KALIMANTAN
Suku/kelompok etnik di Kalimantan:
1. Punan Dayak Kalimantan Dayak Iban Dayak Ot OtDanum Dayak Kenya-BahanKayan Dayak Musut Banjar
Bukan Punan/ Dayak/Banjar:
ARSITEKTUR DI
5 1 2 4 3 6
2. 3. 4. 5. 6.
KALIMANTAN
DAN
SULAWESI
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
Punan:
Orang-orang gelombang pertama ke nusantara. Tingkat peradaban sederhana (seperti suku Kubu). Hidup mengembara, tanpa tempat tinggal tetap (nomaden). Membuat hunian di atas pohon/tiang tinggi dengan atap miring penahan hujan, sifatnya sementara.
Sistem Kekerabatan
1-5.
Dayak
Dayak: y
Masyarakat gelombang kedua, tingga di pedalaman dalam klen-klen. Taraf perkembangan peradaban Suku.
Masyarakat dari Asia Tengah gelombang II (seperti Nias, Batak, Toraja, mempunyai ciri fisik yang sama) Membawa kebudayaan zaman perunggu, dengan hiasan berbentuk spiral dan pemakaian kayu gelondong untuk bangunannya. SIstem kekerabatan bilinial, keturunan dapat ditelusuri dari pihak bapak atau ibu. Perkawinan diperbolehkan antara sepupu tingkat 2 dst. Sesudah menikah, tinggal secara virilokal (ditempat keluarga suami), atau uxorilokal (di tempat keluarga isteri). Anak menjadi anggota masyarakat tempat kelahirannya, sehingga keturunan dapat ditelusuri sampai 3-4 generasi (ada kontinuitas) kontinuitas). Sistem pewarisan:
Anak yang tinggal di keluarga ibu tidak mempunyai hak waris dari keluarga ayah (juga sebaliknya). Anak yatim piatu diangkat anak oleh kerabat di tempat tinggalnya, hak anak angkat sama. Janda tinggal di tempatnya semula (untuk virilokal); dengan upacara bisa kembali ke tempat kelahirannya.
Melayu:
Hidup di pesisir. Hidup dalam keluarga kecil, termasuk juga suku Banjar.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
Sistem Kepercayaan
Agama Kaharingan: alam penuh dengan makhluk dan roh halus (di batu, pohon besar, belukar, dsb.); ada roh jahat dan baik.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
Mata Pencaharian
Hortikultur, tanaman keras, ladang menangkap ikan & binatang. Keluarga yang pertama kali membuka hutan menjadi pemilik tanah tersebut. Bila berpindah, hak atas tanah gugur. Masing-masing keluarga mempunyai hak atas tanah sendiri. Panen dijaga secara kolektif.
Desa
Terletak di tepi jalan yang sejajar atau tegak lurus sungai, sebagai prasarana transportasi, sehingga perlu tempat berlabuh. 1 desa terdiri dari beberapa Lamin (Rumah Panjang), kuburan desa, serambi bi & tangga l lamin i di dimiliki iliki b bersama. Jumlah penduduk: 500-600 orang
Ritual membangun
Lokasi ditentukan dekat sungai sungai, upacara oleh wanita/pria. Penanaman tiang utama bersama-sama, ritus potong ayam. Sesudah tiang utama berdiri, tiap keluarga membangun lawang sendiri (unit independen) Ritus masuk rumah: penanaman jimat di tangga, selamatan di serambi rumah.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
Rumah
1 rumah panjang untuk 10-50 keluarga; panjang bisa sampai 300 M. Lamin bersifat rumah tumbuh. Tiap keluarga inti tinggal dalam 1 kamar (lawang). Serambi dipakai pria, tamu, dan upacara. Bila jumlah keluarga bertambah, lamin diperpanjang, atau membangun Lamin baru.
Rumah Lamin
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
10
11
12
Longhouse orientation
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
13
14
15
16
17
18
19
20
Rumah Bubungan Tinggi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pelatar (serambi depan) Penampik kecil (untuk tamu) Penampik basar/ambin sayup (untuk menerima tamu) Penampik panangah (inti rumah) Anjung (kamar tidur) Panampik bawah/padu atau serambi belakang g Dapur
6.
Banjar
21
22
SULAWESI
5
Suku/kelompok etnik di Sulawesi:
4a 3 2 1
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
1. 1 2. 3. 4. 4a. 5.
1-2. Makassar
Sistem Kemasyarakatan
& Bugis
23
24
Stratifikasi sosial: Kerabat raja-raja (bangsawan) Orang merdeka (sebagian besar rakyat) Budak (tawanan perang, tidak mampu bayar hutang, pelanggar adat). Lapisan ini mulai hilang pada awal abad ke-20 ke 20
Permukiman Kampung lama terdiri dari 10-200 rumah, berderet menghadap ke Selatan atau Barat. Kalau ada sungai, berderet membelakangi sungai. Pusat kampung lama: tempat keramat (possi tana) dengan pohon beringin besar dan terkadang ada rumah pemujaan (saukang). Di setiap kampung ada langgar atau masjid. Rumah diklasifikasi menurut lapisan sosial penghuninya:
1. Rumah Bangsawan (Sao Raja (bahasa Bugis), Balla, Lompo (bahasa Makassar) 2. Sao Piti : lebih kecil daripada rumah bangsawan. 3. Bola (Bugis), Balla (Makassar): Rumah rakyat pada umumnya.
Sistem Kekerabatan
Perkawinan ideal: antara sepupu (derajat 1,2,3) dari kedua pihak, baik ayah maupun ibu. Pengantin tinggal di rumah sendiri, terpisah dari rumah orang tua. Kawin lari terjadi bila pihak laki ditolak atau biaya kawin tinggi.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
Arsitek tradisional disebut Panrita Bola / Pandita Balla, mengurus hal-hal yang bersifat teknis & keagamaan. Rumah merupakan perlindungan terhadap roh-roh jahat, bukan sebagai pelindung fisik. Pengaruh Islam pada denah rumah: orang tidak boleh tidur dengan kaki diarah Barat (Kiblat)
25
Tingkat Sosial Masyarakat Tingkat sosial masyarakat merupakan penentu arsitektur rumahnya. Dapat dilihat pada berbagai elemen arsitektur rumah.
1. Perbedaan ketinggian lantai dari tanah
4. Denah dan jenis ruangan Denah Rumah Orang Miskin C. Ruang makan D. Dapur E. Ruang Tinggal & tidur F. Gang Denah Rumah Bangsawan C. Ruang makan D. Dapur E. Ruang tamu F. Gang G. Ruang tidur H. Ruang Masuk/Paladang
26
3. Paladang/Ruang Masuk
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
G. Ruang tidur wanita I. Ruang tamu wanita J. Ruang tidur pira E. Ruang tamu pria K. Ruang sisi H. Paladang/Ruang masuk
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
27
28
6. Jendela
Tanpa p j jendela, , hanya y kisi-kisi rumah rakyat y miskin Jendela 1 rumah rakyat Jendela 2 rumah rakyat agak mampu, masih keturunan bangsawan Jendela 3 rumah bangsawan Jendela 4-5 rumah raja yang memerintah
Konstruksi ikat dengan ijuk dan konstruksi pasak dengan pen, tanpa sekur.
7. Ruang sisi (Songrong) Adanya ruang sisi pada denah rumah, hanya untuk raja yang memerintah, sebagai lambang status. Kisi-kisi pada jendela
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
4.
Toraja
Tata letak rumah dan lumbung Desa Palawa, Rantepao
29
30
31
32
TONGKONAN Toraja
Rumah adat dari masyarakat Toraja, Sulawesi Indonesia
33
34
Sulawesi (formerly known as The Celebes) is a large island, extraordinarily contorted in shape, lying between Kalimantan (Indonesian Borneo) and the Maluku Island group (also known as The Molluccas). It is an island abundant in natural resources with a rich and varied array of cultures including some of the most distinctive and anthropologically significant in Indonesia
The dominant groups of the island are the sea-faring and once piratical Muslim Bugis and Makassarese in the islands south-west, and the strongly Christian Minahasa of the northern peninsula. The Toraja, of South Sulawesi are, however, arguably one of the most distinctive of ethnic groups in all Indonesia.
35
36
The name Toraja is of Bugis origin and is given to the people of rugged northern part of the south peninsula. The Toraja are a proto-Malay people whose origins lie in mainland South East Asia, possibly Cambodia. Like many y Indonesian ethnic g groups, p the Toraja j were head-hunters and participants in inter-village raids; villages were thus located strategically on hill tops and were heavily fortified. The Dutch colonialists pacified the Toraja and led them to build their villages in valleys and changed their agriculture from a slash and burn variety to wet-rice cultivation, and pig and buffalo raising.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
Location of Toraja people (green) among the Makassarese (yellow) and Bugis (red) on Sulawesi
37
38
Tongkonan have a distinguishing boat-shaped and oversized saddle back roof. Like most of Indonesias Austronesian-based traditional architecture tongkonan are built on piles. p The construction of tongkonan is laborious work and it is usually built with the help of all family members. In the original Toraja society, only nobles had the right to build tongkonan. Commoners live in smaller and less decorated homes called banua.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
Religion in Toraja The native religion is megalithic and animist. Many of these native practices remain including animal sacrifices, ostentatious funeral rites and huge communal feasts. Their native faith only began to change when Protestant missionaries first arrived in 1909 with Dutch colonists. Today, the Toraja are 60% Protestant Christians and 10% Muslim. The beliefs of the rest are centered on the native religions. The Torajas are largely Christian and animist.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
39
40
The word 'Tongkonan' is derived from the Toraja word tongkon (to sit) and literally means the place where family members meet. According to the Torajan myth, the first tongkonan house was built in heaven by Puang Matua, the Creator. It was built on four poles and the roof was made of Indian cloth. Wh the When th first fi t Torajan T j ancestor t descended d d d to t earth, th he h imitated the heavenly house and held a big ceremony.[1] An alternative legend, describes the Toraja arriving from the north by boats, but caught in a fierce storm, their boats were so badly damaged that they used them as roofs for their new houses.
Tongkonan are customarily built facing northsouth. Dominating the entire structure is the saddleback roof with gables that are dramatically y upswept. p p The internal space is small in comparison with the overwhelming roof structure that covers it. Interiors are typically cramped and dark with few windows, however, most of daily life is lived outside the homes, with interiors simply intended for sleeping, storage, meetings and occasionally protection.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
41
42
In larger Tana Toraja villages, houses are arranged in a row, side by side, with their roofs on a north-south alignment with the front gable facing north. Opposite each house is the family's rice barn, or alang customarily a symbol of family wealth, and together they form a second row of parallel buildings.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
The tongkonan is traditionally seen as the navel of the universe and a miniature cosmos; and in those some regions, it is the meeting place of the north-south and east-west axes. It faces north, to the head of the sky where Puang Matua resides. The alang, or rice granaries, across the yard, face south or the posterior, as this is the direction from which trouble and disease exit.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
43
44
ornamen
Kerbau sebagai lambang kemakmuran, sangat penting bagi kehidupan; membajak sawah
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB
45
46
47
48
49