Anda di halaman 1dari 25

Penyelesaian Sengketa

Konsumen
• diatur dalam Bab X Pasal 45 s.d.
48 UUPK
Bentuk-bentuknya
1. Non litigasi
Tanggung Jawab Pelaku
Usaha
 Diatur dalam Pasal 19 – 28 UU No 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen

Tanggung jawab lahir dari adanya


kewajiban
• Menurut Pasal 19 UUPK tanggung jawab itu ganti rugi yang dapat
berupa :
1. Pengembalian uang
2. Penggantian barang dan atau jasa
3. Perawatan kesehatan
4. Pemberian santunan

• Ganti rugi yang dimaksud dalam Pasal 19 UUPK ini hanya bersifat
materil saja, tidak terkandung kerugian yang bersifat inmateril.
Product Liability
• Pengertian : tangung jawab atas suatu barang atau
jasa yang diproduksi oleh perusahaan atau industri.

• Prinsip hukum : setiap orang yang melakukan sesuatu


yang berakibat merugikan orang lain harus memikul
tanggung jawab atas perbuatannya.

• Inti dari product Liability : pelaku bertanggung jawab


atas kerusakan, kecacatan, penjelasan,
ketidaknyamanan dan penderitaan yang dialami oleh
konsumen karena pemakaian atau mengkonsumsi
barang atau jasa yang dihasilkanya.
Istilah dan Pengertian Product
Liability
• Istilah : - tanggung jawab produk
- tanggung gugat produk
- tanggung jawab produsen

• Pengertian
• NE Algra & HR HWR Gokkel
Tanggung jawab pemilik pabrik untuk barang-barang
yang dihasilkan, misalnya yang berhubungan dengan
kesehatan pembeli, pemakai (konsumen) atau
keamanan produk.
• Agnes M Toar :
tanggung jawab produsen untuk produk yang dibawanya ke dalam
peredaran yang menimbulkan kerugian karena cacat yang melekat
pada produk tersebut.

• Endang Saefullah :
suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang
menghasilkan suatu produk (producer, manufacture) atau dari orang
atau badan yang menghasilkan (processer, assembler) atau dari
orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan (seleer,
distributor) produk tersebut.
Pihak-pihak yang Bertanggung
Jawab
1. Pengusaha dari barang/produk akhir
atau bagian komponen
2. Pengusaha dari barang-barang alam
(natural product)
3. Supplier dari suatu barang
4. Orang-orang lain, termasuk pengusaha
bengkel dan pergudangan di dalam
jaringan penyediaan/persiapan atau
distribusi suatu barang
Subjek Perbuatan Kesalahan
• Prinsip hukum yang dianut dalam hubungan
pertanggungjawaban adalah karena adanya kesalahan
(tort liability) artinya berdasarkan kesalahan tertentu
seseorang dapat menuntut kerugian yang dialaminya
dan kesalahan itu ada jika bisa dibuktikan.

• Doktrin-doktrin mengenai subjek yang melakukan


kesalahan :
1. Caveat Emptor :
- konsumen dan pelaku usaha mempunyai kedudukan
yang sama dalam melakukan transaksi.
- konsumen tidak perlu dilindungi.
- konsumen harus lebih berhati-hati dan perlu mendapatkan
informasi dari pelaku usaha.
- jika terjadi kerugian itu merupakan kesalahan konsumen.
- Konsumen yang harus membuktikan adanya kerugian
tersebut.

Kelemahan dari teori ini adalah :


- Pelaku usaha lebih mengetahui keadaan dan sifat suatu
produk
- Secara ekonomi kedudukan pelaku usaha lebih tinggi
dibandingkan konsumen.
2. Caveat Venditor
- Kebalikan dari teori Caveat Emptor
- Pelaku usaha yang berkewajiban untuk berhati-hati
dan memproses dan memasarkan produknya
- UUPK menganut teori ini sesuai dengan
1. Pasal 19 : produk
2. Pasal 20 : iklan
3. Pasal 21 : importir
4. Pasal 24 : penjual kepada penjual lainnya
- Jika konsumen hendak menuntut haknya atas
perbuatan pelaku usaha yang merugikan dirinya
konsumen hanya terbatas untuk membuktikan
adanya suatu Negligence.

- Negligence : ketidakhati-hatian pada pihak pelaku


usaha sehingga menimbulkan kerugian bagi
dirinya.
- Kelemahannya: membuktikan neglince sangat
sulit bagi konsumen karena yang lebih
mengetahui poses produk adalah pelaku usaha.
3. Contractual Liability
- Berdasarkan perjanjian dimana pelaku usaha
diminta untuk bertangung jawab.
- UUPK menganut teori ini tapi terbatas dalam
bidang perdagangan jasa : Pasal 26 UUPK

- Kelemahan teori ini :


1. Menutup kemungkinan bagi tuntutan liability
jika tidak ada diperjanikan.
2. Bentuk dan standar perjanjian biasanya dibuat
secara sepihak oleh pelaku usaha dengan
klasula baku.
4. Tort Liability (atas dasar
kesalahan)
- Pelaku usaha harus bertanggung jawab terhadap setiap
kesalahan yang dilakukannya.
- Tanggung jawab baru timbul jika pelaku usaha terbukti
melakukan kesalahan.

- Prinsip ini dikenal dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang


dikenal dengan perbuatan melawan hukum (onrechtmatige
daad ).
- Pasal 165 KUHPerdata : tiap perbuatan melanggar hukum,
yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan
orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu
mengganti kerugian tersebut.
- Kelemahan teori : untuk dapat meminta liability
konsumen harus lebih dulu membuktikan adanya
suatu kesalahan dari pelaku usaha.

- Pasal 28 UUPK : pembuktian terhadap ada


tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti rugi
merupakan beban dan tanggung jawab pelaku
usaha (pembuktian terbalik).
Prinsip Pertanggungjawaban
1. Tanggung jawab karena kesalahan
(liability based on fault)
- dianut dalam hukum pidana dan
perdata.
- Perdata: Pasal 1365 KUHPerdata dan
1367 KUHPerdata (tanggung jawab
majikan, pimpinan perusahaan terhadap
pegawainya atau orang tua terhadap
anaknya.
2. Praduga Bertangung Jawab
(presumption of Liability)
• Sesorang dianggap bertanggung jawab
sampai ia dapat membuktikan bahwa
dirinya tidak bersalah (pembuktian
terbalik).

• UUPK menganut teori ini berdasarkan


Pasal 19 ayat (5)
3. Praduga tidak selalu bertangung
jawab (presumption of nonliability)
• Kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu
bertanggung jawab, di mana tidak selalu pelaku
usaha yang bertanggung jawab.
• Contoh : kasus kehilangan atau kerusakan
barang penumpang pesawat udara yang
disimpan dalam kabin ------ bertanggung jawab
penumpang.
• UUPK dalam Pasal 24 ayat (2) : menganut asas
ini di mana penjual yang menjual produk ke
penjual lain, dan penjual lain melakukan
perubahan terhadap produk tersebut bebas dari
tanggung jawab.
4. Tanggung jawab mutlak (strict
liability)
• Pelaku usaha harus bertanggung jawab
atas kerugian konsumen tanpa harus
membuktikan ada tidaknya kesalahan
pada dirinya.
• Penggunaan prinsip ini supaya produsen
benar-benar bertanggung jawab terhadap
kepentingan konsumen dan konsumen
dapat menunjuk prinsip produk liability.
• Produk liability dapat digunakan dengan
3 hal dasar :
1. Melakukan pelanggaran (breach
warranty) : apa yang dijamin dalam
keterangan atas suatu kemasan tidak
sesuai dengan substansi yang dikemas.
2. Terdapatnya unsur negligence :
kelalaian dalam memenuhi standar
proses atas suatu produk.
3. Diterapkannya asa strict liability yakni bertanggung
jawab tanpa mendasarkan pada suatu kesalahan.

• UUPK menganut strict liability. Ciri-cirinya :


1. Tanggung jawab dibebankan adalah tidak didasarkan
kepada kesalahan.
2. Tanggung jawab timbul seketika pada saat peristiwa.
3. Pembuktian dibebankan kepada pelaku/ tergugat.
4. Adanya pengecuali tanggung jawab ----- force majeure
Alasan diterapkannya strict liability
1. Seharusnya yang menanggung beban
kerugian antar konsumen sebagi korban dan
pelaku usaha adalah pihak yang memproduksi
barang dan jasa yang cacat/berbahaya.
2. Dengan mengedarkan atau menempatkan
barang-barang di pasar, hal ini berati pelaku
usaha telah menjamin bahwa barang-barang
tersebut aman untuk dikonsumsi atau
digunakan.
3. Menghilangkan prosese yang panjang dalam
penuntutan.
5. Secara ilmiah dan teknis pada saat
produk tersebut diedarkan tidak mungkin
terjadi cacat.
6. Bila pihak yang menderita kerugian atau
pihak ketiga turut menyebabkan
terjadinya kerugian tersebut.
7. Kerugian terjadi akibat keadaan
memaksa.
Pembebasan Tanggung Jawab
Pelaku Usaha
1. Produsen belum atau tidak mengedarkan
produknya.
2. Cacat atau kerusakannya baru timbul di
kemudian hari.
3. Produk dibuat bukan untuk dijual ayau
diedarkan untuk tujuan ekonomis maupun
dalam rangka bisnis.
4. Adanya cacat produk sebagai akibat
memenuhi kewajiban yang ditentukan dalam
peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Pembebasan tanggung jawab ini
diatur juga dalam UUPK dalam
Pasal 27
• Dalam hal :
1. Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan
atau tidak dimaksudkan untuk diedarkan.
2. Cacat barang timbul di kemudian hari.
3. Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai
kualifikasi barang.
4. Kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen.

• Daluarsa penuntutan 4 tahun sejak barang dibeli atau


lewat jangka waktu yang diperjanjikan.

Anda mungkin juga menyukai