Anda di halaman 1dari 16

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

PENDAHULUAN
Myastenia gravis yang berarti kelemahan otot yang serius adalah satusatunya penyakit neuromuskular yang menggabungkan kelelahan cepat otot voluntary dan waktu penyembuhan yang lama (penyembuhan dapat butuh waktu 10-20 kali lebih lama daripada normal). Dahulu angka kematian mencapai !0". #ngka kematian menurun drastis se$ak tersedia pengobatan dan unit perawatan perna%asan. Myasthenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang kronik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot rangka (voluntary) yang parah. &enyakit ini mempunyai ge$ala yaitu otot yang cepat lelah dan kehilangan tenaga saat melakukan akti'itas dan dapat baik kembali setelah beristirahat. (indrom klinis pertama kali di$elaskan pada tahun 1)00. &ada akhir tahun 1*00-an myasthenia gravis (+,) dibedakan dari kelemahan otot akibat palsi bulbaris sebenarnya. &ada tahun 1!20-an seorang dokter yang menderita myasthenia gravis merasakan perbaikan setelah minum e%edrin untuk mengatasi ke$ang perut se$ak menstruasi. #khirnya pada tahun 1!-. dokter lain dari /nggris (+ary 0alker) memperhatikan kemiripan ge$ala pada +, dan keracunan kurare. Dia menggunakan %isostigmin anatagonis kurare untuk mengobati +, dan mengamati perbaikan yang ter$adi. &re'alensi +, diperkirakan 1.1100.000 populasi dengan -).000 kasus ter$adi di #merika (erikat. &uncak usia awitan adalah 20 tahun dengan rasio perbandingan antara perempuan dan laki-laki adalah -21. &uncak kedua walaupun lebih rendah dari yang pertama ter$adi pada laki-laki tua usia dalam dekade tu$uh puluhan atau delapan puluhan. &ada tahap awal myasthenia gravis biasanya menyerang otot yang mengontrol pergerakan bola mata dan otot 3otot yang mengontrol ekspresi muka mengunyah dan menelan. 4ika tidak diobati lama-kelamaan kelainan ini dapat menyerang otot-otot perna%asan yang berakibat kegagalan perna%asan. 5ematian umumnya disebabkan oleh insu%iensi pernapasan walaupun dengan perkembangan dalam perawatan intensi% pernapasan komplikasi ini lebih dapat ditangani. 6emisi spontan dapat timbul pada 10-20" pasien dan dapat disebabkan oleh timektomi e%ekti% pada pasien tertentu. &erempuan muda yang
Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia 1

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

berada pada stadium dini penyakit ini (7 tahun pertama setelah awitan) dan yang tidak merespons terapi obat dengan baik sebagian besar mendapat keuntungan dari prosedur ini.

PATOFISIOLOGI & PATOGENESIS


8tot rangka atau otot lurik dipersara%i oleh ner'us besar bermielin yang berasal dari sel kornu anterior medula spinalis dan batang otak. 9er'us ini mengirim keluar aksonnya dalam ner'us spinalis atau kranialis menu$u peri%er. 9er'us yang bersangkutan bercabang berkali-kali dan mampu merangsang 2000 serat otot rangka. 5ombinasi sara% motorik dengan serabut otot yang dipersara%inya disebut unit motorik. 0alaupun masing-masing neuron motorik mempersara%i banyak serabut otot namun masing-masng serabut otot dipersara%i oleh neuron motorik tunggal. Daerah khusus yang menghubungkan antara sara% motorik dengan serabut otot disebut sinaps atau taut neuromuskular. :aut neuromuskular adalah sinaps kimia antara sara% dan otot yang terdiri dari tiga komponen dasar2 elemen prasinaptik elemen pascasinaptik dan celah sinaptik dengan lebar sekitar 200# diantara dua elemen. ;lemen prasinaptik terdiri dari akson terminal yang berisi 'eksikel sinaptik dengan neurotransmiter asetilkolin. #setilkolin disintesis dan disimpan dalam akson terminal. +embran plasma akson terminal disebut membran prasinaps. ;lemen pascasinaptik terdiri dari membran pascasinaps (membran pasca-penghubung) atau ujung lempeng motorik dari serat otot. +embran pascasinaps dibentuk oleh in'aginasi yang disebut saluran sinaps membran otot atau sarkolema ke dalam ton$olan akson terminal. +embran pascasinaps memiliki banyak lipatan (celah sub neural) yang sangat meningkatkan luas permukaan. +embran pascasinaps $uga mengandung reseptor asetilkolin dan mampu membangkitkan lempeng akhir motorik yang sebaliknya dapat menghasilkan potensial aksi otot. #setilkolinesterase yaitu en<im yang merusak asetilkolin $uga terdapat dalam membran pascasinaps. Celah sinaptik mengacu pada ruangan antara membran prasinaptik dan membran pascasinaptik. 6uang

Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

tersebut terisi oleh bahan gelatin yang dapat menyebar melalui cairan ekstraselular (;=>). #pabila impuls sara% mencapai taut neuromuskular membran akson prasinaptik terminal terdepolarisasi menyebabkan pelepasan asetilkolin kedalam celah sinaptik. #setilkolin menyeberangi celah sinaptik secara di%us dan menyatu dengan bagian reseptor asetilkolin dalam membran pascasinaptik. +asuknya ion 9a secara mendadak dan keluarnya ion 5 menyebabkan depolarisasi u$ung lempeng yang diketahui sebagai u$ung lempeng potensial (endplate potential, ;&&). 5etika ;&& mencapai puncak ;&& akan menghasilkan potensial aksi dalam membran otot tidak bertaut yang menyebar sepan$ang sarkolema. &otensial aksi ini merangkai serangkaian reaksi yang menyebabkan kontraksi serabut otot. ?egitu ter$adi transmisi melewati penghubung neuromuskular asetilkolin akan dirusak oleh en<im asetilkolinesterase. &ada orang normal $umlah asetilkolin yang dilepaskan lebih dari cukup untuk menyebabkan suatu potensial aksi. #setilkolin (#ch) adalah suatu neurotransmiter yang terlibat dalam proses trans%er in%ormasi kepada otot. &ada myasthenia gravis terdapat antibodi yang menghancurkan acetylcholin receptor site (#ch6) pada daerah otot yang dapat menerima impuls sara% atau neuromuscular junction sehingga menghalangi impuls sara% untuk mencapai otot. @al ini menyebabkan kelemahan dan kelelahan (fatigue) dari otot tersebut. &ada penderita +, otot tampaknya normal secara makroskopik walaupun mungkin terdapat atro%i disuse. #tro%i ter$adi akibat kurangnya latihan atau akti'itas. (ecara mikroskopik pada beberapa pasien dapat ditemukan in%iltrat lim%osit dalam otot dan organ lain namun kelainan tidak selalu ditemukan dalam otot rangka.

Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

KLASIFIKASI
+enurut 8ssreman dan ,enkins myasthenia gravis dibagi men$adi 2 ,rade / ,rade // ,rade /// ,rade /A Myasthenia gravis pada usia dewasa 2 @anya kelemahan okular (20 ") 2 5elelahan umum yang ringan (-0 ") 2 5elelahan umum yang sedang (11 ") berlangsung cepat 2 ?erlangsung perlahan (!") ter$adi B2 tahun setelah onset bersi%at berat atau parah. Neonatal Transient Myasthenia Gravis #ntibodi dari ibu penderita myasthenia gravis yang masuk ke dalam neonatus melalui sirkulasi plasenta dan tinggal beberapa saat disana keadaan ini hanya sementara biasanya hanya beberapa minggu setelah kelahiran. Myasthenia Congenital Syndrom @al ini ter$adi pada ibu penderita myasthenia gravis yang menurunkan kelainan genetik kepada bayinya keadaan ini dapat ter$adi beberapa saat setelah kelahiran dan menimbulkan ge$ala seperti pada myasthenia gravis generalisata.

ETIOLOGI
Myasthenia gravis disebabkan oleh kelainan dari sistem imun. 5eadaan ini disebabkan oleh sensiti%nya T cells helper dan antibodi /mmunoglobulin , (/g,) yang menyerang reseptor asetilkolin dari neuromuskular $unction (9+4). >aktor utama penyebabnya tidak diketahui. 5elainan ini $uga mempunyai %aktor genetik hal ini bisa dilihat dari adanya tipe congenital myasthenia gravis dan tipe transient myasthenia gravis. &ada beberapa penelitian myasthenia gravis dapat dikaitkan dengan kelainan autoimun lainnya. &asien dengan keluarga yang menderita rheumatoid

Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

arthritis scleroderma dan lupus dapat meningkatkan angka ke$adian penyakit tersebut. &ada penderita penyakit ini didapatkan pula sekitar 17" mengalami thymoma (tumor pada thymus) dan sekitar )0-*0" mengalami hiperplasia (pembesaran abnormal) thymus. :hymus merupakan organ tubuh yang memproduksi sel yang terlibat dalam proses imunitas.

MANIFESTASI KLINIS
(eperti yang telah disebutkan sebelumnya terdapat hipotesis terbaru dari +, yaitu suatu gangguan autoimun yang mengganggu %ungsi reseptor asetilkolin dan menurunkan e%isiensi taut neuromuskular. +, paling sering timbul sebagai penyakit tersembunyi bersi%at progresi% yang ditandai oleh kelemahan dan kelelahan otot. 9amun keadaan tersebut tetap terbatas pada kelompok otot tertentu. &er$alanan penyakit sangat ber'ariasi pada setiap pasien sehingga sulit menentukan prognosis. &ada !0" pasien ge$ala awal melibatkan otot okular yang menyebabkan ptosis dan diplopia. Diagnosis dapat ditegakkan dnegan memperhatikan otot le'ator palpebra kelopak mata. ?ila penyakit terbatas pada otot mata per$alanan penyakit sangat ringan dan tidak meningkatkan angka mortalitas. 8tot wa$ah laring dan %aring $uga sering terlibat dalam +,. 5eterlibatan ini dapat mengakibatkan regurgitas melalui hidung ketika berusaha menelan (otot palatum)C bicara dengan hidung yang abnormalC dan tidak dapat menutup mulut yang disebut sebagai tanda rahang menggantung (hanging ja! sign). Dengan terkenanya otot wa$ah pasien akan terlihat seperti menggeram bila mencoba tersenyum. 5eterlibatan otot pernapasan dibuktikan dengan batuk lemah dan akhirnya serangan dispneu dan ketidakmampuan untuk membersihkan mukus dari cabang trakheobronkial. ,elang bahu dan pel'is dapat terkena pada kasus berat dapat ter$adi kelemahan umum pada otot skelet. ?erdiri ber$alan atau bahkan menahan lengan diatas kepala (misalnya ketika menyisir rambut) dapat sulit dilakukan.

Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

(ecara umum beristirahat dan agen antikolinesterase dapat meringankan ge$ala +,. ,e$ala diperberat oleh (1) perubahan keseimbangan hormonal (misal selama kehamilan %luktuasi dalam siklus menstruasi atau gangguan %ungsi tiroid)C (2) penyakit yang ter$adi pada waktu yang bersamaan khususnya in%eksi traktus pernapasan atas dan yang berkaitan dengan diare dan demamC (-) emosi kecewa3 sebagian besar pasien mengalami kelemahan otot yang lebih ketika kecewaC (.) alkohol (khususnya dengan air tonik yang terdiri dari kuinin yaitu obat yang meninggalkan kelemahan otot) dan obat-obat lain.

DIAGNOSIS
Diagnosis myasthenia gravis ditegakkan dari anamnesa dan pemeriksaan %isik. Dari anamnesa didapatkan pasien mengalami kelemahan otot saat melakukan akti'itas yang akan membaik setelah beristirahat kelopak mata yang $atuh dll. "emeriksaan neurologik2 :anda meliputi2 5elemahan otot wa$ah termasuk kelopak mata yang menggantung &englihatan ganda 5esulitan berna%as berbicara dan mengunyah 5elemahan pada otot tangan dan kaki 5elelahan yang disebabkan karena %aktor emosional Gejala ,e$ala yang umum yang terlihat pada pasien dengan myastenia gravis adalah2 Diplopia (penglihatan ganda) &tosis (kelopak mata yang menggantung) Tanda

Diplopia

Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

&englihatan ganda yang ter$adi ketika mata tidak dapat mem%okuskan dikarenakan lemahnya satu atau lebih otot luar mata yang mengontrol pergerakan mata. @al ini lebih sering muncul ketika melihat ke atas atau ke samping. Dntuk menghilangkan kelemahan ini pasien akan memiringkan wa$ahnya kearah otot mata yang lebih baik. Ptosis &tosis (kelopak mata yang menggantung) $uga disebabkab lemahnya otot. 5edipan mata atau kernyitan kelopak mata yang menggantung kadang-kadang dapat terlihat. ?ila kedua kelopak mata menggantung umumnya satu mata lebih menggantung dibandingkan yang lainnya. ;lektromiogra%i (;+,) memperlihatkan satu ciri khas penurunan dalam amplitudo unit motorik potensial dengan penggunaan yang terus menerus. :es khusus +, adalah adanya antibodi serum terhadap reseptor asetilkolin. (etidaknya *0" penderita +, memiliki kadar antibodi serum tertinggi yang abnormal tetapi penderita bentuk penyakit +, okular yang ringan atau tunggal dapat memiliki hasil negati% palsu. Diagnosis dipastikan dengan tes Tensilon. ;ndro%onium klorida (tensilon) adalah suatu obat penghambat kolinesterase yang diberikan secara intra'ena. &ada pasien +, terlihat perbaikan kekuatan otot dalam -0 detik. 5etika didapatkan hasil positi% perlu didapatkan diagnosis banding antara +, se$ati dengan sindrom miastenik. &enderita sindrom miastenia memiliki ge$ala yang sama dengan +, se$ati namun penyebabnya berkaitan dengan proses patologis lain (seperti diabetes kelainan tiroid dan keganasan yang menyebar). Dsia awitan dua keadaan ini adalah %aktor pembeda yang penting. &enderita +, se$ati biasanya berusia muda sedangkan pendeita sindrom miastenia cenderung lebih tua. ,e$ala sindrom miastenia biasanya menghilang bila penyakit dasarnya dapat dikontrol. &ada +, ter$adi kelainan kelen$ar timus. 0alaupun terlalu kecil untuk dapat dilihat secara radiologis kelen$ar timus sebagian besar pasien secara histologis adalah abnormal. &erempuan usia muda cenderung mengalami hiperplasia timus sedangkan laki-laki usia tua cenderung mengalami neoplasma timus.

Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Ront en 5ebanyakan 20" pasien dengan myastenia gravis mempunyai kelainan di timoma di mana sekitar E0" adalah pembesaran tymus. !T"S#an :ampak kelainan pada semua pasien dengan myastenia gravis dengan =:scan kontras. Tes Tensilon $Ed%op&oni'( !&lo%ide) ;drophonium choride (tensilon) adalah short acting acetylcholine esterase inhibitor. (elama test pasien harus diperhatikan monitoring $antung. 4uga bradikardia. Dosis total 10 mg edrophonium digunakan secara intra'enous dan akan meredakan kelemahan dalam waktu 20--0 detik. ?eberapa pasien mempunyai e%ek samping kolinergik seperti peningkatan sali'a peningkatan air mata otot %asikulasi atau sakit abdomen. Ele*t%o(io %a+i $EMG) #lat ini menggunakan elektroda yang menstimulasi otot dan menge'aluasi %ungsi otot. 5ontraksi otot yang makin melemah menun$ukkan adanya +,. Single fiber #MG Digunakan untuk meningkatkan serat otot dari motor unit yang sama.
8

atropin harus diberikan pada pasien dalam keadaan

Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

&eningkatan ini disebut $itter. Dntuk pasien myastenia gravis peningkatan $itter Single fiber #MG adalah kebanyakan tes sensiti% untuk

mendemonstrasikan transmisi neuromuskular (B!7") tetapi tidak spesi%ik.

PENGO,ATAN
?ila pasien bertahan selama 10 tahun penyakit tersebut biasanya tetap $inak dan kematian akibat +, itu sendiri $arang ter$adi. &asien harus bela$ar hidup dalam batasan penyakitnya. &asien ini butuh waktu 10 $am untuk tidur dimalam hari dan bangun dalam keadaan segar serta pasien $uga membutuhkan peker$aan alternati% dan waktu istirahat mereka $uga harus menghindari %aktor pencetus dan harus minum obat tepat waktu. 1. Acetylcholinesterase inhibitors &ilihan pengobatan pertama untuk terapi simtomatis. 5ebanyakan pasien menggunakan pyridostigmine bromide. $cetylcholinesterase (9+4). Dosis optimal pyridostigmine ber'ariasi terhadap setiap pasien. Dmum2 pasien mengawali dosis -0 mg (setengah tablet) setiap .3) $am. &engobatan medis dengan obat antikolinesterase adalah terapi terpilih untuk menetralkan ge$ala +,. 9eostigmin menon-akti%kan atau merusak kolinesterase sehingga asetilkolin tidak cepat rusak. ;%eknya adalah pemulihan akti'itas otot mendekati normal paling tidak *0-!0" dari kekuatan atau daya tahan otot sebelumnya. (elain neostigmin (&rostigmin) piridostigmin (+estinon) dan ambenonium (+ytelase) digunakan $uga analog
Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia 9

inhibitor

e%ekti%

untuk

peningkatan

neurotransmiter (asetilkolin) yang terdapat pada neuromuskular junction

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

sintetik lain dari obat awal yang digunakan yaitu %i%iotigmin (;serine). ;%ek samping dalam traktus ,/ yang tidak disenangi (ke$ang perut diare) disebut e%ek samping muskarinik. &asien harus menyadari bahwa ge$ala-ge$ala ini menandakan sudah terlalu banyak obat yang diminum setiap hari sehingga dosis selan$utnya harus diturunkan untuk mencegah ter$adinya krisis kolinergik. 9eostigmin paling cenderung menyebabkan e%ek muskarinik maka awalnya dapat diterangkan pada pasien untuk berhati-hati terhadap e%ek samping yang nyata. &iridostigmin tersedia dalam bentuk yang ber$angka waktu dan sering digunakan sebelum tidur sehingga pasien dapat tidur sepan$ang malam tanpa harus bangun untuk minum obat. -. Te%api I('nos'p%esi+ Myastenia gravis adalah penyakit autoimun dimana terapinya adalah untuk membantu menekan sistem imun. Ste%oid T&e%api 1. 2. -. 5ebanyakan pasien dengan myastenia gravis yang menggunakan terapi steroid mempunyai keuntungan terapi. (teroid mempunyai potensial untuk mengurangi titer #c@-#b pada pasien dengan myastenia gravis. Dosis prednison2 1 mg 1kgbb1hari. ;%ek pengendalian +, $angka pan$ang menyebabkan pasien memiliki dua pilihan terapi dasar. &ilihan pertama adalah obat imunosupresi% yang semuanya memiliki indeks terapi rendah (rasio dosis toksik terhadap dosis terapi). :erapi kortikoteroid menyebabkan perbaikan klinis pada banyak pasien walaupun banyak e%ek samping serius ter$adi akibat penggunaan $angka pan$ang. ?eberapa pasien berespons baik terhadap regimen kombinasi antara kortikosteroid dan piridostigmin. #<atioprin (yaitu suatu obat imunosupresi%) telah digunakan dan memiliki hasil yang baik terutama terdiri dari gangguan ,/ peningkatan en<im hati dan leukopenia. /. Te%api Lain
10

e%ek

sampingnya ringan $ika dibandingkan dengan akibat kortikosteroid dimana

Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

Plas(ap&a%esis &ertukaran plasma digunakan untuk memodi%ikasi kelainan %ungsi dari system imun. @al ini dilakukan untuk mengobati ge$ala yang bertambah berat atau persiapan untuk thymectomy. &ertukaran plasma mungkin e%ekti% dalam krisis miastenia karena mampu memindahkan antibodi ke reseptor asetilkolin tetapi tidak berman%aat dalam penanganan penyakit kronik. &rosedur dari plasmapharesi ialah darah diambil dari tubuh kemudian sel darah di pisahkan dari plasma. 5emudian antibodi #ch-6 dipisahkan lalu sel darah dilarutkan dengan plasma buatan (biasanya larutan garam %isiologis dan protein albumin manusia yang steril) lalu dimasukkan kembali ke dalam tubuh. ?iasanya sekitar 2-- liter plasma dikeluarkan dan diganti selama satu kali pengobatan. &engobatan ini biasanya memperbaiki ge$ala dalam satu hari dan bertahan selama )-* minggu. 6esiko yang dapat timbul2 penurunan tekanan darah pusing penglihatan kabur dan trombosis. T&0(e#to(0 &ilihan pengobatan $angka pan$ang kedua adalah bedah toraks mayor untuk mengangkat kelen$ar timus (timektomi). (ekitar 17" penderita +, memiliki tumor atau hiperplasi kelen$ar timus yang disebut timoma. :imus terlibat dalam perkembangan sistem imun sehingga pengangkatan kelen$ar bersi%at kurati% bagi beberapa pasien. 5eputusan untuk melakukan timektomi dibuat berdasarkan pasien tersebut karena keuntungan timektomi dalam mengurangi ge$ala tidak sebesar pada pasien usia tua atau yang telah menderita +, lebih dari 7 tahun. (ekitar -0" penderita +, timoma yang men$alani timektomi pada akhirnya mengalami remisi bebas pengobatan. Fima puluh persen yang lain mengalami perbaikan nyata. Pen elola&an pada Neonat's da%i I1' Miasteni* (egera setelah kelahiran anak miastenik akan menun$ukkan ge$ala yang parah. &emberian neostigmin akan men$amin kehidupannya.

PROGNOSIS
Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia 11

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

,e$ala myasthenia gravis biasanya bertambah parah dalam - tahun. (etelah - tahun biasanya pasien sudah bertambah stabil atau membaik. &emberian terapi yang adekuat dan dini telah mengurangi angka kematian pasien men$adi -" akibat kegagalan otot perna%asan. &asien yang berumur B.0 th dan pasien dengan per$alanan penyakit yang memburuk dalam waktu singkat dan yang mempunyai timoma mempunyai prognosis yang lebih buruk.

PEN!EGAHAN
&enyakit ini tidak dapat dicegah tetapi dengan menghindari pemicunya maka pasien myasthenia gravis dapat mencegah kekambuhan dengan cara menghindari2 (tres :erpapar dengan suhu yang panas Demam 8bat-obatan seperti pelumpuh otot antikon'ulsan antibiotik

(cipro%loGaGin erythromycin ampicillin dll).

KRISIS DALAM M2ASTENIA GRA3IS


&asien miastenik dikatakan berada dalam krisis bila sudah tidak mampu menelan membersihkan sekret atau bernapas secara adekuat tanpa bantuan alat. Dua $enis krisis adalah2 K%isis (iasteni* yaitu keadaan ketika pasien membutuhkan lebih banyak obat antikolinesterase K%isis *oline% i* yaitu keadaan yang ter$adi akibat kelebihan obat antikolinesterase. &ada keadaan lain 'entilasi dan $alan yang adekuat harus dipertahankan.
Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia 12

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

;dro%onium klorida (:ensilon 2-7 mg) diberikan secara intra'ena sebagai tes untuk membedakan $enis krisis. 8bat tersebut menghasilkan perbaikan sementara dalam krisis miastenik namun tidak memperbaiki atau memperburuk ge$ala pada krisis kolinergik. ?ila ter$adi krisis miastenik pasien dipertahankan dengan respirator. 8bat antikolinesterase tidak dapat diberikan karena obat itu meningkatkan sekresi pernapasan dan dapat mencetuskan krisis kolinegik. &emberian obat dimulai lagi secara bertahap dan seringkali dosis dapat diturunkan. &ada krisis kolinergik pasien mungkin telah meminum obat secara berlebihan karena kesalahan atau dosisnya mungkin berlebihan karena ter$adi remisi spontan. ?anyak pasien yang mengalami krisis ini disebut sebagai miastenik rapuh. ;pisode ini sulit dikendalaikan dengan pengobatan dengan kisaran terapetik yang sempit antara kekurangan dosis dan kelebihan dosis. 6espons terhadap pengobatan ini seringkali hanya sebagian. &ada krisis kolinergik pasien dipertahankan dengan 'entilasi buatan. 8bat antikolinergik tidak dapat diberikan dan 1 mg atropin diberikan secara intra'ena dan dapat diulang bila perlu. 5etika diberi atropin pasien harus diawasi dengan hati-hati karena sekret pernapasan dapat mengental sehingga ter$adi kesulitan mengisap atau sumbatan mukus dapat menghambat bronkus sehingga ter$adi atelektasis.

Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia

13

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. -. .. 7. @artwig +(. "atofisiologi konsep klinis proses proses penyakit.edisi ).&rice (# 0ilson F+. 4akarta 2 ;,=. 2007 2 11.*-71 6e'iew article +yasthenia ,ra'is 4#8# 'ol 10. 9o ! (eptember 200. -EE--*. (idharta &. Neurologi %linis dalam praktek umum. &ustaka uni'ersitas 9o 27 1E.-1E) &enn #udrey.Merrit Neurology &'th edition. Fippincott 0illiams H 0ilkins &ublishers. 2000. =husid 4, . 5elainan 9euromuskular Dalam 9ueroanatomi korelati% dan 9eurologi %ungsional ?agian kedua Iogyakarta 1!!- C hal E7!-E)-.

Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia

14

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

Myastenia Gravis

Pem im ing! dr" #udin #itanggang$ #p#

Disusun Oleh : Sugianto 01-110


Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia 15

Myastenia Gravis

Sugianto 01-110

FAKULTAS KEDOKTE A! U!"#E S"TAS K "STE! "!DO!ES"A $AKA TA %00&

Kepaniteraan Neurologi Universitas Kristen Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai