17420110009 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2012
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN NEUROFIBROMA A. Definis i Neurofibromatosis (NF) atau disebut juga sindrom neurokutan (neuro = syaraf, k utan = kulit) adalah suatu kelainan genetika pada system syaraf yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan jaringan syaraf. Kelainan ini bisa menjadi tu mor dan menyebabkan abnormalitas-abnormalitas terutama pada kulit dan tulang. Ka rena kelainan ini bisa tumbuh menjadi tumor, maka NF dikategorikan sebagai tumor , yang disebut Neurofibroma. Ada 2 tipe NF, yaitu NF1 yang lebih umum dan ringan d an NF2 yang lebih jarang dan tingkatannya bisa dikatakan parah. Neurofibromatosi s (penyakit von Recklinghausen) adalah penyakit yang ditularkan secara genetik, dimana neurofibroma muncul pada kulit dan bagian tubuh lainnya. Neurofibroma ada lah benjolan seperti daging yang lembut, yang berasal dari jaringan saraf. Neuro fibroma merupakan pertumbuhan dari sel Schwann (penghasil selubung saraf atau mi elin) dan sel lainnya yang mengelilingi dan menyokong saraf-saraf tepi (saraf pe rifer, saraf yang berada diluar otak dan medula spinalis) atau suatu kondisi dim ana ada tumor pertumbuhan di mana saja di sistem saraf perifer. Ini adalah kelai nan bawaan, dan dapat tumbuh di tulang, kulit, sistem saraf, dan kulit. Jenis ya ng paling umum dari sel yang dipengaruhi adalah Schwann cell. Pertumbuhan ini bi asanya mulai muncul setelah masa pubertas dan bisa dirasakan dibawah kulit sebag ai benjolan kecil. B. Penyebab Penyebab neurofibroma sampai saat ini masih belum jelas. Pada sindro m kongenital yang langka (Neurofibromatis von Recklinghausen) terdapat kenaikan insiden. Penyebab kedua NF yang diketahui adalah karena adanya mutasi pada gen. Pada NF1, gen yang bermutasi ada di kromosom 17, sedangkan pada NF2 di kromosom 22. Penderita NF kebanyakan mendapatkan penyakit ini dari faktor keturunan (dari kedua orangtuanya), namun sekitar 30% kasus ternyata penderita NF tidak memilik i orang tua atau riwayat keluarga yang memiliki penyakit NF pula. Artinya penyak it ini mereka dapatkan karena tubuh mereka mengalami mutasi gen secara individua l dan
tidak selalu bawaan lahir. Tetapi tetap saja mereka yang menderita NF akibat mut asi gen individual, bisa menurunkan penyakit ini pada keturunannya kelak. Para a hli juga menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat memicu Sel Schwann nor mal untuk mengubah bentuk mereka, dan faktor-faktor ini meliputi: Sebuah operasi baru atau trauma yang mempengaruhi sistem saraf perifer Diet yang kaya lemak, m inyak, dan permen Merokok dan konsumsi alkohol meningkat Ada penyakit dan infeks i Sebagai efek samping dari beberapa obat Racun bahan kimia di lingkungan Sebuah gaya hidup stres Gejala-gejala penyakit Tanda-tanda dan gejala dari kondisi ini biasanya dicatat pada kulit. Orang mungkin merasa gatal sebuah, terbakar, atau kesemutan sensasi. Ada juga pigmentations tidak biasa pada kulit, yang akhirnya dapat berkembang menjadi makula. Orang juga dapat mencatat bintik-bintik muncul di ketiak nya. C. Tanda dan Gejala Sekitar sepertiga penderita tidak mengeluhkan adanya gejala dan penyakit ini pertama kali terdiagnosis ketika pada pemeriksaa n fisik ditemukan adanya benjolan dibawah kulit, di dekat saraf. Pada sepertiga penderita lainnya penyakit ini terdiagnosis ketika penderitanya berobat untuk ma salah kosmetik. Tampak bintik-bintik kulit yang berwarna coklat (bintik caf-au la it) di dada, punggung, pinggul, sikut dan lutut. Bintik-bintik ini bisa ditemuka n pada saat anak lahir atau baru timbul pada masa bayi. Pada usia 10-15 tahun mu lai muncul berbagai ukuran dan bentuk neurofibromatosis di kulit. Jumlahnya bisa kurang dari 10 atau bisa mencapai ribuan. Bintik caf-au lait berukuran besar. Pa da beberapa penderita, pertumbuhan ini menimbulkan masalah dalam kerangka tubuh, seperti kelainan lengkung tulang belakang (kifoskoliosis), kelainan bentuk tula ng iga, pembesaran tulang panjang pada lengan dan tungkai serta kelainan tulang tengkorak dan di sekitar mata. Sepertiga sisanya memiliki kelainan neurologis. N eurofibromatosis bisa mengenai setiap saraf tubuh tetapi sering tumbuh di akar s araf spinalis. Neurofibroma menekan saraf tepi sehingga mengganggu fungsinya yan g normal. Neurofibroma yang mengenai saraf-saraf di kepala bisa
menyebabkan kebutaan, pusing, tuli dan gangguan koordinasi. Semakin banyak neurofibroma yang tumbuh, maka semakin kompleks kelainan saraf ya ng ditimbulkannya. Jenis neurofibromatosis yang lebih jarang adalah
neurofibromatosis jenis 2, dimana terjadi pertumbuhan tumor di telingan bagian d alam (neuroma akustik). Tumor ini bisa menyebabkan tuli dan kadang pusing pada u sia 20 tahun. NF 1 disertai gejala seperi ini: Dua atau lebih Neurofibroma pada atau di bawah kulit atau satu neurofibroma plexiform (sekelompok besar tumor yan g melibatkan beberapa saraf); Neurofibroma adalah benjolan bawah kulit yang meru pakan ciri khas dari penyakit dan peningkatan jumlah dengan usia. Freckling dar pangkal paha atau ketiak (arm pit). Caf au lait spot (pigmen, makula coklat muda terletak pada saraf, dengan tepi halus tanda lahir). Kelainan rangka, seperti d isplasia sphenoid atau penipisan korteks tulang panjang tubuh (tulang yaitu kaki , berpotensi menghasilkan membungkuk kaki) Lisch nodul (hamartomas iris), freckl ing di iris. Tumor pada saraf optik, juga dikenal sebagai glioma optik. Macrocep haly dalam 30-50% dari populasi anak Epilepsi (kejang) NF 2 Neuromas akustik bilateral (tumor dari saraf vestibulocochlear atau saraf k ranial 8 (CN VIII) juga dikenal sebagai schwannoma) sering menyebabkan gangguan pendengaran. Bahkan, ciri khas NF 2 adalah gangguan pendengaran akibat neuromas akustik sekitar usia dua puluh. Tumor yang tumbuh dapat menyebabkan: Sakit kepal a Keseimbangan dan vertigo perifer Karena schwannoma dan keterlibatan dari telin ga bagian dalam
Wajah kelemahan / kelumpuhan akibat keterlibatan atau kompresi pada saraf wajah (saraf kranial 7 atau cn vii) Pasien dengan NF2 juga dapat mengembangkan tumor o tak lainnya, serta tumor tulang belakang. Tuli dan tinnitus. Opacity Juvenile le nticular posterior D. Penatalaksanaan Terapi yang dilakukan berdasarkan atas usia, saraf mana yang terkena, toleransi terhadap prosedur, dan progresivitas penyakit. Saat ini opera si pengangkatan adalah metode yang sering dilakukan untuk menangani neurofibroma apabila neurofibroma tersebut tidak melibatkan saraf utama. Bila saraf utama te rlibat, maka yang dapat dilakukan adalah mengambil tumor dari saraf, meninggalka n saraf dalam keadaan utuh di dalam, atau mendiamkan tumor tersebut apabila tida k menimbulkan gejala. Neurofibroma umumnya dapat ditangani dengan baik dan kondi si tersebut tidak mudah kambuh kembali. Penatalaksanaan lainnya adalah dengan ke moterapi. Menggunakan aktif anti-kanker obat-obatan untuk mengurangi ukuran tumo r, atau untuk benar-benar memberantas itu. Namun demikian, itu menimbulkan banya k efek samping, seperti rambut rontok, sembelit, pusing, depresi, dan rambut ron tok. Sebuah intervensi pengobatan umum dan ideal adalah terapi radiasi, dan peng obatan CyberKnife untuk neurofibroma adalah contoh dari ini. Prosedur ini lebih aman untuk digunakan karena tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak akan membunuh sel-sel sehat lainnya dalam tubuh. Ini juga tidak menyebabkan banyak efek sampi ng. Terapi radiasi menggunakan sinar gamma frekuensi rendah untuk mengangkat tum or. Apa yang baik tentang ini adalah bahwa radiasi hanya dipancarkan langsung ke lokasi tumor, dan tidak akan merusak jaringan sekitarnya atau organ dalam yang lewat. Treatment dengan plastic surgery hanya akan mengangkat tumornya saja, pad ahal sebagaimana kita tahu NF adalah penyakit genetik yang artinya kesalahan berad a pada bagian kromosom (bagian koding manusia) bukan di bagian luar. Treatment
yang dapat dilakukan adalah terapi yg ditemukan oleh Dr weinberg yang disebut se bagai Electro-desiccation. Dalam Electro-desiccation, arus listrik digunakan unt uk mengeringkan atau mengeringkan dan membunuh jaringan neurofibroma. Treatment ini menggunakan pisau jenis kauter dengan titik tipis dan menjalankan arus melal ui neurofibroma tersebut, memgeringkan dan membunuh fibroma. Teknik ini kurang i nvasif dibandingkan dengan metode penghapusan tradisional bedah (dengan cara kon vensional ini biasanya neurofibroma akan muncul lagi dan lagi). Prosedur Electro -desiccation biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan atau dasar berjalan. Hal ini sering dilakukan dalam satu atau dua jam. Bius lokal dapat digunakan ketika menghapus cluster tumor dari area kecil dari tubuh, tetapi anestesi umum diperl ukan untuk penyerapan di daerah yang lebih besar dari kulit. Operasi biasanya ta npa rasa sakit dan karena anestesi pasien baru umumnya pulang dalam satu atau du a jam. Sangat sedikit pasien yang benar-benar membutuhkan obat analgesik atau ny eri pasca operasi. Ini biasanya tidak sakit, tetapi mungkin gatal jadi kita akan menggunakan obat untuk menanggulangi hal tersebut. E. Diagnosa dan Intervensi K eperawatan 1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubaha n kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kemati an, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, m engekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik. Tujuan : Klien dapat mengurangi rasa cemasn ya Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif. Menunjukkan koping yang efe ktif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan. INTERVENSI a. Tentukan pengala man klien RASIONAL a. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan member ikan dasar sebelumnya terhadap penyakit yang
dideritanya. untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi. b. Pemberian informasi dapat membantu klien b. Berikan informa si tentang prognosis secara akurat. c. Beri kesempatan pada klien untuk mengeksp resikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ek spresi yang sesuai. d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu diri klien dalam d. Membantu klien dalam memahami dalam memahami proses penyakitnya. c. Dapat menurunkan kecemasan klien. kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya. mempersiapkan pengobatan. e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, e. Mengetahui dan menggali pola koping klien solusi serta mengatasinya/memberika n upaya meningkatkan ketidak berdayaan dll. dalam kekuatan dalam mengatasi kecemasan. f. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi de ngan support system. g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman. h. Pertahanka n kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar. f. Agar klien memperol eh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga. g. Memberikan kesempatan pada kli en untuk berpikir/merenung/istirahat. h. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan ditolong. bahwa dia benar-benar 2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), ef ek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tid ur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan. Tujuan :
Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas Melaporkan nyeri yang dialam inya Mengikuti program pengobatan - Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin INTERVENSI a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas b. Evaluasi therapi: pembedahan, RASIONAL a. Memberikan informasi yang diperluk an untuk merencanakan asuhan. b. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai a tau tidak, atau malah radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara mengh adapinya c. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seper ti mendengarkan musik atau nonton TV d. Menganjurkan tehnik penanganan stress (t ehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeu tik. e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu. menyebabkan komplikasi. c. Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri. d. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansi etas. e. Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti f. Disku sikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien g. Berikan analgetik sesuai indikasi g. Untuk mengatasi nyeri. nyeri. f. Agar terapi yang diberikan t epat sasaran.
seperti morfin, methadone, narkotik dll 3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabo lik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedaha n (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress , fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan inta ke tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sam pai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konst ipasi, abdominal cramping. Tujuan : Klien menunjukkan berat badan yang stabil, h asil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang ber hubungan dengan penyakitnya INTERVENSI a. Monitor intake makanan setiap a. hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya. b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati b. Memberikan informasi tentang RASIONAL Memberikan informasi tentang status gizi klien. penurunan berat badan. c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesara n kelenjar parotis. d. Anjurkan mengkonsumsi klien makanan untuk tinggi c. penambahan dan penurunan berat badan klien. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk. kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klie n. d. Kalori merupakan sumber energi.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan ya ng terlalu manis, berlemak dan pedas. e. f. Ciptakan suasana makan yang makan Mencegah mual muntah , distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta menyenangkan misalnya bersama teman atau keluarga. g. Anjurkan visualisasi, tehnik latihan relaksasi, moderate f. mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas. Agar klien meras a seperti berada sebelum makan. h. Anjurkan komunikasi terbuka g. dirumah sendiri. tentang problem anoreksia yang dialami klien. Kolaboratif i. Amati studi laborat urium seperti total limposit, serum transferin dan albumin j. Berikan pengobatan sesuai indikasi Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khusu snya A,D,E dan B6, antacida k. Pasang pipa nasogastrik makanan untuk secara Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan. h. Agar dapat diatasi secara bersama-sama (den gan ahli gizi, perawat dan klien). i. Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan pe rawatan terhadap klien. j. Membantu penyakit, menghilangkan efek samping gejala dan memberikan meningkatkan status kesehatan klien. k. Mempermudah intake makanan dan enteral, imbangi dengan infus. minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan. 4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai deng an
sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dal am mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi. Tujuan : Klien dapat mengatakan se cara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada tingkatan siap. Mengikuti pros edur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut. Mem punyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan. Bekerjasama dengan pemberi informasi. INTERVENSI a. Review keluarga pengertian tentang klien dan RASIONAL a. Menghindari adanya duplikasi dan diagnosa, pengulangan terhadap pengetahuan klien. pengobatan dan akibatnya. b. Tentukan persepsi klien tentang kanker ceritakan pe ngalaman dan pada pengobatannya, klien lain tentang yang b. Memungkinkan dilakuk an pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertia n. klien menderita kanker. c. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan se cara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan. d. Berikan bimbingan k epada d. Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan. c. Memb antu klien dalam memahami proses penyakit. klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplik asi. Jujurlah pada klien. e. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan e. Mengetahui sampai sejauhmana mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya. pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
f. Review klien /keluarga tentang pentingnya optimal. g. Anjurkan klien untuk me ngkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi . status nutrisi yang f. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat. g. Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman. h. Anjurkan klien memelihara h. Meningkatkan integritas kul it dan kepala. kebersihan kulit dan rambut. 5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi. Tujuan : Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi Klien mengungkapkan faktor peny ebab secara verbal. Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga k ebersihan rongga mulut. INTERVENSI a. Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pe rtemuan dengan klien dan secara periodik. a. Mengkaji RASIONAL perkembangan pros es penyembuhan dan tanda-tanda infeksi memberikan informasi penting untuk mengemban gkan rencana keperawatan. b. Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran. b. Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan minum an. Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah. c. Diskusikan dengan klien tentang c. Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.
metode pemeliharan oral hygine. d. Intruksikan perubahan pola diet misalnya hind ari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras. e. Amati dan jelas kan pada klien tentang tanda superinfeksi oral. Kolaboratif f. Konsultasi dengan dokter gigi d. Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa. e. Agar klien mengetahui memberitahu tersebut. bila ada dan segera tanda-tanda f. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi. sebelum kemotherapi g. Berikan analgetik, obat sesuai indikasi, lidocaine, g. Tindakan/terapi yang dapat topikal menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik. h. U ntuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepa t. antimikrobial mouthwash preparation. h. Kultur lesi oral. 6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh se kunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif Tujuan : - Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecega han infeksi - Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlang sung normal INTERVENSI a. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung jug a b. Menurunkan/mengurangi organisme hidup. c. Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi. adanya RASIONAL a. Mencegah terjadinya infeksi silang. dianjurkan melakukan hal yang sama. b. Jaga personal hygine klien dengan baik.
c. Monitor temperatur. d. Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi. e . Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur. Kolaboratif f. Mo nitor CBC, WBC, granulosit, platelets. g. Berikan diindikasikan. antibiotik bila d. Mencegah/mengurangi resiko infeksi. terjadinya e. Mencegah terjadinya infeksi. f. Segera dapat diketahui apabila terjadi infeks i. g. Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik mengatasi infeksi. yang dib erikan dapat organisme penyebab 7. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia. Tujuan : Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifi k - Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan INTERV ENSI a. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi RASIONAL a. Memberikan perencanaan mengembangkan informasi asuhan identifikasi untuk dan awal kanker, amati penyembuhan luka. b. Anjurkan klien untuk tidak terhadap perubahan integritas kulit. b. Menghindari perlukaan yang dapat menggaruk bagian yang gatal. c. Ubah posisi klien secara teratur. menimbulkan infeksi. c. Menghindari penekanan yang terus d. Berikan advise pada klien untuk menghindari kulit, pemakaian bedak cream tanp a menerus pada suatu daerah tertentu. d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif minyak, rekomendasi dokter.
8. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan se kunder terhadap pemberian sitostatika. Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien me njadi stabil Kriteria hasil : - Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya - Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat. - Klie n mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif. - Kli en mampu berpartisipasi dalam perawatan diri. INTERVENSI RASIONAL a. Kontak dengan klien sering dan a. Perasaan empatik dan perhatian untuk perlak ukan klien dengan hangat dan sikap positif. siap membantu klien dalam mengatasi permasalahan yang ada. b. Berikan dorongan pada klien untuk b. Perasaan yang diungkapakan pada orang me ngekpresikan perasaan dan yang dipercaya akan membuat perasaan lega dan tidak te kanan batin. pikiran tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan. c. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap c. Informasi mispersepsi tentang penyakitnya. yang akurat memberikan masukan dan instropeksi diri dalam
d. Bantu klien mengidentifikasi menerima dirinya. potensial kesempatan untuk hidup d. Ektulisasi diri dibutuhkan bagi klien mandir i melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan peningkatan dengan kaneker. interpersonal, pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral. e. Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat penolaka n masa depan. f. Bantu dalam penatalaksanaan diri, untuk isolasi sosial, bantuan baik fisik mapun psikis-moral untuk memenuhi kebutuhan sejhri-sehari. mendiskus ikan e. Respon klien yang negatfi diperlukan alopesia sesuai dengan kebutuhan. g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang t erkait untuk tindakan konseling secara profesional. f. Dampak dari pada chemoter api perlu adanya penjelasan dan perawatan rambut. g. Konseling kesehatan secara bersama akan lebih lebih efektif.