Anda di halaman 1dari 18

1. Asuransi kesehatan di Indonesia Asuransi kesehatan di Indonesia, relatif belum berkembang.

Pada saat ini asuransi kesehatan tersebut masih terbatas hanya pada beberapa kelopok masyarakat tertentu saja yakni pegawai negeri sipil dan militer beserta keluarganya dan penerima pensiun, sebagian karyawan swasta serta sekelompok masyarakat yang termasuk dalam golongan ekonomi mampu. Asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil beserta keluarga dan penerima pensiun telah diperkenalkan sejak tahun 1968 yakni dengan keluarnya Surat Keputusan Presiden No. 230/1968. Pembayaran premi adalah wajib, yang dilakukan dengan memotong gaji pegawai negeri sebesar 2% dan pensiunan sebesar 5% setiap bulan. Pengelola dana semula adalah PERUM Husada Bakti, tetapi dengan telah keluarnya PP No 6 tahun 1992 telah ditingkatkan menjadi PT Askes Indonesia, suatu perusahaan Negara yang berada di lingkungan Departemen Kesehatan RI, yang pada saat ini telah pula dibenarkan untuk memasarkan programnya kepada masyarakat umum. Penyedia pelayanan kesehatan adalah berbagai institusi pemerintah dan swasta yang ditunjuk, dengan PUSKESMAS (untuk pegawai negeri, penerima pensiun dan keluarganya) serta dokter keluarga (untuk peserta umum) sebagai kontak pertama. Jenis pelayanan kesehatan yang ditanggung bersifat menyeluruh. Sedangkan sistem pembiayaan kepada sarana kesehatan ditetapkan secara pra upaya (pre-payment). Asuransi kesehatan untuk karyawan swasta, yang dikenal dengan nama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja (JPKTK), meskipun sebenarnya bersifat wajib, ternyata masih terbatas pada perusahaan besar saja. Di sini, sesuai dengan PP No 14 tahun 1992, PT ASTEK Indonesia, suatu perusahaan Negara di lingkungan Departemen Tenaga Kerja, ditunjuk sebagai satu-satunya perusahaan yang dibenarkan mengelola dana (monopoli). Penyedia pelayanan dilakukan oleh berbagai sarana pelayanan kesehatan yang dikontrak secara khusus. Sama halnya dengan

asuransi kesehatan untuk pegawai negeri, sistem pembayaran kepada sarana kesehatan juga atas dasar pra upaya (pre-payment). Ketentuan selengkapnya tentang program JPKTK ini telah diatur dalam UU No,3 tahun 1992 tentang jaminan social tenaga kerja. Dalam UU tersebut tercantum ada empat program yang harus dilaksanakan yakni program santunan kematian, program santunan kecelakaan, program santunan hari tua serta program santunan biaya kesehtan. Khusus untuk program santunan biaya kesehatan, telah ditetapkan besarnya premi yang harus dibaya yakni sebesar 6% dari gaji untuk karyawan yang telah berkeluarga serta 3% dari gaji untuk karyawan yang belum berkeluarga. Semua premi ini dibayarkan oleh perusahaan. Sayangnya pelayanan kesehatan yang ditanggung dalam program JPKTK ini belimlah menyeluruh, karena hanya mencakup pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif saja. Sedangkan pelayanan yang bersifat promotif dan preventi, yang dinilai penting untuk mengendalikan biaya kesehatan, tidak tercakup. Beberapa perusahaan swasta lainnya menyediakan jaminan kesehatan melalui sistem yang dikelola sendiri.misalnya mempunyai do6kter perusahaan, atau menyediakan tunjangan kesehatan yang diterima bersamaan dengan gajih bulanan. Asuransi kesehatan untuk masyarakat umum masih dalam tahap penjajakan yakni dengan diperkenalkannya konsep dana upaya kesehatan masyarakat (DUKM) dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM). Di samping itu, asuransi kesehatan swasta yang menerapkan prinsip pertanggungan kerugianjuga mulai diperkenalkan. Dasar hokum yang dianut adalah UU No. 2 tahun 1992. Dalam UU tersebut yang pada dasarnya mengatur usaha asuransi secara umum, usaha asuransi kesehatan termasuk dalam kelompok usaha asuransi jawa. Di sini ditetapkan program asuransi kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat sukarela serta perhitungan besarnya premi didasarkan atas pertanggungan risiko. Karena cara perhitungan premi yang seperti ini, mudahlah dipahami

bahwa pangsa pasar untuk asuransi ini, umumnya hanyalah anggota masyarakat yang berasal dari golongan ekonomi mampu saja. Kehendak untuk menyelenggarakan program asuransi kesehatan bagi masyarakat umum juga mulai digalakan. Untuk ini pemerintah mealui UU No. 23 tahun 1992 memperkenalkan suatu program yang disebut dengan nama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Direncanakan, program yang bersifat sukarela ini dapat dikelola oleh siapa saja, baik oleh badanbadan pemerintah ataupun swasta, termasuk oleh sarana kesehatan sendiri. Jenis pelayanan kesehatan yang ditanggung bersifat menyeluruh serta sistem pembayaran kepada sarana kesehatan atas dasar pra upaya.

2. Asuransi kesehatan di Negara lain Bagi Negara sosialis sepenuhnya diselenggarkan oleh pemerintah dan karena itu pelayanan kesehatan seolah-olah diberikan secara cuma-cuma. Hal ini terjadi karena semua orang bekerja menjadi peawai negeri sehingga biaya untuk pelayanan kesehatan langsung dipotong dari gaji. Dinegara maju khususnya jerman, inggris, belanda, kanada, amerika dan beberapa Negara di Asia misalnya jepang, pembiayaan melalui asuransi merupakan jalur keluar dari masalah pembiayaan kesehatan yang ada. Dibanding dengan Negara maju lainnya, asuransi kesehatan di amerika serikat boleh dikatakan kurang berhasil karena hanya mencakup 70% penduduk. Hal ini terjadi karena asuransi kesehatan yang dilaksanakan bersifat komersial dan membuka peluang persaingan diantara berbagai perusahaan asuransi yang jumlahnya banyak, sehingga partisipasi masyarakat terpecah-pecah, akibatnya hukum jumlah besar tidak tercapai. Sistem di inggris dan kanada lebih ideal, namun tampaknya akan sulit dijalankan di Indonesia karena peran pemerintah sangat besar sedangkan saat ini keadaan keuangan Negara belum memungkinkan. Asuransi kesehatan social seperti yang dijalankan di jerman lebih memungkinkan untuk diterapkan di

Indonesia karena premi dibayar secara proporsional berdasarkan persentase pendapatan dan akan lebih cocok dengan budaya gotong royong masyarakat Indonesia. Di asia walaupun cakupan belum 100% namun beberapa Negara telah menunjukkan peningkatan cakupan asuransi seperti Filipina(48%) dan Thailand(65%), sedangkan Indonesia baru mencapai 14,8% (depkes 2000).

Asuransi kesehatan mungkin adalah asuransi yang paling penting untuk Anda miliki. Biaya pelayanan kesehatan yang mahal akan sangat membebani jika Anda tidak dijamin oleh asuransi. Tidak jarang ada orang yang harus menjual harta bendanya untuk menanggung biaya perawatan di rumah sakit. Anda tentu tidak harus seperti itu dengan memiliki asuransi. Namun, asuransi kesehatan juga adalah produk yang cukup pelik untuk dipahami karena banyaknya jenis yang ditawarkan oleh penyedia asuransi. Wajar bila Anda dapat dibuat bingung karenanya. Asuransi kesehatan di Indonesia saat ini disediakan baik oleh Pemerintah maupun swasta. Pemerintah melalui program Askeskin (asuransi kesehatan masyarakat miskin) menjamin biaya kesehatan sampai jumlah tertentu bagi para penduduk miskin pemegang kartu Askeskin. Para pegawai negeri juga dijamin biaya kesehatannya oleh Pemerintah melalui PT Askes yang preminya dibayar melalui pemotongan gaji PNS. Bila Anda bukan penduduk miskin dan bukan pegawai negeri, Anda dapat membeli program asuransi komersial yang banyak diselenggarakan oleh perusahaan swasta nasional maupun asing. Bahkan, PT Askes juga menyediakan program kepesertaan sukarela bagi para pegawai di sektor swasta.

Asuransi kesehatan komersial dapat dibeli oleh individu maupun kelompok (kumpulan). Karena pertimbangan administratif dan risiko, kebanyakan produk asuransi kesehatan hanya boleh dibeli oleh kelompok, bukan orang per orang. Berikut adalah beberapa jenis biaya layanan kesehatan yang dapat dijamin oleh asuransi: 1. Rawat Jalan Asuransi rawat jalan meng-cover biaya dokter, diagnosis/lab, dan obat. Besarnya biaya yang ditanggung biasanya ditentukan dengan limit maksimum untuk masing-masing komponen per kunjungan/per tahun dan frekuensi maksimum kunjungan dalam satu tahun. Pembatasan juga dapat diberlakukan dengan mewajibkan rujukan dokter umum sebelum kunjungan ke dokter spesialis, atau pertanggungan hanya diberikan bila pelayanan kesehatan dilakukan oleh penyedia layanan (provider) yang terdaftar. Asuransi rawat jalan biasanya hanya diberikan kepada peserta asuransi kumpulan dan menjadi manfaat tambahan asuransi rawat inap. (Dengan kata lain, tidak bisa dibeli oleh orang per orang dan harus menjadi satu dengan asuransi rawat inap). 2. Rawat Inap Asuransi rawat inap meng-cover biaya rawat inap di rumah sakit, yang meliputi biaya kamar, jasa dokter, obat-obatan, laboratorium/penunjang diagnostik, pembedahan, dll. Penggolongan asuransi rawat inap biasanya dilakukan berdasarkan kelas kamar, misalnya dari kelas kamar terendah (kelas III) sampai kelas VIP atau VVIP. Untuk masing-masing golongan kelas, ada batasan-batasan maksimum yang ditanggung asuransi untuk biaya kamar perawatan, biaya obat, pembedahan, dll. Biaya pembedahan sendiri masih akan dibagi berdasarkan minor, sedang atau mayor. Jadi, misalnya, orang yang memiliki asuransi rawat inap kelas III akan memiliki maksimum biaya operasi mayor yang jauh lebih rendah dibandingkan peserta kelas VIP.

Asuransi rawat inap bisa dibeli secara kumpulan maupun individu. Khusus untuk asuransi individu, kita bisa memilih apakah jenis asuransinya bersifat penggantian atau tunjangan. Asuransi penggantian (indemnity insurance) adalah asuransi yang memberikan penggantian biaya yang kita keluarkan sesuai tagihan rumah sakit. Asuransi tunjangan (cash plan) memberikan tunjangan pendapatan dalam jumlah tertentu untuk setiap hari dirawat di rumah sakit, tidak peduli berapa biaya yang sebenarnya kita keluarkan. 3. Asuransi Melahirkan (Maternity) Asuransi melahirkan menanggung biaya kesehatan selama persalinan dan biasanya hanya diberikan kepada sekelompok wanita usia subur dengan jumlah keanggotaan minimal tertentu. Bila Anda sedang hamil, Anda tidak dapat didaftar sebagai peserta asuransi melahirkan. Anda juga tidak bisa membeli asuransi melahirkan secara perorangan. Manfaat asuransi melahirkan dibedakan antara manfaat untuk operasi caesar dan persalinan normal. Besarnya maksimum biaya yang ditanggung untuk keduanya berbeda dan tergantung pada jumlah premi yang dibayarkan. 4. Asuransi Perawatan Gigi Asuransi perawatan gigi menanggung biaya perawatan gigi rutin dan pembedahan yang sifatnya bukan kosmetik. Karakteristik asuransi perawatan gigi seperti asuransi rawat jalan di mana limit manfaatnya dipilah berdasarkan biaya dokter, obat, dan layanan lainnya. 5. Asuransi Kacamata Asuransi kacamata menanggung biaya kacamata, lensa dan frame. Biasanya pihak asuransi akan membatasi frekuensi penggantian kacamata dalam satu periode pertanggungan, hanya lensa saja atau hanya frame saja

PEMBIAYAAN KESEHATAN 1. Pengertian Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul A, 1996).

Dari pengertian di atas tampak ada dua sudut pandang ditinjau dari : 1. Penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) yaitu besarnya dana untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta dana operasional. 2. Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat

memanfaatkan suatu upaya kesehatan. Adanya sektor pemerintah dan sektor swasta dalam penyelenggaraan kesehatan sangat mempengaruhi perhitungan total biaya kesehatan suatu negara. Total biaya dari sektor pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemakai jasa (income pemerintah), tapi dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah (expence) untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Total biaya kesehatan adalah penjumlahan biaya dari sektor pemerintah dengan besarnya dana yang dikeluarkan pemakai jasa pelayanan untuk sektor swasta. Dalam membicarakan pembiayaan kesehatan yang penting adalah bagaimana memanfaatkan biaya tersebut secara efektif dan efisien baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial dengan tujuan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat yang membutuhkan. Dengan demikian suatu pembiayaan kesehatan dikatakan baik, bila jumlahnya mencukupi untuk menyelenggarakan

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dengan penyebaran dana sesuai kebutuhan serta pemanfaatan yang diatur secara seksama, sehingga tidak terjadi peningkatan biaya yang berlebihan. 2. Jenis Biaya Kesehatan Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan atas : a. Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah pengobatan dan pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta. b. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamanya lebih ke arah peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama dari sektor pemerintah. 3. Sumber Biaya Kesehatan Pelayanan kesehatan dibiayai dari berbagai sumber, yaitu : a. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten/kota) dengan dana berasal dari pajak (umum dan penjualan), deficit financial(pinjaman luar negeri) serta asuransi sosal. b. Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta, sumbangan sosial, pengeluaran rumah tangga serta communan self help.

4. Hubungan Pembiayaan dengan Derajat Kesehatan Hubungan pembiayaan dengan derajat kesehatan tidak selalu berbanding lurus, sangat tergantung dari pembiayaan khususnya yang berkaitan erat dengan pengendalian biaya. Contohnya: Amerika Serikat yang pengeluaran untuk kesehatannya paling tinggi (13,7% GNP) pada tahun

1997 (WHO Report 2000), derajat kesehatannya yang dilihat dari indikator umur harapan hidup didapatkan untuk laki-laki 73,8 tahun dan wanita 79,7 tahun. Keadaan ini lebih rendah daripada Jepang (umur harapan hidup laki-laki 77,6 tahun dan wanita 84,3 tahun) yang pengeluaran kesehatannya lebih kecil (7% GNP). Hal ini menunjukkan pembiayaan kesehatan di Amerika kurang efisien, yang mungkin terjadi karena sistem pembiayaan kesehatannya sangat berorientasi pasar dengan pembayaran langsung oleh pasien (out of pocket) relatif tinggi yaitu kurang lebih 1/3 dari seluruh pengeluaran pelayanan kesehatan (Murti B, 2000). Keadaan ini terjadi juga di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Yang paling terpengaruh oleh peningkatan biaya pelayanan kesehatan adalah aksesitas terhadap pelayanan kesehatan. Dengan pembiayaan langsung, bukan hanya masyarakat miskin, tetapi orang yang mengalami sakit pada saat tidak mempunyai uang pun tidak dapat akses terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu cara pembiayaan yang merupakan pengendalian biaya, sehingga meningkatkan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan adalah dengan asuransi. Pembiayaan kesehatan semakin meningkat dari waktu ke waktu dan dirasakan berat baik oleh pemerintah, dunia usaha terlebih-lebih masyarakat pada umumnya. Untuk itu berbagai Negara memilih model sistem pembiayaan kesehatan bagi rakyatnya, yang diberlakukan secara nasional. Berbagai model yang dominan yang implementasinya disesuaikan dengan keadaan di Negara masing-masing. Beberapa model yang dominan adalah: 1. Model asuransi kesehatan sosial (Social Health Insurance). Model ini dirintis sejak Jerman

dibawah Bismarck pada tahun 1882. Model inilah yang berkembang di beberapa Negara Eropa, Jepang (sejak 1922) dan kemudian ke Negara-negara Asia lainnya yakni Philipina, Korea, Taiwan dll. Kelebihan sistem ini memungkinkan cakupan 100% penduduk dan relatif rendahnya peningkatan biaya pelayanan kesehatan.

2. Model asuransi kesehatan komersial (Commercial/Private Health Insurance). Model ini berkembang di AS. Namun sistem ini gagal mencapai cakupan 100% penduduk. Sekitar 38% penduduk tidak tercakup dalam sistem. Selain itu terjadi peningkatan biaya yang amat besar karena terbukanya peluang moral hazard. Sejak tahun 1993; oleh Bank Dunia direkomendasikan pengembangan model Regulated Health Insurance dimana kepesertaan berdasarkan kelompok dengan syarat jumlah minimal tertentu sehingga mengurangi peluang moral hazard 3. Model NHS (National Health Services) yang dirintis pemerintah Inggris sejak usai perang dunia kedua. Model ini juga membuka peluang cakupan 100% penduduk. Namun pembiayaan kesehatan yang dijamin melalui anggaran pemerintah akan menjadi beban yang berat. STRATEGI PEMBIAYAAN KESEHATAN Identifikasi dan perumusan faktor utama pembiayaan kesehatan mencakup aspek-aspek: a. Kecukupan/adekuasi dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pada tingkat pusat dan daerah yang dilakukan dalam langkah-langkah : mobilisasi sumber-sumber pembiayaan baik sumber-sumber tradisional maupun non

tradisional, kesinambungan fiscal space dalam anggaran kesehatan nasional peningkatan kolaborasi intersektoral untuk mendukung pembiayaan kesehatan

b. Pengurangan pembiayaan Out Of Pocket (OOP) dan meniadakan hambatan pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin dan rentan (pengembangan asuransi kesehatan sosial) yang dilakukan melalui : promosi pemerataan akses dan pemerataan pembiayaan dan utilisasi pelayanan, pencapaian universal coverage dan penguatan jaminan kesehatan masyarakat miskin dan

rentan

c. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan yang dilakukan melalui : kesesuaian tujuan kesehatan nasional dengan reformasi pembiayaan yang diterjemahkan

dalam instrument anggaran operasional dan rencana pembiayaan, penguatan kapasitas manajemen perencanaan anggaran dan pemberi pelayanan kesehatan

(providers), pengembangan best practices

Bab I

Sejarah Asuransi Kesehatan

Asuransi kesehatan di Indonesia merupakan hal yang kebanyakan penduduk Indonesia karena istilah asuransi kesehatan perbendaharaan kata umum. Pemahaman tentang asuransi kesehatan masih sangat beragam sehingga tidak heran -misalnya di masa lampau- banyak orang yang menyatakan bahwa Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) bukanlah asuransi kesehatanhanya karena namanya memang sengaja dipilih tidak menggunakan kata-kata asuransi. Pada pembahasan sejarah asuransi kesehatan, harus disepakati terlebih dahulu batasan asuransi kesehatan. Di banyak buku teks asuransi, asuransi kesehatan mencakup produk asuransi kesehatan sosial maupun komersial. Asuransi kesehatan sosial adalah asuransi yang wajib diikuti oleh seluruh atau sebagian penduduk (misalnya pegawai), premi atau iurannya bukan nilai

nominal tetapi prosentase upah yang wajib dibayarkan, dan manfaat asuransi (benefit) ditetapkan peraturan perundangan dan sama untuk semua peserta. Sedangkan asuransi kesehatan komersial adalah asuransi yang dijual oleh perusahaan atau badan asuransi lain, sifat kepesertaannya sukarela, tergantung kesediaan orang atau perusahaan untuk membeli dan preminya ditetapkan dalam bentuk nominal sesuai manfaat asuransi yang ditawarkan. Karena itu kesehatan komersial sangat variasi dan tidak sama untuk setiap peserta. Domain asuransi kesehatan mencakup berbagai program atau produk asuransi yaitu penggantian uang atau pemberian pelayanan kesehatan, yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan kerja, kecelakaan diri selain kecelakaan kerja, penggantian penghasilan yang hilang akibat menderita penyakit atau mengalami kecelakaan. Tampak bahwa obyek asuransi kesehatan sangat luas. Sejarah Asuransi Kesehatan di Dunia

Sejak 1.000 tahun Sebelum Masehi masyarakat kuno telah mengenal prinsip dasar asuransi yaitu yang dikenal dengan istilah Hukum Laut. Dalam konsep hukum laut di jaman kuno, perahu-perahu mengalami kesulitasn mendarat akibat malam yang gelap gulita. Untuk mengatasi hal itu disepakati mengupayakan penerangan dengan cara melemparkan sesuatu kelaut, sehingga laut menjadi terang dan hasilnya dapat dinikmasti para nelayan. Karena penerangan yang dihasilkan oleh upaya itu dinikmati bersama oleh para nelayan, maka disepakati untukn menanggung bersama upaya itu. Dengan kata lain Segala yang dikorbankan untuk manfaat bersama harus dipikul (kontribusi) secara bersama-sama. Hukum kuno tersebut menjadi dasar dari prinsip asuransi, bukan hanya asuransi kesehatan, tetapi semua asuransi a common contribution for the common good Di kalangan masyarakat China kuno juga sudah dikenal

konsep asuransi yaitu masyarakat memberikan dana secara rutin kepada sinshe tanpa memperhatikan apakah mereka sakit atau tidak. Ketika salah seorang anggota keluarga masyarakat sakit, mereka membawa si sakit ke shinse tanpa membayar lagi. Di Timur Tengah, konsep asuransi juga sudah berkembang sejak jaman kuno yang tumbuh di kalangan pedagang yang berbisnis lintas daerah (kini lintas negara). Berdagang di gurun pasir luas dari Yaman di Selatan sampai Suriah di Utara atau dari Libia di Barat sampai Iran di Timur, mempunyai risiko kehilangan arah karena luasnya gurun pasir. Untuk menghindari beban ekonomi para keluarga kafilah yang berdagang jauh tersebut, para kafilah bersepakat mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk memberikan santunan kepada anggota keluarga kafilah yang hilang atau meninggal dalam perjalanan bisnisnya. Asuransi modern berkembang luas di Eropa pada pertengahan abad ke 19 pasca revolusi industri. Masa itu tumbuh harapan kehidupan baru yang baik, namun disisi lain terjadi peningkatan risiko dalam kehidupan rumah tangga. Kehidupan tradisional berbasis pertanian lebih menjanjikan kestabilan dan kepastian pendapatan jangka panjang dibandingkan dengan kehidupan industri. Ketidakpastian itu memicu tumbuhnya perkumpulan (asosiasi, societies, club, dan sebagainya) yang bertujuan menanggung bersama berbagai risiko yang menimpa anggota suatu kelompok akibat industrialisasi tersebut. Perkumpulan itu Jerman, Denmark, Swedia, Norwegia, Swiss, dan Belanda, ditandai dengan pembentukan berbagai klub yang melakukan upaya bersama untuk menghadapi anggota perkumpulan yang menderita sakit, sehingga perkumpulan itu disebut sick clubs, mutual benefit funds, kemudian berkembang pesat di beberapa negara, seperti cooperatives, atau societies. Di Inggris dikenal Friendly Societies dan Saturday Funds yaitu asosiasi para pedagang untuk mengatasi berbagai risiko dalam menjalankan Dilihat dari keanggotaan dan bentuk perkumpulannya, dikenal beberapa variasi kelompok atau perkumpulan seperti serikat pekerja

usaha dagang, industri kecil, pekerja di berbagai sektor, pengrajin, pengusaha (waktu itu masih kecil atau menengah), dokter secara perorangan, asosiasi dokter, kelompok keagamaan, dan perusahaan asuransi. Jenis asuransi yang umum di abad ke-19 adalah mutual aid societies yaitu bentuk gotong- royong informal yang mengumpulkan iuran dari para anggota perkumpulan dan menjanjikan memberikan uang tunai (cash benefit) ketika anggota yang mengalami cacat (hilang kemampuan/disable) yang disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit, sehingga anggota itu tidak mampu berdagang atau bekerja lagi. Konsep asuransi sosial, yang bersifat wajib karena diatur oleh pemerintah atau penguasa, mulai berkembang di Eropa pada tahun 1883 ketika Kanselir Otto von Bismarck mewajibkan seluruh pekerja untuk bergabung dalam Dana Sakit (sicknes fund, zieken fond). Bismarck berpendapat penduduk harus mendapatkan haknya pada masamasa sulit seperti ketika jatuh sakit. Hak tersebut diatur melalui suatu mekanisme khusus yang berasal dari kontribusinya sendiri, bukan sumbangan orang.. Negara harus menjamin agar hak tersebut terpenuhi dengan cara mewajibkan pekerja membayar iuran untuk dirinya sendiri. Sebagai mendapatkan upah akibat sakit, orang tersebut berhak mendapatkan penggantian

kehilangan upah tersebut. Jadi manfaat yang diberikan bukan biaya pengobatan atau perawatan, akan tetapi pengganti upah yang hilang karena tidak mampu bekerja (tuna karya sementara) akibat suatu penyakit. Pada awalnya, kewajiban ini hanya dikenakan kepada pekerja kelas atas (white collar), kemudian diperluas hingga pekerja, kasar, pelajar, mahasiswa, dan petani. Seperti juga yang terjadi di berbagai belahan dunia, penghimpunan dana secara tradisional yang bersifat sukarela oleh friendly societies - semacam upaya dana sehat atau koperasi di Indonesia- tidak bisa berkembang secara konsekuensinya, ketika orang mengalami kegagalan Jerman, tradisi ekonominya berkembang melalui pembentukan kelompok usaha yang terdiri atas pedagang, pengusaha kecil dan pengrajin (guilds), menerapkan sistem asuransi kesehatan wajib

menggunakan pendekatan tradisi tersebut. Oleh karenanya sistem asuransi wajib (asuransi sosial) ini dikembangkan untuk tiap kelompok kerja atau di lingkungan suatu usaha/perusahaan. Ada tiga kunci kebijakan Jerman di akhir abad ke 19 tersebut, yaitu setiap pekerja wajib mengikuti program dana sakit, dana yang terkumpul dikelola sendiri oleh kelompoknya dan sumber dana berasal dari pekerja itu sendiri, bukan dari pemerintah (Stierle, 1998)2. Model asuransi sosial inilah yang kemudian berkembang dan menjadi dasar penyelenggaraan asuransi/jaminan sosial (social security) di seluruh dunia dengan berbagai variasi penyelenggaraan. Pada pertengahan abad ke 19 (tahun 1851), di Amerika, tepatnya Francisco terbentuk voluntary mutual protection associations seperti La societe Francaise de Beienfaisance Mutuelle. Asosiasi ini selanjutnya mendirikan rumah sakit ditahun 1852 untuk melayani perawatan bagi anggotanya. Sejak tahun 1875, establishment funds (Dana Bersama) di Amerika mulai banyak terbentuk. Dana bersama tersebut merupakan mutual benefit associations, semacam serikat pekerja, dari suatu firma (employer) yang dapat berbentuk perusahaan atau bentuk badan hukum lainnya. Umumnya dana yang terkumpul berasal dari para karyawan, hanya sedikit Dana Bersama yang ikut dibiayai oleh majikan. Manfaat yang diberikan Dana Bersama umumnya diberikan sebagai dana kematian dan disabilitas dalam jumlah yang relatif kecil. Di akhir abad ke 19, gerakan penghimpunan Dana Bersama ini dinilai tidak memadai karena terbatasnya jumlah peserta yang memenuhi syarat ikut serta karena sifat kepesertaan yang sepenuhnya sukarela. Hambatan lain adalah iuran yang rendah sehingga dana yang terkumpul tidak mencukupi untuk membayar santunan yang dijanjikan. Ketidakcukupan peserta dan dana ini merupakan fenomena umum yang sampai sekarang terjadi di banyak negara berkembang. Akibatnya peserta tidak merasakan manfaat bergabung kedalam Dana Bersama dan memilih berhenti, sehingga jumlah peserta yang sudah sedikit semakin sedikit akibat berkurangnya jumlah peserta yang tetap bergabung. Sampai tahun

1917, asuransi disabilitas pendapatan (disability income) ini yang membayar manfaat ketika peserta sakit, yang bukan karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat pekerjaanyang dijamin oleh pemerintah melalui UU Kecelakaan Kerja tahun 1908, merupakan satu-satunya jenis

asuransi kesehatan yang ditawarkan perusahaan asuransi. Pasar asuransi kesehatan penggantian upah ini tidak mengalami perubahan berarti di Amerika sampai 40 tahun kemudian. Di tahun 1940an, empat Negara bagian Amerika (Rhode Island1942, California1946, New Jersy 1948, dan New York1949) mewajibkan asuransi disabilitas pendapatan jangka pendek (short term disability income insurance) di negara bagian tersebut. Jaminan sosial (social security) yang kini dikenal di dunia dan mencakup salah satu program asuransi kesehatan sosial dikembangkan di Amerika di tahun 1935 setelah terjadi krisis ekonomi besar (great depression) di tahun 1932. Akan tetapi pada waktu pertama kali undang-undang jaminan sosial diundangkan tahun 1935, program asuransi kesehatan belum masuk dalam sistem jaminan sosial Amerika. Program yang masuk lebih dahulu adalah jaminan hari tua dan disabilitas yang dikenal dengan OASDI (old age, survivor benefit, and disability income). Baru pada pada tahun 1965 Amerika menambahkan program jaminan kesehatan yang terdiri atas Medicare (asuransi kesehatan wajib bagi penduduk lanjut usia atau lansia, penderita cacat dan penderita gagal ginjal) dan Medicaid (program bantuan pemerintah pusat dan daerah dalam jaminan kesehatan bagi penduduk miskin). Setelah tahun 1965, program jaminan sosial Amerika dikenal dengan OASDHI (old age, survivor benefit, disability, and Health Insurance). Seluruh program jaminan sosial tersebut dikelola oleh pemerintah federal (pusat) bukan oleh Namun demikian, dalam hal asuransi kesehatan komersial, pemerintah Amerika menyerahkan pengaturannya kepada negara bagian. Asuransi kesehatan komersial berkembang pesat pasca terjadinya krisis besar di Amerika.

Asuransi Kesehatan Nasional Istilah Asuransi Kesehatan Nasional (AKN) atau National Health Insurance (NHI) kini semakin banyak digunakan di dunia. Inggris merupakan negara pertama yang memperkenalkan AKN di tahun 19113. Meskipun sistem kesehatan di Inggris kini lebih dikenal dengan istilah National Health Service (NHS) suatu sistem kesehatan yang didanai dan dikelola oleh pemerintah secara nasional (tidak terdesentralisasi), namun sifat pengelolaanya merupakan AKN yang sebagian dibiayai dari kontribusi wajib oleh tenaga kerja (termasuk di sektor informal) dan pemberi kerja. Sistem di Inggris tersebut dusebut NHS karena karena penyaluran dananya melalui anggaran belanja negara yang sebagian besar bersumber pajak umum (tax-funded). Pembayaran pajak yang tidak memisahkan secara khusus dana untuk kesehatan seperti yang sebelumnya terjadi menjadikan sistem di Inggris tersebut lebih dikenal dengan istilah NHS dibanding AKN. Cakupan kepesertaan dengan NHS adalah universal yaitu seluruh penduduk (universal coverage) karena kepesertaan tidak dikaitkan dengan iuran oleh masing-masing peserta. Banyak negara lain di Eropa yang juga memiliki cakupan universal menggunakan sistem NHS yang mengikuti pola Inggris.4 Hakekatnya baik NHS maupun AKN mempunyai tujuan yang sama yaitu menjamin bahwa seluruh penduduk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis tanpa mempertimbangkan kemampuan ekonominya. Perbedaan NHS dan AKN terletak pada mekanisme pendanaan. AKN lebih bertumpu pada kontribusi khusus yang bersifat wajib (yang ekivalen dengan pajak) dan dikelola secara terpisah dari anggaran belanja negara, baik dikelola langsung oleh pemerintah maupun oleh suatu badan kuasi pemerintah yang otonom. AKN Mempunyai kesamaan penyelenggaraannya di dunia sangat bervariasi. Kanada memperkenalkan AKN yang kini disebut Medicare di tahun 1961 dengan prinsip dasar menjamin akses universal, portabel, paket jaminan yang sama bagi semua penduduk dan dilaksanakan otonom di tiap

propinsi. Pendanaan AKN merupakan kombinasi dari kontribusi wajib dan subsidi dari anggaran pemerintah pusat. Pada awalnya, hanya rawat inap yang dijamin oleh AKN. Pada tahun 1972, paket jaminan diperluas dengan rawat jalan. Kini seluruh penduduk Kanada menikmati pelayanan kesehatan komprehensif tanpa harus memikirkan berapa besar biaya yang harus mereka keluarkan dari kantong sendiri bahkan untuk penyakit berat sekalipun. Beberapa jenis pelayanan rumah sakit dan obat yang tidak termasuk klasifikasi esensial, dijamin AKN. Inilah yang menjadi pangsa pasar asuransi kesehatan komersial. komersial terbatas pada menjamin halhal yang tidak dijamin AKN atau dikenal dengan asuransi tambahan/suplemen. Pembagian peran ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya seleksi bias (adverse selection) bila pendekatan yang digunakan adalah asuransi kesehatan komersial bersifat sukarela, yang akan menyebabkan tidak semua penduduk dapat memenuhi kebutuhan kesehatannya. Tampak jelas bahwa peran usaha asuransi kesehatan

Anda mungkin juga menyukai