Anda di halaman 1dari 6

FOBIA SPESIFIK

2.1 Definisi Fobia Spesifik Fobia spesifik adalah adanya rasa takut yang kuat dan menetap akan suatu objek atau situasi. Penyakit Ketakutan (Fobia) adalah kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu. 4 Beberapa subtipe fobia spesifik: a. Animal Type. Subtipe ini ditandai dengan adanya ketakutan terhadap binatang atau serangga. Subtipe ini umumnya mempunyai onset masa kecil. b. Natural Environment Type. Subtipe ini ditandai dengan adanya ketakutan terhadap objek objek dalam lingkungan alami, seperti : badai, ketinggian, atau air. Subtipe ini mempunyai onset masa kecil. c. Blood-Injection-Injury Type. Subtipe ini ditandai dengan adanya ketakutan melihat darah, cedera, menerima injeksi ataupun segala prosedur medis. Subtipe ini sering dijumpai dan karakteristiknya adalah adanya respon vasovagal. d. Situational Type. subtype ini ditandai dengan adanya ketakutan terhadap situasi tertentu seperti: transportasi umum, lorong, jembatan, elevator, pesawat terbang, berkendara, atau tempat tertutup. Subtipe ini mempunyai dua onset, onset pertama pada waktu kecil dan yang kedua pada pertengahan umur 20-an. e. Other Type. Subtipe ini ditandai dengan ketakutan terhadap stimulasi yang lain. Stimulus dapat berupa ketakutan ketika tersedak, muntah, menderita penyakit, space fobia ( seseorang yang takut jatuh ketika berada jauh dari dinding atau sesuatu yang mempertahankan dirinya), anak anak takut terhadap suara yang keras atau karakter berkostum. 2.2 Epidemiologi

Studi epidemiologis menunjukkan bahwa fobia adalah salah satu gangguan jiwa yang paling lazim di Amerika Serikat. Sekitar 5 hingga 10 persen populasi diperkirakan terkena gangguan yang menyulitkan dan kadang - kadang membuat ketidakmampuan ini. Perkiraan yang lebih modern memperkirakan kisaran tinggi 25 persen pada populasi. Prevalensi seumur hidup fobia spesifik dilaporkan sekitar 3 hingga 13 persen. Fobia spesifik lebih lazim ditemukan daripada fobia sosial. Fobia spesifik adalah gangguan jiwa yang lazim pada perempuan dan paling lazim kedua pada laki - laki. Usia puncak awitan untuk jenis lingkungan alami dan jenis cedera-darah-suntikan adalah kisaran 5 sampai 9 tahun, walaupun awitan juga terjadi pada usia yang lebih tua. Objek dan situasi yang ditakuti pada fobia spesifik adalah hewan, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian.

2.3

Etiologi

Fobia Spesifik dapat timbul akibat pemasangan objek atau situasi spesifik dengan rasa takut dan panik. Umumnya, kecenderungan nonspesifik untuk mengalami rasa takut atau ansietas membentuk latar belakang; ketika suatu peristiwa khusus ( contohnya menyetir) digabungkan dengan pengalaman emosional (contohnya kecelakaan), orang tersebut rentan mengasosiasikan secara emosional permanen antara mengendarai mobil dan rasa takut atau ansietas. Pengalaman emosional itu sendiri dapat bersifat responsive terhadap kejadian eksternal, seperti kecelakaan lalu lintas atau kejadian internal, yang paling lazim adalah serangan panic. Mekanisme hubungan lain antara objek fobik dan emosi fobik adalah meniru model, di sini seseorang mengamati reaksi pada orang lain (contohnya orang tua) dan transfer informasi, di sini seseorang diajari atau diperingatkan akan bahaya objek spesifik ( contohnya ular berbisa).

Factor Genetik.

Fobia spesifik cenderung diturunkan di dalam keluarga. Jenis cedera-darah-suntikan terutama memiliki kecenderungan familial yang tinggi. Studi melaporkan bahwa dua pertiga sampai tiga perempat proband yang terkena sedikitnya memiliki kerabat derajat pertama yang memiliki fobia spesifik dengan tipe sama, tetapi studi kembar dan adopsi yang penting belum dilakukan untuk menyingkirkan peranan transmisi nongenetik yang bermakna pada fobia spesifik.

2.4 Gambaran Klinis Temuan utama pada pemeriksaan status mental adalah adanya rasa takut yang tidak rasional dan ego-distonik akan suatu situasi, aktivitas, atau objek spesifik; pasien mampu menggambarkan cara mereka menghindari kontak dengan fobia. Depresi lazim ditemukan pada pemeriksaan status mental dan dapat ditemukan pada hingga sepertiga pasien fobik. 2.5 Kriteria diagnosis Gangguan Waham menurut DSM-IV-TR:5 A. Rasa takut berlebihan yang nyata, menetap dan tidak beralasan, dicetuskan oleh adanya atau antisipasi terhadap suatu objek atau situasi spesifik ( cth : terbang, ketinggian, hewan , disuntik, melihat darah). B. Pajanan terhadap stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respons ansietas segera, dapat berupa serangan panic terikat secara situasional atau serangan panic dengan predisposisi situasional. C. Orang tersebut menyadari bahwa rasa takutnya berlebihan atau tidak beralasan D. Situasi fobik dihindari atau dihadapi dengan ansietas maupun penderitaan yang intens E. Penghindaran, antisipasi ansietas atau distress pada situasi yang ditakuti mengganggu fungsi rutin normal, pekerjaan (atau akademik) atau aktivitas maupun hubungan social secara bermakna, atau terdapat distress yang nyata karena memiliki fobia ini. F. Pada seseorang berusia dibawah 18 tahun, durasinya sedikitnya 6 bulan.

G. Ansietas, serangan panic, atau penghindaran fobik yang berkaitan dengan objek atau situasi spesifik tidak disebabkan gangguan jiwa lain, seperti gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pascatrauma, atau gangguan ansietas perpisahan, fobia social, gangguan panic dengan agoraphobia, atau agoraphobia tanpa riwayat gangguan panic.

2.6 Diagnosis Banding Hipokondriasis Gangguan obsesif kompulsif Gangguan kepribadian paranoid

2.7 Tatalaksana. Secara umum terapi fobia meliputi: Terapi Psikologik: a. Terapi perilaku merupakan terapi yang paling efektif dan sering diteliti. Seperti desensitisasi sistematik yang sering dilakukan; terapi pemaparan (exposure), imaginal exposure, participant modeling, guided mastery, imaginal flooding. b. Psikoterapi berorientasi tilikan c. Terapi lain : hypnotherapy, psikoterapi suportif, terapi keluarga bila diperlukan. Di antara psikoterapi , terapi yang sering digunakan untuk fobia spesifik adalah terapi pajanan. Metode , terapis mendesensitisasi pasien dengan menggunakan serangkaian pajanan bertingkat yang ditingkatkan sendiri oleh pasien terhadap stimulus fobik, dan terapis mengajarkan pasien teknik mengatasi ansietas termasuk relaksasi, kendali pernafasan, dan pendekatan kognitif.

Pendekatan kognitif mencakup memperkuat penyadaran bahwa situasi fobik, pada kenyataannya, aman. Kunci keberhasilan terapi perilaku adalah komitmen pasien terhadap terapi, masalah dan tujuan yang terindentifikasi dengan jelas, strategi alternative yang tersedia untuk menghadapi perasaan pasien.

Terapi Farmakologis Obat obat yang efektif adalah SSRI (serotonin selective re-uptake inhibitor), khususnya untuk fobia social umum merupakan pilihan pertama. Benzodiazepine, venlafaxine, buspirone, MAOI, antagonis -adrenergik dapat juga digunakan dalam terapi fobia spesifik, terutama fobia disertai serangan panik. Terapi terhadap fobia spesifik yang terutama adalah terapi perilaku yaitu terapi pemaparan (exposure therapy). Penggunaan anti ansietas yaitu untuk terapi jangka pendek.

DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira, SD.; Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:2010. 242-249. 2. Kaplan HI, Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II.Binarupa Aksara. Tangerang : 2010. 47-56. 3. Sadock BJ; Sadock VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2nd ed.EGC, Jakarta: 2004. 241 - 247 4. http://medicastore.com/penyakit/253/Penyakit_Ketakutan_Fobia.html 5. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR). Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR). Washington, DC: American Psychiatric; 2000 : 443-450

Anda mungkin juga menyukai