Anda di halaman 1dari 14

VAGINAL SMEAR

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : Harris Hermawan : B1J012172 :V :1 : Ilham Amrulloh

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap

makhluk

hidup

memiliki

kemampuan

bereproduksi

untuk

menghasilkan keturunan yang baru, mempertahankan jenisnya, dan melestarikan agar tidak punah. Siklus reproduksi merupakan rangkaian semua kejadian biologis kelamin yang berlangsung secara sambung menyambung hingga terlahir generasi baru dari suatu makhluk hidup. Mamalia mempunyai aktivitas seksual sepanjang hidupnya. Aktivitas seksual tersebut selalu berubah-ubah, kadang tinggi dan kadang rendah. Periode yang menunjukkan bahwa hewan betina sedang mengalami aktivitas seksual tinggi yang ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti bertingkah laku aneh, gelisah, berteriak-teriak memanggil pejantan, dan tidak menolak bila didekatkan dengan pejantan disebut dengan istilah estrus. Istilah estrus semula hanya menunjukkan kehadiran periode keinginan seksual yang tinggi, yang diwujudkan melalui tingkah laku hewan tersebut, tetapi dengan diperolehnya data melalui percobaan, diketahui bahwa pada saat terjadi estrus juga terjadi perubahan-perubahan yang penting dalam hewan tersebut, yang sangat erat kaitannya dengan saat ovulasi, yang biasanya bersamaan dengan fase estrus (Partodiharjo, 1980). Vaginal smear merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi fase siklus estrus yang sedang dialami oleh individu betina. Tipe sel pada suatu fase berbeda dengan fase yang lain. Perbedaan tipe sel merupakan salah satu cara untuk mengetahui suatu fase pada individu betina. Periode antara satu fase estrus dengan fase estrus berikutnya disebut siklus estrus. Setiap hewan memiliki siklus estrus yang berbeda-beda, ada golongan hewan monoestrus (estrus sekali dalam satu tahun), golongan poliestrus (estrus beberapa kali dalam setahun) dan hewan poliestrus

bermusim (estrus hanya selama musim tertentu dalam satu tahun). Satu siklus estrus terdapat empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Masing-masing fase tersebut berkaitan dengan perubahan aktivitas dan struktur pada ovarium, uterus, dan vagina, selain itu juga terjadi perubahan tingkah laku yang aneh dibandingkan diluar masa birahi. Mencit merupakan hewan mamalia yang sistem reproduksinya secara seksual. Mencit sebelum melakukan reproduksi seksualnya akan mengalami fase-fase birahi (estrus) khususnya pada mencit betina. Fase-fase tersebut dapat diamati dengan menggukanan metode vaginal smear. Metode vaginal smear dilakukan untuk mengamati fase estrus pada mencit, selain pada mencit metode ini juga dapat digunakan untuk megamati fase menstruasi pada manusia (Partodiharjo, 1980). Praktikum kali ini menggunakan mencit (Mus musculus) untuk mewakili kelas mamalia karena mudah didapat dan mudah diamati siklus estrusnya serta siklus estrus pada mencit berlangsung terus menerus. Mencit yang digunakan untuk mengamati metode vaginal smear adalah setelah berumur lebih dari delapan minggu, yang sudah masak kelamin dan tidak sedang hamil.

B. Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk membuat apus vagina dari Mencit (Mus musculus) dan mengidentifikasi tipe-tipe sel dalam preparat serta menentukan fase estrus dari hewan uji.

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum vaginal smear ini adalah cotton bud, tissue, pipet tetes, kamera digital, objek glass, cover glass dan mikroskop cahaya. Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mencit (Mus musculus) yang sudah masak kelamin dan tidak sedang hamil, larutan NaCl 0,9%, alkohol 70%, akuades dan pewarna methylen blue 1% akuosa.

B. Metode

1. Mencit betina yang telah masak kelamin disiapkan. 2. Mencit betina diperiksa dengan cara mencit diterlentangkan di atas kandang. 3. Cotton bud dibasahi dengan larutan NaCl 0,9%, kemudian secara perlahan dimasukkan ke dalam vagina mencit sedalam kurang lebih 5 mm, dan diputar perlahan dua hingga tiga kali secara searah. 4. Objek glass yang sudah dibersihkan dengan alkohol 70% sebelumnya disiapkan. 5. Cotton bud dioleskan searah memanjang tiga baris olesan dengan arah yang sama pada objek glass. 6. Olesan vagina ditetesi dengan methylen blue 1% dan diratakan dengan cara memiringkannya, lalu dikering anginkan. 7. Pewarna yang berlebih pada objek glass dibersihkan dengan air yang bertekanan kecil. 8. Objek glass dikeringkan atau tunggu selama 5 menit. Tutup objek glass dengan cover glass.

9. Preparat diamati dengan mikroskop 10. Hasil yang diperoleh digambar dan difoto serta ditentukan fasenya dan dicatat hasilnya

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 1. : Mikroskopis siklus estrus fase estrus akhir dengan perbesaran 400 x Gambar 2. : Skematis siklus estrus fase estrus akhir

Keterangan Gambar : 1. Sel Epitel Terkornifikasi

B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum pembuatan vaginal smear yang kami lakukan, fase yang terlihat pada preparat yang kami amati adalah fase estrus akhir. Fase estrus akhir ini tarjadi sebelum fase maestrus dimulai. Lamanya fase estrus akhir ini yaitu 18 jam, dengan ovulasi yang sudah terjadi serta epitel terkornifikasi. Hal ini sama dengan referensi yang didapat yaitu menurut Adnan (2006), pada saat estrus, vagina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan hewan laboratorium, seperti mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak. Pertumbuhan yang cepat dan kornifikasi epitelium vagina selama dan pada akhir estrus telah diketahui disebabkan oleh estrogen. Apabila pada siklus yang normal, estrogen menurun setelah ovulasi, atau pada betina yang dikastrasi, injeksi estrogen

dihentikan, maka akan tampak epitelium vagina dengan kornifikasi mulai berkurang, gambaran sisik menghilang dan leukosit dominan. Epitelium vagina secara histologis berubah dari tipe skuama berlapis tebal karena estrogen ke epitelium kuboid rendah tipis yang menandakan fase anestrus dari siklus estrus (Helena, 2006). Mamalia betina yang sudah dewasa biasanya mengalami suatu siklus yang disebut siklus birahi, yaitu jarak antara birahi yang satu dengan birahi yang berikutnya, sedangkan birahi itu sendiri adalah saat dimana hewan betina bersedia menerima pejantan untuk kopulasi. Satu siklus birahi terjadi perubahan-perubahan fisiologik dari alat kelamin betina. Perubahan ini bersifat sambung-menyambung satu sama lain, hingga akhirnya bertemu kembali pada permulaannya. Demi mendapatkan dasar yang lebih baik dalam menerangkan fisiologi kelamin, sering

pula peristiwa ovulasi yang mengikuti kejadian birahi digunakan sebagai titik permulaan dari suatu siklus birahi, sedangkan untuk dapat menerangkan siklus birahi berdasarkan gejala yang terlihat dari luar tubuh, satu siklus birahi terbagi menjadi empat fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus (Partodiharjo, 1980). 1. Proestrus Proestrus adalah fase persiapan. Fase ini biasanya pendek, gejala yang terlihat berupa perubahan-perubahan tingkah laku dan perubahan pada alat kelamin bagian luar. Tingkah laku betina menjadi agak lain dengan kebiasaannya, misal menjadi sedikit gelisah, memperdengarkan suara-suara yang tidak biasa terdengar atau malah diam saja. Alat kelamin betina luar mulai memperlihatkan tanda-tanda bahwa terjadi peningkatan peredaran darah di daerah tersebut. Fase ini merupakan masa persiapan sehingga hewan betina pada fase ini masih menolak pejantan yang datang karena tertarik oleh perubahan tingkah laku tersebut. Perubahan alat kelamin dalam yang ditunjukan pada fase proestrus ini yaitu pada ovarium, tuba fallopii, uterus, dan serviks. Ovarium mamalia dewasa terjadi pertumbuhan folikel tertier menjadi folikel de Graaf. Tuba fallopii dan uterus mendapatkan vaskularisasi lebih banyak daripada biasanya. Kelenjar-kelenjar endometrium tumbuh memanjang, serviksnya mulai mereleks dam kelenjar-kelenjar lendir dalam lumen serviksnya mulai memproduksi lendir. 2. Estrus Estrus adalah fase terpenting dalam siklus birahi, karena dalam fase ini hewan betina memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan, dan dalam fase ini hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi. Ciri khas dari fase estrus adalah terjadinya kopulasi, jika hewan menolak untuk kopulasi, meskipun tanda-tanda estrusnya sangat jelas terlihat, maka penolakan tersebut memberi

pertanda bahwa hewan betina masih dalam masa proestrus atau masa estrus telah terlewat. Tanda lain dari fase estrus pada setiap hewan biasanya berbeda-beda, tetapi pada umumnya gelisah, nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali, menghampiri pejantan, dan tidak lari apabila pejantan mendekatinya. Perubahanperubahan pada alat kelamin bagian dalam pada waktu estrus ialah pertumbuhan folikel yang telah dimulai pada fase proestrus, kini mencapai dimensi maksimal, ovum yang dikandung oleh folikel cukup masak, dan dinding folikel menjadi tipis dan menonjol keluar dari permukaan ovarium karena isi folikel telah mencapai maksimalnya. Terjadi ovulasi (pecahnya dinding folikel dan keluarnya ovum dari folikel) hanya tinggal menunggu saat saja. 3. Metestrus Metestrus adalah fase pada silkus birahi yang terjadi segara setelah fase estrus selesai. Gejala yang dapat terlihat dari luar tidak terlihat nyata, namun pada umumnya masih didapatkan sisa-sisa gejala estrus. Bedanya dengan estrus ialah bahwa meskipun gejala estrus masih dapat terlihat, tetapi hewan betina telah menolak pejantan untuk aktivitas kopulasi. Perubahan alat-alat reproduksi yang tidak dapat dilihat dari luar ialah perubahan pada ovarium, endometrium dan serviks. Ovarium didalamnya terjadi pembentukan Corpus hemorrhagicum di tempat folikel de Graaf yang baru selesai melepas ovum. Ovum yang baru saja keluar dari folikel telah berada dalam tuba fallofii menuju ke uterus. Kelenjar-kelenjar endometrium lebih panjang hingga di beberapa tempat telah mulai berkelok-kelok. Serviks telah menutup, kelenjar-kelenjar serviks merubah sifat hasil sekresinya dari cair menjadi kental. Lendir kental ini barfungsi sebagai sumbat lumen serviks. 4. Diestrus

Diestrus adalah fase dalam siklus birahi yang ditandai oleh tidak adanya kehamilan pada hewan batina, tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan lebih tenang. Periode permulaan dari diestrus, endometrium masih memperlihatkan kegiatan yaitu kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok dan banyak diantaranya yang berkelok hingga membentuk spiral. Periode permulaan diestrus Corpus hemorrhagicum mengkerut karena dibawah lapisan hemorrhaggik ini tumbuh sel-sel kuning yang disebut luteum. Dietrus merupakan fase terlama diantara fase-fase yang terdapat dalam siklus birahi. Fase-fase yang diterangkan diatas, pada umumnya terjadi pada setiap mamalia betina. Perbedaan-perbedaan yang terjadi antara spesies-spesies hewan itu pada umumnya terletak pada panjangpendeknya suatu fase dan intensitas gejala yang terlihat (Partodiharjo, 1980). Vaginal smear merupakan metode yang digunakan untuk mangetahui tipe sel dan proporsi masing-masing sel. Metode ini menunjukan pada saat estrus sel-sel epitel vagina mengalami kornifikasi sebagai akibat dari tingginya kadar estrogen. Mencit betina yang dapat diamati fase estrusnya adalah mencit yang sudah berumur 8 minggu, hal ini menunjukan bahwa pembuatan apus vagina adalah mamalia betina yang sudah matang kelamin dan tidak sedang hamil. Pembuatan apus vagina memudahkan kita untuk mengidentifikasi sel pada fase-fase siklus estrus yaitu sel epitel dan leukosit. Metode vaginal smear menggunakan sel epitel dan leukosit sebagai bahan identifikasi. Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukan vagina, sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Leukosit merupakan sel antibodi yang terdapat di seluruh bagian individu. Leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan leukosit berbentuk bulat berinti (Nalbandov, 1990).

Siklus estrus merupakan rangkaian kejadian yang berhubungan dengan persiapan uterus untuk penerimaan dan penanaman ovum. Fasenya antara lain proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Terjadi penambahan ustrinitas kelenjar dan pembuluh pada endometrium dan mukosa vagina pada fase proestrus. Dinding uterus menjadi lebih tebal dan halus. Folikel graft di dalam ovarium telah masak dan menghasilkan hormon-hormon esteron dan progesteron pada fase proestrus sebelum terjadi ovulasi. Perubahan ini disebabkan oleh hormon gonadotrop dan hipofise yaitu FSH (Folikle Stimulating Hormon). Produksi estron bertambah dan terjadi ovulasi pada fase estrus. Mukosa dari estrus mengembang dan banyak mengandung darah, pada waktu inilah hewan betina siap untuk menerima hewan jantan. Terbentuknya corpus luteum dari sel-sel folikel terjadi pada fase metestrus. Corpus luteum dari waktu ovulasi pada akhir siklus estrus bekerja sebagai kelenjar endokrin. Progestron pada waktu ini aktif sekali mempersiapkan dinding uterus bagi implantasi ovum, sebaliknya estron hanya terdapat sedikit di dalam tubuh. Fase anestrus adalah periode istirahat seksual, uterus kembali lagi mengambil struktur semula. Fase diestrus adalah periode antara selesainya perombakan persiapan kawin berikutnya (Djuhanda, 1981). Pap Smear merupakan metode vaginal smear yang digunakan pada manusia. Pap smear merupakan pemeriksaan sitolog. Tes ini diperkenalkan oleh Gri Papanicalau pada tahun 1943, untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) melalui mikroskop (Manuaba, 1999). Pap smear merupakan alat skrining kanker serviks uteri yang dipergunakan untuk membantu perubahan sel epitel serviks uteri yang dipergunakan untuk memantau sel epitel serviks uteri mulai dari perubahan displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in situ,sedangkan vaginal

smear digunakan untuk mengidentifikasi fase siklus estrus yang sedang dialami oleh hewan (Tambunan, 1995). Alat yang dipergunakan pada praktikum vaginal smear ini adalah cotton bud berfungsi mengambil sel melalui lubang vagina,sebelum pengambilan cotton bud di balurkan larutan NaCL 0,9% agar sel-sel yang terdapat di vagina mencit menempel. Setelah di dapat selnya di oleskan di objek glass yang telah diberi alkohol 70% dan di beri larutan pewarna methylen blue 1% akuosa yang berfungsi memberi warna pada sel yang diamati dengan menggunakan pipet tetes secara perlahan-lahan dan merata, setelah itu bilas dengan tekanan air kecil untuk menghilangkan larutan pewarna yang berlebihan dan dikeringkan,setelah itu ditutup dengan cover glass dan diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Siklus estrus dapat diidentifikasi dengan bantuan visual yang menunjukkan 4 tahap estrus dan proposi relatif dari sel-sel yang ada. Setiap fase ditampilkan dalam warna yang berbeda. Nama setiap tahap siklus estrus ditampilkan di dalam lingkaran dan maju searah jarum jam dari satu tahap ke tahap lainnya. Setiap kuadran memiliki ukuran yang berbeda-beda dilihat dari berapa banyak waktu yang dihabiskan dalam setiap tahap siklus estrus (E. Allen 1922)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Prosedur pembuatan preparat apus vagina yaitu masukkan cotton bud yang sudah dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% ke dalam vagina mencit kemudian putar searah secara perlahan cotton budnya sedalam 5mm lalu cotton bud tersebut dioleskan memanjang dua atau tiga baris olesan dengan arah yang sama pada objek glass yang sudah diberi alkohol 70% kemudian olesan yang ada di objek glass, lalu diberi larutan methylen blue 1% lalu keringkan kira-kira 5 menit selanjutnya amati di mikroskop. 2. Tipe sel yang digunakan untuk mengidentifikasi fase-fase dalam siklus estrus adalah sel epitel dan sel leukosit. Epitel bentuknya oval atau polygonal, sedangkan leukosit bulat dan berinti. 3. Fase pada mencit dalam praktikum ini adalah fase estrus awal, hal ini terlihat dari hasil pengamatan yang menunjukan kejadian dalam ovarium ditandai dengan persiapan ovulasi, dan epitel terkornifikasi.

B. Saran

Sebaiknya praktikum vaginal smear dalam pembuatan apus vagina tidak hanya dilakukan pada mencit saja, tetapi pada mamalia lain yang dapat diujikan dengan metode vaginal smear, dan seluruh praktikan satu persatu mencoba pembuatan apus vagina, supaya semua praktikan dapat membuat apus vagina dengan benar.

DAFTAR REFERENSI

Barros, A, H. 2006. Evaluation of the Estral Cycle in Rats after Treatment with Dexamethasone for Polycystic Ovaries, Induced by Constant Illumination. Brazil. Department of Morphology and Animal Physiology http:// Djuhanda, T. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico, Bandung. Frandson, R. D. 1992. Anatomy and Phisiology of Farm Animal. Lea Febigur, Philadelphia. Guyton, A. C and Hall, J. E. 1997. Textbook Medical Physiologi. Wb Saunders Company, Philadelphia. Mc Donald, L.1976. Veterinary Endocrinology and Reproduction. Lea & Febinger, Philadelphia. Nalbandov, A. V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. UI Press, Jakarta. Partodiharjo S, 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta. Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung Tambunan, G. W., 1995. Diagnosis Dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak Di Indonesia. Jakarta: EGC. Helena et al. 2006. Changes in -estradiol receptor and progesterone recept expression in the locus coeruleus and preoptic area through out the rat estrous cycle. Journal of Endocrinology (2006) 188, 155-165.

Anda mungkin juga menyukai