html
BAB I PENDAHULUAN
Neurologi adalah ilmu kedokteran yang mempelajari kelainan, gangguan fungsi, penyakit, dan kondisi lain pada sistim saraf manusia. Oleh sebab itu dipelajari pula hal-hal yang secara alami dianggap fungsi sistim saraf normal. Misalnya: kepandaian berbahasa, gangguan belajar, pikun dan lain-lainnya. Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan laboratorium (penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi: fungsi cerebral, fungsi nervus cranialis, fungsi sensorik, fungsi motorik dan reflek. Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembang dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit. Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan. Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental di sisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita bahkan dapat meningkatkan kemampuan pemeriksaan di sisi ranjang dengan bantuan alat teknologi yang canggih. Kita dapat mempertajam kemampuan pemeriksaan fisik dan mental dengan bantuan alat-alat canggih yang kita miliki. Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk kemampuan kita untuk melihat, mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan pasien. Dengan pemeriksaan anamnesis, fisik dan mental yang cermat, kita dapat menentukan diagnosis, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.
2.1 Fungsi Cerebral Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma Scala (GCS).GCS digunakan untuk menentukan tingkat perkembangan kesadaranuntuk memperhatikan respon penderita terhadap rangsangan dan memberikan nilai pada respon tersebut. Cara menghitung GCS adalah : Refleks membuka mata (E) 4 : Membuka secara spontan 3 : Membuka dengan rangsangan suara 2 : Membuka dengan rangsangan nyeri 1 : Tidak ada respon Refleks verbal (V) 5 : Orientasi baik 4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan. 3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik 2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang 1 : Tidak keluar suara Refleks motorik (M) 6 : Melakukan perintah dengan benar 5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar 4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi 3 : Hanya dapat melakukan fleksi 2 : Hanya dapat melakukan ekstensi 1 : Tidak ada gerakan
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1). Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X 5 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 X 6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 5 X. GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.
Derajat kesadaran adalah : Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang. Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal denganmenggunakan kepala. Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh mnghindri tusukan) Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus Kualitas kesadaran : Compos mentis : bereaksi secara adekuat Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk. Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu Delerium :mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya. Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa Gangguan fungsi cerebral meliputi : Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi. 2.2 Fungsi Nervus Cranialis Cara pemeriksaan nervus cranialis : a. N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi,tembakau, alkohol,dll). b. N.II : Optikus (Tajam penglihatan):Dengan snelen card, funduscope, dan periksa lapang pandang. c. N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata) :Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata. d. N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):sama seperti N.III. e. N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks
kornea dan refleks kedip): menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas. f. N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) : sama sperti N.III. g. N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah ): senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam. h. N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ) :test Webber dan Rinne. i. N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ):membedakan rasaa mani dan asam (gula dan garam) j. N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) :menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air, disuruh mengucap ah! k. N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus): palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien melawan tahan. l. N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah) : pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi.
2.3 Fungsi Motorik a. Otot Ukuran : atropi / hipertropi. Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan. Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi. Derajat kekuatan motorik : 5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas 4 : Ada gerakan tapi tidak penuh 3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi 2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi. 1 : Hanya ada kontraksi
0 : Tidak ada kontraksi sama sekali b. Gait (keseimbangan) : dengan Rombergs test
2.4 Fungsi Sensorik Test : Nyeri, Suhu,Raba halus, Gerak,Getar, Sikap,Tekan, Refered pain.
2.5 Reflek a. Refleks superficial Refleks dinding perut : Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial Respon : kontraksi dinding perut Refleks cremaster Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah Respon : elevasi testes ipsilateral Refleks gluteal Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral b. Refleks tendon / periosteum Refleks Biceps (BPR): Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku Refleks Triceps (TPR) Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku Refleks Periosto radialis Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis Refleks Periostoulnaris Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi
dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus Refleks Patela (KPR) Cara : ketukan pada tendon patella Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris Refleks Achilles (APR) Cara : ketukan pada tendon achilles Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius Refleks Klonus lutut Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung Refleks Klonus kaki Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsun c. Refleks patologis Babinsky Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya Chadock Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior Respon : seperti babinsky Oppenheim Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal Respon : seperti babinsky Gordon Cara : penekanan betis secara keras Respon : seperti babinsky Schaefer Cara : memencet tendon achilles secara keras Respon : seperti babinsky Gonda Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti babinsky Stransky Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5 Respon : seperti babinsky Rossolimo Cara : pengetukan pada telapak kaki Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal Mendel-Beckhterew Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum Respon : seperti rossolimo Hoffman Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi Trommer Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien Respon : seperti hoffman Leri Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan dengan bgian ventral menghadap ke atas Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku Mayer Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari d. Refleks primitif Sucking refleks Cara : sentuhan pada bibir Respon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu Snout refleks Cara : ketukan pada bibir atas Respon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung Grasps refleks Cara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien Respon : tangan pasien mengepal Palmo-mental refleks
Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar Respon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral) Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti : Pemeriksaan fungsi luhur: 1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah 2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis 3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata 4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah. 5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun orang lain. 6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.
BAB IV PENUTUP
Pada zaman yang canggih ini, teknologi kedokteran maju dan berkembang dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit. Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan. Akan tetapi pemeriksaan fisik dan mental disisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan peranan penting dan bahkan kita dapat meningkatkan dan mempertajam kemampuan pemeriksaan fisik serta diagnosa pasien.
Samuels, 2004. Manual of Neurologic Therapeutic. Lippincott Williams & Wilkins. USA
http://www.modernmedicine.com/modern-medicine/news/neurological-assessment-refresher
Neurological assessment: A refresher Originally posted September 2004 PATTY NOAH, RN, MSN, CNRN
PATTY NOAH is the director of the neuro intensive care unit at Allegheny General Hospital in Pittsburgh.
Whether it's a brief check of neurological status or a comprehensive neuro exam, your assessment may uncover nervous system dysfunction before it's too late. The neuro assessment is a key component in the care of the neurological patient. It can help you detect the presence of neurological disease or injury and monitor its progression, determine the type of care you'll provide, and gauge the patient's response to your interventions. The initial assessment should be a comprehensive exam covering several critical areas: level of consciousness and mentation, cranial nerves, movement, sensation, cerebellar function, and reflexes. This initial exam will establish baseline data with which to compare subsequent assessment findings. Once a thorough exam is done on admission or at the beginning of each shift, subsequent assessments should be problem-focused, zeroing in on the parts of the nervous system affected by the patient's condition. The patient's diagnosis and the acuity of her condition will determine how extensive your problem-focused assessments will be and how frequently you'll need to conduct them.
gravity, and flex and extend her foot against your hand. Grade each extremity using a motor scale like the one 4 below. +5 - full ROM, full strength +4 - full ROM, less than normal strength +3 - can raise extremity but not against resistance +2 - can move extremity but not lift it +1 - slight movement 0 - no movement As part of the motor assessment, also check for arm pronation or drift. Have the patient hold her arms out in front of her with her palms facing the ceiling. If you observe pronation a turning inwardof the palm or the arm or the arm drifts downward, it means the limb is weak. Assess motor response in an unconscious patient by applying a noxious stimulus and observing the patient's response to it. Another approach is central stimulation, such as sternal pressure. Central stimulation produces an overall body response and is more reliable than peripheral stimulation for this purpose. The reason: In an unconscious patient, peripheral stimulation, such as nail bed pressure, can elicit a reflex response, which is not a true indicator of motor activity. If you use central stimulation, however, do so judiciously because deep sternal pressure can easily bruise the 4 soft tissue above the sternum. In our neuro intensive care unit (NICU), we avoid sternal pressure. Instead, we squeeze the trapezius muscle because it's less traumatic. Supraorbital pressure is another option for central stimulation. Don't, however, use it on patients with facial fractures or vagal nerve sensitivity.
eyes should move to the left while the head is turned to the right, and vice versa. If this reflex is absent, there will be no eye movement. To test the oculovestibular reflex, also known as the ice caloric or cold caloric reflex, a physician will instill at least 20 ml of ice water into the patient's ear. In patients with an intact brain stem, the eyes will move laterally toward the affected ear. In patients with severe brain stem injury, the gaze will remain at midline.
Quick facts
No matter how brief or extensive your neuro assessments are, comparing your findings to those of previous exams is essential. When assessing motor response, use sternal pressure judiciously. Deep sternal pressure can cause bruising. In many NICUs, a bedside neuro exam is done as part of the change-of-shift report so that both sets of nurses can assess the patient together.
Nerve I Olfactory
Assessment Have patient identify a familiar scent with eyes closed (usually
deferred). II Optic Sensory Vision (acuity and field of vision); pupil reactivity to light and accommodation (afferent impulse) Have patient read from a card or newspaper, one eye at a time. Test visual fields by having patient cover one eye, focus on your nose, and identify the number of fingers youre holding up in each of four visual quadrants. Check pupillary responses by shining a bright light on one pupil; both pupils should constrict. Do the same for the other eye. To check accommodation, move your finger toward the patients nose; the pupils should constrict and converge. Check EOMs by having patient look up, down, laterally, and diagonally.
III Oculomotor
Motor
Eyelid elevation; most EOMs; pupil size and reactivity (efferent impulse)
IV Trochlear
Motor
EOM (turns eye Have patient look downward and down and in. laterally) Chewing; facial and mouth sensation; corneal reflex (sensory) Ask patient to hold the mouth open while you try to close it and to move the jaw laterally against your hand. With patients eyes closed, touch her face with cotton and have her identify the area touched. In comatose patients, brush the cornea with a wisp of cotton; the patient should
V Trigeminal
Both
blink. VI Abducens Motor EOM (turns eye Have patient move the eyes from side laterally) to side. Facial expression; taste; corneal reflex (motor); eyelid and lip closure Ask patient to smile, raise eyebrows, and keep eyes and lips closed while you try to open them. Have patient identify salt or sugar placed on the tongue (usually deferred). To test hearing, use tuning fork or rub your fingers, place a ticking watch, or whisper near each ear. Equilibrium testing is usually deferred.
VII Facial
Both
VIII Acoustic
Sensory
Hearing; equilibrium
IX Both Glossopharyngeal
Gagging and Touch back of swallowing throat with sterile (sensory); taste tongue depressor or cotton-tipped applicator. Have patient swallow. Gagging and swallowing (motor); speech (phonation) Shoulder movement; head rotation Assess gag and swallowing with CN IX. Assess vocal quality. Have patient shrug shoulders and turn head from side to side (not routinely tested). Have patient stick out tongue and move it internally from cheek to cheek. Assess articulation.
X Vagus
Both
XI Spinal accessory
Motor
XII Hypoglossal
Motor
Sources: 1. Hickey, J. V. (2003). The clinical practice or neurological and neurosurgical nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2. Marshall, R. S., & Mayer, S. A. (2001). On call neurology (2nd ed.). New York: W. B. Saunders. 3. Messner, R., & Wolfe, S. (1997). RN's pocket assessment guide. Montvale, NJ: Medical Economics. 4. Vos, H. (2002). The neurologic assessment. In E. Barker (Ed.), Neuroscience nursing: Spectrum of care (2nd ed.). St. Louis: Mosby.