2.1 Destilasi Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Destilasi merupakan suatu proses pemisahan yang sangat penting dalam berbagai industri kimia. Operasi ini bekerja untuk memisahkan suatu campuran menjadi komponen-komponennya berdasarkan
perbedaan titik didih. Destilasi ini selalu digunakan untuk memisahkan minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya, memisahkan suatu produk kimia dari pengotornya, dan sangat diperlukan dalam industri obat-obatan. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. Metode ini sering digunakan dalam proses isolasi komponen, pemekatan larutan dan pemurnian komponen cair. Prosesnya : diawali dengan penguapan senyawa cair dengan pemanasan kemudian pengembunan uap yang terbentuk kemudian ditampung kemudian destilat.
Destilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan menggunakan panas sebagai pemisah atau separating agent .
Contoh : Jika larutan yang terdiri dari dua buah komponen yang cukup mudah menguap,misalnya larutan benzena toluena, larutan n-Heptane dan n-Heksane dan
larutan sejenisdididihkan, maka fase uap yang terbentuk akan mengandung komponen yang lebih menguapdalam jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan fase cair.
Secara fundamental semua proses proses distilasi memerlukan beberapa peralatan penting yaitu: 1.Kondenser dan Cooler
Proses pemisahan destilasi dengan mudah dapat dilakukan terhadap campuran, dimana antara komponen satu dengan komponen yang lain terdapat dalam campuran :
a.Dalam keadaan standar berupa cairan, saling melarutkan menjadi campuran
Pada proses pemisahan secara destilasi, fase uap akan segera terbentuk setelahsejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa cairannya (dalam waktu relatif cukup) dengan harapan pada suhu dan tekanan tertentu, antara uap dan sisa cairan akan berada dalam kesetimbangan, sebelum campuran dipisahkan menjadi distilat dan residu. Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguaprelatif terhadap fase cair, berarti menunjukan adanya suatu pemisahan. Sehingga kalau uapyang terbentuk selanjutnya diembunkan dan dipanaskan secara berulang ulang, makaakhirnya akan diperoleh komponen komponen dalam keadaan yang relatif murni.
2.1.1 Cara kerja destilasi Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi destilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponennya yang terdapat dalam salah satu larutan atau campuran dan bergantung pada distribusi komponen-komponen tersebu antara fasa uap dan fasa air. Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara destilasi adalai komposisi uap harus berbeda dengan komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-komponennya cukup dapat menguap.
2.1.2
Tahap
destilasi
1.
Evaporasi
memindahkan
pelarut
sebagai
uap
dari
cairan
2. Pemisahan uap-cairan didalam kolom dan untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih mudah menguap komponen lain yang kurang volatil. 3. Kondensasi dari uap, serta untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil. Macam macamdestilasi
2.1.3
1.Destilasi
sederhana
Teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Biasanya destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik didih nya rendah, atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau minyak. Proses ini dilakukan dengan mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam suatu wadah, namun hasilnya tidak benar-benar murni atau bias dikatakan tidak murni karena hanya bersifat memisahkan zat cair yang titik didih rendah atau zat cair dengan zat padat atau minyak.
2.
Destilasi
bertingkat
(fraksionasi)
Untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang dekat. Proses ini digunan untuk komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan.Pada dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki kondensor yang lebih banya sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan substan kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor yang banyak. 3.Destilasi azeotrop Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit dipisahkan) biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
4. Destilasi uap Memisahkan zat senyawa cair yang tidak larut dalam air dan titik didihnya cukup tinggi sedangkan zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan (rearrangement). Destilasi uap adalah istilah umum untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air.
5. Destilasi vakum (destilasi tekana rendah) Memisahkan dua komponen yang titik didihnya sangat tinggi, metode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1atm sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendestilasinya tidak terlalu tinggi. Destilasi ini digunakan untuk zat yang tak tahan suhu tinggi atau bisa rusak pada pemanasan yang tinggi. Sehingga dengan menurunan tekanan maka titik didih juga akan menurun, maka destilasi yang tadinya harus dilakukan pada suhu tinggi tetap dapat dilakukan pada suhu rendah dengan menurunkan tekanan.
Gambar : Alat Destilasi Sederhana Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator. Yang terdiri dari thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu penampung destilat. Thermometer biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung. Seringnya thermometer yang digunakan harus memenuhi syarat: a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi. b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi sebagai tempat suatu campuran zat cair yang akan didestilasi .
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin yang digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna. Penampung destilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi tergantung
pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas, ataupun mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar. Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran. Perawatan peralatan distilasi
Kolom distilasi harus dirawat agar kebersihan dan penggunaannya dapat seoptimal mungkin, dilakukan sebagai berikut : 1. Pengaruh panas kolom pada unit kolom distilasi terbatas pada kondensor dan pendidih ulang (reboiler), karena, pada umumnya, kolom tersebut diisolasi, sehingga kehilangan kalor sepanjang kolom relatif kecil 2. Untuk umpan yang berupa zat cair pada titik gelembungnya (q = 1) yaitu cairan jenuh, kalor yang diberikan pada pendidih ulang sama dengan yang dikeluarkan pada kondensor. Untuk umpan yang berwujud selain cairan jenuh kebutuhan kukus, pemanas dihitung dengan neraca panas (neraca entalpi).
2.2 Proses Destilasi Dalam Pembuatan Polipropilen di PT.Tri Polyta Indonesia Tbk PT. Tri Polyta Indonesia Tbk adalah suatu perusahaan yang
memproduksi polipropylen atau bijih plastic dengan bentuk kecil seperti biji jagung dan berwarna putih. Bahan baku yang digunakan adalah propylene, co katalis dan katalis. Bentuk propylenadalah liquid gas petroleum yang di peroleh dari PT. Chandra Asri dan impor dari luar negeri.Katalis yang di gunakan adalah TiCl4 dan CoKatalis yang digunakan adalah Tri EtilAlumunium (Al(CH3)3). Untuk produk, propylene mengalami beberapa proses menghasilkan
2.2.1 Polypropilen
Polypropilen atau yang sering dikenal dengan biji plastik merupakan bahan bakuuntuk pembuatan berbagai macam barang plastic. Polimer ini termasuk jenis polimer termoplastik. Polypropilen merupakan paling ringan dibandingkan dengan jenis biji plastic yang lain. Permukaan licin, tidak menyerap air, kelembaban, kekuatan termal dan renggang lebih besar dari polietilen. Pemanfaatan polypropilen
sangat luas diberbagai sektor industri, polipropilen dimanfaatkan dalam industry automotif appliances, barang plastic rumah tanggafilm, pembungkus kabel fiber dan filament, container, mainan anak-anak serta peralatan kesehatan.
Umumnya jenis polypropilen yang diproduksi oleh PT. Tri Polyta Indonesia Tbk ada tiga jenis yaitu: 1.Homopolimer Jenis polimer yang terdiri dari monomer propilen yang dihasilkan dari satu tahapreaksi. Penggunaan produk akhir polimer jenis ini untuk aplikasi yang memerlukansifat-sifat kekakuan, kekerasan dan kuat yang tinggi.
2.Random Copolimer Jenis polimer yang dibuat dengan menambahkan etilen dalam jumlah tertentu, prosesini dibuat dalam satu reaktor yang sama dengan pembuatan homopolimer. Jenis inimenghasilkan plastik yang lebih bening dibandingkan plastik homo polimer.
3.Block (impact) copolymer Jenis polimer yang dihasilkan dari dua buah reaktor, pada reaktor pertama dihasilkan produk resin homopolymer, yang kemudian resin ini dimasukan kedalam reaktor kedua dan direaksikan dengan etilen dan propilen untuk menghasilkan impactcopolymer
Bahan Bahan yang digunakan dalam pembuatan polipropilen di PT. Tri Polyta Indonesia Tbk terdiri atas propilen sebagai bahan baku utama untuk pruduksi homopolimer, etilen untuk pembuatan random copolymer, katalis, kokatalis, Selectivity Control Agent (SCA), aditif, karbon monoksida (CO), hydrogen, dan nitrogen sebagai bahan baku penunjang.
1.
Propilen
Propilen merupakan bahan baku dari polypropilen. Adapun nama lain dari propylene adalah propena ( CH3 CH = CH2) yang merupakan senyawa kimia yang pada kondisi atmosfir berbentuk gas berwarna dengan densitas lebih besar dari udara, propilen bersifat anestik dan mudah terbakar. Sifat kimia propilen yaitu sebagai berikut: 1.Propilen termasuk senyawa yang berisomer dengan siklo propana (C3H6), homolog dengan etilen, golongan olefin, analog dengan propane, propadiena dan metal asetilen. 2.Pada kondisi gas propilen lebih berat dari udara dan memiliki aroma kemanis manisan 3.Propilen mudah teroksidasi pada konsentrasi tertentu dan mudah terbakar. 4.Propilen lebih reaktif jika dibandingkan dengan propana dan etilen, hal ini disebabkan karena adanya gugus metal dan ikatan rangkap yang tidak simetris.
2.
produk yangdiinginkan adalah random kopolimer. Kadang-kadang etilen juga ditambahkan pada produksi homopolimer. Peningkatan kandungan etilen dalam produk akan meningkatkan kekuatanimpact dan kejernihan produk. Etilen yang ditambahkan ke dalam proses memiliki kemurnian sekitar 99,5 %.
3. Katalis Katalis yang digunakan adalah SHAC (Shell High Activity Catalist) 201 dan LYNX 1010. Katalis SHAC terdiri dari TiCl4 dalam MgCl2 dan white mineral oil. White mineral oil berfungsi untuk melindungi kompleks TiCl4/MgCl2 dari kontak dengan udara lembab karena TiCl4/MgCl2 sangat reaktif terhadap air. Wujudnya berupa slurry (padatan tersuspensi dalam minyak) yang berwarna kecoklatan. Wujud slurry ini memungkinkan katalis dapat dialirkan kedalam reaktor. Katalis SHAC 201
mempunyai selektivitas yang tinggi. LYNX 1010 mempunyai keaktifan yang lebih besar dari SHAC 201 tetapi LYNX 1010 bukanlah katalis utama dalam produksi, karena sulit mengendalikan katalis ini pada kondisi reaktor dan sangat sensitif terhadap perubahan temperatur.
4.
mempermudah terjadinya polimerisasi. Kokatalis yang digunakan adalah Tri Etil Aluminium (TEAL). TEAL berwujud cairan pada kondisi ruang, bening, dan tidak berwarna.
5.
Selectivity Control Agent (SCA) SCA berfungsi untuk mengatur katalis agar lebih cenderung menghasilkan
polimer isotaktik. SCA yang dipakai adalah NPTMS (Normal Para Tri Metoksi Silane).
6.
Hidrogen (H2) Hidrogen berfungsi sebagai terminator akhir reaksi polimerisasi sehingga
7.
Nitrogen (N2) Nitrogen digunakan karena bersifat inert (tidak bereaksi) sehingga tidak
mengganggu jalannya reaksi polimerisasi. Sifat nitrogen antara lain tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mudah terbakar. Nitrogen yang digunakan dalam proses memiliki kemurnian 99,9 % dengankandungan oksigen kurang dari 6 ppm.
8.
Karbon Monoksida (CO) Gas CO berfungsi sebagai racun pada kill system (penghentian reaksi
system bekerja dengan menyuntikkan gas CO katalis ke dalam reaktor lewat aliran ke siklus. Gas CO akan mendeaktivasi katalis dan menghentikan reaksi polimerisasi. Gas CO merupakan gas buang yang tidak berwarna, tidak berbau, sangat mudah terbakar dan beracun.
9. Aditif Aditif ditambahkan untuk mendapatkan produk polipropilen denagn sifat tertentu yang diinginkan. Aditif berbentuk serbuk padatan dan cairan. Aditif ditambahkan pada resin sebelum proses pelleting. Jenis-jenis aditif yang ditambahkan adalah antioksidan dan acid receptor.
2.2.3 Sistem pemurnian bahan baku Pemurnian bahan baku dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan sejumlah pengotor seperti : CO2, CO, O2, H2S, propadiena, asetilena, dan air yang dapat menurunkan keaktifan katalis dan meracuni katalis.
Unit pemurnian propilen meliputi : 1. Degassing Column Sistem ini merupakan system destilasi dengan 26 tray yang digunakan untuk memisahkan gas-gas seperti : CO, CO2, H2S, dan metal asetilen. Produk atas berupagas-gas pengotor, yang selanjutnya dialirkan ke flare untuk di bakar, sedangkan bottom produk berupa propilen yang didinginkan dengan Heat Exchanger01 untuk menjaga suhunya tetap 40oC, kemudian propilen dialirkan ke sulfur removal (SPV).
Dalam kolom ini sulfur dipisahkan dari propilen cair dengan menggunakan katalisalumina aktif dengan cara adsorpsi. Pemisahan ini diperlukan karena sulfur merupakan racun bagi katalis. Unggun diregenerasi dengan menggunakan nitrogen panas pada suhu 250-280oC. Propilen masuk pada dasar kolom dan keluar pada bagian atas menuju bejana pemisah arsen.
3. Bejana Pemisah Arsen (ARV) Arsen dipisahkan dalam bejana pemisah yang berisi unggun tembaga oksida (CuO)dengan cara adsorpsi secara kimia.
4. Bejana Pemisah MRV (Metil Asetilen Propadiena Removal Vessel) Metal asetilen propadiena (MAP) dipisahkan dalam bejana pemisah yang berisi unggun katalis vanadium dan alumina. Suhu umpan diatur 40 71oC.
5. Pengering Propilen ( propilen dryer D-01 dan D-02 ) Pengering propilen digunakan untuk menghilangkan air dan alcohol dari propilen. Media yang digunakan yaitu molecular sieve yang diregenerasi setiap 6 bulan sekali menggunakan nitrogen panas.
6. Filter Propilen murni dilewatkan dalam propilen filter yang berfungsi untuk mencegah kontaminasi partikel terhadap resin.
Hidrogen yang berasal dari CAPC (Chandra Asri Petrochemical Centre) dinaikkan tekanannya dari 31 kg/cm2 G dengan bantuan compressor. Selanjutnya hidrogen yang berasal dari CAPC dan unit proses digabung menjadi satu aliran untuk dinaikkan temperaturnya dari 38oC hingga 160oC. Kemudian hydrogen
dialirkan kemetanator untuk dihilangkan gasc CO dan CO2 .Hidrogen keluaran metanator diturunkan suhunya dari 160oC menjadi 40oC didalam Heat Exchanger-03. Setelah itu hidrogen dialirkan ke dryer yang berisi molecular sieves untuk dihilangkan pengotor-pengotor kering dengan cara adsorpsi. Tekanan H2 keluar dryer mencapai 40 kg/cm2 G, dialirkan ke dalam reaktor untuk digunakan dalam proses.
Etilen yang berasal dari CAPC dinaikkan temperaturnya hingga mencapai 100oC dengan bantuan steam bertekanan 5,9 kg/cm2 G dan temperature 151oC. Setelah ituetilen dialirkan ke Etilen Deoxo Vessel (EDV), dimana pada kolom ini dilakukan pemisahan etilen dari zat-zat pengotor seperti CO, CO2, H2O. EDV merupakan kolom yang berisi unggun tembaga. Unggun ini berfungsi untuk menghilangkan oksigen yang terdapat pada etilen dengan cara pengoksidasian tembaga menjadi tembaga oksida. Etilen yang keluar kemudian didinginkan menggunakan Heat Exchanger-07 hingga mencapai temperature 40oC. Pengering (dryer) dipasang untuk menghilangkan methanol dan air menggunakan molecular sieves dengan metode adsorpsi fisik. Molecular sieves diregenerasi menggunakan nitrogen panas. Etilen selanjutnya disaring menggunakan filter untuk menghilangkan partikel-partikel padat yang terbawa. Sebelum etilen masuk proses terlebih dahulu tekanannya dinaikkan sampai 43 kg/cm2 G dengan menggunakan kompressor.
Nitrogen murni digunakan untuk pencucian dan mengendalikan komposisi gas didalam reaktor. Nitrogen harus dimurnikan terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan air dan oksigen yang dapat meracuni katalis polimerisasi. Kandungan air dan oksigen keluaran diharapkan kurang dari 0,001 ppm. Nitrogen memasuki
preheater sisi tube untuk dipanaskan hingga 100oC oleh kukus yang berada pada sisi shell sebelum memasuki Nitrogen Deoxo Vessel (NDV). Nitrogen panas yang mengandung oksigen dilewatkan pada Nitrogen Deoxo Vessel. Peristiwa yang terjadi didalam bejana ini adalah chemisorptions melalui pereaksian oksigen dengan katalis tembaga menjadi senyawa oksida.
PT. Tri Polyta Indonesia Tbk dalam proses produksi polipropilen menggunakan proses fase gas UNIPOL PP yang dikembangkan oleh Union Carbide Coorporation (UCC) dengan mengadopsi proses fase gas untuk pembuatan polietilen. Proses ini merupakan proses bersih karena limbah yang dihasilkan sangat sedikit dan semua bahan baku diperoleh kembali (recovery). Proses produksi polipropilen diawali dari persiapan bahan baku yang di ambil dariunit utilitas, kemudian masuk kedalam reaktor melalui system umpan masuk. Dari reactor masuk ke product receiver (sistem penampung produk) untuk dihilangkan kandungan hidrokarbonnya dengan menggunakan sweep gas (gas penyapu) yang berasal dari N2 surgetank , setelah itu ke product surge bin (deaktivasi katalis). Hasil dari product surge bin diteruskan ke sistem pelletizer untuk dibentuk menjadi butiran resin disimpan dalam kantong-kantong penyimpanan dibagian bagging system.
Proses produksi polipropilen dengan proses UNIPOL PP terdiri atas : 1. System Reaksi Polimerisasi Reaksi polimerisasi di reactor fluidaisbed. Bahan baku dimurnikan di unit purifikasi dari impurities atau pengotor-pengotornya seperti H2O, CO, CO2, O2, sulfur dan arsin. CO, CO2, O2 di murnikan melalui unit degassing coloumn, H2O di murnikan di dryer, sulfur disulfur remover dan arsin di arsin remover. Propylene yang diperoleh masih mengandung propane yang tidak diinginkan karena propane yang terkandung dalam
bahan baku tidak ikut bereaksi dalam reaksi polimerisasi. Untuk itu bahan baku di murnikan lagi dalam proses destilasi agar menghasilkan propylene yang lebih murni. Variable-variabel yang harus dikendalikan supaya produksi polipropilena dapat terus berjalanantara lain : 1. Laju alir katalis 2. Tekanan parsial propilena 3. Temperature reaktor 4. Rasio molar TEAl/katalis 5. Rasio molar TEAl/SCA 6. Rasio H2/propilena 2. Vent recovery System Vent recovery system dirancang untuk mengkondensasi monomer propilena dari aliran gas yang keluar dari reaktor dan product blow tank. Unit ini memerlukan sarana berupa nitrogen, kukus, air pendingin, udara instrument dan listrik. Vent recovery system terdiri atas 4 sistem, yaitu : 1. Sistem kompresi yang akan meningkatkan aliran gas. 2. Sistem autorefrigerasi yang dirancang untuk mendinginkan aliran gas sehingga propane dan propilena dapat di embunkan 3. System daur ulang gas ringan yang menghasilkan gas-gas yang didaur ulang kesystem reaksi dan system pemisahan gas dan resin 4. System destilasi yang digunakan untuk memisahkan propilena dan propane. Propilenadidaur ulang ke reactor dan propane di kirim ke utilitas untuk digunakan sebagai bahan bakar boiler.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Destlasi Diakses tanggal 25 Mei 2012 http://herusasongko.staff.mipa.uns.ac.id/2012/05/02/destilasi/ Diakses tanggal 26 Mei 2012 http://kimia-industry.blogspot.com/2011/10/destilasi.html Diakses tanggal 26 Mei 2012 (yakup) http://chemistry35.blogspot.com/2011/08/pengertian-destilasi.html Diakses tanggal 26 Mei 2012 http://www.scribd.com/doc/81581999/MAKALAH-bu-bralin Diakses tanggal 26 Mei 2012