antihistamin+$1 oral, namun masih diperlukan banyak data mengenai obat+obat ini! ,fek sampingnya dapat ditoleransi tubuh dengan baik!

(!

%peratif + >indakan konkotomi (pemotongan konka inferior perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dike(ilkan dengan (ara kauterisasi memakai &g@%9 ); D atau troklor asetat (Roland, "(:luggage, 2(iinneider, )**1 !

d!

'munoterapi + 'munoterapi atau hiposensitisasi digunakan ketika pengobatan medikamentosa gagal mengontrol gejala atau menghasilkan efek samping yang

tidak dapat dikompromi! 'munoterapi menekan pembentukan 'g,! 'munoterapi juga meningkatkan titer antibodi 'g? spesifik! Fenisnya ada desensitisasi, hiposensitisasi H netralisasi! 7esensitisasi dan hiposensitisasi

membentuk blocking antibody! 8eduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan! @etralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi inhalan ("ulyarjo, )**6 !

-ila ada konjungtivitis, tambahkan .

o Penghambat $1 oral o &tau penghambat $1 'ntra+okuler o &tau kromolin intra+okuler o (atau larutan garam fisiologis

Pertimbangkan 'munoterapi spesifik -ila ada perbaikan turunkan ke tahap sebelumnya, kalau memburuk naikkan ke tahap berikutnya!

Komplikasi 1. Polip hidung! Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung!
2. 3. 4.

%titis media yang sering residif, terutama pada anak+anak! 2inusitis paranasal!

"asalah ortodonti dan efek penyakit lain dari pernafasan mulut yang lama khususnya pada anak+anak! &sma bronkial! Pasien alergi hidung memiliki resiko 0 kali lebih besar mendapat asma bronkial!
5.

Anda mungkin juga menyukai