LAPORAN
ANALISA MUTU PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
NAMA
: PRIMA BAGUS S
KELAS
: THP-B
NIM
: 121710101076
ACARA
KELOMPOK / SHIFT
:6/1
: 25 Oktober 2013
BAB 1. PENDAHULUAN
kali ini guna mengetahui dan menentukan kadar air yang ada di dalam bahan
hasil pertanian.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pengukuran kadar air bahan hasil pertanian
2. Untuk mengetahui preparasi bahan dan cara penyimpanan sampel selama
menunggu bahan untuk ditimbang.
3. Untuk mengetahui cara pengukuran yang cocok sesuai dengan macam
bahan hasil pertanian
didalamnya. Analisa kadar air dengan oven berpemanas infrared dapat dilakukan
dengan cepat (untuk analisis kadar air rutin), tidak mengakibatkan kenaikan suhu
berlebihan pada sampel.
Radiasi infrared mempunyai kekuatan penetrasi yang kuat sehingga air dalam
bhan dapat diuapkan pada suhu tidak lebih dari 700C. Pada oven berpemanas
listrik, air pada bahan dapat diuapkan pada suhu 1000C.
Distilasi langsung
Air diuapkan dari pelarut (menarl) yang imisibel atau tidak dapat bercampur
dengan air yang mempunyai titik didih tinggi. Alat yang digunakan adalah alat
distilasi. Selama pemanasan, air yang menguap dikondensasi, lalu ditampung
dalam gelas ukur dan ditentukan volume airnya untuk mengukur kadar air.
B. Distilasi azeotropik
Air diuapkan bersama-sama dengan pelarut yang sifatnya imisibel pada
perbandingan yang tetap. Tiga jenis pelarut yang sering digunakan adalah toluena,
xilena (dimetil benzena), dan tetrakloroetilena. Toluena paling banyak digunakan.
Toluena dan xilena memiliki berat jenis lebih rendah dari air, berat jenis toluena
0,866 g/ml, xilena 0,866-0,87 g/ml. Tetrakloroetilena mempunyai berat jenis lebih
tinggi dari air 1,62 g/ml.
Penggunaaan pelarut yang mempunyai berat jenis lebih ringan dari air
bertujuan agar air berada di bagian bawah gelas penampung sehingga pengukuran
volume lebih mudah. Penggunaan pelarut dengan berat jenis lebih tinggi akan
menyulitkan pengukuran volume air (akan terbentuk dua meniskus sehingga
ketelitian data kurang).
Pada kondisi biasa, titik didih air dan toluen akan bersama-sama menguap
pada suhu 850C dengan perbandingan air toluen = 20:80. Uap air dan pelarut
dikondensasi, oleh karena air dan toluen tidak dapat bercampur maka setelah
kondensasi air dan toluen akan terpisah sehingga volume air dapat ditentukan.
Keuntungan metode ini adalah kadar air ditetapkan langsung dan hasil akhir
merupakan nilai kadar air yang nyata dan bukan karena kehilangan berat contoh.
Hasil lebih teliti dibandingkan metode pengeringan oven karena jumlah contoh
lebih banyak. Waktu analisis singkat (0,5-1 jam), peralatan sederhana dan mudah
didapat serta pengaruh kelembababn lingkungan dapat dihindari dan dapat
mencegah oksidasi selama pemanasan. Selain itu metode ini memiliki cara
pengerjaan sederhana dan mudah ditangani.
Kelemahan metode ini adalah permukaan alat gelas harus selalu bersih dan
kering. Senyawa alkohol atau gliserol mungkin terdistilasi bersama air yang dapat
mengakibatkan data yang diperoleh lebih tinggi dari nilai sebenarnya. Pelarut
yang digunakan mudah terbakar, sebagian pelarut beracun (misal benzena), serta
ketelitian membaca volume air yang terkondensasi terbatas.
Analisis kadar air metode distilasi azeotropik (SNI 01-3181-1992 yang
dimodifikasi) memiliki prinsip bahwa penguapan air dari bahan bersama-sama
dengan pelarut yang sifatnya imisibel pada suatu perbandingan yang tetap. Uap air
dari bahan beserta pelarut dikondensasi kemudian ditampung dalam gelas
penampung. Air yang mempunyai berat jenis lebih besar dibandingkan pelarutnya
(jika digunakan pelarut dengan berat jenis lebih rendah) akan berada di baian
Metode ini sangat sesuai untuk bahan yang mengandung senyawa volatil
(mudah menguap) tinggi, seperti rempah-rempah. Penggunaan suhu kamar dapat
mencegah hilangnya senyawa menguap selama pengeringan.
5) Metode Termogravimetri
Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan
bantuan panas. Perubahan berat (karena hilangnya air dari bahan selama
pemanasan) dicatat oleh neraca termal (thermobalance) secara otomatis sebagai
fungsi dari waktu dan suhu. Diperoleh kurva perubahan berat selama pemanasan
untuk suatu program suhu tertentu.
Pencatatan berlangsung sampai bahan mencapai berat konstan/tetap.
Penimbangan dilakukan secara otomatis di dalam alat pengering dan kesalahan
akibat penimbangan sangat kecil. Analisis dilakukan dalam waktu yang singkat.
Jumlah sampel yang digunakan hanya sedikit yaitu berkisar mg sampai 1 gram.
Kurva perubahan berat air selama pengeringan dapat menunjukkan sifat fisiko
kimia tentang gaya yang mengikat air pada komponen di dalam contoh serta data
kinetik dari proses pengeringan.
2. Analisis kadar air metode tidak langsung
Metode ini dilakukan tanpa mengeluarkan air dari bahan dan tidak meusak
bahan sehingga pengukuran tidak bersifat merusak (tidak dekstruktif). Waktu
pengukuran dilakukan dengan cepat dan dimungkinkan untuk menjadikan
kontinyu dan otomatik. Metode ini merupakan penerapan untuk mengontrol
proses-proses di industri.
Metode yang banyak diterapkan adalah sebagai berikut:
1) Metode listrik-elektronika (konduktivitas DC-AC dan konstanta dielektrik)
Metode ini didasarkan pada pengukuran tahanan yang ditimbulkan dari bahan
yang mengandung air. Analisis dilakukan dengan cara menempatkan sejumlah
contoh di dalam wadah kecil di antara sua elektroda, selanjutnya arus listrik yang
melewati contoh diukur berdasarkan tahanan listriknya.
2) Penyerapan gelombang mikro
Hal ini didasarkan pada pengukuran penyerapan energi gelombang mikro oleh
molekul air dalam bahan. Molekul air yang mempunyai dua kutub akan menyerap
beberapa ribu kali lebih banyak energi gelombang mikro dibandingkan bahan
kering dalam volume yang sama. Gelombang mikro dengan frekuensi 9-10 GHz
dapat digunakan untuk memantau kadar air bahan berkadar air rendah, padatan
atau cairan. Peralatan utamanya adalah dua buah antena yang berfungsi sebagai
pemancar dan penerima gelombang. Pengukuran dilakukan dengan cara bahan
ditempatkan diantara ke dua antena tanpa menyentuh antena.
3) Penyerapan sonik dan ultrasonik
Hal ini dilakukan berdasarkan kemampuan molekul air dalam menyerap
energi sonik dan ultrasonik. Derajat penyerapannya tergantung pada jumlah air
yang terdapat dalam bahan. Pengukuran dilakukan dengan cara bahan
ditempatkan diantara generator energi (sebagai pensuplai energi sonik dan
ultrasonik) dan mikrofon sebagai penerima. Energi yang diterima selanjutnya
diperkuat sehingga terbaca pada voltmeter dan selanjutnya data diubah menjadi
data kadar air.
4) Metode spektroskopi (inframerah dan NMR)
Meode spektroskopi inframerah didasarkan pada pembentukan spektrum
penyerapan inframerah yang sangat spesifik oleh molekul air yang terdapat pada
bahan (padat atau cairan). Pita-pita penyerapan inframerah oleh molekul air terjadi
pada panjang gelombang 0,76; 0,97; 1,16; 1,45; dan 1,94 m. Intensitas
penyerapan sinar inframerah berbanding lurus dengan kadar air.
Penentuan kadar air dilakukan dengan membandingkan penyerapan energi
pada panjang gelombang tersebut dengan kadar air standar yang sebelumnya
sudah ditentkan dengan metode langsung. Metode ini sangat sensitif untuk bahan
yang mengandung air sangat rendah sampai sekitar 0,05%. Metode ini banyak
digunakan untuk mengukur kadar air biji-bijian dan produk tepung. Selain itu
metode ini relatif mahal untuk digunakan pada penelitian. Industri besar tepung
gandum dan kedelai menggunakan metode ini untuk mengontrol kadar air proses
produksi.
Talas
Talas adalah nama untuk berbagai macam tumbuhan yang lazim ditanam
untuk dimanfaatkan umbi atau daunnya. Talas tersebar dalam tiga genus
tumbuhan yaitu Colocasia, Xanthosoma, dan Alocasia, dari famili Araceae.
Keladi, dasheen, taro, sato imo dan eddo merupakan Colocasia, sedangkan
kimpul, yautia, tannia dan malanga termasuk Xanthosoma, dan sente serta birah
adalah Alocasia. Semua tanaman tersebut dinamakan talas .
Manfaat utama umbi talas adalah sebagai bahan pangan sumber
karbohidrat. Bagian tanaman ini yang dapat dimakan yaitu umbi, tunas muda, dan
batang daun. Selain itu, umbi talas juga banyak dibuat makanan ringan seperti
keripik dan getuk talas. (Buckle, K.A. 1987)
2.2.4
Tomat
93
2
0.7
2.3
5
27
0.5
5
27
0.5
7
15
0.4
Vitamin
A
B1
C
Energi
2.2.5
320
0.07
30
93
1500
0.06
40
20
600
0.06
10
15
Ubi jalar
mengandung
karotinoid, merupakan
A.
2.2.6
Jumlah
123
1,8
0,7
27,9
0,09
22
69
Singkong
penghancuran atau beberapa proses lainnya untuk mengurangi asam sianida yang
bersifat racun yang terkandung dalam semua varietas singkong.
Komponen
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Fosfor
Besi
Vitamin A
Vitamin B
Vitamin C
Air
BDD
Kadar
146
1,2
0,3
34,7
40
0,7
0
0,06
30
62,5
75
sekali sampai diperoleh berat konstan. Pengurangan berat dari sebelum dioven
dengan susudah dioven merupakan berat air dalam bahan.
4.2 Pembahasan
Dari data berat yang telah diperoleh antara lain A (berat botol), B
(berat botol + sampel sebelum dikeringkan), C (berat botol + sampel
setelah dikeringkan) maka dapat diketahui kadar air sampel tersebut
dengan persamaan:
kadar air = (B C / B A) x 100%
sehingga kita juga bisa mencari berat keringnya yaitu dengan rumus
Bahan kering (%) = 100 kadar air
Dari persamaan tersebut kadar air dalam setiapa bahan dapat dicari.
singkong memiliki kadar air 54,43% dan berat kering 45,57%. Ubi talas memiliki
kadar air 68,87% dan berak kering 31,13%. Wortel 88,71% dan berat kering
11,29%. Tomat memiliki kadar air 93,95% dan berat kering 6,05%.. Pada sampel
ubi jalar memiliki kadar air sebesar 74,39% dan berat kering 25,61% dan kacang
tanah memiliki kadar air 6,9% dan berat kering 7,41%.
Dari hasil perhitungan tersebut kadar air dalam setia sampel sesuai dengan
literatur. Pada literatur kadar air dalam ubi sekitar 74%, talas 68-85%, kacang
tanah 6%, wortel 88%, tomat 93%, dan singkong sekitar 54% (Rukmana, 1995).
Sehingga dari data kadar air dan berat kering yang telah diketahui, dapat
disimpulkan bahwa kadar air berbanding terbalik dengan berat kering.
Perbedaan kadar air dalam suatu bahan disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya
berhubungan dengan udara pengeringan dan berhubungan dengan sifat bahan.
Dari nilai RSD dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai RSD terbesar
terdapat pada tomat dan kacang. Sedangkan RSD terkecil terdapat pada
ubi jlar dan wortel. Nilai RSD yang terdapat pada tomat dan kacang yang
cukup besar dikarenakan rendahnya ketelitian data akibat data yang
di[eroleh trlalu berjauhan. Untuk ubi jalar dan wortel ketelitiannya cukup
tinggi. Ketelitian dari suatun data dikatakan akurat jka nilai RSDnya
kurang dsri 5%.
BAB 5 . PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Ada beberapa metode penentuan kadar air, yaitu metode thermogravimetri,
distilasi, khemis, dan fisis.
2. Prinsip penetapan kadar air metode oven udara didasarkan atas berat yang
hilang sehingga sampel seharusnya mempunyai kestabilan panas yang tinggi dan
tidak mengandung komponen yang mudah menguap. Air dikeluarkan dari bahan
pada tekanan udara (760 mmHg) sehingga air menguap pada suhu 1000C yaitu
sesuai titik didihnya.
3. Penetapan kadar air % dry bulb (db) dilakukan dengan menghitung jumlah air
yang ada di dalam bahan dibandingkan terhadap berat bahan kering dan
dikalikan 100% (mencari kadar air dalam kondisi bahan kering).
4. Penetapan kadar air % wet bulb (wb) dilakukan dengan menghitung jumlah air
yang ada di dalam bahan dibandingkan terhadap berat bahan basah dan
dikalikan 100% (mencari kadar air dalam kondisi bahan basah)
5. Pengovenan dilakukan untuk menguapkan kadar air botol timbang dan bahan.
6. Penggunaan eksikator bertujuan untuk menyeimbangkan kelembapan relatif
(RH) botol timbang dengan kelembapan udara lingkungan sehingga botol
timbang tidak mudah menarik air dari udara dan tidak mengganggu ketepatan
analisis.
7. dari semua sempel, kadar air yang diperoleh sudah sesuai literatur
8. RSD terbesar pada tomat dan kacang sedangkan RSD terkecil pada ubi jalar
dan wortel.
6.2 Saran
Terima kasih atas laporannya yang terlalu banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi. Yogyakarta :
Jurdik
Biologi FMIPA UNY
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Fardiaz, Srikandi, FG. Winarno, dan Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi
Pangan. Jakarta : Gramedia
Krisno, Budiyanto, Agus. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press
Rukmana, Rahmat. 1995. Bertanam wortel. Yogyakarta : Kanisius.
Sudarmadji, Slamet, Suhardi dan Bambang Haryono. 1989. Analisis Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberti Yogyakarta
Sudewo, Andreas. 2000. Buku Ajar Azas-Azas Teknik. Jember : FTP UNEJ
Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu
LAMPIRAN
1. DATA PENGAMATAN
Sampe
l
Peng
ulang
an
1
2
3
Ubi
a. Talas
Sampe Pengu
l
langa
n
1
2
3
Talas
Berat
Botol
(Gram
A)
(gram)
12,747
11,884
12,779
Berat
Botol
(Gram
A)
17,402
11,853
21.924
b. Kacang tanag
Samp Pengu
Berat
el
langa
Botol
n
(Gram
A)
Kaca
ng
tanah
1
2
3
44, 810
44, 883
44, 856
Berat
Botol+
Bahan
(Gram
B)
Berat
Bahan
Awal
(Gram)
15,758
14.897
15,915
3.011
3,013
3,136
Berat
Botol+
Bahan
(Gram
B)
20,482
14,882
24,938
Berat
Bahan
Awal
(Gram)
Berat
Botol+B
ahan
(Gram
B)
47, 810
47, 874
47, 857
Berat
Bahan
Awal
(Gram)
3.08
3.029
3.014
3.003
3,003
3,006
Penimb
angan
1
13.564
12.665
13,536
Berat
Bahan
Konstan
2
13.558
12.656
13.528
Penimbangan
18.342
12,805
22,879
18.335
12,802
22.875
Penimbangan
1
2
47, 605
47, 662
47, 653
47, 605
47, 662
47, 653
13.561
12.660
13.532
Berat
Bahan
Konstan
18.338
12.803
22,877
Berat
Bahan
Konstan
47, 605
47, 662
47, 653
d. Ubi jalar
Sampe Pengul
l
angan
Ubi
jalar
Berat
Botol
(Gram
A)
44, 841
Berat
Botol+Bah
an (Gram
B)
47, 839
Berat
Bahan
Awal (c
Gram)
3,005
44, 424
47, 412
44, 358
47, 362
3,006
Penimbangan
Berat
Bahan
Konstan
45,
628
45,
196
45,
135
45,
628
45,196
45, 628
45,
135
45, 135
45,196
e. Wortel
Sampel
Berat
botol (a
gram)
Berat
botol +
bahan (b
gram)
Berat
bahan
awal
(gram)
22.154
25.154
22.578
25.579
3.001
23.035
26.039
3.004
Pengulangan
WORTEL
Penimbangan
1
22.48
9
22.92
0
23.37
2
2
22.48
7
22.91
9
23.37
1
Ratarata
22.488
22.919
23.371
f. Tomat
Sampel
TOMAT
Berat
botol (a
gram)
Berat
botol +
bahan (b
gram)
Berat
bahan
awal
(gram)
11.537
14.548
3.011
10.264
13.274
3.010
10.277
13.287
3.010
Pengulangan
g. singkong
Samp Pengula
el
ngan
Berat
Botol
(Gram
A)
Berat
Botol+B
ahan
(Gram
B)
Berat
Bahan
Awal
(Gram)
Penimbangan
Ratarata
1
11.73
8
10.45
9
10.49
8
2
11.73
8
10.45
9
10.49
7
Penimbangan
1
2
11.738
10.459
10.497
Berat
Bahan
Konstan
Singk
ong
1
2
3
h. kacang
Sampe Pengula
l
ngan
Kacan
g
2.
1
2
3
44,426
44,812
44,838
47, 426
47,812
47,838
3
3
3
Berat
Botol
(Gram
A)
Berat
Botol+B
ahan
(Gram
B)
47,882
47,358
47,856
Berat
Bahan
Awal
(Gram)
44,882
44,358
44,856
3
3
3
45,793
46,175
46,207
Penimbangan
1
47,715
47,126
47,646
Hasil Perhitungan
a. Ubi
Ulangan
Kadar Air
BB (%)
Kadar Air BK
(%)
1
2
3
Rata
SD
RSD
72,96
74,24
75,98
74,39
1,515
2,036
27,04
25,76
24,02
25,61
1,515
5,915
b. Talas
Ulangn
1
2
3
Rata
SD
RSD
Kadar Air BB
(%)
69,61
68,63
68,38
68,87
0,65
0,94
45,795
46,178
46,208
Kadar Air BK
(%)
30,39
31,37
31,62
31,13
0,65
2,08
45,794
46,176
46,207
Berat
Bahan
Konsta
n
47,718 47,7165
47,127 47,1265
47,648 47,647
c. Kacang Tanah
Ulangan
1
2
3
Rata-rata
SD
RSD
Kadar
Air BB
(%)
6,83
7,08
6,79
6,9
0,157
2,27
Kadar Air BK
(%)
7,33
7,62
7,29
7,41
0,18
2,42
d. Ubi jalar
Ulangan
1
2
3
Rata-rata
SD
RSD
Kadar
Air BB
(%)
73,74
74,16
74,13
74,01
0,23
0,31
Kadar Air
BK (%)
26,26
25,84
25,87
25,99
0,23
0,88
e. Wortel
Ulangan
1
2
3
Rata-rata
SD
RSD
Kadar Air
BB (%)
88,67
88,64
88,81
88,71
0,091
0,1
Kadar Air
BK (%)
11,33
11,36
11,19
11,29
0,091
0,81
f. Tomat
Ulangan
Kadar Air
BB (%)
1
2
3
Rata-rata
SD
RSD
95,65
93,52
92,69
93,95
1,53
1,63
Ulangan
Kadar
Air BB
(%)
54,4
54,53
54,37
54,43
0,085
0,156
Kadar
Air BK
(%)
4,35
6,48
7,31
6,05
1,53
25,28
g. singkong
1
2
3
Rata-rata
SD
RSD
Kadar Air
BK (%)
45,6
45,47
45,63
45,57
0,085
0,186
h. Kacang
Ulangan
1
2
3
Rata-rata
SD
RSD
Kadar Air
BB (%)
5,53
7,73
6,97
6,74
1,117
16,57
Kadar Air
BK (%)
5,85
8,38
7,48
7,23
1,282
17,73
Kadar air BB =
U1
=
= 88,67 %
U2
= 88,64%
U3
= 88,81 %
Rata-rata BB
SD
=
= 0,091
RSD
=
= 0,10%
Kadar air BK
U1
= 100-KA (BB)
= 100 88,67
= 11,33 %
U2
=100 88,64
= 11,36%
U3
= 100 88,81
= 11,19%
Rata-rata BK =
SD
=
= 0,091
RSD
=
= 0,81%