Anda di halaman 1dari 144

TESIS

IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK AKUMULASI LINDI DENGAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR

I KETUT PUTRA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

TESIS

IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK AKUMULASI LINDI DENGAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR

I KETUT PUTRA NIM 0991261001

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK AKUMULASI LINDI DENGAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Udayana

I KETUT PUTRA NIM 0991261001

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

ii

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

Lembar Persetujuan Pembimbing TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 25 JANUARI 2012

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD NIP: 195611021983031001

Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH


NIP:194911021976031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Udayana

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD NIP: 195611021983031001

Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp, S(K) NIP: 195902151985102001

iii

Lembar Penetapan Panitia Penguji

Tesis ini telah diuji pada tanggal 17 Januari 2012 Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 0163/un.14.4/hk/2012

Panitia Penguji Tesis adalah : Ketua : Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc, SH 2. 3. Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc

iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini : NAMA NIM : I Ketut Putra : 0991261001

PROGRAM STUDI : Program Magister Ilmu Lingkungan JUDUL TESIS : Identifikasi Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi dengan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger di TPA Temesi Kabupaten Gianyar

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 25 Januari 2012 Hormat Saya,

I Ketut Putra NIM 0991261001

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas Anugrah dan RahkmatNYA-lah penulis dapat menyelesaikan tesis dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Magister Lingkungan Universitas Udayana . Dalam menyusun tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran dan bantuan yang tak terhingga harganya dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD selaku Pembimbing I yang dengan ketelitian dan kesabaran serta penuh keiklasan telah membimbing, mengarahkan dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi dalam penulisan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS selaku anggota tim penguji yang banyak memberikan masukkan dan saran dari segi penulisan dan isi demi kesempurnaan tesis ini. 4. Bapak Prof. Dr. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc selaku anggota tim penguji yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran memerikan revisi baik dari segi penulisan dan isi dari tesis ini. 5. Bapak Dr. Arianto (Alm) yang telah memberikan ide awal dan pengarahan dalam penulisan tesis ini. 6. Bapak Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) selaku Rektor Universitas Udayana yang telah memberikkan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program Magister Pascasarjana di Universitas Udayana.

vi

7. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar yang telah memberikan ijin dan sarana selama penulis melakukan penelitian. 8. Seluruh staff di lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Udayana yang telah banyak membantu dari segi administrasi hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis sadar sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 25 Januari 2012

vii

ABSTRACT

Garbage Dump (GD) of Temesi which is located at Temesi village within 6.5 km south east of Gianyar city, which is geographically located at a point 8 0 33 south latitude and 1150 east longitude with an altitude 191 - 196 meters above sea level. The area of GD of Temesi is about 4 ha. GD of Temesi Gianyar has been collecting garbage about 198.52 m 2 /day. GD of Temesi operates with open dumping technique, so that the leachate produced from garbage pollutes the enviorment and shallows ground water around the GD. This study was conducted to identity the direction of seepage and location of accumulation point of leachate at GD of Temesi Gainyar. This study was conducted by measuring soil layer values at GD of Temesi Gianyar, and eight tracks measurement was taken. The method used in this study was using the geoelectric resistivity with Wenner configuration and Schlumberger configuration. The eight tracks were taken as representative of the overall soil layer condition in GD of Temesi Gianyar. The result of study showed that tracks 1st to 7 th , indicated leachate seep in each track, however, in 8 th track leachate was not identified ( 8 th tracks is located far from the GD and its contours are higher than the tracks of garbage). Value of leachate resistivity ranged from 3.98 8.91 m with a depth ranging from 1.55 6.91 meters. Most of leachate spreaded out to southward of GD as far as more than 400 meters. Accumulation of leachate was widely available at a distance of 20, 50, and 400 meters toward the south part of the GD of Temesi. The main factor is the south part of the GD has a lower contour. Another factor affecting the leachate seeped into the south part is the present of some field irrigation water from north to south across the garbage stacks. Key words: Garbage Dump of Temesi, Garbage Leachate Water,Resistivity Geoelectric,Wenner Configuration, Schlumberger Configuration.

viii

ABSTRAK

Sistem pemrosesan akhir di TPA Temesi Gianyar masih menerapkan sistem open dumping, sehingga lindi dari tumpukan sampah berpotensi mencemari lingkungan dan sumber air tanah dangkal di sekitar areal TPA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui arah rembesan dan letak titik akumulasi lindi di TPA Temesi Gianyar. Penelitian dilakukan dengan mengukur nilai resistivitas lapisan tanah di TPA Temesi Gianyar melalui lintasan yang sudah ditentukan yaitu sebanyak delapan lintasan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Geolistrik Resistivitas dengan konfigurasi Wenner - Schlumberger. Kedelapan lintasan tersebut diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi lapisan tanah di TPA Temesi Gianyar. Hasil penelitian menunjukkan Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi yang berada sebelah selatan dekat

dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah selatan. Titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033076 LS - 115021016 BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada
koordinat 8033689 LS - 115020363 BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033746 LS - 115021013 BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033719 LS - 115021018 BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada koordinat 8033641 - LS 115020977 BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033756 LS - 115021015 BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.

Kata Kunci : TPA Sampah, Air Lindi Sampah, Geolistrik Resistivitas, Konfigurasi Wenner, Konfigurasi Schlumberger

ix

RINGKASAN

TPA Temesi Gianyar pada awalnya dirancang sebagai Tempat Pemrosesan Akhir Sampah yang menerapkan Sistem Sanitary Landfill, namun pada kenyataannya menerapkan Sistem open dumping. Hal ini tentunya

mengakibatkan adanya lindi merembes ke luar areal TPA dan mencemari sumber air tanah dangkal di sekitar TPA. Penelitian dilakukan untuk mengetahui arah rembesan dan letak akumulasi lindi di sekitar TPA. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode Geolistrik Resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger yaitu pemanfaatan variasi nilai resistivitas akibat arus listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni sampai Nopember 2011 di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. Pengukuran dilakukan dengan mengambil delapan lintasan pengukuran dan diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi lapisan tanah di sekitar TPA. Dari hasil pengukuran pada beberapa lintasan kemudian setelah dipadukan dengan kondisi/kontur tanah di sekitar TPA, dapat disimpulkan bahwa : Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah selatan. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033076 LS - 115021016
BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033689 LS - 115020363 BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033746 LS - 115021013 BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033719 LS - 115021018 BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada

koordinat 8033641 - LS 115020977 BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033756 LS 115021015 BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.

Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400 m dari pusat timbunan sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi tersebut mencemari lingkungan TPA kalau dilihat dari awal berdirinya TPA yaitu Tahun 2004. Bisa dibayangkan kalau Pemerintah dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak yang telah ditimbulkan oleh adanya TPA yang masih menerapkan sistem open dumping, maka sudah barang tentu akan berdampak negatif terhadap lingkungan baik terhadap sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada kesehatan masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar TPA.

xi

DAFTAR ISI Lembar Sampul Dalam ........................................................................ i Lembar Prasyarat Gelar Magister ...................................................... ii Lembar Persetujuan Pembimbing ....................................................... iii Lembar Penetapan Panitia Penguji ...................................................... iv Surat Pernyataan Bebas Plagiat ........................................................... iv UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. vi ABSTRACT ............................................................................................ viii ABSTRAK .............................................................................................. ix RINGKASAN ......................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................... xii DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 5 2.1 Sampah .................................................................................. 5 2.2 Pengaruh sampah terhadap lingkungan ................................. 6 2.2.1 Pengaruh positif .......................................................... 6 2.2.2 Pengaruh Negatif ........................................................ 7 2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah ....................................... 9 2.4 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar................. 13 2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 15

xii

2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan .................................... 17 2.7 Pencemaran Lingkungan ....................................................... 21 2.8 2.9 Pencemaran Air ................................................................... 21 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah ............... 23

2.10 Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah .................. 25 2.11 Metode Geolistrik Resistivitas ............................................ 27 2.11.1 Konfigurasi Wenner ................................................. 29 2.11.2 Konfigurasi Schlumberger ........................................ 31

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ............................... 34

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................... 38 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 38 4.1.1 Lokasi penelitian........................................................ 38 4.1.2 Waktu penelitian ........................................................ 39 4.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 39 4.2.1 Alat ............................................................................ 39 4.2.2 Bahan .......................................................................... 40 4.3 Jenis Data ............................................................................. 40 4.4 Penentuan Lokasi Pengukuran ............................................. 40 4.5 Metode Pengukuran ............................................................. 42 4.6 Pengumpulan Data ............................................................... 42 4.7 Pengolahan dan Analisa Data............................................... 44 4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner ................. 44 4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger ....... 48

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................. 52 5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar ..................... 52 5.2. Data Hasil Pengukuran ......................................................... 53 5.2.1 Data Hasil Pengukuran dengan Metode Wenner ...... 53

xiii

5.2.2

Data Hasil Pengukuran dengan Metode Schlumberger ............................................................ 54

5.3 Hasil Interpretasi Data dengan Software Res2dinv .......................... 54 5.3.1 5.3.2 5.3.3 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 1 ..................................................... 54 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 2 ............................................. 55 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 3 ............................................. 56 5.3.4 5.3.5 5.3.6 5.3.7 5.3.8 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 4 ............................................. 58 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 5 ............................................. 59 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 6 ............................................. 60 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 7 ............................................. 61 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 8 ............................................. 62

BAB VI PEMBAHASAN....................................................................... 63 6.1 Anaslisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger ........................................................................ 63 6.1.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 1. ................................. 63 6.1.2 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 2. ................................. 64 6.1.3 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 3. ................................. 64 6.1.4 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 4. ................................. 65 6.1.5 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 5. ................................. 66

xiv

6.1.6 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 6. ................................. 66 6.1.7 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 7. ................................. 67 6.1.8 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi WennerSchlumberger pada Lintasan 8. ................................. 67 6.2 Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi di TPA Temesi Kabupaten Gianyar .............................................................. 68 6.3 Pengaruh Air Lindi terhadap Lingkungan ....................................... 70

BAB VII SIMPULAN- SARAN ............................................................ 73 7.1 Simpulan .............................................................................. 73 7.2 Saran ..................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 75 LAMPIRAN

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

..............................................................................................

2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010 ....... 14 2.2. Komposisi Lindi dari TPA Secara Umum... 24 2.3. Variasi Kualitas Lindi di beberapa TPA di Indonesia ..................... 24 4.1. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner ............................ 43 4.2. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger .................. 43 6.1. Arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan pengukuran konfigurasi Wenner-Schlumberger .............................. 70

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

..............................................................................................

2.1. Peta Geologi Pulau Bali .................................................................... 16 2.2. Skema proses terjadinya lindi ........................................................... 26 2.3. Elektroda arus- potensial pada konfigurasi Wenner.......................... 29 2.4. Elektroda arus- potensial Schlumberger homogen isotropis dengan tahanan jenis () (Reynolds, 1997 dalam Bahri, 2005) ........ 31 3.1. Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian....................................... 37 4.1. Peta wilayah Desa Temesi Gianyar................................................... 38 4.2. Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data ..... 41 4.3. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 45 4.4. Tampilan awal program Res2dinv..................................................... 47 4.5. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan Konfigurasi Wenner .......................................................................... 47 4.6. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 49 4.7. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan Konfigurasi Schlumberger ................................................................ 50 4.8. Diagram alir pengolahan data hasil penelitian .................................. 51 5.1. Peta kontur TPA Temesi Gianyar ..................................................... 52 5.2. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 55 5.3. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 56 5.4. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 57 5.5. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 58 5.6. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi

xvii

Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 59 5.7. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 60 5.8. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 61 5.9. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 62 6.1. Arah rembesan- titik akumulasi lindi di TPA Temesi Gianyar ................................................................................. 68

xviii

DAFTAR SINGKATAN

BOD B3 COD DHL DKP DP FTSL GPS KLH LSM NAB SNI TPA TPST VES LONG LAT H

: Biochemical Oxygen Demand : Bahan Berbahaya- Beracun : Chemical Oxygen Demand : Daya Hantar Listrik : Dinas Kebersihan- Pertamanan : Datum Point : Fakultas Teknik Sipil- Lingkungan : General Positioning System : Kementrian Lingkungan Hidup : Lembaga Swadaya Masyarakat : Nilai Ambang Batas : Standar Nasional Indonesia : Tempat Pemrosesan Akhir : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu : Vertical Electric Sounding : Longitude : Latitude : High

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Data GPS untuk menentukan peta Kontur TPA Temesi Gianyar ....... 79 2. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Wenner ........... 84 3. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Schlumberger . 94 4. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Wenner ke dalam program notepad ................................................................. 118 5. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Schlumberger ke dalam program notepad .................................................................. 122

xx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu sampah dan limbah (Widyatmoko dan Sintorini, 2002). Sampah adalah buangan berupa padat merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya (Bahar, 1985). Di negara berkembang, sampah umumnya ditampung pada lokasi pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary landfill (Johanis, 2002). Sanitary landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu yaitu jenis dan porositas tanah, dimana pada dasar cekungan dilapisi geotekstil untuk menahan peresapan lindi pada tanah serta dilengkapi dengan saluran lindi. TPA-TPA yang ada di Indonesia belum sepenuhnya menerapkan sistem sanitary landfill dan kebanyakan masih menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah ditumpuk menggunung tanpa ada lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi pencemaran air tanah dan udara di sekitar TPA (Widyatmoko dan Sintorini, 2002).

Depkes (1987) dalam Guntar (1999), menyatakan bahwa keberadaan suatu TPA sebagai suatu wadah pembuangan sampah diharapkan mampu menjadi suatu sarana pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan. Suatu program pengelolaan sampah belum dapat dikatakan berhasil tanpa menyelesaikan permasalahan hingga ke tahap pemrosesan akhir dengan baik. Tahapan ini merupakan hal yang terpenting dalam pengelolaan sampah dalam hubungannya dengan masalah pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu, keberhasilan suatu program pengelolaan sampah sangat ditentukan oleh pengelolaan sampah di TPA. Slamet (1994) dalam Arbain (2008), menyebutkan bahwa pengelolaan sampah belum dapat disebut berhasil secara keseluruhan dengan baik, tanpa menyelesaikan persoalannya atau mengatasi permasalahan sampah hingga ke tahap pembuangan akhir dengan baik. Upaya pengelolaan sampah baik skala besar maupun skala kecil, harus mencapai tujuan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Pembangunan TPA seharusnya mempertimbangkan aspek kondisi fisik TPA, jenis dan karakteristik sampah, kemampuan pendanaan, dan prasarana pendukungnya (Notoatmodjo, 1997). Tanpa mempertimbangkan aspek-aspek tersebut akan menimbulkan pencemaran lingkungan di sekitarnya, seperti terbentuknya rembesan lindi yang dapat mencemari air permukaan dan pencemaran tanah serta pencemaran air bawah tanah. Indikasi tersebut lebih dipertegas dari penelitian terdahulu yang dilakukan di TPA Tamangapa Makasar (Arifin, 2001), yang menyimpulkan bahwa rembesan lindi yang

keluar dari timbunan sampah membentuk alur yang mencemari air bawah tanah di sekitar TPA. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi di Kabupaten Gianyar merupakan salah satu contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping. Layanan TPA ini mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. Sampah yang dibuang di tempat ini kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar dan sampah rumah tangga. Hal ini menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah. Air yang ada pada sampah hasil dari proses pembusukan umumnya mengandung bahan kimia, bakteri dan kotoran lainnya yang dapat merembes masuk ke dalam tanah dan akhirnya akan mencemari air bawah tanah. Mengingat sebagian masyarakat di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar masih memanfaatkan air sungai untuk mandi dan sumur gali untuk keperluan sehari-hari, maka kiranya sangat perlu dilakukan suatu kajian atau penelitian lebih lanjut mengenai arah sebaran dan letak akumulasi lindi di sekitar TPA Temesi Gianyar.

1.2 Rumusan Masalah Metode Geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan variasi resistivitas, dapat digunakan untuk mendeteksi polutan cair dalam tanah yang sering diasosiasikan sebagai fluida konduktif. Di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar diduga terdapat akumulasi rembesan lindi (leachate) yang dapat mencemari air

tanah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Kemananakah arah rembesan lindi di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar ? 2. Dimanakah letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar ?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui arah Kabupaten Gianyar. 2. Mengidentifikasi letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar. rembesan lindi di sekitar TPA Temesi

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, hasil dari penelitian ini diharapkan: 1. Dapat memberikan gambaran aplikasi geofisika dalam bidang lingkungan terutama untuk menggambarkan arah sebaran dan letak akumulasi lindi. 2. Bermanfaat sebagai peringatan awal dalam upaya memantau

pencemaran air tanah dangkal dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan dan evaluasi TPA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah Pengertian sampah dikemukakan oleh Azwar (1990), yang menyatakan bahwa sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia dan bersifat padat. Definisi lain yang dikemukakan Kodoatie (2003), menyebutkan bahwa sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Demikian pula menurut Mustofa (2005), menyatakan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga dalam pembikinan atau pemakaian, barang rusak atau bercacat dalam pembikinan atau materi berkelebihan. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-13-1990, yang dimaksud dengan sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi bangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota dan tidak termasuk sampah bahan berbahaya dan beracun (B3). Berdasarkan definisi dan pengertian tentang sampah seperti yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sampah adalah benda atau sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai atau sesuatu yang

harus dibuang, dan umumnya bersifat padat yang dapat mencemari lingkungan dan tidak/belum bersifat ekonomis, yang berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia atau proses alam baik yang bersifat zat organik dan zat anorganik
(tidak termasuk limbah berbahaya dan beracun) yang dianggap tidak berguna

lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan.

2.2 Pengaruh Sampah terhadap Lingkungan Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri, baik berpengaruh positif maupun negatif.

2.2.1 Pengaruh Positif Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti : 1) sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan seperti rawa-rawa dan dataran rendah, 2) sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, 3) sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak, 4) pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk

berkembangbiak serangga dan binatang pengerat, 5) menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah, 6) keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat, 7) keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat,

8) keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra, 2007).

2.2.2 Pengaruh Negatif Menurut Depkes (1997) dalam Guntar (1999), menyebutkan bahwa sampah yang tidak dikelola dengan baik, maka akan mengganggu kelestarian lingkungan hidup baik terhadap komponen abiotik, komponen biotik maupun komponen sosial budaya masyarakat. Bahar (1985), mengatakan sampah adalah buangan berupa bahan padat merupakan polutan umum yang menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunnya nilai sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya. Menurut Chandra (2007) dalam Arbain (2008), menyatakan bahwa pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat sebagai berikut: a. Pengaruh terhadap kesehatan, antara lain : 1) pengelolaan sampah yang

kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, 2) insidensi penyakit demam berdarah (dengue fever) akan meningkat karena vektor penyakit akan hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng atau ban bekas yang berisi air hujan, 3) terjadinya kecelakaan

akibat pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, misalnya luka akibat benda tajam seperti pecahan kaca, potongan besi dan lain-lain, 4) gangguan psikologis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain-lain. b. Pengaruh terhadap lingkungan, antara lain : 1) estetika lingkungan

menjadi kurang sedap dipandang mata, 2) proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk, 3) pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih luas, 4) pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air menjadi dangkal, 5) apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal, 6) air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan dan saluran air. c. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain:

1) pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya masyarakat setempat, 2) keadaan lingkungan kurang baik dan jorok, akan menurunkan daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah tersebut, 3) dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola karena bau busuk yang sangat mengganggu (misalnya kasus TPA Bantargebang, Bekasi), 4) angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun, 5) kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain akan berkurang, 6) menurunnya pemasukan daerah (devisa) akibat

penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung sehingga akan berdampak pada penurunan penghasilan masyarakat setempat, 7) penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis, 8) penumpukan sampah dipinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa. Berdasarkan pendapat tentang pengaruh negatif sampah tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif yaitu menimbulkan dampak pencemaran terhadap lingkungan, terutama apabila keberadaannya dekat dengan

pemukiman penduduk. Komponen-komponen yang dapat dipengaruhi akibat pencemaran sampah adalah semua komponen lingkungan (abiotic, biotic dan cultural). Bila ditinjau dari komponen abiotik, sampah dapat menimbulkan pencemaran terhadap udara, air dan tanah. Dari segi komponen biotik, sampah dapat menjadi sarang berbagai vektor penyakit yang mengancam kesehatan manusia. Apabila ditinjau dari segi sosial budaya, sampah dapat mengganggu kebersihan dan keindahan lingkungan. Sampah yang menumpuk dan dibiarkan pada tempat terbuka (open dumping), menyebabkan rendahnya nilai estetika di sekitar tempat tersebut.

2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah Menurut Azwar (1990), pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah

yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan kebakaran. Menurut Sidik dkk. (1985) dalam Feranie (2008), pengolahan sampah adalah metode pemrosesan akhir yang dilakukan dengan teknik penimbunan sampah. Tujuan utama penimbunan akhir adalah menyimpan sampah padat dengan cara-cara yang tepat dan menjamin keamanan lingkungan,

menstabilkan sampah (mengkonversi menjadi tanah), dan merubahnya kedalam siklus metabolisme alam. Lokasi penimbunan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan, 2) mudah dicapai oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah, 3) aman terhadap lingkungan di sekitarnya. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan kegiatan akhir dalam mengelola sampah. Tempat pemrosesan akhir ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) tercakup dalam tata ruang kota, 2) jenis tanah harus kedap air, 3) tanah yang tidak produktif untuk pertanian, 4) dapat digunakan minimal 5-10 tahun, 5) bukan daerah yang potensial untuk mencemari sumber air, 6) jarak dari daerah pusat pelayanan kurang lebih 10 km, 7) merupakan daerah bebas banjir (KLH, 2004).

10

Supanca (2003), menyatakan ada tiga (3) sistem pemrosesan akhir sampah antara lain : 1. Sistem Open Dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam pemrosesan sampah. Sampah hanya dibuang atau ditimbun di suatu tempat tanpa ada perlakukan khusus sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Pada saat sekarang sebenarnya metode ini tidak direkomendasikan lagi di Indonesia, karena tingkat dan beban pencemaran terahadap lingkungan sekitar yang dihasilkan sangat tinggi. Demikian juga halnya dengan TPA Temesi Gianyar yang pada awalnya dirancang dengan metode Sanitary Landfill tetapi pada kenyataannya metode yang diterapkan adalah metode Open Dumping. Metode Open Dumping akan menyebabkan : 1) terjadi pencemaran udara berupa gas, bau dan debu, 2) terjadi pencemaran terhadap air tanah dengan terbentunya air lindi (leachate), 3) resiko kebakaran cukup besar, 4) mudah terjadi kabut yang ditimbulkan oleh asap, 5) mendorong tumbuhnya sarang-sarang vektor penyakit (tikus, lalat, nyamuk dan lain-lain), 6) mengurangi estetika lingkungan, 7) lahan tidak dapat digunakan kembali untuk waktu yang cukup lama. 2. Sistem Control Landfill (urug terkendali) adalah sampah dihamparkan pada lokasi cekungan dan permukaannya diratakan serta ditutupi tanah pada ketebalan tertentu yang dilakukan secara periodik. 3. Sistem Sanitary Landfill adalah penutupan sampah dengan lapisan tanah yang dilakukan sedemikian rupa sesuai petunjuk yang ditetapkan, sehingga tidak lagi terlihat sampah yang terbuka. Metode ini harus memenuhi teknik

11

perancangan yang berwawasan lingkungan meliputi : 1) pembentukan dasar TPA Sampah. Lapisan dasar TPA Sampah harus kedap air sehingga air lindi terhambat meresap ke dalam tanah dan tidak mencemari air tanah, dapat dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA sampah dengan tanah lempung yang dipadatkan atau menggunakan geomembran, 2) saluran dan pengolahan air lindi yang dihasilkan oleh dekomposisi sampah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan karena memiliki Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan parameter-parameter lainnya, 3) ventilasi gas. Ventilasi gas dibangun atau dipersiapkan sebelum area TPA sampah digunakan untuk penimbunan sampah, tujuannya adalah untuk memudahkan pelepasan gas-gas (COx, Metan dan lainnya) ke udara bebas dan untuk mencegah terbakarnya sampah akibat panas dan gas yang dihasilkan dari penguraian sampah oleh mikroorganisme, 4) tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan, bahaya kebakaran, timbulnya lalat, perkembangbiakan lalat atau binatang pengerat dan mengurangi timbulnya air lindi, 5) daerah penyanggah atau zona penyanggah berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pemrosesan akhir sampah terhadap lingkungan sekitarnya, 6) sumur monitoring berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air lindi terhadap air tanah di sekitar TPA sampah. Ditjen Ciptakarya (1997), menyebutkan bahwa tempat pemrosesan akhir sampah yang pernah atau masih dipergunakan di Indonesia adalah metode open dumping, control landfill dan Sanitary Landfill. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam perencanaannya, perhitungan lahan untuk TPA

12

Sanitary Landfill mencakup perhitungan produksi sampah dan kapasitas TPA. Produksi sampah ditentukan oleh jumlah penduduk dan laju pertambahannya. Kapasitas tampung TPA sampah tergantung pada luas lokasi, ketebalan lapisan sampah dan tanah penutup yang direncanakan, laju pertambahan jumlah sampah, dan faktor pemadatan sampah. Menurut KLH (2004), kondisi TPA sampah di kota-kota di Indonesia menunjukkan kondisi fisik rata-rata kurang baik, terkait dengan sarana dan prasarana yang ada di TPA sampah, antara lain: sistem drainase, pengolahan lindi, penanganan gas, pengaturan lahan, sumur monitoring dan penutupan lahan karena timbunan sampah yang terus meningkat dari tahun ke tahun tidak sebanding dengan kapasitas dan kualitas TPA sampah yang ada.

2.4

Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar Pengelolaan sampah di kota Gianyar saat ini dilakukan oleh DKP

(Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Ginyar) yang melayani sekitar 54.116 jiwa penduduk. Dengan asumsi per orang menghasilkan 0,0045 m3/hari, maka diperkirakan jumlah timbunan sampah rata-rata penduduk Kabupaten Gianyar adalah sekitar 198,52 m3/hari. Komposisi timbunan sampah di Kabupaten Gianyar telah diidentifikasi bersumber dari : 1) sampah rumah tangga, 2) sampah hasil sapuan jalan, 3) sampah pasar, 4) sampah dari aktivitas perkantoran dan lain-lain (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2010). Berdasarkan hasil pencatatan harian pada Dinas Kebersihan dan

13

Pertamanan Kabupaten Gianyar, volume timbunan sampah pada Tahun 2010 di Kabupaten Gianyar disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010 No. Bulan Volume Sampah (m3/hr) 1 Januari 174.38 2 Pebruari 170.45 3 Maret 193.20 4 April 196.89 5 Mei 168.25 6 Juni 175.35 7 Juli 167.24 8 Agustus 172.71 9 September 178.23 10 Oktober 173.43 11 November 172.23 12 Desember 170.66 Sumber: DKP Kabupaten Gianyar, (2010) Teknik operasional pengelolaan persampahan dimulai dari pewadahan atau penyimpanan di tempat sumber sampah, pengumpulan dan pengangkutan ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Jenis pewadahan yang digunakan untuk penampungan sementara meliputi berbagai jenis, baik yang disediakan secara swadaya oleh masyarakat, maupun bantuan pewadahan yang disediakan oleh Pemerintah. Jenis pewadahan yang digunakan adalah meliputi : i) Kantong plastik, ii) Drum plastik atau drum logam, iii) Bak dari kayu, iv) Keranjang, v) Bak Pasang Bata/batako permanen, vi) Steel Container dan lain-lain. Cara pengumpulan dan pengangkutan dilakukan dengan peralatan yang tersedia seperti: 1) gerobak dilakukan pada daerah yang tidak bisa dilalui oleh kendaran dump truck seperti: permukiman, pasar, tempat-tempat umum, pertokoan dan jalan-jalan protokol yang selanjutnya dibuang ke tempat

14

pemrosesan sementara (Transfer Depo), kemudian dari Depo ini sampah diangkut dengan kendaraan lalu dibuang ke TPA Temesi, 2) strategi lain yang dilakukan oleh DKP adalah pengumpulan dan pengangkutan langsung dengan kendaraan dump truck pada rute-rute yang dapat dilalui oleh kendaraan tersebut dan selanjutnya dibuang ke TPA Temesi (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).

2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Untuk gambaran umum lokasi penelitian di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Temesi Gianyar terletak di Desa Temesi berjarak 6,5 Km arah tenggara kota Gianyar, yang secara geografis terletak pada titik 8o3370 Lintang Selatan dan 115o2040 Bujur Timur dengan ketinggian 68 m hingga 85 m di atas permukaan laut. Luas TPA Temesi Gianyar mencapai 4 hektar, dengan batas-batas: Sebelah utara: sawah; Sebelah timur: Sawah dan pemukiman penduduk; Sebelah selatan: sawah; dan Sebelah barat: Sawah. Di lokasi TPA Temesi terdapat incinerator dan tungku pembakaran sampah, namun fasilitas tersebut sudah tidak difungsikan lagi oleh DKP. Kini di TPA Temesi telah beroperasi usaha pemilahan sampah yang diresmikan Pemerintah Daerah pada Tahun 2004. Pengadaan pemilahan sampah tersebut dibiayai oleh LSM Rotary Club International Bali Focus Borda yang bekerjasama dengan Desa Adat setempat yang dibentuk melalui kelembagaan pengelola (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).

15

Gambar 2.1 Peta Geologi Pulau Bali (Sumber : http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)

16

Ditinjau dari jenis batuan, sebagian besar batuan di daerah Desa Temesi Kabupaten Gianyar terdiri dari batuan jenis regosol. Pada Gambar 2.1 terlihat peta geologi yang menunjukkan jenis batuan di pulau Bali. Tanah regosol dicirikan dengan tekstur kasar dengan pH 6-7. Jenis tanah regosol belum jelas membentuk diferensiasi horisontal. Tanah regosol umumnya berasal dari endapan abu vulkanik. Ketika sebuah gunung api meletus, dikeluarkan berbagai material dari dalam perut bumi. Material ini kaya akan zat hara yang penting untuk kesuburan tanah. Itu Sebabnya tanah regosol terdapat hanya di daerah yang memiliki aktivitas gunung api. Warna bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, coklat dan coklat kekuningan. Itu karena bergantung pada material dominan yang dikandungnya. Tanah regosol dimanfaatkan untuk pertanian, khususnya tanaman padi, tebu, tembakau, kelapa, tembakau, sayuran dan palawija. (http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)

2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar pada awalnya dirancang dengan metode Sanitary Landfill, namun pada pelaksanaan operasionalnya menerapkan metode Open Dumping. Metode Open Dumping yang merupakan sistem pemrosesan yang sederhana dan mudah dilakukan tetapi akibatnya tikus, lipas, lalat, nyamuk, dan bakteri tumbuh dengan subur pada timbunan sampah. Penanganan TPA yang tidak bijaksana tersebut

17

menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan karena bau yang tidak sedap mengundang banyak lalat yang dapat menyebabkan berbagai penyakit menular (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010). Armen (1987) dalam Tanauma (2000), menyebutkan bahwa metode Open Dumping dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap

lingkungan hidup di sekitar lokasi TPA yaitu menimbulkan dampak pencemaran air, tanah, udara, dan bau yang tidak sedap serta gangguan lalat yang sangat banyak sampai ke rumah-rumah penduduk. Salah satu faktor menurunnya kualitas air tanah dangkal pada pemukiman penduduk di sekitar lokasi TPA disebabkan terkontaminasinya air tanah yang bersumber dari penimbunan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur pemrosesan sampah (metode Open Dumping). Bila sampah tersebut ditimbun pada suatu daerah yang kondisi geologinya rawan, maka akan terjadi pencemaran air tanah dangkal di daerah tersebut. Kondisi geologi disebut rawan jika batuan dasar tempat menimbun sampah bersifat porus atau banyak mengandung retakan. Keadaan seperti itu akan memudahkan meresapnya air lindi, selanjutnya akan mencapai muka air tanah dangkal, sehingga air tanah dangkal menjadi terkontaminasi. Chandra (2007), menyatakan bahwa sistem pemrosesan akhir sampah di beberapa kota di Indonesia masih melakukan secara Open Dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pemrosesan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan

18

air serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit menular. KLH (2004), menyatakan bahwa semakin meningkatnya jumlah kasus penyakit yang ditularkan oleh tikus (leptospirosis) akibat penimbunan sampah, selain itu polusi udara dari pembakaran sampah, bau dari sampah yang membusuk, merembesnya air lindi dari TPA ke sumber air penduduk (air tanah) dan pencemaran air sungai. Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan dampak atau pengaruh TPA terhadap lingkungan diantaranya: Penelitian Sudarningsih (1996), menunjukkan bahwa tingginya kadar Cadmium (Cd) dan Sulfida (S) telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), kandungan zat-zat seperti bahan
berbahaya dan beracun (B3), BOD, COD, NO3 dalam air tanah telah melampaui

baku mutu serta air sumur yang berbau agak amis karena tercemar oleh air lindi sampah (leachate). Sundra dkk. (1997), juga melakukan penelitian tentang pengaruh pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali di sekitar tempat pemrosesan akhir sampah Suwung, Denpasar, Bali. Penelitian tersebut mengenai pengaruh TPA Suwung Denpasar terhadap kualitas air sumur penduduk sekitarnya. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh air sumur penduduk selanjutnya dianalisis sifat fisik, kimia, dan biologinya. Disamping itu dilakukan pula pengambilan data sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar TPA untuk mengetahui karakteristik pengaruh pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali.

19

Rudianto (2003), melakukan penelitian tentang perbedaan jarak perumahan ke TPA sampah Open Dumping dengan indikator tingkat kepadatan lalat dan kejadian diare di Kabupaten Kenep Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruhan. Kesimpulan yang mereka dapatkan setelah melakukan penelitian adalah terdapat perbedaan tingkat kepadatan lalat dari beberapa area yang diteliti. Semakin dekat letak perumahan dengan TPA maka semakin tinggi tingkat kepadatan lalatnya. Arbain (2008), meneliti pengaruh air lindi tempat pemrosesan sampah Suwung terhadap kualitas air tanah dangkal di sekitar kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa parameter kualitas air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung konsentrasinya telah melampaui ambang batas baku mutu air. Air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung berpengaruh terhadap kualitas air tanah dangkal. Feranie, dkk. (2008), melakukan penelitian mengenai zona migrasi pencemaran air di sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten Bandung dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa aliran atau rembesan lindi mengarah ke daerah pemukiman penduduk yang tinggal di sekitar TPA Babakan Ciparay Bandung. Wijaya (2009), melakukan penelitian pencemaran air tanah di wilayah Ngringo Jaten Karanganyar dengan metode geolistrik. Pada penelitian ini dilakukan survei geolistrik resistivitas sounding dengan konfigurasi Schlumberger sebanyak 4 titik. Hasil penelitian yaitu persebaran pencemaran air tanah di Desa Ngringo

20

tidak merata. Pencemaran diidentifikasi pada kedalaman 13,6 - 23,6 meter dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan daerah persebaran di selatan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti yang disebut di atas semuanya menyimpulkan bahwa selama ini pengelolaan sampah khususnya yang dilakukan di TPA sebagian besar masih berdampak negatif terhadap lingkungan, baik terhadap lingkungan fisik, kimia maupun biologis.

2.7 Pencemaran Lingkungan Odum (1996), mengatakan bahwa pencemaran adalah suatu perubahan fisik, biologis, kimia yang tidak dikehendaki pada perairan, udara, tanah sehingga membahayakan kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya, proses produksi, lingkungan hidup dan tatanan budaya. Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup disebutkan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran lingkungan hidup dapat berupa pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air. Berikut ini akan diuraikan tentang pencemaran air saja.

2.8 Pencemaran Air Air merupakan salah satu sumber daya alam terbaharui (renewabel) yang utama bagi kelangsungan hidup manusia, bahkan semua organisme hidup

21

akan mati jika tidak tersedia cukup air di dalam melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan. Peranan yang sangat penting tersebut disebabkan sifat-sifat air diantaranya sebagai pelarut berbagai senyawa kimia, membantu proses metabolisme organisme hidup baik makroorganisme maupun mikroorganisme. Pada dasarnya pencemaran air dapat dibedakan menjadi dua sumber sampah yaitu sampah degradable dan nondegradable. Sampah degradable yaitu sampah yang dapat terdekomposisi atau dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti sampah domestik, dan sampah makanan. Sedangkan sampah nondegradable adalah sampah yang tidak dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti sampah radiologi, senyawa organik (Slamet, 1994). Wardhana (2001), menyatakan bahwa air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Menurut KLH (2004), secara umum hampir sebagai besar kualitas air telah tercemar sampah industri maupun sampah domestik, karena semakin berkembangnya industri dan jumlah penduduk maka semakin meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan, akibatnya semakin tinggi tingkat pencemaran. Pencemaran air tanah adalah berubahnya tatanan air di bawah permukaan tanah oleh kegiatan manusia atau proses alam, yang mengakibatkan kualitas air tanah turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak sesuai dengan pemanfaatannya.

22

Widyatmiko, dkk. (2004) dalam Armadi (2005), menyatakan bahwa air sumur gali merupakan salah satu bentuk air tanah. Kualitas air sumur gali sangat dipengaruhi oleh kualitas air permukaan melalui proses infiltrasi, dispersi dan perkolasi air permukaan yang mengandung bahan-bahan pencemar akan masuk ke dalam air tanah. Apabila air permukaan tercemar dan didukung oleh jenis tanah yang porous maka air tanah dangkal di wilayah tersebut akan mudah mengalami pencemaran.

2.9 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah. Keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik yang akan didaur ulang sebagai kompos ataupun hanya ditimbun setelah disortir oleh pemulung. Jumlah sampah di TPA yang sangat besar akan menyebabkan proses dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula. Proses dekomposisi tersebut akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan menimbulkan hasil samping yaitu air lindi (leachate). Penumpukan sampah selain mengganggu estetika, sanitasi, kelestarian lingkungan juga

mengakibatkan pencemaran air, tanah, dan udara. Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil dekomposisi biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah. Air lindi akibat proses degradasi sampah dari TPA merupakan sumber yang mempengaruhi perubahan sifat fisik, kimia maupun biologi (Husin dan Kustaman, 1992).

23

Air lindi disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari resapan air hujan maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Lindi bersifat toksik karena adanya zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal dari buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah rumah tangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada sampah. Tabel 2.2 Komposisi lindi dari TPA secara umum Parameter Kisaran pH 6,2 7,4 COD 66 11.600 mg/l BOD < 2 8.000 mg/l Sulfat 56 456 mg/l Cadium (Cd) < 0,005 0,01 mg/l Plumbum (Pb) < 0,05 0,22 mg/l Chromim (Cr) < 0,05 0,14 mg/l Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008). Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti variasi dan proporsi komponen sampah yang ditimbun, curah hujan dan musim, umur timbunan, pola operasional, waktu dilakukannya sampling. Gambaran variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia ditampilkan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3. Variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia. Kota Bogor Cirebon Jakarta Bandung Solo pH 7,5 7 7 6 6 COD 28723 3648 413 58661 6166 N-NH4 770 395 240 1356 162 N-NO2 0 0,225 0,075 6,1 0,225 DHL 40480 10239 3823 26918 3540

Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008).

Fachruddin (1989) dalam Tanauma (2000), menyatakan bahwa air lindi dicirikan oleh komponen fisika dan kimia berkadar tinggi dan mengandung

24

logam berat berbahaya. Air tanah terkontaminasi air lindi sejauh 174 meter dari pusat penimbunan sampah. Menurut Slamet (1994), air lindi (leachate) adalah cairan yang mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dari hasil penguraian mikroba, biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Klorida, Sulfat, Fosfat, Zn, Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, Asam organik dan H2, tergantung dari kualitas sampah, maka di dalam leachate biasanya pula terdapat mikroba pathogen, logam berat dan zat lainnya yang berbahaya. Berdasarkan hasil penelitian Tanauma di TPA Sampah Yogyakarta (2000), air lindi sampah mengandung senyawa-senyawa kimia anorganik antara lain: nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH dan mikrobiologi (total koliform) yang konsentrasinya sangat tinggi .

2.10

Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah Menurut Jagloo (2002), air tanah tidaklah statis melainkan bergerak

karena adanya perbedaan gradien hidrolika. Aliran ini menyebabkan air tanah yang terkontaminasi bergerak mengikuti sistem alirannya sehingga mencapai air tanah. Air lindi akan semakin cepat mencapai air tanah terlebih lagi didukung oleh kondisi tanah yang bersifat porous dan permeable, seperti pasir, kerikil dan batu pasir. Bahan-bahan tersebut mempunyai meabilitas tinggi sehingga air lindi dapat dengan mudah bergerak dan menyebar. Komposisi air

25

lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di TPA, dan kondisi spesifik tempat.

Gambar 2.2 Skema Proses Terjadinya Lindi (Hendrajaya, 1990) Menurut Todd (1980) dalam Tanauma (2000), air lindi dicirikan bahwa pada daerah yang bercurah hujan tinggi, air lindi menjadi lebih mudah terbentuk dan jumlahnya akan lebih banyak. Mekanisme masuknya air lindi ke lapisan air tanah, terutama air tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai berikut : 1) Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai Open Dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah, 2) Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera permukaan tanah dijenuhi air, 3) Akibat adanya faktor seperti air hujan, mempercepat air lindi masuk ke lapisan tanah yaitu zona aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah, 4) Akibat banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air

26

tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh, 5) Pada lapisan tanah jenuh tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi dimana air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Apparao (1997), menyatakan bahwa potensial gravitasi sangat penting dalam tanah-tanah yang jenuh air. Potensial gravitasi merupakan gaya utama yang mengakibatkan terjadinya aliran. Hal ini diperhitungkan terutama untuk gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada umumnya bergerak dari elevasi tinggi ke elevasi rendah.

2.11 Metode Geolistrik Resistivitas Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya. Pendeteksian meliputi pengukuran medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi. Menurut Hendrajaya dan Idam (1990), metode geolistrik resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur (Sounding point). Pada metode geolistrik dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang

27

sering digunakan adalah : konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Dipol-dipol dan lain-lain. Menurut Telford, dkk. (1988), terkait dengan sifat resistivitas listrik, lapisan akuifer merupakan lapisan batuan yang memiliki rentang nilai tahanan jenis 1-10 m. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain: komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung, kandungan benda cair. Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garamgaram yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Menurut Reynolds (1997), konduktivitas atau lebih dikenal dengan sebutan Daya Hantar Listrik (DHL) adalah suatu besaran yang menunjukkan banyaknya ion-ion terlarut dalam air yang dapat menghantarkan arus listrik sebesar 1volt pada bidang lapisan metal seluas 1 cm . Sifat ini dipengaruhi oleh jumlah kandungan yang disebut sebagai ion bebas. Metode geolistrik resistivitas didasarkan pada anggapan bahwa bumi mempunyai sifat homogen isotropis. Pada kenyataannya bumi terdiri dari lapisan-lapisan bebatuan dengan nilai resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur dipengaruhi oleh lapisan-lapisan tersebut dan menyebabkan nilai tahanan jenis yang terukur tergantung pada jarak elektroda. Nilai tahanan jenis yang terukur bukanlah tahanan jenis yang sebenarnya melainkan tahanan jenis semu (a).
2 8

28

Nilai tahanan jenis dari bahan atau material berbanding terbalik dengan daya hantar listrik (conductivity).

=
dimana ;

.(2.1)

R = tahanan (resistance) dalam ohm

V = beda potensial listrik dalam volt


I = arus listrik yang mengalir dalam ampere.

2.11.1 Konfigurasi Wenner Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915). Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak spasi sama panjang (r1 = r4 = a dan

r2 = r3 = 2a). Jarak antara elektroda arus (C1 dan C2) adalah tiga kali jarak elektroda potensial, jarak potensial dengan titik souding-nya adalah a / 2 , maka jarak masing-masing elektroda arus dengan titik sounding-nya adalah

3a / 2 .
C1 I P1 A M V VES P2 N B C2

a r< 1 "

a
r3

a
r2 r4

29

Gambar 2.3 Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi Wenner Target kedalaman yang mampu dicapai pada metode ini adalah a / 2 . Pada konfigurasi Wenner jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial adalah sama (AM = NB = a dan jarak AN = MB = 2a) seperti yang terlihat pada Gambar 2.3. Suyarto, dkk. (2003), menjelaskan bahwa pengukuran resistivitas secara umum dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan menggunakan dua elektroda arus (C1 dan C2), dan pengukuran beda potensial dengan menggunakan dua elektroda tegangan (P1 dan P2). Dari data harga arus (I) dan beda potensial (V), dapat dihitung nilai resistivitas semu (a) seperti pada persamaan 2.2.

=
k

......(2.2)

adalah faktor geometri yang bergantung pada penempatan elektroda di

permukaan yang besarnya :

2
1 1 1 1 AM BM AN BN

.....(2.3)

dengan AM = MN = NB = a Sehingga faktor geometri untuk konfigurasi Wenner adalah:

= 2
dan

= .............................................(2.4)

dengan R adalah besar nilai hambatan yang terukur.

30

2.11.2 Konfigurasi Schlumberger Menurut Todd (1959) dalam Broto (2008), pengaturan letak elektrodaelektroda atau disebut dengan konfigurasi elektroda dapat bermacam-macam variasi, salah satunya adalah konfigurasi elektrode Schlumberger. Prinsip konfigurasi Schlumberger jarak elektroda potensial MN dibuat tetap sedangkan jarak AB yang diubah-ubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB dirubah pada jarak yang relatif lebih besar maka jarak MN hendaknya dirubah pula. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB seperti Gambar 2.4.

C1 V1 A M n a

I V
VES

C2 V2 N n a B

Gambar 2.4 < < konfigurasi Elektroda arus dan potensial Schlumberger homogen isotropis " Bahri, 2005). " () (Reynolds, 1997 dalam dengan tahanan jenis Sama seperti persamaan (2.4), untuk konfigurasi Schlumberger dapat dihitung nilai resistivitas semu (Scl) seperti pada persamaan 2.5.

......(2.5)

31

k adalah faktor geometri yang tergantung penempatan elektroda di permukaan yang besarnya :

2
1 1 1 1 AM BM AN BN

...(2.6)

Metode geolistrik terbukti merupakan metode sederhana yang terkenal dalam pendeteksian kualitas air tanah. Metode ini dapat memecahkan banyak masalah tentang pendeteksian air tanah dan berbagai kondisi dalam tanah (Kalinski, dkk., 1993 dalam Lanskaripour, 2003). Beberapa penelitian terkait dengan pendeteksian kondisi dalam tanah diantaranya: 1) pemetaan

pencemaran air tanah oleh minyak tanah pada suatu area di Utah AS dengan menggunakan konfigurasi elektroda Wenner (Bahri, 2005), 2) pendeteksian aliran air tanah yang mengandung polutan pada daratan Seri Petaling Malaysia (Muktar, dkk., 2002), 3) pendeteksian kualitas air tanah di daerah Korin, bagian tenggara Iran dengan menggunakan metode geolistrik Vertical Electric Sounding (VES) (Lanshkaripour, 2003). Beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia, menunjukan bahwa metode geolistrik bisa memetakan pencemaran air tanah diantaranya: Grandis dan Yudistira (2002), melakukan penelitian di bekas TPA Pasir Impun Bandung dan berhasil memperkirakan penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida konduktif dengan anomali konduktif (resistivitas kurang dari 10 m) menunjukkan akumulasi rembesan lindi yang dapat mencemari air tanah di sekitar daerah tersebut.

32

Penelitian yang dilakukan oleh Johanis (2002), yang menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan mengambil tiga lintasan sebagai titik-titik pengukuran, yaitu lintasan A terletak pada timbunan sampah, lintasan B berada antara timbunan sampah dan tanah, lintasan C berada di luar timbunan sampah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat resistivitas rendah pada ketiga lintasan tersebut yang diduga merupakan daerah yang tercemar polutan cair yang dihasilkan oleh pembusukan sampah. Ngadimin dan Handayani (2000), melakukan penelitian monitoring rembesan limbah model fisik di laboratorium dan berhasil memperkirakan penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida konduktif dengan anomali konduktif (resistivitas kurang dari 10 m) menunjukkan akumulasi rembesan limbah yang dapat mencemari air tanah.

33

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Baik di negara maju maupun di negara berkembang, sampah menjadi suatu permasalahan yang tidak ada habis-habisnya. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan dan sekaligus akan selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi yaitu sampah dan limbah. Sampah merupakan polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, air dan tanah serta menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit. Sampah merupakan masalah bagi semua orang, sehingga manusia menyingkirkan sampah sejauh mungkin dari aktivitas manusia dan jauh dari pemukiman yaitu yang disebut dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar merupakan salah satu contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping, walaupun pada awalnya TPA ini dirancang dengan metode Sanitary Landfill. TPA Temesi yang berlokasi di Desa Temesi Kabupaten Gianyar merupakan satu-satunya TPA yang berada di Kabupaten ini. Layanan TPA Temesi mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. Sampah yang dibuang di tempat ini kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar dan rumah tangga. Hal ini menyebabkan sampah jenis ini lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah. Sampah

34

yang dibuang pada lokasi TPA akan mengalami pembusukan terutama pada sampah basah yang umumnya terdiri dari sampah organik, apalagi negara Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai iklim panas dan kelembaban tinggi. Hal ini merupakan faktor yang mempercepat terjadinya reaksi kimia, sehingga sampah lebih cepat membusuk. Air hasil pembusukan sampah disebut lindi (leachate). Air lindi tersusun atas zat- zat kimia, baik organik maupun anorganik dan sejumlah bakteri pathogen dan parasitik, sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika ada air hujan yang melewati timbunan sampah maka akan mempercepat proses masuknya lindi ke dalam tanah, sehingga hal ini dapat menimbulkan pencemaran air tanah. Lindi atau polutan sampah diketahui mempunyai konduktivitas yang berbeda dengan air tanah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya misalnya penelitian yang dilakukan oleh Hendrajaya dan Idam (1990), Telford, dkk. (1988) dan lain-lain menunjukkan bahwa polutan ini mempunyai konduktivitas yang lebih tinggi dari pada air tanah. Dengan demikian nilai resistivitas polutan ini lebih rendah dari pada air tanah. Berdasarkan sifat inilah bisa dilakukan penelitian untuk mengetahui letak akumulasi rembesan polutan cair di sekitar TPA Temesi Gianyar dengan memanfaatkan perbedaan resistivitas tersebut. Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Dengan menggunakan metode ini diperoleh suatu nilai variasi resistivitas bawah permukaan, sehingga dengan memanfaatkan variasi nilai resistivitas bawah

35

permukaan tersebut, dapat diketahui adanya anomali bawah permukaan tanah yang diteliti. Anomali yang diharapkan pada penelitian ini adalah nilai resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan polutan sampah yang diasumsikan sebagai fluida konduktif. Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal dari pembusukan sampah. Lindi ini berada di bawah permukaan tanah dan dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya. Seperti penelitian yang dilakukan sebelumnya, nilai resistivitas dari polutan sampah yang berasal dari pembusukan sampah adalah berkisar di bawah 10 Ohm (Grandis dan

Yudistira, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Tim Asisten Geofisika ITS (2004), di daerah Keputih Sukolilo, telah berhasil mendeteksi adanya anomali konduktif berkisar antara 0.28-3.45 m yang dicitrakan dengan warna biru dan biru muda dengan resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan cairan konduktif yang dalam hal ini adalah rembesan polutan sampah hasil dari pembusukan sampah. Letak akumulasi rembesan lindi akan dijawab secara kuantitatif, berdasarkan angka dari hasil pengukuran dan perhitungan yaitu nilai resistivitas (m) dan kedalaman dari permukaan tanah yang diukur (m). Sedangkan arah rembesan air lindi ini akan dijawab secara kualitatif, dalam hal ini akan diuraikan lindi yang merembes pada masing-masing lintasan yang diambil. Dari lintasan yang diambil ini, diharapkan dapat mewakili seluruh daerah lokasi penelitian. Alur atau konsep penelitian ditunjukkan oleh Gambar 3.1.

36

Dinas Kebersihan dan Pertamanan

TPA Sampah

Masyarakat

Pengelolaan Sampah dengan Metode Open Dumping

Pencemaran Lingkungan

Pencemaran Udara

Pencemaran Air

Pencemaran Tanah

Pencemaran Air Tanah oleh Lindi Sampah

Parameter Kimia

Parameter Fisika

Parameter Biologi

Analisa Rembesan Lindi dengan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner - Schlumberger

Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1 Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian Keterangan : : Pengelolaan TPA : Tindakan yang dilakukan dalam penelitian : Tidak dilakukan tindakan penelitian : Pengaruh TPA terhadap Lingkungan

37

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian telah dilakukan di TPA Temesi Desa Temesi Kabupaten Gianyar. Secara geografis Desa Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar yaitu terletak pada koordinat 8o3370 Lintang Selatan dan 115o2040 Bujur Timur dengan ketinggian 68 m hingga 85 m di atas permukaan laut, seperti yang nampak pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Peta wilayah Desa Temesi Kabupaten Gianyar.

38

4.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai bulan Juli sampai dengan bulan Nopember 2011 dengan tahapan sebagai berikut: Bulan I : Dilakukan survei ke TPA Temesi Kabupaten Gianyar untuk

persiapan penelitian. Bulan II : Dilakukan pengambilan, pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari penelitian di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. Bulan III - V : Penyelesaian Tesis.

4.2. Alat dan Bahan Penelitian 4.2.1 Alat Peralatan yang diperlukan dalam pengambilan data penelitian adalah: Peta daerah penelitian Peta kontur TPA Temesi Gianyar Empat (4) buah batang besi sebagai elektroda Kabel sebagai penghubung elektroda dan alat resistivitymeter Resistivitymeter Radio komunikasi Laptop/komputer Software Res2Dinv Meteran Palu

39

Alat tulis Kompas Tali Tongkat GPS

4.2.2 Bahan Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal dari pembusukan sampah di sekitar TPA Temesi Gianyar. Lindi ini berada di bawah permukaan tanah dan dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya.

4.3 Jenis Data Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui suatu pengukuran langsung di sekitar TPA Temesi Gianyar. Pengukuran tersebut berupa pengukuran arus listrik (I) yang diijeksikan ke dalam bumi dan tegangan (V) yang timbul akibat beda potensial yang terjadi pada titik-titik pengukuran di sekitar TPA Temesi Gianyar. Data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data pengukuran. Data sekunder diperoleh dari instansi/lembaga terkait serta literatur atau hasil-hasil penelitian sebelumnya.

4.4 Penentuan Lintasan Pengukuran Letak lintasan berada di sekitar TPA dan di dekat pemukiman pemulung yang berada tidak jauh dari TPA. Penentuan lintasan tersebut

40

ditentukan dan didasari atas pertimbangan: 1) lintasan pengukuran haruslah pada tanah yang tidak tergenang air karena dalam pengukuran diinjeksikan arus sebesar 200 mA dengan tegangan 500 V ke dalam tanah, 2) memprediksi atau memperkirakan dimana terdapat akumulasi lindi berdasarkan L8 kondisi tanah.
L8

L5 L5 L4 TPA L4 L1 L1 L2 L6 L3 L6 L2 L3 U

Gambar 4.2 L7 L7 Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data Keterangan: 1) L1 = lintasan 1 berwarna kuning dengan panjang 36 m, 2) L2 = lintasan 2 berwarna biru tua dengan pangjang 50 m, 3) L3 = lintasan 3 berwarna biru muda dengan panjang 40 m, 4) L4 = lintasan 4 berwarna ungu dengan panjang 30 m, 5) L5 = lintasan 5 berwarna putih dengan panjang 30 m, 6) L6 = lintasan 6 berwarna merah dengan panjang 30 m. 7) L7 = lintasan 7 berwarna hijau dengan panjang 40 m, 8) L8 = lintasan 8 berwarna hitam dengan panjang 30 m. Pada prinsipnya semakin panjang lintasan yang dibuat maka semakin dalam objek yang dapat terindentifikasi di bawah permukaan tanah. Panjang lintasan yang berbeda-beda tersebut bukanlah merupakan hal yang harus

41

ditentukan melainkan panjang lintasan itu dibuat karena pada lintasan itu sudah maksimal untuk di masing-masing tempat.

4.5 Metode Pengukuran Metode pengukuran yang dilakukan dalam pengukuran resistivitas lindi adalah dengan dua cara, yaitu : 1) dengan metode geolistrik konfigurasi Wenner dan 2) metode geolistrik konfigurasi Schlumberger. Pada konfigurasi Wenner spasi/jarak semua elektroda dibuat sama sedangkan pada konfigurasi Schlumberger spasi antara dua elektroda potensial dibuat sama akan tetapi dua elektroda arus jaraknya diubah-ubah (diperbesar). Tahap-tahap

pengambilan data pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut : 1) menancapkan elektroda pada permukaan tanah dengan spasi yang telah ditentukan sesuai dengan konfigurasinya, 2) kabel dibentangkan sebagai penghatar arus dan potensial yang menghubungkan antar elektroda dengan alat resistivitymeter. 3) setelah keempat elektroda terhubung dengan

resistivitymeter, maka pengukuran sudah siap dilakukan. 4) mencatat arus listrik dan tegangan yang timbul setelah arus diinjeksikan ke dalam tanah.

4.6 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data yang dimaksud adalah pengumpulan data primer yang didapat melalui suatu pengukuran. Besaran pengukuran yang diukur adalah tegangan (V) dan arus (I). Data-data hasil pengukuran tersebut

42

kemudian ditabulasikan ke dalam bentuk tabel seperti yang tertera pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Tabel 4.1 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner
No n AB/2 (m) MN/2 (m) Tegangan V (mV) Arus I (mA) Dp (m) Faktor Geometri k (m) Resistivitas (m)

1 2 3 4 5 6 7 8
dst 35

1 1 1 1 1 1 1 1
5

3 3 3 3 3 3 3 3
15

1 1 1 1 1 1 1 1 5

3 5 7 9 11 13 15 17 15

Keterangan: n : variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda AB : Jarak/ spasi elektroda arus MN : Jarak/spasi elektroda potensial

Tabel 4.2 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger


No n AB/2 (m) MN/2 (m) Tegangan V (mV) Arus I (mA) Dp (m) Faktor Geometri k (m) Resistivitas. (m)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dst 49

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 15

Keterangan: n : variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda AB : Jarak elektroda arus MN : Jarak elektroda potensial

43

4.7 Pengolahan Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian pada seperti pada Tabel 4.1 selanjutnya dimasukkan ke dalam program notepad kemudian disimpan dalam format file *.dat. 4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner Data hasil penelitian dengan konfigurasi Wenner seperti pada Tabel 4.1 selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Data resistivitas semu ( s ) hasil perhitungan, data datum point (dp), dan spasi elektroda (a) dimasukkan ke program notepad dalam bentuk file text dimana program notepad berfungsi untuk merekap data (datum point, spasi elektroda dan resistivitas) dan disimpan dalam format file *.dat (data yang compatible dengan software res2dinv) seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.3. Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut : a. Line 1 adalah Nama Survey. b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan ( Wenner =1). d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points) e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik angka 1 karena datum point diketahui. f. Line 6 Ketik 0 untuk data resistivitas.

44

Gambar 4.3 Format data yang ditulis pada program notepad.

45

g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu jarak elektroda arus (jarak antara titik pusat dengan elektroda arus), Jarak antara dua elektoda potensial, Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan n=4) dan Nilai resistivitas semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis berurutan). h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line. Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi Wenner terlampir pada Lampiran 4. 2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 4.4. b. kemudian klik file Read data file. c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara klik Inversion Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.5.

46

Gambar 4.4 Tampilan awal program Res2dinv

Gambar 4.5 Hasil interpretasi software Res2dinv pada lintasan 1 dengan konvigurasi Wenner

47

Hasil interpretasi dari software Res2dinv

di atas

memberikan informasi

mengenai keberadaan lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada lintasan 1. 4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger Data hasil penelitian dengan konfigurasi Schlumberger seperti pada Tabel 4.2 selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Data resistivitas semu ( s ) hasil perhitungan, data datum point (dp), dan spasi elektroda potensial (MN) dan nilai n (n= 1, 2, 3, . .) dimasukkan ke program notepad dalam bentuk file text seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.6. Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut : a. Line 1 adalah Nama Survey. b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan (Schlumberger = 7 ). d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points) e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik 1 karena datum point diketahui. f. Line 6 ketik 0 untuk data resistivitas

48

Gambar 4.6 Format data yang ditulis pada program notepad. g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu jarak dp (datum points), Jarak antara dua elektoda potensial, Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan n=4) dan Nilai resistivitas semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis berurutan).

49

h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line. Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi Schlumberger terlampir pada Lampiran 5. 2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 4.4. b. kemudian buka file Read data file. c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara klik Inversion Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Hasil interpretasi Software Res2dinv pada lintasan 1 dengan konfigurasi Schlumberger

50

Hasil interpretasi dari Software Res2dinv ini menunjukan keberadaan lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada lintasan 1. Adapun alur dari pengolahan data hasil penelitian tersebut di atas adalah seperti Gambar 4.8. Data Hasil Pengukuran

Data Konfigurasi Wenner

Data Konfigurasi Schlumberger

Dengan Software Res2Dinv

Interpretasi Data

Interpretasi Data

Analisis arah rembesan dan letak akumulasi lindi

Kesimpulan

Gambar 4.8 Diagram alir pengolahan data hasil penelitian

51

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar Setelah dilakukan pengukuran dengan GPS map 60 CS pada tanggal 12 Juli 2011, didapatkan data GPS untuk menentukan Peta Kontur TPA Temesi Gianyar. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara geografis posisi TPA Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar yaitu terletak pada koordinat 8o3370 LS dan 115o2040 BT dengan ketinggian 68 m hingga 85 m di atas permukaan laut. Peta Kontur TPA Temesi Gianyar disajikan dalam bentuk Gambar 5.1.

A C D
U

Keterangan : A : Dataran tinggi B : Dataran yang sangat rendah C : Tempat Pengomposan D : Areal tempat penimbunan sampah : Jalan

Gambar 5.1 Peta kontur TPA Temesi Gianyar

52

Dari Gambar 5.1 di atas, warna merah muda menunjukkan daerah yang mempunyai dataran rendah. Warna kuning menunjukkan dataran yang

semakin tinggi. Titik A merupakan daerah yang datarannya paling tinggi dibandingkan dengan dataran disekitarnya. Titik B terlihat mempunyai dataran yang sangat rendah, ini merupakan lembah yang dengan genangan air. Daerah di titik C merupakan tempat pengolahan kompos. Pada daerah di titik D merupakan areal penimbunan sampah secara open dumping (tempat penumpukan sampah utama). Garis abu-abu merupakan jalan yang digunakan sebagai lalu lintas oleh kendaraan untuk membuang sampah yang berasal dari kota Gianyar. Daerah disebelah Selatan titik D sampai di titik B merupakan tebing yang cukup curam akibat penumpukan sampah yang menyerupai bukit.

5.2. Data Hasil Pengukuran Di bawah ini ditampilkan hasil pengambilan data dengan metode Wenner dan Schlumberger. 5.2.1 Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Wenner Data hasil pengukuran dilapangan untuk lintasan 1konfigurasi Wenner dapat dilihat pada Tabel 5.1 lampiran 2 yaitu: spasi elektroda potensial (MN), spasi elektroda arus (AB), nilai beda potensial (V) dan nilai kuat arus (I). Untuk mendapatkan nilai faktor geometri (k) dan nilai resistivitas semu ( s ) dapat dihitung dengan persamaan 2.3 dan persamaan 2.4.

53

5.2.2 Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Schlumberger Data hasil pengukuran dilapangan untuk lintasan 1konfigurasi Schlumberger dapat dilihat pada Tabel 5.9 lampiran 3 yaitu : spasi elektroda potensial (MN), spasi elektroda arus (AB), nilai beda potensial (V) dan nilai kuat arus (I). Untuk mendapatkan nilai faktor geometri (k) dan nilai resistivitas semu ( s ) dapat dihitung dengan persamaan 2.5 dan persamaan 2.6.

5.3. Hasil Interpretasi Data dengan Software Res2dinv Di bawah ini ditampilkan analisa hasil interpretasi data dengan Software Res2dinv dari konfigurasi Wenner dan Schlumberger.

5.3.1 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 1 Dari Gambar 5.2 (a) dan (b) hasil inversi Wenner dan Schlumberger pada lintasan 1 berada pada koordinat 8033076 LS dan 115021016 BT. Terlihat bahwa dari kedua gambar menunjukkan keberadaan lindi berada di kedalaman 1,55 m - 5,40 m. Lindi tersebar pada titik 10 m 32 m dengan nilai resistivitas terkecil 4,14 m sedangkan nilai resistivitas yang terbesar adalah 8,91 m.

54

(a)

(b) Gambar 5.2 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Schlumberger. 5.3.2 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 2 Lintasan 2 ini terletak pada koordinat 8033746 LS dan 115021013 BT. Pada Gambar 5.3 ditunjukkan lindi terdapat pada dua daerah akumulasi. Daerah pertama lindi berada pada titik-titik 13 m 23 m di kedalaman 3 m

55

8,4 m dan daerah kedua berada pada titik 30 m 40 m di kedalaman 4 m 8 m. Nilai resistivitas yang terukur adalah sebesar 1,84 7,36 m.

(a)

(b) Gambar 5.3 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Schlumberger.

5.3.3 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 3 Hasil Interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner -

Schlumberger yang ditampilkan pada Gambar 5.4 terletak pada koordinat

56

8033719 LS dan 115021018 BT. Dari Gambar 5.4 (a) dan (b) menunjukkan bahwa lindi berada pada dua tempat yang berbeda dimana daerah yang pertama menunjukkan lindi terdapat di kedalaman 2 m - 3,5 m pada titik 6,5 m - 9 m. Daerah yang kedua lindi terdapat di kedalaman 2,70 m - 3,5m dan pada titik 23 m 33 m dengan nilai resistivitas sebesar 3,22 9,87 m.

(a)

(b) Gambar 5.4 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Schlumberger.

57

5.3.4 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 4 Gambar 5.5 (a) dan (b) adalah lintasan yang terletak pada koordinat 8033689 LS dan 115020363 BT, menunjukkan bahwa lindi berada di kedalaman 2,4 m - 4,37 m di bawah permukaan tanah pada bentangan titik titik 6,5 m 11 m dengan nilai resistivitas sebasar 4,96 9,80 m.

(a)

(b) Gambar 5.5 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Schlumberger.

58

5.3.5 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 5 Lintasan 5 terletak pada koordinat 8033789 LS dan 115020983 BT. Gambar 5.6 seperti yang tergambar di bawah ini menunjukkan keberadaan lindi terletak di kedalaman 1,60 m - 4,50 m pada titik-titk 5,5 m-14,5 m dengan nilai resistivitas sebesar 5,78 9,67 m yang ditunjukkan oleh warna biru dan biru muda.

(a)

(b) Gambar 5.6 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi Schlumberger.

59

5.3.6 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 6 Lintasan 6 berada pada koordinat 8033641 LS dan 115020977 BT. Dari Gambar 5.7 (a) dan (b) tersebut menunjukkan bahwa lindi tersebar dari titik 5 m 19 m di kedalaman 2,80 m 5,37 m dengan nilai resistivitas sebesar 6,39 9,34 m.

(a)

(b) Gambar 5.7 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Schlumberger.

60

5.3.7 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 7 Lintasan 7 merupakan lintasan yang sangat jauh dari TPA dan tanahnya sangat kering yaitu terletak pada koordinat 8033756 LS dan 115021015 BT. Dari Gambar 5.8 tersebut dapat dilihat bahwa lindi berada pada titik 20 m 25 m di kedalaman 4,63 m 7,84 m dengan resistivitas sebesar 4,63 7,48 m.

(a)

(b) Gambar 5.8 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Schlumberger.

61

5.3.8 Hasil Interpretasi Data dengan Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 8 Lintasan 8 terletak pada koordinat 8033350 LS dan 115021000 BT di sebelah Utara jauh dari TPA. Pada lintasan 8 tidak teridentifikasi adanya lindi. Resistivitas terendah sebesar 12,9 m seperti yang pada Gambar 5.9.

(a)

(b) Gambar 5.9 (a) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Wenner dan (b) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Schlumberger.

62

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Di bawah ini akan dianalisa masing-masing lintasan hasil interpretasi dengan konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. 6.1.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 1 Dari Gambar 5.1 (a,b) yang merupakan hasil interpretasi Wenner Schlumberger pada lintasan 1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kedua gambar menunjukkan keberadaan lindi berada pada kedalaman 1,55 m - 5,40 m dan terakumulasi pada titik 10 m - 32 m. Ada sedikit perbedaan antara hasil pengukuran dengan konfigurasi Wenner dan Schlumberger, yaitu terletak pada skala nilai resistivitas. Namun perbedaan skala nilai resistivitas pada konfigurasi Wenner dan Schlumberger tidak besar, karena kedua metode ini masih menunjukkan hasil yang mengindikasikan keberadaan lindi yaitu dengan nilai resistivitas di bawah 10 m. Kalau diperhatikan kedalaman masing-masing akumulasi lindi, semakin ke kiri akumulasi lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah timur ke arah barat mengikuti gaya gravitasi, dimana di arah barat dari TPA ketinggian tanah cenderung lebih rendah dan bahkan sangat curam, hal ini dapat dilihat dari peta kontur TPA Temesi.

63

6.1.2 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 2 Lintasan 2 sesuai dengan Gambar 5.2 (a,b) terdapat sedikit perbedaan antara hasil tampilan inversi Res2dinv dengan konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Perbedaan terdapat pada besarnya konsentrasi lindi yang berada di bawah lapisan tanah, dimana dengan metode Wenner menunjukkan konsentrasi lindi relatif lebih sedikit akan tetapi lebih menyebar. Daerah pertama lindi berada titik-titik 13 m 23 m di kedalaman 3 m 8,4 m dan daerah kedua berada pada titik 30 m 40 m di kedalaman 4 m 8 m. Nilai resistivitas yang terukur adalah sebesar 1,84 7,36 m. Kedalaman masing-masing akumulasi lindi semakin ke kanan akumulasi lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kenyataan yang ada di lapangan lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah utara ke arah selatan dimana di arah selatan dari TPA kontur tanah sangat curam. Merembesnya lindi ke dataran yang lebih rendah diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi dimana cairan akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah.

6.1.3 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 3 Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner dan Schlumberger yang ditampilkan pada Gambar 5.3 (a,b) nampak relatif

sama. Hasil interpretasi tersebut menunjukkan bahwa lindi berada pada dua tempat yang berbeda. Dimana daerah yang pertama menunjukkan lindi

64

terdapat di kedalaman 2 m - 3,5 m pada titik 6,5 m - 9 m. Daerah yang kedua lindi terdapat di kedalaman 2,70 m - 3,5 m dan pada titik 23 m 33 m dengan nilai resistivitas sebesar 3,22 9,87 m. Terpisahnya akumulasi lindi tersebut mungkin disebabkan oleh adanya material yang keras di dalam tanah misalnya batu atau material lainnya. Kedalaman masing-masing akumulasi lindi semakin ke kanan akumulasi lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir ke arah selatan dimana di arah selatan dari TPA kontur tanah lebih rendah. Disamping itu juga merembesnya lindi diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.

6.1.4 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 4 Gambar 5.4 (a,b) menunjukkan hasil interpretasi yang hampir sama meskipun dengan konfigurasi yang berbeda yaitu dengan konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Ditinjau dari kedua gambar tersebut dapat dilihat kemiripan gambar yang ditampilkan dimana tampak pada kedua gambar menunjukkan bahwa lindi berada di kedalaman menunjukkan bahwa lindi berada di kedalaman 2,4 m - 4,37 m di bawah permukaan tanah pada bentangan titik titik 6,5 m 11 m dengan nilai resistivitas sebasar 4,96 9,80 m. Kedalaman akumulasi lindi semakin ke kiri lindi terlihat semakin dalam hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah

65

timur ke arah barat dimana di arah barat dari TPA kontur tanah sangat curam. Disamping itu juga merembesnya lindi diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.

6.1.5 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 5 Untuk Lintasan 5, hasil interpretasi software Res2dinv ditunjukkan pada Gambar 5.5 (a,b). Dilihat secara umum tampilan kedua gambar di atas hampir sama. Hasil interpretasi Res2dinv dengan konfigurasi Wenner dan

Schlumberger menunjukkan keberadaan lindi terletak di kedalaman 1,60 m 4,50 m pada jarak 5,5 m - 14,5 m. Kalau diperhatikan letak ketinggian lintasan pengukuran menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah selatan ke arah utara, dimana di daerah utara dari lintasan ini ketinggian tempatnya cenderung miring ke arah utara.

6.1.6 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 6 Dari Gambar 5.6 (a,b) tersebut menunjukan bahwa lindi tersebar dari titik 5 m 19 m dengan kedalaman 2,80 m 5,37 m. Semakin ke kiri akumulasi lindi terlihat semakin dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lindi tersebut merembes atau mengalir dari arah utara ke arah selatan dimana di arah selatan dari TPA kontur tanah sangat rendah. Disamping itu juga merembesnya lindi diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi.

66

6.1.7 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 7 Lintasan 7 merupakan lintasan yang sangat jauh sekitar 400 m ke arah Selatan dari TPA dan tanahnya sangat kering. Dari Gambar 5.7 (a,b) tersebut dapat dilihat bahwa keberadaan lindi relatif kecil dibandingkan dengan pada lintasan yang lainnya dan berada jauh di dalam permukaan tanah. Lindi terakumulasi pada titik 20 m 25 m di kedalaman 4,6 m 7,84 m. Secara umum hasil dari kedua interpretasi ini relatif sama meskipun dengan

konfigurasi yang berbeda. Lindi tersebut merembes atau mengalir ke arah selatan dimana di arah tenggara dari TPA kontur tanah lebih rendah rendah. Disamping itu juga merembesnya lindi kea rah tenggara diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi dimana air/lindi akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah.

6.1.8 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner - Schlumberger Lintasan 8 Lintasan 8 yang ditunjukkan oleh Gambar 5.8 (a,b) terletak jauh di utara dan letaknya lebih tinggi dari TPA. Sampai pada saat dilakukan pengukuran belum terdeteksi adanya pencemaran bawah permukaan oleh lindi. Secara umum kedua hasil interpretasi tersebut sudah hampir sama dan menunjukkan hasil bahwa tidak adanya lindi yang teridentifikasi. Terlihat dari kedua gambar menunjukkan bahwa pada lintasan tersebut lapisan di bawah permukaan tanah memiliki nilai resistivitas di atas 10 m.

67

6.2 Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi di TPA Temesi Kabupaten Gianyar Setelah dibahas arah rembesan dan letak akumulasi lindi secara khusus pada setiap lintasan dari masing-masing konfigurasi (Wenner dan

Schlumberger), selanjutnya akan dibahas mengenai arah rembesan dan akumulasi lindi secara umum atau menyeluruh pada TPA Temesi Gianyar. Pada Gambar 6.1 ditampilkan arah rembesan dan letak titik-titik akumulasi lindi di TPA Temesi Kabupaten Gianyar.
L8 L8

L5 L5 L4 TPA L4

L2 L2 L1 L3 L6 L6

L1

L3

L7 L7

Keterangan: akumulasi lindi

= arah rembesan lindi

dan

Gambar 6.1 Arah rembesan lindi di TPA Temesi Gianyar.

68

Dari Gambar 6.1 dijelaskan bahwa tanda panah yang berwarna merah menunjukkan arah rembesan lindi di TPA Temesi Gianyar, dimana untuk lintasan L2, L3, L6 lindi tersebut merembes atau mengalir ke arah selatan TPA. Faktor yang mempengaruhi lindi merembes ke arah selatan diakibatkan areal atau dataran di selatan dari tumpukan sampah konturnya lebih rendah dibandingkan dengan tempat tumpukan sampah. Karena lindi merupakan cairan atau fluida maka lindi tersebut akan cenderung mengalir dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah (pengaruh gravitasi). Faktor lain yang mempengaruhi lindi cenderung mengalir ke arah selatan TPA adalah terdapat air yang berasal dari irigasi sawah yang sebagian melalui tumpukan sampah, hal ini memicu pergerakan lindi lebih cepat menyebar dan masuk ke bawah lapisan tanah dan terakumulasi di beberapa tempat seperti yang tampak pada Gambar 6.1. Terbukti dengan pengukuran pada lintasan 7 (yang jaraknya lebih dari 400 m di selatan TPA) masih teridentifikasi adanya lindi yang merembes di bawah permukaan tanah. Pada lintasan ( L1, L4) rembesan lindi mengalir mengarah ke arah barat dimana di sebelah barat dari tempat

penumpukan sampah kontur tanahnya miring dan bahkan curam. Sedangkan untuk lintasan (L7) lindi akan merembes ke arah tenggara yang kontur

tanahnya lebih rendah disamping faktor adanya dorongan dari air kali . Berikut ditampilkan tabel mengenai arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan pengukuran seperti terlihat pada Tabel 6.1.

69

Tabel 6.1 Arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan pengukuran pada konfigurasi Wenner - Schlumberger.
Lintasan (Panjang) Arah Rembesan Rentang Akumulasi(m) Kedalaman Rembeasan (m) Koordinat Resistivitas (m)

1 (36m) 2 (40m) 3 (40m) 4 (30m) 5 (30m) 6 (30m) 7 (30m) 8 (30m)

ke Barat

22

1,55 - 5,40

ke Selatan

27

4,00 - 7,50

ke Selatan

26,5

2,00 - 4,50

ke Barat

4,5

2,70 - 4,37

ke Utara

1,60 - 4,50

ke Selatan

14

2,00 - 5,37

ke Tenggara -

5,37 - 6,91

8033076 LS 115021016 BT 8033746 LS 115021013 BT 8033719 LS 115021018 BT 8033689 LS 115020363 BT 8033789 LS 115020983 BT 8033641 LS 115020977 BT 8033756 LS 115021015 BT 8033756 LS 115021015 BT

4,14 - 8,91

1,84 - 7,36 3,22 9,87 4,96 - 9,80 5,78 9,76 6,39 - 9,34

4,63 - 7,84
12,9

6.3 Pengaruh Air Lindi terhadap Lingkungan Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400 m dari pusat timbunan sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi tersebut mencemari lingkungan TPA kalau dilihat dari awal berdirinya TPA yaitu Tahun 2004. Bisa dibayangkan kalau Pemerintah dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak yang telah ditimbulkan oleh adanya TPA yang masih menerapkan sistem open

70

dumping, maka sudah barang tentu akan berdampak negatif terhadap lingkungan baik terhadap sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada kesehatan masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar TPA. Pengaruh pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain dapat berpengaruh pada perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan kekeruhan. Suhu limbah yang berasal dari lindi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan air yang tidak tercemar lindi. Hal ini dapat mempercepat reaksi kimia dalam air, mengurangi kelarutan oksigen dalam air, mempercepat pengaruh rasa dan bau. Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia yang terkandung dalam lindi seperti misalnya nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH yang konsentrasinya sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya kehidupan hewan dan binatang lainnya yang hidup di sawah disekitar TPA. Disamping itu pula tercemarnya air bawah permukaan yang diakibatkan oleh lindi berengaruh terhadap kesehatan penduduk terutama bagi penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Lindi yang semakin lama semakin banyak volumenya akan merembes masuk ke dalam tanah yang nantinya akan menyebabkan terkontaminasinya air bawah permukaan yang pada akhirnya akan

menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang dimaanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air minum . Di sebelah barat tidak jauh tempat tumpukan sampah terdapat kali/sungai yang juga harus diwaspadai dari pencemaran oleh lindi. Sungai

71

tersebut mengalir dan masih dimanfaatkan oleh sebagian penduduk untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Jika sungai ini tercemar oleh adanya rembesan lindi maka akan berdampak negatif bagi penduduk yang yang masih memanfaatkan air sungai tersebut, baik penduduk yang berada di sekitar TPA maupun penduduk yang berada di hilir disepanjang sungai. Adanya rembesan lindi yang telah mencemari lingkungan disekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar berarti melanggar pasal 29 ayat 1 point f UndangUndang Nomor 18 tahun 2008 tentang pelarangan pembuangan sampah dengan sistem open dumping. Disamping itu juga telah melanggar Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Untuk meminimalisir pencemaran lindi terhadap lingkungan

disekitarnya diharapkan Pemerintah

dan Instansi

sudah seharusnya

memberikan perhatian yang lebih dan melakukan langkah-langkah terpadu untuk pengurangan pencemaran yang diakibatkan oleh sampah dengan menerapkan Reduce, Reuse dan Recycle ( 3 R ). Upaya peran serta masyarakat dalam reduksi sampah disumber sampah masih belum terlihat, sedangkan kegiatan reduksi yang dilakukan pemulung di TPA masih sangat kecil. Masih dibutuhkan reduksi sampah di TPA guna mengurangi sampah yang akan dibuang ke TPA, sehingga perlunya pengadaan dan penerapan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di TPA, dimana konsep TPST ini bertitik tolak pada aktifitas pengelolaan sampah yang untuk tujuan

72

pemanfaatan kembali guna mereduksi sampah menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali.

73

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan Dari hasil pengukuran pada beberapa lintasan kemudian setelah dipadukan dengan kondisi/kontur tanah di sekitar TPA, dapat disimpulkan bahwa : 1. Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah selatan. 2. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033076 LS 115021016 BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033689 LS - 115020363 BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033746 LS - 115021013 BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033719 LS -

115021018 BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada koordinat 8033641 LS 115020977 BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga

74

terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033756 LS 115021015 BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.

7.2 Saran 1. Untuk menghindari dampak negatif yang lebih luas dari rembesan lindi terhadap lingkungan di sekitar TPA Temesi Gianyar, sebaiknya seluruh instansi dan pihak terkait yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap pengelolaan TPA Temesi Gianyar melakukan kajian lebih dalam dan perubahan sistem pengolahan sampah (dari sistem open dumping beralih ke sistem sanitary landfill atau sistem control landfill). 2. Untuk masyarakat yang bermukim di sekitar areal TPA Temesi Gianyar, terutama di areal yang teridentifikasi adanya lindi, agar tidak menggunakan sumber air tanah dangkal di sekitar TPA sebagai konsumsi air sehari-hari. 3. Diharapkan pada peneliti yang lain untuk meneliti lebih lanjut unsurunsur, zat, atau senyawa yang terkandung dalam lindi di TPA Temesi Gianyar, ditinjau dari sifat kimia dan biologi dari lindi tersebut.

75

DAFTAR PUSTAKA

Apparao, A. 1997. Development in Geoelectrical Methods. National Geophysics Reasearce Institude Hyderabad. India. Arbain, N.K.M., Sudana I B. 2008. Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di Sekitarnya Di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Echotropic. Vol. 3, No.2. 55-60. Arifin, F. 2001. Tinjauan Geohidrologi Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Pemilihan Lokasi TPA Sampah (Studi Kasus TPA Sampah Tamangapa Makassar). Prorgam Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. Armadi, N. M., 2003. Kajian Daerah Intrusi Air Laut Pada Kawasan Pariwisata Sanur Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar. Tesis. Program Pascasarjana UNUD. Denpasar. Azhar dan Handayani, G. 2004. Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger untuk Penentuan Tahanan Jenis Batubara, Jurusan Geofsika Terapan ITB, Bandung. Azwar, A., 1990,. Pengantar Ilmu Lingkungan, Jakarta, Mutiara Sumber Widya. Bahar, Y. H. 1985. Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. PT. Wacana Utama bekerjasama dengan Pemda DKI. Jakarta. Bahri, 2005. Hand Out Mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan topik Metoda Geolistrik Resistivitas, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS, Surabaya. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010. Daftar Isian Adipura. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Bali, 2007. Peta Jenis Batuan di Pulau Bali. http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/ Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

76

Depkes RI. 1992. Pemberantasan Lalat. Jakarta : Ditjen PPM dan PLP. Ditjen Cipta Karya. 1997. Sampah dan Pengelolaannya. Departemen Pekerjaan Umum Jakarta. Feranie, S., Iryanti M., Utari, S, dan Ardi, N.D., 2008. Zona Migrasi Pencemaran Air di Sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten Bandung dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis. Grandis, H dan Yudistira, T. 2002. Pencitraan Konduktivitas Bawah Permukaan dan Aplikasinya untuk Identifikasi Penyebaran Kontaminan. http://www.dikti.org/p3m/abstrakHB/AbstrakHB02.pdf Grandis, H. dan Yudistira,T. 2000. Studi Pendahuluan Identifikasi Penyebaran Polutan Bawah Permukaan Menggunakan Metode Geolistrik. Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Jakarta. Guntar, M. S., 1999. Optimasi Pembangunan Akhir Sampah Lahan Urug Saniter Melalui Usaha Pengomposan dan Pemulungan (studi kasus TPA Sampah Kodya Jambi), Tesis. Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Health Research Board, 2003. Health Environmental Effects of Land filling and Incineration of Waste, A Literature Review. Healt Research Board. Dublin. Hendrajaya, L dan Idam, A. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA ITB. Bandung http://unalea.blogspot.com/2009/03/mekanisme-masuknya-airlindi-ke-air.html Enri Damanhuri. 2008. Diklat Landfilling Limbah-FTSL.ITB. http://www.itb.ac.id/wordpress/wp-content/Bag7PPenangananLindi.pdf.

Jagloo, K. 2002. Groundwater Risk Analysis in the Vicinity of A Landfill, A case Study in Mauritius, Department of Land Water Resources Engineering Royal Institute of Technology. Stockholm. Johanis, S. B. 2002. Aplikasi Metoda Geolistrik dalam Pemantauan Pencemaran Lingkungan (Studi Kasus:Pasir Impun Bandung). http://gf.lib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbgf-gdl-s2-2002-semueljoha15&node=1607&start=6.

77

KLH.2004. Peraturan Perundangan-undangan. Jilid 2. Jakarta. Kodoatie, R. J., 2003, Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Lanshkaripour, G. R. 2003. An Investigation of Groundwater Condition By Geoelectrical Resistivity Method: A Case Study in Korin Akuifer, Southest Iran. Journal of Spartial Hydrology 3 (1). Muktar, A. L., Sulaiman,W. N., Ibrahim, S., Latif, A. P. dan Hanafi, M. M. 2000. Detection of Groundwater Pollution Using Resistivity Imaging at Seri Petaling Landfill, Malaysia. Journal of Environmental Hidroloy 8. Mustofa,H.A. 2000. Kamus Lingkungan. Rineka Cipta, Solo. Ngadimin, Handayani G., 2000, Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat Monitoring Rembesan Limbah, Journal of Mathematical Science. Vol.2 No. 06. Ngadimin. 2001. Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat Monitoring Rembesan Limbah (Penelitian Model Fisik di Laboratorium),vol:6,edisi:1,halaman:43-53. Odum, E. P. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Aplied and Environmental Geophysicsi. John Wiley and Sons Ltd. Baffins, Chichester, West Susex PO19 IUD. England. Rudianto,H. dan Azizah. R 2005. Studi Tentang Perbedaan Jarak Perumahan ke TPA Sampah Open Dumping Dengan Indikator Tingkat Kepadatan Lalat dan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.1, No.2, Januari 2005 Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sundra, I K. 1997. Pengaruh TPA Sampah Terhadap Kualitas Air Sumur di Wilayah Suwung.Denpasar.

78

Supanca, W.W. 2003. Dasar-dasar Pemantauan, Pengawasan dan Teknik Penilaian Pencemaran Limbah Padat. Short Course on Enviromental Pollution Control and Management. 25 Agustus 19 September 2003. Denpasar. Tanauma, A. 2000. Pengaruh Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Mutu Air Tanah di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. Tesis. Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Telford, W. M., Geldart, L. P., Sherif, R.E dan Keys, D. D. 1988. Applied Geophysics First Edition. Cambridge University Press. Cambridge.New York. Todd, D.K. 1980. Groundwater Technology. Associate Professor of Civil Engineering California University. Jihn Wiley and Son. New York. Wardana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta. Widyatmoko, H dan Sintorini. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional. Jakarta.

79

Lampiran 1. Data GPS untuk menentukan peta Kontur TPA Temesi Gianyar LONG 115.3507833 115.3510167 115.351 115.3508333 115.3505333 115.3503833 115.3503833 115.3504167 115.3503167 115.3505167 115.3506167 115.3507167 115.3509 115.3507667 115.3507833 115.351 115.3507 115.3505667 115.3504 115.35 115.3499333 LAT -8.5617 -8.561666667 -8.561483333 -8.561466667 -8.561483333 -8.5615 -8.561216667 -8.56095 -8.560733333 -8.5607 -8.56045 -8.5604 -8.560166667 -8.560166667 -8.5598 -8.559766667 -8.559816667 -8.559816667 -8.55985 -8.559966667 -8.559833333 H 82.9056 82.9056 82.9056 82.296 82.9056 82.6008 82.9056 84.1248 84.1248 83.5152 83.2104 82.6008 80.772 81.3816 80.772 79.248 82.6008 82.9056 83.2104 84.1248 85.0392

80

LONG 115.3497 115.3495333 115.3494 115.3492333 115.3491667 115.3492667 115.3491833 115.3490833 115.3490333 115.3490833 115.349 115.3491167 115.3493 115.3493333 115.34955 115.3496667 115.3497 115.3495167 115.3495167 115.3492167 115.3495167 115.3495333 115.3493167

LAT -8.55985 -8.5599 -8.559933333 -8.559983333 -8.56 -8.56015 -8.560316667 -8.56035 -8.5605 -8.560683333 -8.5609 -8.560933333 -8.56085 -8.560516667 -8.560483333 -8.560516667 -8.5608 -8.5609 -8.561133333 -8.561233333 -8.56155 -8.561566667 -8.5615

H 84.4296 83.82 83.2104 80.772 79.5528 78.9432 78.9432 77.4192 77.4192 79.248 77.1144 79.248 81.6864 81.0768 83.2104 82.9056 82.9056 81.6864 81.6864 80.772 81.6864 81.6864 79.5528

81

LONG 115.3496 115.3494 115.3492333 115.34915 115.3490333 115.349 115.3490833 115.3491667 115.34925 115.34945 115.34945 115.34925 115.3491167 115.3488667 115.34955 115.3495333 115.3496167 115.3496333 115.3496833 115.3497 115.3497833 115.34985 115.34995

LAT -8.561883333 -8.562083333 -8.562066667 -8.562366667 -8.562383333 -8.5626 -8.562783333 -8.56275 -8.562783333 -8.562966667 -8.5632 -8.563216667 -8.563366667 -8.563316667 -8.56345 -8.563233333 -8.56295 -8.5627 -8.56285 -8.563066667 -8.5631 -8.562933333 -8.562916667

H 82.296 78.3336 76.2 76.8096 74.9808 73.7616 77.4192 77.4192 77.724 78.6384 78.0288 77.4192 75.8952 74.9808 76.2 76.2 76.2 78.0288 73.7616 71.628 69.7992 69.1896 68.2752

82

LONG 115.3500167 115.3500167 115.3499167 115.3498333 115.3498667 115.3499 115.35 115.35005 115.3499833 115.3500333 115.3500833 115.3501333 115.35005 115.3504833 115.3508333 115.3507167 115.3502167 115.3501667 115.35005 115.35005 115.34995 115.34995 115.3498833

LAT -8.56285 -8.56285 -8.563016667 -8.56315 -8.563316667 -8.563216667 -8.56305 -8.563033333 -8.563216667 -8.563283333 -8.563066667 -8.563166667 -8.56335 -8.563 -8.562916667 -8.562683333 -8.5624 -8.562566667 -8.562516667 -8.562433333 -8.5625 -8.562633333 -8.562433333

H 68.8848 69.1896 69.7992 68.58 68.58 68.2752 68.8848 71.628 71.9328 71.0184 74.0664 74.3712 74.0664 74.9808 72.8472 73.7616 77.724 77.1144 77.724 78.3336 77.4192 76.2 77.724

83

LONG 115.35005 115.3501333 115.3501333 115.3500667 115.3500667 115.3503333 115.3506167 115.3503667 115.35075 115.351 115.351 115.3509667 115.3507667 115.35095 115.3506 115.3503667 115.3502 115.3499667

LAT -8.562366667 -8.562116667 -8.561883333 -8.56165 -8.56165 -8.5617 -8.561733333 -8.562 -8.562116667 -8.562116667 -8.562266667 -8.562433333 -8.562466667 -8.56265 -8.562433333 -8.5613 -8.5606 -8.560233333

H 77.724 77.724 78.3336 78.6384 78.3336 77.4192 76.5048 77.1144 76.2 74.676 74.9808 74.676 74.676 74.3712 75.5904 76.8096 79.5528 80.772

84

Lampiran 2. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Metode Wenner

Tabel. 5.1 Data hasil pengukuran pada lintasan 1 (36 m) dengan konfigurasi Wenner
No. n MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) k (m) dp a (m) Resistivitas (Ohm)m

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 9 9 9

621 579 572.25 429.9 593.55 524.7 411 529.5 407.25 583.2 538.65 358.5 597.45 485.25 305.85 648 193.05 327.15 284.55 236.55 231.15 223.2 112.05 119.4 214.35 132.3 184.65 146.85 209.1 198.45 199.35 206.25 164.4

578 561 555 435 551 543 465 556 550 553 549 375 485 560 267 563 399 558 557 540 550 531 323 325 533 385 557 545 531 500 562 556 550

12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 37.68 37.68 37.68

3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 9 11 13

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 6

13.49439 12.96299 12.95038 12.41274 13.52992 12.13671 11.10142 11.96137 9.300109 13.24592 12.32321 12.00736 15.47211 10.88346 14.38755 14.45627 12.15392 14.72761 12.83285 11.00396 10.55725 10.55892 8.714229 9.228702 10.1022 8.632145 8.327483 6.768572 9.891887 9.970128 13.36567 13.97752 11.26289

85

No.

n MN/2

AB/2

V(mV)

I(mA)

k (m)

dp

a (m)

Resistivitas (Ohm)m

34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 6

3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 6

9 9 9 9 9 9 12 12 12 12 12 12 15 15 15 15 18

133.35 132.6 91.95 87.45 126.75 110.4 128.25 135.3 75.15 104.85 95.85 77.55 89.4 99 88.8 828 79.05

554 524 389 399 532 335 492 526 389 536 532 433 538 529 551 530 557

37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 62.8 62.8 62.8 62.8 75.36

15 17 19 21 23 25 12 14 16 18 20 22 15 17 19 21 18

6 6 6 6 6 6 8 8 8 8 8 8 10 10 10 10 12

9.069726 9.535053 8.906622 8.258436 8.977331 12.41753 13.0961 12.92295 9.705748 9.827731 9.051699 8.997949 10.43554 11.75274 10.12094 98.11019 10.69517

Tabel 5.2 Data Hasil Pengamatan Lintasan 2 (40m) dengan Konfigurasi Wenner
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 V(mV) 1180 987.5 783.5 852.5 701 685 612.25 538 470.5 462.5 397.5 416 373 388.25 I(mA) 801 771 645 679 631 674 554 479 551 422 447 441 389 407 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 a (m) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Resistivitas (Ohm)m 18.5029 16.0869 15.257 15.7694 13.9533 12.765 13.8806 14.1071 10.725 13.7654 11.1691 11.848 12.0434 11.9814

86

No. 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51

n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3

MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3

AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 9 9 9 9 9 9 9 9

V(mV) 319.25 495.5 422.5 452.75 405.5 408.25 545.75 347 436.5 206.25 157.75 129 89.75 107.5 87.5 71 73 65 76.25 66.75 58 54.75 48 46.5 58 52 54.5 57.75 65 81 58 51.25 40 37 31 18 35

I(mA) 351 440 355 317 335 265 305 276 222 326 267 247 207 202 174 161 156 150 158 141 134 129 121 121 119 110 108 117 115 182 143 130 120 115 117 111 109

k (m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68

dp 31 33 35 37 39 41 43 45 47 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 9 11 13 15 17 19 21 23

a (m) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 6 6 6 6 6 6

Resistivitas (Ohm)m 11.4239 14.1443 14.9482 17.9386 15.2032 19.3495 22.4742 15.791 24.6957 15.8926 14.8415 13.1194 10.8914 13.3683 12.6322 11.0778 11.7549 10.8853 12.1228 11.8919 10.8728 10.6614 9.96496 9.65355 12.2434 11.8749 12.6763 12.399 14.1983 16.7697 15.2828 14.8546 12.56 12.1231 9.98359 6.11027 12.0991

87

No. 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88

n 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6

MN/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6

AB/2 9 9 9 9 9 9 9 9 9 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 18 18 18

V(mV) 30.25 36.5 33.5 24.25 32.5 29.25 31.75 37.5 33.5 32.75 25.5 27.5 30.25 26.75 195 27.25 20.5 23 22.5 26 17.75 19.25 26.5 24.25 22.5 19 23.5 19.25 15 224.75 202 193.25 202.5 207.25 195.25 180 164.75

I(mA) 105 105 102 103 98 92 93 97 96 121 106 103 102 98 101 97 97 96 90 87 85 92 85 108 95 89 90 83 86 613 515 746 703 710 732 742 712

k (m) 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 62.8 62.8 62.8 62.8 62.8 62.8 62.8 62.8 62.8 62.8 62.8 75.36 75.36 75.36

dp 25 27 29 31 33 35 37 39 41 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 18 20 22

a (m) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 12 12 12

Resistivitas (Ohm)m 10.8554 13.0983 12.3753 8.87126 12.4959 11.9798 12.8639 14.567 13.1488 13.598 12.086 13.4136 14.8996 13.7135 96.998 14.1138 10.6177 12.0367 12.56 15.0143 10.4913 10.5122 15.6631 14.1009 14.8737 13.4067 16.3978 14.5651 10.9535 23.025 24.6322 16.2682 18.0896 18.3314 20.1011 18.2814 17.4376

88

89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 8 8

6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 8 8

18 18 18 18 18 21 21 21 21 21 24 24

142.25 131 127 120.25 128.25 137 107 91.25 83 86 75.75 78.75

630 600 576 567 546 523 542 462 415 395 441 385

75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 87.92 87.92 87.92 87.92 87.92 100.48 100.48

24 26 28 30 32 21 23 25 27 29 24 26

12 12 12 12 12 14 14 14 14 14 16 16

17.0158 16.4536 16.6158 15.9824 17.7013 23.0307 17.3569 17.3652 17.584 19.1421 17.2593 20.5527

Tabel 5.3 Data Hasil Pengamatan Lintasan 3 (40m) dengan Konfigurasi Wenner
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 6 6 V(mV) 764.2 768.5 691.4 687.3 789.1 751.8 799.2 830.4 776.3 717.1 805.0 662.2 779.4 763.6 676.8 770.9 663.5 755.2 149.8 129.2 161.2 I(mA) 520 496 511 483 503 522 505 546 526 529 540 480 511 498 468 489 483 495 504 510 516 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 25.12 25.12 25.12 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 6 8 10 a (m) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 Resistivitas (Ohm)m 18.4585 19.4592 16.9933 17.872 19.705 18.0893 19.8782 19.1026 18.5361 17.0265 18.723 17.328 19.1577 19.2599 18.1632 19.8015 17.2526 19.1631 7.46438 6.36248 7.84688

89

22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5

6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 12 12 12 12 12 12 12 12 12 15 15 15 15 15 15

345.5 318.1 139.8 81.1 371.5 84.9 59.3 89.2 107.3 83.9 57.5 292.6 275.4 281.3 268.7 266.7 258.7 261.4 283 274.8 288.8 286.1 293.5 246.8 246 222.3 239.2 230.7 242 234.6 251.9 258.9 231.3 215.2 221.3 224.9 212.4 231

509 504 521 385 515 469 469 514 486 489 450 536 521 514 493 489 464 479 506 504 496 505 493 520 498 463 496 466 520 460 493 494 516 483 493 471 461 489

25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 62.8 62.8 62.8 62.8 62.8 62.8

12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 12 14 16 18 20 22 24 26 28 15 17 19 21 23 25

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 8 8 8 8 8 8 8 8 8 10 10 10 10 10 10

17.051 15.8545 6.74024 5.28829 18.1207 4.54492 3.17475 4.35919 5.54782 4.30832 3.20921 20.5693 19.9176 20.6214 20.5367 20.5506 21.0082 20.5627 21.074 20.5446 21.9395 21.347 22.4322 23.8447 24.8173 24.1217 24.2286 24.872 23.3809 25.6224 25.6703 26.3302 28.1505 27.9805 28.1899 29.9867 28.9343 29.6663

90

60 61 62

6 6 6

6 6 6

18 18 18

210 206.5 213.7

500 469 485

75.36 75.36 75.36

18 20 22

12 12 12

31.6512 33.1809 33.205

Tabel 5.4 Data Hasil Pengamatan Lintasan 4 (30m) dengan Konfigurasi Wenner
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 9 9 9 9 9 9 9 V(mV) 190.1 300.6 169.1 408 181.8 448 291.7 249.9 237.6 210.1 196.7 28.6 147.7 394.8 550 729 784 422 486 552 542 592 827 322.5 270.7 219 248.1 197.9 272.9 296 I(mA) 979 763 680 863 397 697 482 689 543 544 227 275 618 901 546 634 774 333 457 560 482 531 823 839 438 354 499 501 611 688 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 9 11 13 15 17 19 21 a (m) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 6 6 6 6 6 Resistivitas (Ohm)m 2.43887 4.94828 3.12338 5.93798 5.75166 8.073 7.60115 4.55551 5.49587 4.85084 10.8835 1.30624 3.0018 11.0071 25.304 28.884 25.4445 31.8338 26.714 24.7611 28.247 28.0057 25.2421 14.4837 23.2876 23.3105 18.7343 14.884 16.8296 16.2112

91

31 32 33 34 35

4 4 4 4 5

4 4 4 4 5

12 12 12 12 15

209.7 179.5 179.8 204.6 106

558 521 563 668 357

50.24 50.24 50.24 50.24 62.8

12 14 16 18 15

8 8 8 8 10

18.8805 17.3092 16.0447 15.3879 18.6465

Tabel 5.5 Data Hasil Pengamatan Lintasan 5 (30m) dengan Konfigurasi Wenner
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 9 9 9 9 9 V(mV) 1026.4 918.5 900.9 647.0 788.4 778.9 604.1 628.4 521.6 616.9 573.2 483.0 502.4 287.5 67.9 90.4 80.3 199.1 233.3 209.0 231.4 229.3 217.3 161.2 164.8 165.1 135.0 141.7 I(mA) 562 522 478 416 404 394 353 332 324 310 298 284 280 332 318 308 290 280 276 228 242 237 237 263 257 251 223 235 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 9 11 13 15 17 a (m) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 6 6 6 Resistivitas (Ohm)m 22.93808 22.1 23.6728 19.53365 24.50941 24.83046 21.49377 23.7741 20.22099 24.99613 24.15973 21.36268 22.535 21.75337 5.367296 7.371818 6.957793 17.85843 21.2358 23.02526 24.01934 24.30008 23.02819 23.09658 24.16444 24.78 22.80601 22.72094

92

29 30 31 32 33 34 35

3 3 4 4 4 4 5

3 3 4 4 4 4 5

9 9 12 12 12 12 15

144.2 144.2 93.9 94.6 99.6 104.2 80.0

227 230 220 235 223 215 214

37.68 37.68 50.24 50.24 50.24 50.24 62.8

19 21 12 14 16 18 15

6 6 8 8 8 8 10

23.93991 23.62991 21.44145 20.22477 22.42951 24.34763 23.48364

Tabel 5.6 Data Hasil Pengamatan Lintasan 6 (30m) dengan Konfigurasi Wenner
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 9 9 9 V(mV) 611.4 604.9 641.2 392.3 667.4 680.9 590.4 651.9 556.4 672.3 647.5 585.8 606.1 163.4 175.2 201.1 161.1 173.2 294.7 176.7 259.4 263.7 281.4 212.6 220.1 222.5 I(mA) 558 573 567 565 570 574 575 574 576 563 561 574 563 582 570 566 564 564 581 568 571 572 574 578 572 564 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 37.68 37.68 37.68 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 9 11 13 a (m) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 6 Resistivitas (Ohm)m 13.762847 13.26 14.203682 8.7201923 14.705644 14.898274 12.896261 14.264458 12.132593 14.997677 14.495839 12.817606 13.521 7.0520241 7.7203774 8.9230909 7.1746759 7.7150571 12.741478 7.8151579 11.411603 11.580051 12.316911 13.857947 14.498661 14.868

93

27 28 29 30 31 32 33 34 35

3 3 3 3 4 4 4 4 5

3 3 3 3 4 4 4 4 5

9 9 9 9 12 12 12 12 15

199.7 201.9 218.8 217.1 144.7 138.6 150.8 163.1 129.5

550 558 574 577 565 574 563 561 577

37.68 37.68 37.68 37.68 50.24 50.24 50.24 50.24 62.8

15 17 19 21 12 14 16 18 15

6 6 6 6 8 8 8 8 10

13.683605 13.632562 14.363947 14.177948 12.864873 12.13486 13.457704 14.608577 14.090187

Tabel 5.7 Data Hasil Pengamatan Lintasan 7 (40m) dengan Konfigurasi Wenner
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 6 6 V(mV) 1044.0 1055.3 1041.2 911.3 637.9 553.7 498.2 445.7 411.7 443.8 372.9 353.4 418.6 442.5 375.5 379.8 387.0 315.9 185.9 171.5 221.9 I(mA) 490 448 397 363 322 280 266 255 221 215 195 172 187 188 182 176 165 151 214 196 182 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 25.12 25.12 25.12 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 6 8 10 a (m) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 Resistivitas (Ohm)m 26.76049 29.584688 32.940907 31.529752 24.881087 24.838521 23.521669 21.954141 23.400244 25.927367 24.021138 25.808128 28.117059 29.56366 25.915352 27.103909 29.458909 26.276185 21.815664 21.973592 30.620176

94

22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5

6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 12 12 12 12 12 12 12 12 12 15 15 15 15 15 15

178.0 156.6 161.3 211.7 115.9 126.9 104.4 83.3 115.4 124.0 90.5 111.6 112.1 99.7 94.7 64.4 76.5 77.9 67.0 33.0 28.0 26.9 64.6 93.8 78.8 79.7 71.3 77.0 71.1 18.5 21.9 27.8 90.5 74.0 70.4 67.1 59.6 45.5

165 157 156 137 126 142 126 123 120 122 103 228 172 140 131 120 114 119 111 105 103 102 108 161 141 128 110 153 142 131 129 133 166 141 126 132 117 116

25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 50.24 62.8 62.8 62.8 62.8 62.8 62.8

12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 12 14 16 18 20 22 24 26 28 15 17 19 21 23 25

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 8 8 8 8 8 8 8 8 8 10 10 10 10 10 10

27.095345 25.056 25.977462 38.821401 23.101429 22.448789 20.813714 17.001951 24.1623 25.526656 22.059262 18.443368 24.546767 26.826814 27.246092 20.2059 25.285263 24.650319 22.760757 11.831657 10.233087 9.945 22.5295 29.278062 28.059574 31.262625 32.576073 25.267765 25.15538 7.1104122 8.5229302 10.512677 34.218434 32.97 35.100714 31.899545 32.003846 24.60569

95

60 61 62

6 6 6

6 6 6

18 18 18

14.0 13.7 14.6

127 115 114

75.36 75.36 75.36

18 20 22

12 12 12

8.2865197 8.9762087 9.6271579

Tabel 5.8 Data Hasil Pengamatan Lintasan 8 (30m) dengan Konfigurasi Wenner
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 9 9 9 V(mV) 379.1 498.8 1697.5 1785.0 1624.0 1743.6 1655.5 1906.6 1799.0 1683.5 1825.6 1653.0 1806.0 1104.3 1123.2 302.5 223.9 204.8 158.3 387.9 927.9 1017.5 961.6 669.8 653.3 669.4 I(mA) 548 544 542 536 543 538 541 537 540 540 535 532 540 539 546 545 541 541 541 540 530 532 538 542 541 541 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 25.12 37.68 37.68 37.68 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 9 11 13 a (m) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 6 Resistivitas (Ohm)m 8.689708 11.51551 39.3369 41.82761 37.56435 40.70513 38.43453 44.59482 41.84341 39.15748 42.85858 39.02579 42.00622 51.46338 51.67313 13.94482 10.39447 9.510943 7.349508 18.04507 43.97722 48.04558 44.89941 46.56643 45.50067 46.62202

96

27 28 29 30 31 32 33 34 35

3 3 3 3 4 4 4 4 5

3 3 3 3 4 4 4 4 5

9 9 9 9 12 12 12 12 15

761.4 754.6 716.7 207.9 196.8 1128.6 1126.8 105.6 77.0

540 535 536 538 537 539 538 541 543

37.68 37.68 37.68 37.68 50.24 50.24 50.24 50.24 62.8

15 17 19 21 12 14 16 18 15

6 6 6 6 8 8 8 8 10

53.12907 53.14824 50.38375 14.56224 18.40747 105.2009 105.2239 9.804606 8.901731

97

Lampiran 3. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Metode Schlumberger

Tabel 5.9 Data pengukuran pada lintasan 1 (36 m) dengan konfigurasi Schlumberger
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 V(mV) 1656.0 1544.0 1526.0 1146.4 1582.8 1399.2 1096.0 880.8 560.5 850.7 1436.4 956.0 1593.2 1294.0 815.6 1728.0 452.8 372.4 284.8 212.4 280.4 224.3 57.0 165.8 200.3 198.4 257.9 189.3 193.4 155.5 I(mA) 578 561 555 435 551 543 465 556 550 553 549 375 485 560 267 563 543 415 551 536 537 539 251 549 523 362 521 531 519 530 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 Dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 Resistivitas (Ohm)m 35.9850519 34.5679857 34.5343423 33.1006529 36.0797967 32.3645525 29.6037849 19.8972086 12.7997818 19.3215045 32.8619016 32.0196267 41.2589526 29.0225714 38.3668015 38.5500533 31.4208177 33.8121253 19.4759782 14.931403 19.6749944 15.6801929 8.55681275 11.3794973 14.4307916 20.6511381 18.6519616 13.4328136 14.0410636 11.0551698

98

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 11 11 11 11 11 11 11 11 13 13 13 13 13

162.3 97.2 146.2 186.0 121.9 58.7 43.9 72.2 134.4 110.1 143.6 33.2 78.4 53.9 100.7 69.6 40.7 42.9 23.6 75.2 82.8 63.6 49.1 79.6 38.3 18.5 57.2 81.2 33.6 66.4 25.5 21.0 21.0 24.0 31.2

551 554 549 547 540 543 400 393 522 525 533 520 545 549 544 540 522 388 217 520 534 522 540 543 535 399 523 524 437 521 539 393 519 518 533

75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76

7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 11 13 15 17 19 21 23 25 13 15 17 19 21

22.1976915 13.2220072 20.0685464 25.6251554 17.0118222 8.14665193 8.27076 13.8447634 19.4030345 15.8040686 20.3033696 4.81144615 18.0679633 12.3312204 23.2498529 16.1884444 9.79295019 13.8872165 13.6597235 18.1636923 19.4750562 15.3029885 17.1304444 27.6181215 13.4873271 8.73533835 20.6051243 29.1948092 14.4856751 24.0110557 12.4784416 14.0940458 10.6723699 12.2205405 15.4396098

99

66 67 68 69 70 71 72

6 7 7 7 7 8 8

1 1 1 1 1 1 1

13 15 15 15 15 17 17

33.6 44.4 19.4 13.1 23.9 9.2 6.6

522 527 515 543 521 528 528

263.76 351.68 351.68 351.68 351.68 452.16 452.16

23 15 17 19 21 17 19

16.9776552 29.6292068 13.2477515 8.48436096 16.1327294 7.87854545 5.652

Tabel 5.10 Data hasil pengamatan lintasan 2 (50 m) dengan konfigurasi Schlumberger
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 V(mV) 2360 1975 1567 1705 1402 1370 1224.5 1076 941 925 795 832 746 776.5 638.5 991 845 905.5 811 816.5 1091.5 694 873 I(mA) 801 771 645 679 631 674 554 479 551 422 447 441 389 407 351 440 355 317 335 265 305 276 222 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 Dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 Resistivitas (Ohm)m 37.0057428 32.1738003 30.5139845 31.5387334 27.9066878 25.5299703 27.7612274 28.2141127 21.4500181 27.5308057 22.338255 23.6959637 24.0867866 23.9627518 22.8477493 28.2885455 29.896338 35.877224 30.4064478 38.6990189 44.9483279 31.582029 49.3913514

100

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

923.5 779 837.5 765 860.5 770.5 564 670.5 676 611 695.5 650 629.5 628.5 656.5 794 620.5 699 770.5 625.5 625.5 384 326.5 297 289.5 270.5 187 205 200 209.5 209 193 185 168.5 183.5

442 403 533 648 703 706 678 515 886 856 871 445 460 659 921 901 887 873 760 775 774 904 846 785 818 791 719 725 722 703 647 621 627 623 610

37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36

5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33

78.7273303 72.8355335 59.206379 44.4833333 46.1218208 41.1224363 31.3444248 49.057165 28.7490745 26.8954206 30.0877612 55.0382022 51.5642609 35.936085 26.8587622 33.2052386 26.3590079 30.1698969 38.2005789 30.4114065 30.4506977 32.0113274 29.0839716 28.512 26.6708068 25.771024 19.5998887 21.3086897 20.8753463 22.4579232 24.343493 23.4210628 22.2354067 20.3822793 22.6697705

101

59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93

3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11

207.5 183 189 215.5 211 160.5 137 131 125 73.5 91 97.5 85.5 95 85 74 60 77.5 119 103.5 117.5 117 104.5 87 73.5 55 66 53 62 62.5 50 49.5 38 48.5 57

566 518 540 530 520 704 642 611 573 547 522 499 484 474 443 416 426 435 450 527 483 484 579 544 520 501 489 445 427 444 423 408 400 391 367

75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4

35 37 39 41 43 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

27.6275618 26.6233205 26.376 30.6416604 30.5787692 28.6346591 26.8024922 26.9289689 27.399651 16.8767824 21.8957854 24.5410822 22.1876033 25.1729958 24.0993228 22.3423077 17.6901408 22.3770115 33.2142222 24.6671727 30.5548654 30.3619835 34.0031088 30.1301471 26.6296154 20.6826347 25.4282209 22.4386517 27.3555035 26.5202703 22.2695035 22.8573529 17.898 23.3693095 29.2610354

102

94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129

5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 9

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 11 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 17 17 17 17 17 17 17 17 17 19

50 51 37 31 20 29.5 22.5 16.5 21 68.5 20 15.5 15 20 25 31 37 32.5 32 25.5 36.5 23.5 12 21 32 32.5 29 15.5 19.5 16.5 16.5 22.5 16.5 24 22.5 18.5

372 373 365 356 318 309 298 273 241 223 203 234 225 221 225 517 462 444 420 397 372 348 341 339 337 338 395 331 321 309 289 292 281 317 319 351

188.4 188.4 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 236.76 351.68 351.68 351.68 351.68 351.68 351.68 351.68 351.68 351.68 351.68 351.68 452.16 452.16 452.16 452.16 452.16 452.16 452.16 452.16 252.16 565.2

37 39 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 17 19 21 23 25 27 29 31 33 19

25.3225806 25.7597855 26.7373151 22.9678652 16.5886792 25.1809709 19.9147651 15.9415385 22.9832365 81.0204484 25.9862069 17.4712821 17.584 23.8696833 26.3066667 21.0871954 28.1648485 25.7423423 26.7946667 22.5890176 34.5062366 23.7485057 12.3758358 21.7854867 33.3939466 33.8153846 33.196557 21.1736556 27.4676636 24.144466 25.8153633 34.8410959 26.5503203 34.2329338 17.7855799 29.7897436

103

130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145

9 9 9 9 9 9 10 10 10 10 10 11 11 11 11 12

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

19 19 19 19 19 19 21 21 21 21 21 23 23 23 23 25

11.5 14.5 18 17.5 7.5 7 6 10 20.5 17 17.5 38.5 11.5 12.5 15 20

321 297 278 268 249 250 304 267 295 275 277 291 23 30 30.5 25.5

565.2 565.2 565.2 565.2 565.2 565.2 690.8 690.8 690.8 690.8 680 828.96 828.96 828.96 828.96 979.68

21 23 25 27 29 31 21 23 25 27 29 23 25 27 29 25

20.2485981 27.5939394 36.5956835 36.9067164 17.0240964 15.8256 13.6342105 25.8726592 48.0047458 42.704 42.9602888 109.673402 414.48 345.4 407.685246 768.376471

Tabel 5.11 Data hasil pengamatan lintasan 3 (40 m) dengan konfigurasi Schlumberger
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 V(mV) 1280 1142 1220 990 1338 1088 1116 1400 1050 1350 1180 1248 1152 1448 1130 I(mA) 520 496 511 483 503 522 505 546 526 529 540 480 511 498 468 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 Resistivitas (Ohm) m 30.91692308 28.9183871 29.98669276 25.74409938 33.4100994 26.17869732 27.75635644 32.20512821 25.07224335 32.05293006 27.44592593 32.656 28.31530333 36.51983936 30.32649573

104

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9 9

1464 1250 1274 114.8 55.4 100 78 78.4 56.2 68 66.4 57.6 50.2 49.8 38 30.2 46.6 49.6 72.4 27.4 44.8 46.8 47.6 31.2 33.6 36.8 27.8 30.4 21.8 13.2 23.6 27.4 28.8 30.6 23.8

489 483 495 188 151 146 129 119 104 111 106 108 105 95 97 96 82 92 106 155 134 125 140 128 112 114 104 96 88 86 82 94 110 133 120

12.56 12.56 12.56 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 125.6 125.6

33 35 37 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 9 11

37.60294479 32.50517598 32.32614141 23.00885106 13.82431788 25.80821918 22.78325581 24.82447059 20.36169231 23.08324324 23.60332075 20.096 18.01462857 19.75225263 14.76123711 11.8535 21.41326829 20.31443478 25.73615094 13.32170323 25.19498507 28.214784 25.6224 18.369 22.608 24.32673684 20.14430769 23.864 18.66872727 11.56688372 21.68897561 21.9666383 19.73061818 28.89744361 24.91066667

105

51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 8

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 13 13 13 13 13 13 13 13 15 15 15 15 15 15 17

41.2 15.2 11.4 22.2 9.6 14.8 12.6 12.2 12.4 9 13.8 10 16.2 3.4 88.8 77.2 75 70.8 57.6 64.8 69 68.8 67.4 68.8 59.6 61.6 67 62 57.4 56.2 57.2 51.2 45.6 37 45.6

102 97 87 84 80 75 74 68 70 62 78 65 59 58 573 579 566 565 571 585 585 592 591 568 560 563 567 570 606 577 571 572 566 577 580

125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 351.68 351.68 351.68 351.68 351.68 351.68 452.16

13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 13 15 17 19 21 23 25 27 15 17 19 21 23 25 17

50.73254902 19.68164948 16.45793103 33.19428571 15.072 24.78506667 21.38594595 22.53411765 22.24914286 18.23225806 33.33230769 28.98461538 51.73016949 11.04413793 29.19706806 25.12 24.96466431 23.60835398 19.00497373 20.86892308 31.11015385 30.65318919 30.08024365 31.94839437 28.0716 28.85899822 31.16740741 28.68968421 33.31094389 34.2537539 35.22959019 31.47904895 28.33322968 22.55140381 35.54913103

106

86 87 88 89 90

8 8 8 9 9

1 1 1 1 1

17 17 17 19 19

45 42.8 38.8 37 24.8

576 576 600 581 602

452.16 452.16 452.16 565.2 565.2

19 21 23 19 21

35.325 33.598 29.23968 35.99380379 23.28398671

Tabel 5.12 Data hasil pengamatan lintasan 4 (30 m) dengan konfigurasi Schlumberger
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 7 V(mV) 1433.8 1090.6 883.1 1171.1 561.9 852.7 608 718.7 641.9 578.9 290.9 321.3 620 204.4 190.4 129.2 254 161.3 121.2 155 196.3 189.2 167.1 237 59 110 I(mA) 979 763 680 863 397 697 482 689 543 544 227 275 618 714 527 448 483 532 366 357 420 355 384 519 456 438 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 75.36 75.36 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 7 9 Resistivitas (Ohm) m 18.3948192 17.95273394 16.31137647 17.04405098 17.77698741 15.3657274 15.8433195 13.10141074 14.84763168 13.36577941 16.09561233 14.67464727 12.60064725 10.78682353 13.61341935 10.86664286 19.81515528 11.42440602 12.47763934 16.35966387 17.61091429 20.08184789 16.3966875 17.20647399 9.750526316 18.9260274

107

27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 6 6 6 7

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 11 11 11 11 11 13 13 13 15

80.3 84.2 72 68 77 58 65.2 54.7 29.6 40.4 43 33.5 29.3 45.1 21 30.4 25.2 25.1 22.4 26.5 20.6 22.1 17.6

437 366 329 312 371 379 341 443 278 282 327 303 345 390 226 302 316 336 376 358 337 379 381

75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 263.76 263.76 263.76 351.68

11 13 15 17 19 21 23 9 11 13 15 17 19 21 11 13 15 17 19 13 15 17 15

13.84761556 17.33691803 16.49215805 16.42461538 15.64075472 11.53266491 14.4090088 15.50862302 13.37323741 17.99375887 16.51620795 13.88646865 10.66689855 14.52451282 17.50619469 18.96476821 15.0243038 14.07392857 11.22382979 19.52413408 16.12301484 15.38020053 16.2455853

Tabel 5.13 Data hasil pengamatan lintasan 5 (30m) dengan konfigurasi Schlumberger
No 1 2 3 4 5 6 n 1 1 1 1 1 1 MN/2 1 1 1 1 1 1 AB/2 3 3 3 3 3 3 V(mV) 1026.4 918.5 900.9 647.0 788.4 778.9 I(mA) 562 522 478 416 404 394 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 dp 3 5 7 9 11 13 Resistivitas (Ohm) m 22.93876157 22.10030651 23.6721841 19.53442308 24.51065347 24.82990863

108

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 11 11 11 11 11

604.1 628.4 521.6 616.9 573.2 483.0 502.4 58.2 72.0 98.2 46.2 58.9 63.1 124.3 89.7 66.2 78.4 69.7 23.2 30.5 52.6 56.0 33.1 41.4 35.8 44.0 58.7 31.3 24.3 25.1 23.6 25.8 31.0 21.2 10.9 18.1 16.5 18.0 15.6

353 332 324 310 298 284 280 227 235 225 213 205 205 190 187 186 175 173 196 184 178 176 172 171 166 161 172 169 166 154 151 146 156 158 146 144 141 139 142

12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4

15 17 19 21 23 25 27 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 7 9 11 13 15 17 19 21 23 9 11 13 15 17 19 21 11 13 15 17 19

21.49432295 23.77320482 20.22004938 24.9944 24.15903356 21.36084507 22.53622857 9.660687225 11.54451064 16.44522667 8.17284507 10.82610732 11.5980878 24.65065263 18.07431016 13.41083871 16.88064 15.18090173 8.920163265 12.49173913 22.26930337 23.97818182 14.5024186 18.24505263 16.25233735 20.5952795 25.7187907 23.26201183 18.3860241 20.47116883 19.63019868 22.19506849 24.95897436 16.85265823 14.06547945 23.68083333 22.04680851 24.3971223 20.69746479

109

46 47 48 49

6 6 6 7

1 1 1 1

13 13 13 15

9.7 11.2 11.8 6.3

139 139 134 137

263.76 263.76 263.76 351.68

13 15 17 15

18.40627338 21.25260432 23.22662687 16.17214599

Tabel 5.14 Data hasil pengamatan lintasan 6 (30 m) dengan konfigurasi Schlumberger
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 7 7 7 V(mV) 799.2 859.8 784.6 702.2 788.2 893.9 824.2 713.0 769.4 743.8 663.3 867.0 881.4 130.9 279.0 164.2 239.0 126.5 152.4 214.9 276.1 251.7 292.3 304.4 60.8 87.9 114.1 98.2 I(mA) 558 573 567 565 570 578 575 574 576 563 561 574 563 570 554 556 559 560 569 567 567 563 565 565 567 556 548 551 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 75.36 75.36 75.36 75.36 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 7 9 11 13 Resistivitas (Ohm) m 17.98916129 18.84657592 17.38020459 15.60996814 17.36805614 19.42453979 18.00339478 15.6015331 16.77719444 16.5934778 14.85035294 18.9712892 19.66320426 8.653178947 18.97602888 11.12779856 16.11005367 8.511642857 10.09214763 14.28118519 18.3482328 16.84557016 19.4935646 20.30051681 8.080931217 11.91392806 15.69083212 13.43076588

110

29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 6 6 6 7

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 11 11 11 11 11 13 13 13 15

133.2 88.2 125.1 108.7 139.9 64.6 64.4 73.4 85.7 87.1 82.9 97.0 59.0 56.3 61.4 46.3 58.3 25.5 19.5 30.2 22.9

561 560 563 565 564 565 562 551 543 547 558 565 567 566 538 560 554 566 548 551 567

75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 263.76 263.76 263.76 351.68

15 17 19 21 23 9 11 13 15 17 19 21 11 13 15 17 19 13 15 17 15

17.89296257 11.8692 16.7451794 14.49846372 18.69302128 14.36063717 14.39259786 16.73147005 19.82305709 19.99956124 18.65992832 21.56318584 19.6042328 18.74014134 21.50141264 15.57664286 19.82620939 11.88318021 9.385620438 14.45653721 14.20365432

Tabel 5.15 Data hasil pengamatan lintasan 7 (40 m) dengan konfigurasi Schlumberger
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 V(mV) 1856.0 1876.0 2230.3 1620.0 1134.0 984.4 885.6 1604.5 1365.4 1268.3 1159.8 957.0 I(mA) 490 448 397 363 322 280 266 255 221 215 195 172 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 Resistivitas (Ohm) m 47.57420408 52.595 70.56062469 56.05289256 44.23304348 44.15737143 41.81630075 79.0294902 77.59920362 74.09231628 74.70301538 69.88325581

111

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47

1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

1101.5 1145.9 667.6 675.2 688.0 561.6 942.0 666.0 809.6 969.2 727.2 807.6 727.2 626.0 683.6 608.8 758.0 671.2 738.0 670.4 699.2 607.6 515.6 518.0 566.4 455.6 512.9 327.1 301.5 469.6 485.6 550.8 485.6 519.2 494.0

187 188 182 176 165 151 513 491 511 490 483 519 506 473 505 460 515 513 503 481 473 435 523 495 511 506 495 479 499 466 503 503 516 484 478

12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36

27 29 31 33 35 37 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

73.9831016 76.55587234 46.07173626 48.18472727 52.37139394 46.71321854 69.19017544 51.10973523 59.69809785 74.52950204 56.73063354 58.63269364 54.15196838 49.86824524 51.00603564 49.86866087 55.4591068 49.29983626 55.28397614 52.5169896 55.69948414 52.63073103 74.29372084 78.86157576 83.53014481 67.85378656 78.08513939 51.46191232 45.53314629 75.94218026 72.75311332 82.52144732 70.92018605 80.84072727 77.88251046

112

48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 13 13 13 13 13 13 13 13 15 15 15 15

538.0 314.0 394.4 268.8 337.6 187.8 288.4 183.8 317.2 110.5 137.2 114.2 336.0 195.2 149.2 226.4 146.3 130.4 149.4 139.5 83.1 98.0 83.1 114.8 109.4 133.9 110.6 121.2 95.8 67.4 59.4 110.6 107.4 113.7 42.9

478 523 511 499 488 478 457 473 494 497 493 498 489 522 490 598 447 475 489 464 486 487 499 512 447 502 471 467 431 477 453 512 480 488 468

75.36 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 263.76 351.68 351.68 351.68 351.68

33 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 13 15 17 19 21 23 25 27 15 17 19 21

84.81941423 75.40803059 96.94058708 67.65787575 86.8904918 49.34661088 79.26266958 48.80608879 80.64842105 27.92515091 34.95399594 28.802249 86.30184049 70.45149425 57.36587755 71.32735786 61.66201342 51.72075789 57.5602454 56.64181034 32.21407407 37.91211499 31.37482966 59.1399375 64.55334228 70.35351394 61.936 68.45334475 58.62693271 37.2692327 34.58574834 75.968375 78.6884 81.93855738 32.23733333

113

83 84 85 86 87 88 89 90

7 7 8 8 8 8 9 9

1 1 1 1 1 1 1 1

15 15 17 17 17 17 19 19

45.6 47.5 98.1 71.9 52.4 49.8 31.6 30.1

450 485 505 471 475 469 497 476

351.68 351.68 452.16 452.16 452.16 452.16 568.8 568.8

23 25 17 19 21 23 19 21

35.63690667 34.4428866 87.83543762 69.024 49.88038737 48.01187207 36.16515091 35.96823529

Tabel 5.16 Data hasil pengamatan lintasan 8 (30 m) dengan konfigurasi Schlumberger
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 MN/2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 AB/2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 V(mV) 4509.0 1701.0 1665.0 4590.0 4176.0 4869.0 4257.0 4518.0 4626.0 4716.0 4311.0 5013.0 4644.0 1801.8 1772.1 1773.9 1626.3 1930.5 417.3 600.0 718.5 1809.9 1737.0 I(mA) 548 544 542 536 543 538 541 537 540 540 535 532 540 544 353 540 540 539 540 539 532 533 534 k(m) 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 12.56 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 37.68 dp 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Resistivitas (Ohm) m 103.3449635 39.27308824 38.58376384 107.5567164 96.59403315 113.6703346 98.8316451 105.6724022 107.5973333 109.6906667 101.2077757 118.3520301 108.016 124.8011471 189.1578697 123.7788 113.4796 134.9559184 29.11826667 41.94434137 50.88924812 127.9494034 122.5658427

114

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 6 6 6 7

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 9 9 9 9 9 9 9 11 11 11 11 11 13 13 13 15

2052.0 1099.8 1069.2 981.9 271.2 224.4 358.5 281.7 1081.8 1036.8 762.3 866.7 828.0 868.5 191.7 164.1 734.4 591.3 613.8 102.9 133.8 651.6 530.1 69.6 468.0 413.1

540 537 542 537 537 536 535 537 529 539 540 533 536 536 529 528 531 531 530 531 532 533 531 527 535 533

37.68 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 75.36 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 125.6 188.4 188.4 188.4 188.4 188.4 263.76 263.76 263.76 351.68

25 7 9 11 13 15 17 19 21 23 9 11 13 15 17 19 21 11 13 15 17 19 13 15 17 15

143.184 154.340648 148.6621993 137.7951285 38.05890503 31.54997015 50.49824299 39.53242458 154.1104877 144.9596438 177.3053333 204.2354972 194.0238806 203.5141791 45.51516068 39.03590909 173.7111864 209.7945763 218.1885283 36.50915254 47.38330827 230.321651 263.3129492 34.83433776 230.7283738 272.5684953

115

Lampiran 4. Pengolahan Data Penelitian dengan Konfigurasi Wenner ke dalam Program notepad

(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 1 (Gambar a) dan Lintasan 2 (Gambar b) dengan Konfigurasi Wenner

116

(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 3 (Gambar a) dan Lintasan 4 (Gambar b) dengan Konfigurasi Wenner

117

(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 5 (Gambar a) dan Lintasan 6 (Gambar b) dengan Konfigurasi Wenner

118

(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 7 (Gambar a) dan Lintasan 8 (Gambar b) dengan Konfigurasi Wenner

119

Lampiran 5. Pengolahan Data Penelitian dengan Konfigurasi Schlumberger ke dalam Program notepad

(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 1 (Gambar a) dan Lintasan 2 (Gambar b) dengan Konfigurasi Schlumberger

120

(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 3 (Gambar a) dan Lintasan 4 (Gambar b) dengan Konfigurasi Schlumberger

121

(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 5 (Gambar a) dan Lintasan 6 (Gambar b) dengan Konfigurasi Schlumberger

122

(a) (b) Gambar : Data notepad untuk Lintasan 7 (Gambar a) dan Lintasan 8 (Gambar b) dengan Konfigurasi Schlumberger

123

Anda mungkin juga menyukai