Anda di halaman 1dari 18

A. Konsep Dasar Penyakit 1.

Definisi Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. ( Smeltzer, 2001: 584). Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. (Price, 2005 : 852). Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI). Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999). Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam, dapat merupakan organisme patogen atau saprofit (Sylvia Anderson, 1995:753). Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Bruner dan Suddart. 2002 : 584). Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikrooganisme Mycobacterium tuberculosis (Elizabeth J. Corwn, 2001 : 414). Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

mycobakterium tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi (FKUI 2001;472). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau saprofit dan terutama menyerang parenkim paru. 2. Penyebab/faktor predisposisi Penyebab tuberculosis adalah Micobacterium tuberculoseae, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal

0,3-0,6/um. Yang tergolong ke dalam kuman Micobacterium tubercolusae complex adalah: a. M. tuberculosae b. Varian Asian c. Varian African I d. Varian African II e. M. Bovis Kelompok kuman Mycobacteria Other Than TB (MOTT, atypical adalah: a. M. kansasi b. M. avium c. M. intra cellular d. M. scrofulaceum e. M.malmacerse f. M. xenopi Sebagian besar dinding kuman terdiri dari lipid, kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahundalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. (Amin, 2007:988) 3. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M. Tuberkulosis adalah saluran pernapasan, saluran perncernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara , yaitu melalui inhalasi doplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.

TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imun diperatarai sel. Sel efektor adalah makrofag, dan limfosit( biasanya sel T) adalah sel imunoresponsif. Basil tuberculin yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu samapi tiga basil; gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruangan alveolus, biasanya di bagian atas lobus atas, basil tuberkel ini mengakibatkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri , namun tidak membunuh organism tersebut. Sesudah harihari pertama, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul pneumonia akut. Basil juga menyebar melaui getah bening melalui menuju ke kelenjar getang benung regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat dan seperti keju disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibrolas menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut kolagenosa yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer disebut kompleks Ghon. Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang yang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Namun, kebanyakan infeksi TB paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi. Respons lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu bahan cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan kavitas. Bahan tubercular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang, atau basil dapat terbawa sampai ke laringtelinga tengah atau usus. Walaupun peradangan dapat mereda, kavitas yang kecil dapat menutup dan meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila peradangan mereda, lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan taut bronkus dan rongga. Bahan perkejuan dapat mengental dan tidak dapat mengalir

melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan kapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit ini dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran lomfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri. (Price, 2005:852-853)

4. Klasifikasi
Sistem klasifikasi TB Paru berdasarakan pada patogenesisinya.

Tipe 0 Tidak ada pejanan TB. Tidak terinfeksi Terpajan TB Tidak ada bukti infeksi

Keterangan Tidak ada riwayat terpajan. Reaksi terhadap tes tuberculin negative. Riwayat terpajan Reaksi tes kulit tuberkulin negative Reaksi tes kulit tuberculin positif Pemeriksaan bakteri negative (bila dilakukan) Tidak ada bukti klinis, bakteriologik atau radiografik Tb aktif Biakan M. tuberkulosis (bila dilakukan). Sekarang terdapat bukti klinis, bakteriologik, rsdiografik penyakit Riwayat episode TB atau Ditemukan radiografi yang abnormal atau tidak berubah;reaksi tes kulit tuberkulin positif dan tidak ada bukti klinis atau radiografik penyakit sekarang Diagnosa ditunda

Ada infeksi TB Tidak timbul penyakit

TB, aktif secara klinis

TB, Tidak aktif secara klinis

Tersangka TB

(Price, 2005 : 857)

Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura. 1) Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA). TB paru dibagi atas: a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah: Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak

menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif. b. Tuberkulosis paru BTA (-) - Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif. - Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis positif. 2) Berdasarkan tipe pasien Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu : a. Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan. b. Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologik dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejalaklinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :

- Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) Dalam hal ini berikan dahulu antibiotik selama 2 minggu, kemudian dievaluasi. - Infeksi jamur - TB paru kambuh Bila meragukan harap konsul ke ahlinya. c. Kasus defaulted atau drop out Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. d. Kasus gagal - Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan). - Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan. e. Kasus kronik / persisten Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik. Tuberkulosis Ekstra Paru Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, perikard, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstra paru aktif. 5. Gejala Klinis Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan, keluhan yang terbanyak:

Demam Biasanya subfebril menyerupai demam influenza.tetapi kadangkadang pana badan dapat mencapai 40-410 Celsius. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar ,tetapi kemudian dapat timbul

kembali.begitulah seterusnya hilang timbul demam influenza ini ,sehingga pasien merasa tidak pernah terbeba dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat terpengaruh oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkolosis masuk. batuk/batuk berdarah gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah minggu-mimggu atau berbulanbulan peradangan bermula.sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian setelah timbul peradagan menjadi

produktif(menghasilkal sputum).keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang pecah.kebanyakan batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. sesak bernafas pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas.sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru dan takipneu. nyeri dada gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya. Malaise dan kelelahan Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun.gejala malaise sering ditemukan berupa anaoreksia tidak ada nafsu makan,badan makin

kurus(berat badan turun),sakit kepala ,keringat malam,dll.selain itu juga terjadi kselitan tidur pada malam hari (Price, 2005:856).gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi ilang timbul secara tidak teratur. Takikardia ( Amin, 2007: 990)

B. KONSEP KEPERAWATAN MEDIS 1. Pengkajian a. Identitas klien Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain b. Riwayat PerjalananPenyakit Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan. - Pola aktivitas dan istirahat Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari. Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-41oC) hilang timbul. - Pola nutrisi Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan. Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

- Respirasi Subjektif Objektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada. : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah,

pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik). - Rasa nyaman/nyeri Subjektif Obiektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis. - Integritas ego Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung. c. Riwayat Penyakit Sebelumnya Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif. Atau seperti : - Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh. - Pernah berobat tetapi tidak sembuh. - Pernah berobat tetapi tidak teratur. - Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru. - Daya tahan tubuh yang menurun. - Riwayat vaksinasi yang tidak teratur. d. Riwayat penyakit keluarga

Mencari di antara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya. e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya - Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya. - Jenis, warna, dosis obat yang diminum. - Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya. - Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir. f. Riwayat Sosial Ekonomi - Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan. - Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan / pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan. g. Faktor Pendukung - Riwayat lingkungan. - Pola hidup. - Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri. - Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang

penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya. h. Pola fungsi kesehatan - Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesakdesakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek - Pola nutrisi dan metabolik Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.

- Pola eliminasi Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi - Pola aktivitas dan latihan Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas. - Pola tidur dan istirahat Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat. - Pola hubungan dan peran Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular. - Pola sensori dan kognitif Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada gangguan. - Pola persepsi dan konsep diri Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya. - Pola reproduksi dan seksual Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan dan nyeri dada. - Pola penanggulangan stress Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan

mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan. - Pola tata nilai dan kepercayaan Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien. i. Pemeriksaan Fisik Berdasarkan sistem-sistem tubuh : - Sistem integumen Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun.

- Sistem pernapasan Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai : Inspeksi : Adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma,

pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah Palpasi Perkusi : Fremitus suara meningkat : Suara ketok redup.

Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring. - Sistem pengindraan Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan. - Sistem kordiovaskuler Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang mengeras. - Sistem gastrointestinal Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun - Sistem muskuloskeletal Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari-hari yang kurang meyenangkan - Sistem neurologis Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456 - Sistem genetalia Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia 2. Diagnosa Keperawatan - Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal. - Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, Edema bronchial. - Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap, kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi,

terkontaminasi oleh lingkungan, kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

- Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial. - Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, dan

pencegahanberhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah, interpretasi yang salah, informasi yang didapat tidak lengkap / tidak akurat, terbatasnya pengetahuan/kognitif. - Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan sesak napas dan nyeri dada. 3. Perencanaan Keperawatan a. DX 1 Tujuan : Pola nafas efektif Kriteria hasil : - Klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif - Frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16-20 kali/menit) - Dispneu berkurang Rencana Tindakan dan Rasional - Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat setiap perubahan R: Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret - Kaji kualitas sputum : warna, bau, knsistensi R: Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan selanjutnya - Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam R: Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas - Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi R: Membantu mengembangkan secara maksimal - Bantu dan ajarkan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam

R: Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret keluar - Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat-obatan R: Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan memperbesar ukuran lumen trakeobroncial b. DX 2 Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal Kreteria hasil : - Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea. - Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan - Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal Rencana Tindakan dan Rasional - Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan terbatasnya ekspansi dinding dada R: TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai inflamasidifus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernapasan - Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa R: Akumulasi sekret, pengaruh jalan napas oksigenasi organ vital dan jarigan - Tujukkan/dorong bernapas bibir selama ekshalasi R: Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurtunkan napas pendek - Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan. R: Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan dapat menganggu

pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala - Awasi segi GDA / nadi oksimetri

R: Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukan kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi - Berikan oksigen tambahan yang sesuai R: Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau menurunya permukaan alveolar paru c. Resiko Tinggi Infeksi dan Penyebaran Infeksi Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif. Kriteria hasil : - Klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien. Rencana Tindakan dan Rasional - Identifikasi orang lain yang berisiko. Contoh : anggota rumah, sahabat R: Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah penyebaran infeksi - Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat R: Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi - Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan R: Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan

membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular - Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis R: Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan menghindari insiden eksaserbasi - Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

R: Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan d. Perubahan Kebutuhan Nutrisi, Kurang Dari Kebutuhan Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda malnutrisi Kriteria hasil : - Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat - Berat badan stabil dalam batas yang normal Rencana Tindakan dan Rasional - Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual/muntah atau diare R: Berguna dalam mendefenisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan indervensi yang tepat - Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak R: Membantu dalam mengidentifukasi keinginan individu kebutuhan/kekuatan dapat memperbaiki

khusus. Pertimbangan masakan diet

- Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik R: Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan - Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan R: Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah - Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat R: Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/ legaster - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet R: Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet e. Kurang Pengetahuan Tentang Kondisi, Pengobatan, dan Pencegahan Tujuan : klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya

Kriteria hasil : - klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri. Rencana Tindakan dan Rasional - Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien R: Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu - Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas R: Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut. - Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain R: Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi klien - Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah R: Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program - Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan ketakutan atau masalahnya, jawab pertanyaan secara nyata R: Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi / peningkatan ansietas - Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh jadwal obat R: Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan penguatkan belajar. Ganggguan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Tujuan : Kebutuhan tidur terpenuhi Kriteria hasil : Memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat

Tanda-tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada Rencana Tindakan dan Rasional Kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit Rasionalisasi : Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita Observasi efek abot-obatan yang dapat di derita klien Rasionalisasi : Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid temasuk perubahan mood dan uisomnia Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita Rasionalisasi : Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur Rasionalisasi : Memudahkan klien untuk bisa tidur Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman Rasionalisasi : Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk tidur

DAFTAR PUSTAKA Amin, M. ( 1999 ). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga Univercity Press Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta. Doengoes (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3.EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai

  • Asfiksia 2
    Asfiksia 2
    Dokumen2 halaman
    Asfiksia 2
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia 2
    Asfiksia 2
    Dokumen2 halaman
    Asfiksia 2
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia 2
    Asfiksia 2
    Dokumen2 halaman
    Asfiksia 2
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia 2
    Asfiksia 2
    Dokumen2 halaman
    Asfiksia 2
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia 2
    Asfiksia 2
    Dokumen2 halaman
    Asfiksia 2
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia 2
    Asfiksia 2
    Dokumen2 halaman
    Asfiksia 2
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia 2
    Asfiksia 2
    Dokumen2 halaman
    Asfiksia 2
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Down Uploaded
    Down Uploaded
    Dokumen2 halaman
    Down Uploaded
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia 2
    Asfiksia 2
    Dokumen2 halaman
    Asfiksia 2
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia 2
    Asfiksia 2
    Dokumen2 halaman
    Asfiksia 2
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Informed
    Informed
    Dokumen1 halaman
    Informed
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Informed
    Informed
    Dokumen1 halaman
    Informed
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Informed
    Informed
    Dokumen1 halaman
    Informed
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Down Uploaded
    Down Uploaded
    Dokumen2 halaman
    Down Uploaded
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Informed
    Informed
    Dokumen1 halaman
    Informed
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Informed
    Informed
    Dokumen1 halaman
    Informed
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Awal
    Awal
    Dokumen1 halaman
    Awal
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Down Uploaded
    Down Uploaded
    Dokumen2 halaman
    Down Uploaded
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Libur Guru Dipermasalahkan
    Libur Guru Dipermasalahkan
    Dokumen2 halaman
    Libur Guru Dipermasalahkan
    AfifSankKomandan
    Belum ada peringkat
  • Ada Banyak Pahala Menuntut Ilmu Yang Bisa Didapatkan Selama Bulan Puasa Hingga
    Ada Banyak Pahala Menuntut Ilmu Yang Bisa Didapatkan Selama Bulan Puasa Hingga
    Dokumen1 halaman
    Ada Banyak Pahala Menuntut Ilmu Yang Bisa Didapatkan Selama Bulan Puasa Hingga
    Firman Hardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Down Uploaded
    Down Uploaded
    Dokumen2 halaman
    Down Uploaded
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Keselamatan Pasien
    Keselamatan Pasien
    Dokumen1 halaman
    Keselamatan Pasien
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Down Uploaded
    Down Uploaded
    Dokumen2 halaman
    Down Uploaded
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Keselamatan
    Keselamatan
    Dokumen1 halaman
    Keselamatan
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Keselamatan Pasien
    Keselamatan Pasien
    Dokumen1 halaman
    Keselamatan Pasien
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Memutuskan
    Memutuskan
    Dokumen3 halaman
    Memutuskan
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat
  • Persyaratan SIPP-1
    Persyaratan SIPP-1
    Dokumen2 halaman
    Persyaratan SIPP-1
    Obito Nurse
    Belum ada peringkat
  • Libur Guru Dipermasalahkan
    Libur Guru Dipermasalahkan
    Dokumen2 halaman
    Libur Guru Dipermasalahkan
    AfifSankKomandan
    Belum ada peringkat
  • Kuota CPNS 2018 Kementrian Dan Daerah PDF
    Kuota CPNS 2018 Kementrian Dan Daerah PDF
    Dokumen20 halaman
    Kuota CPNS 2018 Kementrian Dan Daerah PDF
    Taufik Hidayat
    100% (1)
  • Jika Merasakan Gempa Bumi, Lindungi Diri Anda: Zona Merah
    Jika Merasakan Gempa Bumi, Lindungi Diri Anda: Zona Merah
    Dokumen1 halaman
    Jika Merasakan Gempa Bumi, Lindungi Diri Anda: Zona Merah
    Vyan Veegreen Alwfeehert
    Belum ada peringkat