Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS UKURAN KROMOSOM DAN POLA RESTRIKSI

Bacillus thuringiensis DENGAN ELEKTROFORESIS MEDAN


BERPULSA

ANDIKA SAPUTRA

PROGRAM STUDI BIOKIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
ABSTRAK

ANDIKA SAPUTRA. Analisis Ukuran Kromosom dan Pola Restriksi Bacillus


thuringiensis dengan Elektroforesis Gel Medan Berpulsa. Dibimbing oleh I
MADE ARTIKA dan EDDY JUSUF.
Bacillus thuringiensis (BT) merupakan salah satu bakteri yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia. B. thuringiensis memiliki keistimewaan mensintesis
protein δ-endotoksin yang spesifik terhadap serangga tertentu dan beberapa
nematoda perusak sehingga sering digunakan sebagai pestisida alami.
Laboratorium Biologi Mikroba, LIPI, memiliki beberapa koleksi bakteri BT lokal
yang diharapkan merupakan subspesies baru. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan studi awal dari galur-galur lokal BT di daerah sekitar Bogor dan juga
untuk memastikan kemungkinan adanya subspesies baru, maka dilakukan uji
genotipe dengan menggunakan Elektroforesis Gel Medan Berpulsa. Hasil
penelitian menunjukkan secara umum B. thuringiensis memiliki resistensi
terhadap antibiotik ampisilin. Isolasi DNA berhasil dilakukan dan dibuktikan
dengan elektroforesis. Metode isolasi DNA yang paling cocok untuk PFGE adalah
metode plug yang dikembangkan oleh Cantor. Analisis pita restriksi tidak dapat
dilakukan dengan baik karena proses restriksi enzim tidak memberikan pita yang
jelas tapi justru memberikan pita smear. Perkiraan genom total sementara untuk
galur standar berada pada 1800 - 2500 kbp sedangkan untuk galur lokal berada
pada 1100 - 2600 kbp. Perhitungan genom total secara nyata dan perkiraan
kekerabatan antar galur lokal tidak berhasil dilakukan.
ABSTRACT

ANDIKA SAPUTRA. Chromosome Sizes and Restriction Patterns Analysis of


Bacillus thuringiensis by Pulsed Field Electrophoresis. Under the direction of I
MADE ARTIKA and EDDY JUSUF.
Bacillus thuringiensis (BT) represents one of worthwhile bacteria for
human life. B. thuringiensis is special in that it has ability to synthesize δ-
endotoxinprotein specific to certain insect and some nematodes so that often used
as a natural pesticide. The Biological Laboratory of Microbe, LIPI, has some
bacterium collection of local BT expected to represent new subspecies. This
research is intended as an early study of local BT strains around Bogor and also to
confirm the possibility of new subspecies, in the present study genotyping is
conducted using Pulsed Field Gel Electrophoresis. The results showed that in
general the B. thuringiensis show resistancy to ampicillin antibiotic. DNA
isolation was successfully conducted and proved by electrophoreses. The most
suited method for DNA isolation for PFGE is the plug method developed by
Cantor. Band analysis of restriction patterns cannot be carried out because
restriction process did not give clear bands but gave smearing bands. Estimation
of the total Genome for standard strains is 1800 - 2500 kbp while for local strains
is 1100 - 2600 kbp. Accurate calculation for total genome and relatedness
prediction for local strains could not be conducted.
ANALISIS UKURAN KROMOSOM DAN POLA RESTRIKSI
Bacillus thuringiensis DENGAN ELEKTROFORESIS MEDAN
BERPULSA

ANDIKA SAPUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul : Analisis Ukuran Kromosom dan Pola Restriksi Bacillus
thuringiensis dengan ElektroforesisMedan Berpulsa
Nama : Andika Saputra
NIM : G44103055

Disetujui

Dr. Ir. I Made Artika M. App. Sc Drs. Eddy Jusuf DES


Ketua Anggota

Diketahui

Dr. drh. Hasim, DEA


Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Tanggal lulus :
PRAKATA

Bismillahirrahmaanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan nikmat-Nya yang tiada terkira sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini. Bertempat di Laboratorium Biologi
Mikroba Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI-Cibinong Bogor, penulis telah
melaksanakan penelitian yang berjudul Analisis Ukuran Kromosom dan Pola
Restriksi Bacillus thuringiensis dengan Elektroforesis Gel Medan Berpulsa.
Penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan kepada Drs. Eddy Jusuf DES dan Dr. I Made Artika M. App. Sc
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan pengarahan sehingga
penulis dapat melaksanakan penelitiannya dengan baik dan menyelesaikan karya
ilmiah ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan untuk keluarga penulis,
dan sahabat-sahabat penulis yang telah banyak memberi support, teman satu lab,
Wisnu, Tutu, Wurian, dan Isra yang telah menemani penulis bekerja juga tak lupa
untuk Yanti yang membantu mengecek ulang hasil tulisan penulis dan memberi
dukungan moril bagi penulis.
Penulis menyadari dalam penulisan hasil penelitian ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Bogor, 18 Januari 2008

Andika Saputra
RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Cecep Komarudin dan


Nurhadiyanti yang dilahirkan di Jakarta pada 30 Desember 1984 dan memiliki
empat saudara.
Tahun 1996 melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Pertama Swasta
Setia Negara setelah tamat dari Sekolah Dasar. Tahun 1999 penulis melanjutkan
ke SMUN 1 depok dan lulus pada tahun 2002. Penulis sempat mengenyam
pendidikan di Universitas Indonesia sebelum akhirnya pindah ke Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2003.
Selama masa kuliah penulis sempat menjadi asisten praktikum biokimia
umum pada tahun 2006/2007. Penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan dan
sempat menjadi Ketua Departemen Informasi, Komunikasi dan Kesekretariatan
CREBs Biokimia. Penulis mengikuti Praktik Lapang di Laboratorium Biologi
Mikroba, Bidang Biologi Molekular dan Mikrob, Pusat Penelitian Bioteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR GAMBAR........................………………………………………….....viii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................viii
PENDAHULUAN........…………………………………………………….......... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Bacillus thuringiensis ......…………………………………………......... 1
Gen dan Genom…………………………………………………............. 2
Kromosom…………………………………………………...................... 3
DNA sebagai Materi Genetik ......………………………………………. 3
Analisis Total DNA Genom ......………………………………………... 4
Enzim Retriksi Endonuklease ......………………………………………. 4
Elektroforesis Medan Berpulsa atau Pulsed-field Gel Electrophoresis
(PFGE).………………………................................................................... 5
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ..……………………………………………………....... 6
Metode .……………………………………………………………......... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Induksi Antibiotik....................................................................................... 7
Isolasi DNA Genom................................................................................... 7
Enzim Restriksi Sma I................................................................................ 8
Kondisi Optimal Elektroforesis.................................................................. 9
Analisis Hasil Elektroforesis...................................................................... 10
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...……………………………………………………....... 12
LAMPIRAN ......................................................................................................... 15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Visualisasi Bacillus thuringiensis melalui mikroskop fase kontras .............. 1
2 Diagram skematik yang menunjukkan hubungan gen dengan struktur-
heliks ganda DNA dan sebuah kromosom...................................................... 2
3 Sebuah kromosom eukariot dalam keadaan terkondensasi............................. 3
4 Tipe pemotongan ”blunt end” dan tipe pemotongan ”sticky end” ................ 5
5 Hasil restriksi B. thuringiensis subsp. kurstaki dengan proses isolasi DNA
berbeda............................................................................................................ 8
6 Hasil restriksi 12 galur bakteri oleh Sma I pada tegangan 7,1 volt, 20 jam.... 9
7 Hasil restriksi 12 galur bakteri oleh Sma I pada tegangan 6 volt, 20 jam....... 9
8 Hasil restriksi 12 galur bakteri oleh Sma I pada tegangan 6 volt, 17 jam....... 9
9 Hasil elektroforesis galur-galur bakteri standar dan lokal yang tidak di
restriksi............................................................................................................ 11
10 Hasil elektroforesis galur-galur bakteri standar dan lokal yang direstriksi
dengan Sma I................................................................................................... 12

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Asal Isolat bakteri Bacillus thuringiensis yang digunakan............................ 16
2 Tahapan kerja analisis DNA Genom ............................................................ 17
3 Peremajaan bakteri pada media antibiotik………………………………... 18
4 Proses penyiapan DNA total …..………………………………………... 19
5 Proses fragmentasi DNA genom dengan enzim restriksi Sma I ................... 20
6 Proses elektroforesis dengan PFGE ............................................................. 20
PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri Bacillus thuringiensis (BT) sudah Bacillus thuringiensis
sejak lama dikenal sebagai bahan aktif paling Seorang ahli biologi dari Jepang, Shigetane
umum yang digunakan dalam pembuatan Ishiwatari pertama kali mengisolasi bakteri
pestisida hayati maupun sebagai sumber gen Bacillus thuringiensis (BT) pada tahun 1901
dalam proses rekayasa tanaman transgenik ketika menyelidiki penyebab penyakit sotto
tahan hama. B. thuringiensis memiliki yang membunuh sebagian besar populasi ulat
keistimewaan karena dapat mensintesis protein sutra. Sepuluh tahun kemudian, Ernst Berliner
δ-endotoksin yang spesifik terhadap serangga mengisolasi bakteri yang telah membunuh larva
dan nematoda. Jenis bakteri ini memiliki lebih Mediterranean flour moth pada tahun 1911 dan
dari 70 subspesies atau varietas yang berbeda, menemukan tipe bakteri yang sama dengan
yang dibedakan oleh perbedaan sifat serologi sebelumnya kemudian dinamakannya B.
dari antigen flagelanya, dan menghasilkan lebih thuringiensis (Gambar 1), mengambil nama
dari 300 tipe protein Cry. sebuah kota Jerman Thuringia tempat serangga
Studi genom di Indonesia masih jauh tersebut ditemukan. Ishiwatari telah menamakan
tertinggal dari negara-negara tetangga. Oleh bakteri ini B. sotto pada tahun 1901 namun
karena itu, karakterisasi dari organisasi nama itu kemudian dinyatakan tidak sah lagi.
keseluruhan genom bakteri ini dapat Pada tahun 1915, Berliner melaporkan
memberikan pendekatan yang baik untuk keberadaan kristal di dalam BT, namun aktivitas
mempelajari jenis-jenis, varietas, dan galur BT kristal ini belum diketahui hingga beberapa
lokal secara akurat dan memungkinkan tahun berikutnya.
pemberdayaan galur-galur lokal lebih lanjut. Tahun 1956, beberapa peneliti, Hannay,
Elektroforesis medan berpulsa atau dikenal Fitz-James dan Angus menemukan bahwa
sebagai Pulsed-field gel electrophoresis (PFGE) aktivitas antiserangga terhadap serangga dari
merupakan teknik paling baik untuk jenis Lepidoptera (ngengat) yang paling besar
mempelajari ukuran dan organisasi genom- adalah pada saat pembentukan parasporal kristal
genom bakteri. Proses identifikasi spesies yang mengandung δ-endotoksin. Penemuan ini
dicoba dengan menggunakan enzim pemotong menyebabkan munculnya ketertarikan terhadap
jarang yang diikuti oleh pemisahan fragmen- struktur kristal, reaksi biokimia dan aktivitas
fragmen menggunakan PFGE. Teknik ini telah kristal dari BT. Penelitian-penelitian baru
berhasil diterapkan pada penetapan galur-galur mengenai bakteri BT dimulai dengan cepat dan
virulen Pseudomonas sp. pesat sehingga penggunaan bakteri sebagai
Penelitian bertujuan untuk mengukur ukuran pestisida hayati mengalami peningkatan.
molekul DNA genom galur-galur bakteri Bakteri BT tergolong dalam bakteri Gram
Bacillus thuringiensis dan membandingkan pola positif yang terdapat di permukaan tanah. B.
restriksi yang dihasilkan untuk lebih memahami thuringiensis adalah bakteri berbentuk batang
hubungan filogenetik antara galur lokal yang berspora, bersifat anaerob, dan menghasilkan
diisolasi dari berbagai tempat di sekitar Bogor protein kristal selama masa sporulasi yang
dengan galur bakteri standar yang ada dalam bersifat toksik terhadap larva serangga serta
koleksi Puslit Bioteknologi LIPI. mempunyai suhu pertumbuhan minimum 10-15
o
Penggunaan PFGE dalam identifikasi semua C, suhu maksimum 40-45 oC dan suhu
molekul DNA dalam berbagai ukuran hasil optimum 28-30 oC.
pemotongan enzim restriksi lebih baik dari
teknik elektroforesis konvensional. Probabilitas
terdapatnya isolat-isolat lokal yang saling
identik cukup besar dan diharapkan terdapat
hubungan filogenetik yang erat dengan
beberapa galur standar yang tersedia.
Penelitian bermanfaat untuk menetapkan
kesamaan maupun perbedaan genotip BT hasil
pengucilan dari tanah di wilayah Bogor dengan
galu-galur standar yang telah diketahui
fenotipnya. Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa isolat-isolat yang didapat memiliki
identitas. Sehingga pemberdayaan isolat-isolat
galur lokal sebagai salah satu kekayaan Gambar 1 Visualisasi Bacillus thuringiensis
mikrobial Indonesia dapat terwujud. melalui mikroskop fase kontras
11

Hingga 1977, hanya tiga belas galur bakteri tidak menyandi (non-coding) pada DNA. Istilah
ini yang telah dideskripsikan. Ketiga belas ini ditemukan pada tahun 1920 oleh Hans
subspesies hanya bersifat toksik kepada Winkler, seorang profesor botani dari
beberapa jenis spesies dari larva Lepidoptera. Universitas Hamburg, Jerman, sebagai sebuah
Tahun 1977 subspesies pertama yang bersifat penghubung kata gen dan kromosom
racun (toksik) terhadap spesies serangga Diptera (Lederberg J & McCray AT 2001). Secara
(lalat) ditemukan dan diikuti oleh penemuan lebih tepat genom dari sebuah organisme adalah
strain toksik pertama untuk spesies Coleoptera sebuah sekuen DNA lengkap dari satu set
(kumbang) pada tahun 1983. kromosom. Kebanyakan mahluk hidup yang
lebih kompleks dari virus terkadang atau selalu
Gen dan Genom membawa material genetik tambahan yang
Gen adalah sebuah segmen polinukleotida berada dalam kromosom-kromosom mereka.
yang mengandung informasi yang diperlukan Dalam beberapa konteks, seperti sekuensing
untuk sintesis satu rantai polipeptida. Gen dapat genom dari mikroba patogen, ”genom” berarti
di artikan sebagai unit-unit warisan. Gen-gen melibatkan material tambahan yang dibawa
tersebut mengandung bagian regulasi yang pada plasmid-plasmid. Sehingga pada keadaan
mengatur pada kondisi seperti apa produk dari seperti itu, maka genom dijelaskan sebagai
gen tersebut diproduksi, bagian-bagian semua gen dan DNA yang tidak mengkode yang
tertranskripsi yang mengatur struktur dari memiliki potensi untuk ada.
produk, dan/atau bagian-bagian sekuen Ukuran genom pada sebuah organisme
fungsional (Pearson H 2006). Gen-gen tergantung pada kerumitan organisme tersebut,
berinteraksi satu sama lain untuk mempengaruhi prokariot seperti bakteri dan arkea secara umum
perkembangan fisik dan tingkah laku. Gen memiliki genom yang lebih kecil, baik pada
terdiri dari sebuah pita panjang DNA (RNA pasangan basanya maupun jumlah gennya, dari
pada beberapa virus) yang mengandung sebuah sebuah sel eukariot. Namun demikian, genom
promotor, pengkontrol aktivitas gen-gen, dan terbesar yang diketahui merupakan sebuah sel
sebuah sekuen penyandi, yang menentukan mikroba Amoeba dubia, dengan lebih dari 6
produk dari gen tersebut. Sekuen penyandi akan milyar pasang basa (Cavalier-Smith T 1985).
digandakan saat gen pada keadaan aktif dalam Densitas dari gen pada sebuah genom diukur
sebuah proses yang disebut transkripsi, dari jumlah gen per sejuta pasang basa (disebut
menghasilkan RNA yang mengandung sebagai megabase, Mb); genom prokariot
informasi dari gen tersebut. RNA tersebut memiliki densitas gen lebih tinggi dari eukariot.
kemudian mengarahkan proses sintesis protein Ilmu yang mempelajari keseluruhan genom
via kode genetik. RNA juga dapat digunakan dari suatu organisme dikenal dengan istilah
secara langsung, misalnya sebagai bagian dari genomik. Genomik dapat dikatakan telah
ribosom. Molekul-molekul yang dihasilkan dari muncul sejak tahun 1980-an dan baru
proses ekspresi gen, RNA atau protein, dikenal menghasilkan pada tahun 1990-an bersamaan
sebagai produk gen. dengan munculnya Proyek Genom .
Kebanyakan gen mengandung daerah non-
coding yang tidak menyandi produk-produk
gen, namun meregulasi proses ekspresi gen.
Gen dari organisme eukariot (Gambar 2) dapat
mengandung daerah non-coding yang disebut
intron, yang akan dihilangkan dari mRNA
melalui sebuah proses yang dikenal sebagai
splicing (penggabungan). Bagian yang
sesungguhnya menyandi produk gen dikenal
sebagai ekson. Sepotong gen dapat
menyebabkan sintesis beberapa protein melalui
pengaturan yang berbeda dari ekson-ekson oleh
proses penggabungan alternatif.
Total dari keseluruhan gen pada sebuah
organisme atau sel dikenal sebagai genom.
Dalam biologi genom dari sebuah organisme
adalah keseluruhan informasi turunan yang Gambar 2 Diagram skematik menunjukkan
dimilikinya dan disandikan dalam DNA (atau hubungan gen dengan struktur
RNA pada beberapa virus). Keseluruhan genom heliks ganda DNA dan sebuah
ini termasuk gen-gen dan sekuen-sekuen yang kromosom eukariot.
12

Proyek untuk beberapa spesies biologi


khususnya manusia. Cabang utama genomik
masih melibatkan proses sekuensing dari
beberapa macam organisme.

Kromosom
Kromosom adalah sebuah makromolekul
besar DNA, dan membangun bentuk fisik
terorganisasi dari DNA di dalam sel. Kromosom
merupakan bagian DNA (satu molekul DNA)
yang kontinyu dan sangat panjang, yang
mengandung banyak gen, elemen-elemen
regulator, dan sekuen-sekuen nukleotida lain
yang terkait. Definisi kromosom lebih luasnya
juga termasuk protein-protein pengikat DNA
yang bekerja untuk mengatur dan melindungi
DNA. Kata kromosom sendiri berasal dari Gambar 3 Sebuah kromosom eukariot dalam
Yunani yaitu χρῶμα (chroma, warna) dan σῶμα keadaan terkondensasi.
(soma, tubuh) karena kemampuannya untuk
dapat dengan kuat diwarnai oleh pewarna vital DNA Sebagai Materi Genetik
dan supravital. Materi genetik mahluk hidup terletak pada
Kromosom sangat bermacam-macam pada kromosom. Kromosom tersusun atas dua tipe
organisme-organisme yang berbeda. Molekul molekul besar, yaitu protein dan asam nukleat.
DNA yang dimiliki dapat berbentuk melingkar Asam nukleat adalah molekul pembina
(circular) atau lurus (linear), dan dapat kehidupan yang terdiri dari DNA (Deoxyribosa
mengandung berapapun dari puluhan kilo Nucleic Acid) dan RNA (Ribonucleic Acid).
pasang basa hingga ratusan mega pasang basa. DNA merupakan unit struktural gen dan
Pada kebanyakan eukariot, sel memiliki terdapat di dalam inti sel. Gen merupakan utas
kromosom-kromosom besar yang linear dan sel molekul DNA yang membawa sandi untuk
prokariot memiliki kromosom melingkar yang pembentukan satu molekul protein. Keseluruhan
lebih kecil, walaupun banyak sekali gen-gen dalam suatu organisme disebut juga
pengecualian pada aturan ini. Sel-sel dapat sebagai genom. DNA merupakan gudang
memiliki lebih dari satu tipe kromosom; sebagai informasi dari suatu mahluk hidup dan
contoh mitokondria pada kebanyakan eukariot informasi-informasi ini akan diturunkan oleh
dan kloroplast pada tanaman juga memiliki mahluk hidup tersebut dari satu generasi ke
kromosom sendiri sebagai tambahan dari generasi berikutnya dan akan terus diturunkan
kromosom inti sel eukariot (Gambar 3). pada generasi selanjutnya.
Kromosom pada prokariot (Bakteri) DNA dan RNA terbentuk dari bersatunya
biasanya berupa sebuah rantai DNA tunggal beberapa monomer nukleotida. Nukeotida
berbentuk melingkar dan tidak terikat dengan sendiri merupakan ester dari nukleosida dengan
protein sepertihalnya pada eukariot, tapi banyak asam fosfat. Neukleosida merupakan suatu N-
variasi yang ada. DNA bakteri juga hadir glikosida (dalam bentuk ribosa ataupun
sebagai plasmid-plasmid, miniatur kromosom, deoksiribosa) dan basa purin maupun pirimidin.
yang berupa DNA melingkar kecil dan siap Watson dan Crick pada tahun 1953
berpindah diantara bakteri. Perbedaan antara mengemukakan struktur tiga dimensi dari DNA
plasmid dan kromosom masih kurang yaitu berupa rantai heliks ganda. Ciri utama
dijelaskan, walaupun ukuran dan tingkat model DNA menurut Watson dan Crick yaitu,
kebutuhan penggunaan keduanya telah DNA terdiri dari dua untai polinukleotida yang
diperhitungkan. Kromosom prokariot pada berpilin untuk menghasilkan bentuk heliks
umumnya memiliki sebuah titik awal dimana ganda dua, kemudian kedua untaian DNA
replikasi berawal, titik ini disebut sebagai titik tersebut memiliki arah yang berlawanan (5' - 3'
ori ( origin of replication ). Gen-gen pada dengan 3' - 5'), lalu DNA juga memiliki tulang
prokariot terorganisasi dalam operon-operon punggung gula-fosfat dengan ikatan fosfodiester
dan tidak mengandung intron seperti pada dan pada bagian tengahnya terdapat pasangan-
eukariot. Kromosom bakteri sepertinya terikat pasangan basa A-T dan C-G yang terikat oleh
pada membran plasma dari bakteri. Dalam ikatan hidrogen, dupleks DNA berdiameter 20
aplikasi biologi molekuler, kromosom dapat Ao dan pasangan basa tersusun pada jarak 3,4 o
diisolasi dengan sentrifugasi bakteri yang lisis. antara satu dengan lainnya, serta yang terakhir
13

satu putaran heliks berjarak 34 Ao dan prosedur-prosedur rekayasa genetik dan biologi
mengandung 10 basa. molekuler bergantung pada kemampuan enzim-
Bakteri memiliki keistimewaan karena enzim restriksi. Istilah dari restriction sendiri
memiliki DNA tidak hanya di kromosom berasal dari fakta bahwa enzim ini pertama kali
namun juga terdapat pada plasmid yang umum ditemukan pada strain E. coli yang tampaknya
disebut sebagai minikromosom. Satu sel bakteri berfungsi membatasi (restricting) infeksi oleh
Bacillus thuringiensis dapat memiliki 1-12 bakteriofage tertentu sehingga enzim restriksi
plasmid dan diantaranya berukuran 30-70 MDa dipercaya sebagai suatu mekanisme pertahanan
yang membawa gen cry (Gonzales & Carlton diri hasil evolusi pada bakteri untuk bertahan
1980). Jumlah plasmid tiap bakteri berbeda- dari serangan virus dan untuk membantu
beda, bergantung pada jenis subspesies dan menghilangkan sekuen DNA atau RNA dari
galurnya. virus yang menempel.
Enzim restriksi tidak memotong DNA
Analisis Total DNA Genom secara acak, namun hanya memotong segmen
Schizotyping DNA genom merupakan salah heliks ganda yang mengandung sekuen
satu cara yang dapat digunakan untuk nukleotida tertentu, dan hanya akan melakukan
mempelajari keragaman genetika. Schizotyping pemotongan diantara sekuen tersebut
adalah analisis profil DNA genom total (recognition sequence, sekuen pengenalan)
berdasarkan pola pita DNA yang dihasilkan selalu dengan cara yang sama. Beberapa enzim
setelah DNA genom utuh dipotong dengan melakukan pemotongan untai segera menuju
enzim restriksi yang memotong dengan jarak bagian berlawanan dari untai dihadapannya,
situs pemotongan tidak berdekatan (rare-cutting membentuk “blunt end” atau ujung tumpul
endonuclease) dan dipisahkan dengan fragmen DNA. Kebanyakan enzim membuat
elektroforesis gel medan berpulsa. Keuntungan pemotongan yang sedikit menjorok ke dalam,
teknik ini ialah cara pengerjaannya yang relatif menghasilkan “sticky ends” atau ujung lengket,
mudah dan sangat akurat karena pita-pita DNA modus pemotongan fragmen DNA “blunt end”
yang dihasilkan membentuk pola yang khas dan dilakukan oleh enzim restriksi endonuklease
unik sehingga merupakan schizotype, yaitu Sma I (Gambar 4).
suatu bentuk sidik jari dari DNA organisme Enzim restriksi diklasifikasikan menjadi
yang bersangkutan (Suwanto et al. 1995). empat tipe secara biokimia, yaitu tipe I, tipe II,
Metode schizotyping terdiri atas tiga tahapan tipe III, dan tipe IV. Sistem tipe I dan III, pada
yaitu isolasi DNA genom utuh dalam matriks sistem ini aktivitas metilase dan restriksi
agarosa, pemotongan DNA genom utuh dengan dilakukan oleh sebuah kompleks besar enzim.
enzim restriksi endonuklease dalam matriks Walaupun enzim ini mengenali sekuen-sekuen
agarosa dan pemisahan molekul DNA dengan DNA spesifik, namun situs pemotongan yang
elektroforesis sehingga menghasilkan pita-pita sebenarnya berada pada jarak yang bervariasi
DNA yang jelas setelah pewarnaan dengan dari situs-situs pengenalan (recognition sites),
ethidium bromida dan diamati di bawah sinar dan bisa berjarak ratusan basa. Keduanya butuh
UV. Pemisahan yang dilakukan pada tahap ATP untuk menjalankan fungsi pemotongan.
akhir dengan elektroforesis pada medan Sistem tipe II, pada sistem ini enzim restriksi
berpulsa menurut Suwanto (1994) akan berada terpisah dari metilase, dan pemotongan
memberikan gambaran profil DNA yang terjadi pada situs yang sangat spesifik yang
menyeluruh, menampilkan peta fisik genom dan terdapat di dalam atau dekat dari sekuen
hasil elektroforesis dapat langsung dianalisis. pengenalan. Kebanyakan dari enzim restriksi
yang diketahui adalah tipe II, dan enzim tipe ini
Enzim Restriksi Endonuklease yang paling banyak kegunaannya sebagai
Enzim restriksi (atau restriksi endonuklease) pembantu kegiatan laboratorium sedangkan
adalah enzim yang dapat memotong utas ganda untuk sistem tipe IV, diklasifikasikan bagi
DNA pada daerah sekuen khusus yang khas. enzim restriksi yang mempunyai target hanya
Enzim ini membuat dua bukaan, satu ke setiap DNA termetilasi.
tulang punggung fosfat dari heliks ganda tanpa Enzim restriksi dinamai berdasarkan bakteri
merusak basanya. Ikatan kimia yang dibuka asalnya, tempat enzim tersebut diisolasi dengan
oleh enzim restriksi endonuklease dapat ketentuan sebagai berikut, sebagai contoh EcoR
dibentuk kembali oleh enzim lain yang dikenal I berdasarkan E, Escherichia untuk genusnya,
sebagai enzim ligase, sehingga fragmen restriksi co, coli untuk speciesnya, R dari RY13 untuk
DNA yang didapat dari kromosom atau gen lain strainnya dan I yang berarti pertama kali
dapat digabungkan bersama jika ujung-ujung diidentifikasi untuk keterangan urutan
untainya saling komplementer. Kebanyakan dari penemuan enzim dalam bakteri tersebut.
14

memfasilitasi migrasi yang berbeda dari


fragmen DNA besar melewati gel agarosa
dengan secara konstan mengubah arah medan
listrik selama proses elektroforesis berlangsung.
PFGE mampu memisahkan DNA dengan
ukuran 5000 kbp. Pemisahan molekul-molekul
DNA menggunakan teknik PFGE dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi gel
agarosa yang digunakan, suhu running, waktu
pulsa, kekuatan medan listrik, bentuk medan
Gambar 4 Tipe pemotongan ”blunt end” oleh listrik dan topologi DNA (Matthew et al. 1988).
Sma1 Pemisahan molekul-molekul DNA yang baik
pada teknik elektroforesis ini dapat
Daya kerja enzim restriksi endonuklease dikembangkan dengan mengaplikasikan
tergantung pada kemurnian DNA yang kombinasi antara konsentrasi gel agarosa yang
dihasilkan, macam dan ketepatan larutan lebih tinggi dengan waktu elektroforesis yang
penyangga, dan kondisi suhu, beberapa enzim lebih lama. Waktu pulsa dan kekuatan medan
juga memerlukan adanya tambahan senyawa listrik juga berpengaruh pada pemisahan
tertentu seperti bovin serum albumin atau molekul-molekul DNA. Molekul DNA yang
dithiotheretiol. Menurut Sambrook et al. (1989) lebih besar akan memerlukan waktu pergerakan
selain hal-hal diatas konsentrasi garam yang yang lebih lama jika dibandingkan dengan
tinggi juga dapat menghambat daya kerja enzim molekul DNA yang lebih kecil.
endonuklease. Menurut Matthew et al. (1988), mobilitas
molekul-molekul DNA selama running pada
Elektroforesis Medan Berpulsa atau teknik ini sangat sensitif terhadap perubahan
Pulsed-field Gel Electrophoresis suhu. Mobilitas DNA akan meningkat dengan
(PFGE) peningkatan suhu dari 15 oC sampai 20 oC.
Analisis DNA makrorestriksi menggunakan Percobaan terhadap posisi elektroda telah
enzim restriksi yang memotong DNA genom dilakukan oleh Cantor et al. (1988), hasil
sangat jarang dan menghasilkan sejumlah kecil percobaan menunjukkan bahwa konfigurasi
fragmen restriksi (biasanya 10-20). Fragmen- elektroda dengan sudut lebih besar dari 110 o
fragmen ini biasanya terlalu besar untuk memberikan hasil yang efektif dalam
dipisahkan dengan elektroforesis gel agarosa pemisahan. Topologi DNA yang berbeda akan
konvensional. Elektroforesis gel konvensional memerlukan waktu yang berbeda untuk
merupakan suatu metode yang relatif mudah menghasilkan pemisahan molekul-molekul
dan dapat dipercaya untuk analisis DNA dan DNA yang baik (Matthew et al. 1988).
RNA. Namun metode ini pada praktiknya tidak Teknik ini memberikan kemudahan untuk
dapat menyelesaikan pemisahan fragmen DNA menentukan ukuran genom (Holloway 1993).
yang lebih besar dari 50 kilo base pairs (kbp). Namun pita-pita yang dihasilkan dari
Molekul DNA tidak melewati gel menurut pemotongan enzim restriksi dan dipisahkan
ukurannya pada kondisi ini, tapi mereka dengan PFGE tidak dapat memberikan
bergerak dengan mengubah bentuk dan perbedaan antara pita yang berasal dari DNA
ukurannya sehingga sesuai dengan pori-pori kromoson dengan pita yang berasal dari DNA
dari gel. Semakin besar pori-pori gel maka plasmid dan hanya memberikan ukuran
semakin besar pula molekul DNA yang mampu keseluruhan dari kandungan DNA.
melewati gel tanpa reptasi. Walaupun gel Walaupun demikian PFGE juga memiliki
dengan konsentrasi 0,1-0,2 % dapat dipenuhi beberapa keterbatasan, antara lain memakan
untuk melakukan separasi molekul DNA besar waktu, membutuhkan keterampilan tingkat
namun cara ini bukanlah solusi yang tinggi, tidak selalu berhasil untuk semua hal
memuaskan karena kesulitan yang didapat (contoh: pola klonal), pola yang dihasilkan bisa
untuk mempertahankan keutuhan gel dengan berbeda dari tiap orang peneliti, tidak dapat
konsentrasi 0,1-0,2 % sangat tinggi. mengoptimalkan pemisahan pada tiap bagian
Permasalahan ini kemudian secara efektif gel di waktu yang bersamaan, pada PFGE pita
diselesaikan melalui sebuah proses yang adalah pita dan bukan sekuen, tidak benar-benar
biasanya disebut sebagai Elektroforesis Medan mengetahui apakah pita dengan ukuran yang
Berpulsa atau pulsed-field gel electrophoresis sama adalah bagian DNA yang sama, pita tidak
(PFGE), dikembangkan pada tahun 1984 untuk mandiri, perubahan pada satu situs restriksi
memisahkan DNA kromosom khamir. PFGE dapat berarti perubahan lebih dari satu pita,
15

keterkaitan harus digunakan sebagai petunjuk kemudian pelet ditambahkan dengan 0,5 mL
dan bukan ukuran filogenetik sesungguhnya. PIV 0,5 M, divorteks dan diinkubasi pada 37
o
C. Selanjutnya suspensi pelet ditambahkan 0,5
mL larutan agarosa 0,8 % dalam 0,5 M PIV.
BAHAN DAN METODE Campuran agarosa dan biakan dicetak pada
cetakan balok agarosa (Bio-Rad, Richmond,
Bahan dan Alat Calif) menggunakan syringe, cetakan kemudian
Mikroorganisme yang digunakan adalah dibiarkan membeku membentuk blok gel
berbagai galur bakteri Bacillus thuringensis. agarosa (250 µL/blok).
Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah agar Blok gel yang telah beku dikeluarkan dan
(Sigma), agarosa (Sep RateTM-DNA, dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 5
Amersham), asam borat (Merck), BSA mL larutan pelisis (6 mM Tris HCl pH 7,5;
(Biolabs), bufer EC, bufer ESP, bufer restriksi, 1mM NaCl; 100 mM EDTA pH 7,5; 0,5% Brij-
bufer TBE 0,5X, enzim restriksi Sma I 58; 0,22% deoxycholate; 0,5% sarkosyl; 2
(Biolabs), mid range PFG marker (New mg/mL lisozim dan 20 µg/mL RNA-ase) dan
England Biolabs), dan Yeast Chromosomes, dinkubasi semalam pada suhu 37 oC, kemudian
Saccharomyces cereviseae, Strain YNN295, blok gel dicuci 2 kali dengan 10 mL larutan
EDTA, ethidium bromida, larutan BSA, larutan TE10/1 (10 mM Tris.HCl pH 8,0 dan 1 mM
PIV, lisozim (Nacolai Tesque-Japan), media EDTA), lalu gel direndam pada 5 mL larutan
sintetik Luria Bertani, PMSF 1,5 mM, deproteinase (100 mM EDTA pH 9,5; 0,5%
Proteinase-K (Boehringer Mannheim), RNA- sarkosyl dan 200 µg/mL proteinae-K) dishaker
ase (Boehringer Mannheim), T10E1, dan T10E100. pada inkubator shaker selama 48-72 jam pada
Alat-alat yang digunakan adalah tabung suhu 55 oC dan 60 rpm. Blok agar kemudian di
reaksi, labu takar, gelas piala, labu erlenmeyer, cuci dengan T10E100 dan larutan PMSF 1 mM
cawan petri, botol Schott, autoklaf, cetakan dan diinkubasi selama 1 jam pada temperatur
Agarosa (Bio-Rad), Inkubator statis (Heraeus, ruang. Gel kemudian dicuci 2 kali dengan
Germany), inkubator shaker (series 25, New larutan T10E1, gel lalu dimasukkan ke dalam
Jersey-USA), kamera digital, lampu spritus, mikrotube yang berisi 1 mL larutan penyimpan
mikropipet, microtube, microwave (National (EDTA 0,5 M, pH 8,0) dan disimpan pada 4 oC.
NN-9835, Osaka-Japan), neraca analitik, ose,
parafilm, penangas air (Cambridge-England), Fragmentasi Molekul DNA dengan Enzim
pH meter, pinset, pipet volumetrik, pisau Retriksi Endonuklease
scapel, sarung tangan, CHEF-DR® III Pulse Enzim restriksi yang digunakan adalah Sma
Field Electrophoresis System (Bio-Rad), I, sepertiga blok gel dipotong tipis dan dicuci
biofuge dengan rotor tetap #3324 dan r sebesar dua kali dengan TE10/1 selama 30 menit
5,55 cm (fresco, Haraeus Germany), syringe kemudian dimasukkan ke dalam mikrotube
(Terumo, Tokyo-Japan), spektrofotometer, yang berisi 200 µl bufer restriksi lalu dibiarkan
sudip, UV Transilluminator, Vaccum selama 2 jam pada suhu 25 oC. Blok agar
Milliphore (Nalgene), dan kertas Miliphore 0,22 kemudian dimasukkan kedalam bufer restriksi
µm (Nalgene). baru yang telah tersedia dengan enzim 10 s.d.
20 unit Sma I lalu diinkubasi pada suhu 25 oC
Metode selama satu malam. Kemudian blok agar di cuci
T10E1 sebelum elektroforesis.
Kondisi Kultur dan Galur Bakteri
Galur bakteri yang digunakan pada Elektroforesis pada Medan Berpulsa
penelitian ini terdiri dari isolat lokal dan galur Elektroforesis dilakukan menggunakan
standar (Lampiran 1). Bakteri ditumbuhkan sistem Bio-Rad CHEF-DRII. Untuk running
secara aerob pada media Luria Bertani cair gel, digunakan agarosa dengan konsentrasi 1%
dengan antibiotik pada suhu 37oC hingga (w/v). Potongan-potongan blok gel dimasukkan
dicapai nilai OD 0,4-0,6 pada λ 610 nm. ke dalam sumur-sumur running gel dan ditutup
dengan 0,5% agarosa. Running gel selanjutnya
Penyiapan DNA pada Blok Agarosa dimasukkan ke dalam tangki elektroforesis yang
Sebanyak 1,5 mL suspensi bakteri telah diisi dengan bufer TBE 0,5x untuk
dipindahkan ke dalam mikrotube lalu dilakukan proses elektroforesis dengan alat
disentrifugasi selama 10 menit pada suhu 4 oC PFGE pada suhu 14 oC, waktu pulsa 5 detik,
dan 7000 rpm. Supernatan dibuang, sedangkan tegangan listrik 6 Volt/cm, dan voltase sebesar
pelet dicuci dengan 1,5 mL larutan PIV (10 mM 180 Volt selama 24 jam. Marker yang
Tris.HCl pH7,5 dan 1 M NaCl) tiga kali, digunakan ialah mid range PFG marker, dan
16

Kromosom Saccharomyces cereviseae, Strain Tabel 1 Hasil induksi antibiotik pada BT


YNN295. Hasil elektroforesis dilihat pada UV standar dan pada isolat lokal.
transilluminator setelah proses staining dengan Resistensi
ethidum bromida. Ukuran fragmen ditentukan No. B. thuringiensis
Antibiotik
dengan membandingkan hasil foto pola fragmen
1. daendrolinus HD-7 Ap
DNA dan marker.
2. kurstaki Ap
3. entomocidus HD-973 Ap, Tc
4. aizawai HD-137 Ap
HASIL DAN PEMBAHASAN 5. tolworthi HD-537 Ap
6. darmstadiensis T 495 Ap
Induksi Antibiotik 7. dakota HD-511 Ap
Beberapa bakteri memiliki kecenderungan 8. israeliensis HD-500 Ap, Sm
untuk kehilangan kualitas dirinya setelah 9. finitimus HD-3 Ap
mengalami peremajaan berkali-kali pada media 10. entomocidus HD 937 Ap
dengan kandungan nutrisi yang berlimpah. 11. aizawai san 415-2 Ap
Umumnya bakteri akan kehilangan plasmidnya 12. kurstaki HD-1 s Ap
karena tuntutan untuk mempertahankan dirinya 13. Isolat 3a Ap
lebih rendah dari kondisi alaminya. Plasmid 14. Isolat 3l Ap, Tc
merupakan elemen ekstrakromosom yang 15. Isolat 3n Ap, Tc
umumnya berfungsi menyandi metabolit- 16. Isolat 4q Ap
metabolit sekunder yang digunakan untuk 17. Isolat 5k Ap
bertahan hidup. Oleh karena itu BT diremajakan 18. Isolat 6c Ap
dalam media dengan penambahan antibiotik, 19. Isolat 6l Ap
sehingga diharapkan BT dapat tumbuh dengan 20. Isolat 7e Ap
mengeluarkan seluruh potensi hidupnya atau 21. Isolat Dd Ap
dengan kata lain dikondisikan untuk
Keterangan :
mengaktifkan kembali mekanisme pertahanan
Ap: Ampisilin Tc: Tetrasiklin
hidupnya dan diharapkan memunculkan
Sm: Streptomisin
plasmid-plasmid yang hilang. Keberadaan
plasmid dibutuhkan untuk mendapatkan ukuran
Keberadaan plasmid pada BT sangat penting
genom total secara tepat dan akurat.
untuk membedakannya dengan B. subtilis yang
Hasil dari proses induksi antibiotik dapat
merupakan kerabat dekatnya. Karena hasil
dilihat pada Tabel 1. Isolat maupun standar
penelitian Berry et al. (2002) menyebutkan
terlebih dahulu diujikan pada enam antibiotik
bahwa gen cry penyandi δ-endotoksin yang
yang umum digunakan dalam biologi molekuler
berada pada plasmid yang sebagian besar diapit
untuk menginduksi plasmid bakteri. Antibiotik
oleh gen penyandi resistensi antibiotik. Oleh
yang digunakan untuk menginduksi plasmid
karenanya induksi antibiotik ini berperan dalam
pada penelitian ini antara lain ampisilin,
penentuan genom total dari BT.
streptomisin, kanamisin, tetrasiklin, kloram-
fenikol, dan asam nalidiksat. Hasil yang didapat
Isolasi DNA Genom
menunjukkan adanya kesamaan resistensi
DNA Genom diisolasi dengan metode yang
terhadap antibiotik ampisilin untuk semua BT,
dikembangkan oleh Cantor et al. (1988) yang
isolat maupun standar. Namun ada juga bakteri
telah mengalami modifikasi untuk
yang resisten lebih dari satu antibiotik yaitu
menyesuaikan keadaan. Metode ini
subspesies entomocidus HD 973 (Ap dan Tc),
menggunakan gel agaros untuk memerangkap
subspesies israeliensis HD 500 (Ap dan Sm),
DNA dengan membentuk plug-plug gel agaros
isolat 3l (Ap dan Tc), dan isolat 3n (Ap dan Tc).
berisi biomassa bakteri untuk selanjutnya
Isolat maupun standar yang memiliki resistensi
mengalami perlakuan-perlakuan enzim untuk
terhadap lebih dari satu antibiotik diharapkan
memurnikan DNA dari protein-protein yang
dapat memiliki plasmid lebih dari satu. Namun
dapat mengganggu proses restriksi. Metode ini
tidak menutup kemungkinan bahwa BT tersebut
juga memberikan hasil konsentrasi DNA lebih
hanya memiliki satu plasmid dengan dua gen
tinggi dari metode lain, dan melindungi DNA
penyandi resistensi antibiotik. Induksi
dari degradasi oleh Dnase lebih lama.
diperlukan agar plasmid dapat tetap
Keutuhan DNA Genom dalam proses
dipertahankan di dalam sel dan induksi juga
elektroforesis ini sangat penting. DNA yang
dapat meningkatkan jumlah plasmid (Sambrook
telah mengalami degradasi akan menghasilkan
1989). Hasil Induksi menunjukkan bahwa BT
pita elektroforesis yang tidak akurat, fragmen
paling sedikit memiliki satu resisten antibiotik.
17

yang dihasilkan mungkin bukan fragmen yang Enzim Restriksi Sma I


sesungguhnya. Nilai total genom yang Proses analisis DNA genom menggunakan
didapatkan juga merupakan nilai total genom metode Schizotyping membutuhkan enzim
bukan sebenarnya. restriksi yang sesuai, sehingga diharapkan
Penelitian ini juga menggunakan metode dapat memberikan hasil elektroforesis dengan
isolasi DNA konvensional atau yang umum potongan pita DNA yang besar dan nyata.
digunakan, hasil elektroforesis yang didapat Penetuan enzim restriksi yang sesuai dapat
tidak berbeda dengan hasil elektroforesis yang mempermudah proses analisis. Penentuan enzim
didapat dari DNA plug dari metode Cantor restriksi ini dikemukakan oleh Smith dan
(Gambar 5A). Namun setelah masa Condaime (1990) yaitu berdasarkan (i)
penyimpanan selama satu minggu (Gambar 5B), persentase molekul (G+C) DNA genom bakteri;
hasil isolasi DNA konvensional tidak (ii) jumlah basa yang dikenali oleh enzim
menunjukkan adanya DNA sedangkan DNA restriksi; (iii) situs enzim restriksi yang
plug tetap memberikan hasil yang kurang lebih memotong kodon awal atau kodon akhir.
sama dengan hasil-hasil sebelumnya. Dari hasil Persentase molekul (G+C) DNA genom BT
pengamatan ini terbukti bahwa DNA yang dilaporkan oleh Sneath (1994) antara 33.8-34.5
dihasilkan oleh metode isolasi DNA %. Oleh karena itu situs pengenalan enzim
konvensional mengalami degradasi oleh DNase. restriksi yang kaya akan nukleotida Guanin (G)
Sehingga untuk penyimpanan dalam jangka dan Sitosin (C) akan memotong dengan jarang
waktu yang lama metode isolasi konvensional DNA bakteri BT. Semakin banyak basa yang
kurang baik. dikenali oleh enzim restriksi maka semakin
sedikit situs yang dikenalinya pada DNA
genom, sehingga semakin sedikit pita-pita yang
dihasilkan. Enzim-enzim dengan situs
pemotongan heksanukleotida (6 basa)
diharapkan dapat memberikan hasil
pemotongan lebih baik dari enzim
oktanukleotida (8 basa) dan tetranukleotida (4
basa). Enzim-enzim oktanukleotida akan
memotong DNA sangat jarang karena basa yang
dikenalinya lebih banyak, sebaliknya enzim-
enzim tetranukleotida memotong DNA sangat
banyak karena basa yang dikenali oleh enzim-
enzim ini lebih sedikit.
Perbedaan dalam metilasi DNA juga
merupakan salah satu faktor yang mepengaruhi
perbedaan penyebaran situs pemotongan enzim
restriksi. Pernyataan tersebut disebabkan oleh:
(i) enzim restriksi merupakan produk
pertahanan bakteri terhadap invasi DNA faga
dari bakteriofaga, enzim restriksi akan
mendegradasi DNA faga sebelum bakteriofaga
bereplikasi dan membentuk faga baru namun
enzim restriksi yang dihasilkan tidak
mendegradasi DNA bakteri sendiri karena DNA
bakteri tersebut mengalami proses metilasi yang
Gambar 5 Hasil restriksi B. thuringiensis subsp. mencegah pemotongan oleh enzim restriksi
kurstaki dengan enzim restriksi Sma I yang dihasilkan oleh bakteri itu sendiri; (ii)
adanya hasil pemotongan dari enzim restriksi
pada kondisi pemisahan DNA yang
yang sulit untuk dijelaskan. Beberapa hal lain
sama dengan proses isolasi DNA
berbeda. Marker Saccharomyces yng dapat mengakibatkan perbedaan
cerevisiae (M Sc) dan Mid range pemotongan antara lain menurunnya aktivitas
PFG marker (M Mid). (A) Pemisahan dari enzim restriksi itu sendiri yang dipengaruhi
dilakukan setelah isolasi DNA oleh perubahan suhu, konsentrsi buffer dan
kemurnian enzim tersebut.
dilakukan. (B) Pemisahan dilakukan
Beberapa enzim restriksi yang telah umum
setelah DNA disimpan selama 1
digunakan dalam elektroforesis medan berpulsa
minggu.
memenuhi kriteria penentuan enzim restriksi
18

yang telah disebutkan diatas. Enzim-enzim


tersebut memiliki situs pemotongan yang kaya
akan sitosin (C) dan guanin (G), enzim-enzim
tersebut antara lain: Apa I (GGGCC*C), Bss
HII (G*CGCGC), Xma III (C*GGCCG), Sac II
(CCGC*GG), Nae I (GCC*GGC), Nar I
(GG*CGCC), Not I (GC*GGCCGC), dan Sma I
(CCC*GGG).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
enzim Sma I memotong DNA bakteri BT lebih
baik dari enzim lain sehingga pola pita DNA
Gambar 6 Hasil restriksi 12 galur oleh Sma I.
yang dihasilkan lebih baik sehingga pada
1% MP agaros, 0.5 X larutan
penelitian ini digunakan enzim Sma I. Enzim
penyangga TBE, suhu 14 oC, waktu
restriksi Sma I merupakan jenis enzim restriksi
pulsa (Pt) 5-50 detik, waktu running
heksanukleotida dengan situs pemotongan
(Rt) 20 jam, tegangan sebesar 7,1
CCC/GGG, fakta yang mendukung pernyataan
volt/cm dan menggunakan Mid
sebelumnya dimana enzim dengan situs
range PFG marker (M Mid).
pengenalan kaya akan basa Sitosin (C) dan
Guanin (G) akan memotong dengan jarang
DNA yang kaya akan Sitosin (C) dan Guanin
(G). Namun hasil yang diberikan oleh enzim
Sma I pada penelitian ini tidak dapat diproses
lebih lanjut karena pita yang dihasilkan smear.
Hal ini mungkin karena dalam produksinya Sma
I banyak terkontaminasi nuklease nonspesifik
(Smith & Condemine 1990) atau pada proses
penyimpanan enzim yang kurang baik sehingga
enzim kehilangan kemampuannya merestriksi
DNA dengan sempurna.

Kondisi Optimal Elektroforesis Gambar 7 Hasil restriksi 12 galur oleh Sma I.


Kondisi optimal elektroforesis diperlukan 1% MP agaros, 0.5 X larutan
untuk mendapatkan hasil yang baik dan mudah penyangga TBE, suhu 14 oC, waktu
dianalisis. Untuk itu penentuan kondisi optimal pulsa (Pt) 5-50 detik, waktu
diawali dengan me-running DNA BT pada tiga running (Rt) 20 jam, tegangan
kondisi yang berbeda (Gambar 6, Gambar 7, sebesar 6 volt/cm dan
dan Gambar 8). Matriks gel agaros pertama menggunakan Mid range PFG
menghasilkan pita smear di bagian bawah marker (M Mid).
matriks gel agaros, menunjukkan bahwa DNA
bakteri-bakteri (sesuai dengan nomor urut pada
tabel) telah sebagian atau semua keluar dari gel
agaros sehingga tidak dapat dianalisis. Matriks
pertama di-running pada kondisi: Running time,
Rt, 20 jam; Pulse time, Pt, 5-50 detik; dengan
Voltase, V, 7,1 volt/cm. Matriks gel kedua di-
running pada kondisi: Rt = 20 jam; rt = 5-50
detik; dan V = 6 volt/cm. DNA pada matriks ini
juga mengalami hal yang sama dengan matriks
sebelumnya yaitu berada pada batas akhir
matriks sehingga menyulitkan proses analisis
pada matriks gel agaros.
Hasil yang didapat memberi kesimpulan Gambar 8 Hasil restriksi 12 galur oleh Sma I.
bahwa waktu running selama 20 jam masih 1% MP agaros, 0.5 X larutan
terlalu panjang sehingga pada kedua uji coba penyangga TBE, suhu 14 oC, waktu
sebelumnya DNA masih berada pada batas pulsa (Pt) 1-20 detik, waktu running
akhir matriks gel agaros. Pada uji coba ketiga (Rt) 17 jam, tegangan sebesar 6
matriks gel agaros di-running dengan kondisi: volt/cm dan menggunakan Mid
Rt = 17 jam; Pt = 1-20 detik; dan V = 6 volt/cm. range PFG marker (M Mid).
19

Uji coba ketiga menghasilkan pita yang genom yang lebih besar dari seharusnya
berada di area tengah matriks gel agaros (Beverley & Cantor 1988).
sehingga memudahkan proses analisis. Pada Hasil elektroforesis dari proses restriksi
umumnya peningkatan waktu pulsa akan yang dilakukan pada penelitian ini tidak dapat
meningkatkan pemisahan DNA di bawah 1 Mb. dianalisis seperti yang dikehendaki. Namun ada
Namun DNA yang berukuran 1 Mb ke atas akan beberapa hal yang masih dapat menjadi bahan
mengalami smear pada saat di-running dengan pembahasan pada penelitian ini. Hasil restriksi
waktu pulsa yang tinggi. oleh enzim Sma I memberikan pita smear yang
Elektroforesis dilakukan pada kondisi suhu tidak dapat diketahui ukurannya secara tepat
yang sama yaitu 14 oC, pada suhu ini saat dibandingkan dengan marker kromosom S.
diharapkan menginaktifasi kerja enzim-enzim cerevisiae dan mid range PFG marker, sehingga
pada DNA. Suhu juga memiliki pengaruh yang hampir tidak mungkin untuk menentukkan nilai
sama pada semua sistem elektroforesis, total genom DNA yang diinginkan. Walaupun
peningkatan suhu juga diikuti dengan kenaikan demikian hasil elektroforesis ini dapat
mobilitas DNA dalam sistem, oleh karena itu memberikan kisaran ukuran genom DNA yang
sangat penting untuk menjaga suhu dalam sitem telah diujikan dan masih dapat menunjukkan
elektroforesis tetap atau konstan (Cantor 1988). adanya proses restriksi yang berbeda pada DNA
BT yang berbeda. Kedua hal tersebut dapat
Analisis Hasil Elektroforesis memberikan sedikit petunjuk adanya perbedaan
Ukuran DNA genom total dari PFGE dapat ataupun kemiripan antara isolat-isolat BT lokal
diketahui dengan mengukur panjang setiap dan pembandingnya yaitu galur-galur BT
potongan DNA hasil elektrforesis dengan standar.
membandingkan pada marker yang di gunakan Elektroforesis di bagi menjadi dua bagian
yaitu Midrange PFG marker dan Yeast yaitu yang pertama merupakan elektroforesis
chromosomes marker sebagai standar ukuran DNA isolat-isolat lokal maupun galur-galur
DNA yang digunakan, kemudian panjang setiap standar tanpa proses restriksi oleh enzim Sma I
pita DNA hasil elektroforesis tersebut dan elektroforesis isolat-isolat lokal dan galur-
dijumlahkan sehingga didapat nilai keseluruhan. galur standar dengan melakukan proses restriksi
Setiap potongan yang dihasilkan oleh restriksi oleh enzim Sma I terlebih dahulu. Dari hasil
enzim yang berbeda pada DNA genom yang elektroforesis dapat dapat dilihat bahwa proses
sama akan memberikan nilai total yang kurang restriksi yang dilakukan oleh enzim Sma I tidak
lebih sama. Sehingga terkadang digunakan sempurna sehingga yang dihasilkan adalah pita
beberapa enzim yang berbeda untuk mengetahui yang smear.
nilai total genom yang lebih baik. Gambar 9A menunjukkan hasil
Tanskanen et al. Menyebutkan bahwa ada elektroforesis dari 12 galur standar yang tidak
beberapa kemungkinan yang bisa menjadi direstriksi oleh enzim Sma I. Hasil
sumber kesalahan dalam penentuan ukuran elektroforesis menunjukkan bahwa pita-pita
genom dari hasil fragmen DNA yang DNA kedua belas galur standar berada pada
dielektroforesis. Pertama, kesalahan yang kisaran nilai 1800- 2500 kbp (kilobase pair).
terjadi dalam mengukur ukuran fragmen DNA Hal yang sama juga ditunjukkan pada gambar
dari pergerakannya dalam gel dengan 9B, yaitu hasil elektroforesis dari DNA galur
membandingkan pada pergerakan standar BT lokal yang tidak mengalami perlakuan
ukuran molekuler. Kedua, fragmen DNA yang restriksi oleh enzim Sma I. Pita-pita isolat-isolat
berukuran lebih kecil dari 8 kbp seringkali tidak lokal tersebut juga berada pada kisaran yang
terdeteksi setelah proses PFGE, namun sumber hampir sama dengan galur-galur standar kecuali
kesalahn kedua ini masih bisa diabaikan karena pada DNA nomer 15 yaitu isolat 3n yang
tidak mempengaruhi nilai total genom secara menghasilkan pita berada pada 1100 kbp (Tabel
signifikan. Ketiga, kesalahan yang disebabkan 2). Namun nilai yang didapatkan tanpa proses
oleh kehadiran plasmid yang tidak memiliki pemotongan ini tidak akurat sehingga tidak
situs pemotongan Sma I, karena mobilitas dapat dijadikan sebagai acuan nilai total genom
plasmid yang tidak terestriksi berbeda dengan DNA dari bakteri BT. Gunderson dan Chu
mobilitas molekul DNA linear yang memiliki melaporkan bahwa hambatan utama dalam
ukuran molekul yang sama. Biasanya sebuah memisahkan DNA berukuran besar adalah
plasmid sirkular terbuka tidak meninggalkan adanya proses entrapment (penjebakan) dalam
sumur setelah elektroforesis (Beverley SM satu bentuk maupun bentuk lain. Fenomena ini
1988), namun kehadiran lebih dari satu plasmid semakin signifikan saat ukuran DNA yang
yang bergerak dengan pergerakan yang berbeda dipisahkan jauh lebih besar dari karakter
dapat menyebabkan penghitungan ukuran dimensi yang diciptakan oleh matriks gel.
20

A B
Gambar 9 Hasil elektroforesis galur standar dan lokal pada kondisi: 1% MP agaros, 0.5 X larutan
penyangga TBE, suhu 14 oC, waktu pulsa (Pt) 1-20 detik, waktu running (RT) 17 jam,
tegangan sebesar 6 volt/cm, menggunakan marker Saccharomyces cerevisiae (M Sc) dan
Mid range PFG marker (M Mid). (A) galur-galur standar tidak direstriksi. (B) galur-galur
lokal tanpa melalui proses restriksi. Nomor urut bakteri-bakteri sesuai dengan nomor urut
pada tabel.

Bentuk pertama penjebakan terjadi di dari jenis yang sama. Masih banyak hal yang
sumur-sumur tempat DNA dimasukkan dan dapat dioptimalkan dari penelitian ini, masih
terjadi saat kekuatan medannya terlalu besar. banyak yang bisa diperbaiki, namun peneliti
Hambatan ini dapat diperkecil dengan yakin bahwa analisis genom total merupakan
melakukan prerun dengan menggunakan waktu metode yang sangat tepat untuk menganalisis
pulsa yang lebih pendek maupun dengan kekerabatan antar spesies.
menggunakan medan berkekuatan rendah.
Bentuk kedua dari penjebakan terjadi setelah Tabel 2 Perkiraan ukuran pita DNA yang
DNA masuk kedalam matriks gel agaros. belum direstriksi
Kenaikan lebih lanjut dari kekuatan medan Ukuran
pertama-tama akan menyebabkan DNA No. B. thuringiensis
pita (Kb)
membentuk pita smear, diikuti dengan DNA
yang bergerak sangat pelan dari tiap pitanya, 1. daendrolinus HD-7 2250
hingga kegagalan total untuk bermigrasi. 2. kurstaki 2200
Sedangkan pada gambar 10A dan 10 B 3. entomocidus HD-973 2350
dapat dilihat hasil elektroforesis dari galur-galur 4. aizawai HD-137 1750
standar maupun dari isolat-isolat lokal yang 5. tolworthi HD-537 1800
telah mengalami proses restriksi oleh enzim 6. darmstadiensis T 495 2450
7. dakota HD-511 2455
Sma I. Pita-pita yang dihasilkan tidak dapat
dianalisis lebih dalam karena berbentuk pita 8. israeliensis HD-500 2550
smear, sehingga tidak dapat diketahui secara 9. finitimus HD-3 2500
10. entomocidus HD 937 2455
pasti ukuran dan pola pemotongan dari enzim
11. aizawai san 415-2 1900
restriksi Sma I terhadap DNA tiap isolat dan
12. kurstaki HD-1 s 1855
galur yang diisolasi. Tidak terdapatnya pola
potongan pita dan ukuran genom dari isolat 13. Isolat 3a 2200
maupun standar yang digunakan menyebabkan 14. Isolat 3l 2500
proses analisis kekerabatan antar isolat dan 15. Isolat 3n 1100
galur tidak mungkin dilakukan. Namun 16. Isolat 4q 2350
demikian hasil pemotongan oleh enzim restriksi 17. Isolat 5k 2455
18. Isolat 6c 2550
Sma I ini secara kasat mata memberikan profil
yang berbeda untuk tiap DNA yang berbeda 19. Isolat 6l 2600
yang dapat menjadi sebuah awal pembuktian 20. Isolat 7e 2600
bahwa isolat-isolat yang diujikan bukan berasal 21. Isolat Dd 2550
21

A B
Gambar 10 Hasil elektroforesis galur standar dan galur lokal pada kondisi: 1% MP agaros, 0.5 X
larutan penyangga TBE, suhu 14 oC, waktu pulsa (Pt) 1-20 detik, waktu running (RT) 17
jam, tegangan sebesar 6 volt/cm, menggunakan marker S. cerevisiae (M Sc) dan Mid
range PFG marker (M Mid). (A) galur-galur standar yang telah di restriksi Sma I. (B)
galur-galur lokal direstriksi dengan menggunakan enzim Sma I. Nomor urut bakteri
sesuai dengan nomor urut pada tabel.

SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara Armstrong JL, Rohrmann GF, Beaudreau GS.
umum B. thuringiensis memiliki resistensi 1985. Delta endotoxin of Bacillus
terhadap antibiotik ampisilin. Isolasi DNA thuringiensis subsp. israelensis. J Bacteriol
berhasil dilakukan dan dibuktikan dengan 161: 39-46.
elektroforesis tanpa proses restriksi oleh enzim.
Metode isolasi DNA yang paling cocok untuk
PFGE adalah metode plug yang dikembangkan Bery C et al. 2002. Complete sequence and
oleh Cantor, karena hasil isolasinya dapat organization of pBtoxis, the toxin-coding
plasmid of Bacillus thuringiensis subsp.
bertahan lebih lama dari isolasi DNA
israelensis. J Bacteriol 68: 5082-5095.
konvensional. Analisis pita restriksi tidak dapat
dilakukan dengan baik karena proses restriksi
enzim tidak memberikan pita yang jelas tapi Beverley SM. 1988. Characterization of the
justru memberikan pita smear. Perkiraan genom ‘unusual’ mobility of large circular DNAs
total sementara untuk galur standar berada pada in pulsed field-gradient electrophoresis.
1800 -2500 kbp sedangkan untuk isolat lokal Nucleic Acids Res 16: 925-939.
berada pada 1100 – 2600 kbp. Perhitungan
genom total secara nyata dan perkiraan
kekerabatan antar galur lokal tidak berhasil Cantor CR, Smith CL, Matthew MK. 1988.
dilakukan. Pulsed field gel electrophoresis of a very
Penelitian pendahuluan guna menentukan large DNA molecules. Ann Ref Biohys
kondisi optimum untuk mendapatkan profil pita Chem 17: 287-304.
DNA B. thuringiensis yang lebih tajam perlu
dilakukan. Penggunaan enzim restriksi baru Carlton, Gonzales. 1986. Biocontrol of Insects
untuk menghindari munculnya faktor kegagalan Bacillus thuringiensis. Amsterdam:
yang disebabkan oleh penurunan kinerja enzim- Martinus Nijhaff.
enzim restriksi sangat direkomendasikan.
Pengunaan enzim restriksi kaya C dan G lain
sebaiknya di lakukan pada penelitian lanjutan Cavalier-Smith T. 1985. Eukaryotic gene
sebagai pembanding profil pemotongan enzim. numbers, non-coding DNA, and genome
22

size. pada Cavalier-Smith T, ed. The Matthew et al. 1988. High resolution and
Evolution of Genome Size. Chichester: John accurate size determination in PFGE of
Wiley. DNA. Biochemistry 27: 9210-9226.

Chu G, Gunderson. 1989. Pulsed field Pearson H. 2006. "Genetics: what is a gene?".
electrophoresis in contour-clamped Nature 441 (7092): 398-401.
homogeneous electric fields for the
resolution of DNA by size or topology. Sambrook J et al. 1989. Molecular Cloning: A
Electrophoresis 10: 290-295. Laboratory Manual, Ed ke-3. New York:
Cold-Spring Harbor Laboratory Press.
Colton, L., Clark JB. 2001. Comparison of
DNA isolation methods and storage Shaheduzzaman SM, Akimoto S, Kuwuhara T,
conditions for successful amplification of Kinouchi T, Ohnishi Y. 2000. Genome
Drosophila genes using PCR. Dros Inf Ser analysis of Bacteroides by pulsed field gel
84: 180-182. electrophoresis : chromosome sizes and
restrictrion petterns. DNA research 4: 19-
Deacon J. 2000. Microbial World: Bacillus 25.
thuringiensis. Edinburgh: Institute of Cell
and Molecular Biology. Skov MN, Pedersen K, Larsen JL. 1995.
Comparison of pulsed-field gel
Glare TR, M O'Callaghan. 2006. Bacillus electrophoresis, ribotyping, and plasmid
thuringiensis: animal safety.[terhubung profiling for typing Vibrio anguillarum
berkala]. http://www.bt.ucsd.edu/bt_safety. serovar O1. J Bacteriol 61: 1540-1545.
html [25 sep 2006].
Smith CL, Condemine G. 1990. Mini review:
Glare TR, M O'Callaghan. 2006. Bacillus new approach for physical mapping of
thuringiensis: history of Bt.[terhubung small genome. J Bacteriol 172: 1167-1172.
berkala]. http://www.bt.ucsd.edu/bt_history
.html [25 sep 2006]. Suwanto A, Rosana L, Budi T, Edi G. 1995.
Analisis DNA genom Xanthomonas
Gunderson K, Chu G. 1991. Pulsed-field campestris menggunakan pulsed field gel
electrophoresis of mega base-sized DNA. electrophoresis. [thesis] Bogor: Pusat Antar
Mol. Cell. Biol 11: 3348-3354. Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian
Bogor.

Helmiah. 2000. Analisis profil DNA genom


beberapa galur Bacillus thuringiensis Suwanto A. 1994. Pulsed field gel
dengan elektroforesis gel medan berpulsa. electrophoresis: a revolution in microbial
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan genetics. Mol Biol Biotechnol 2: 78-85.
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor. Suzuki K, Iwata K, Yoshida K. 2001. Genome
analysis of Agrobacterium tumefaciens :
Holloway BW, Morgan AF. 1993. Genome construction of physical maps for linear and
organization in Pseudomonas. Annu Rev circular chromosomal DNAs, determination
Microbiol 40: 79-105. of copy number ratio and mapping of
chromosomal virulances genes. DNA
research 8: 141-152.
Lederberg J, McCray AT. (2001).”'Ome sweet
'Omics -- a genealogical treasury of
words”. The Scientist 15 : 7. Tanskanen et al. 1990. Pulsed-field gel
electrophoresis of Sma I digests of
lactococcal genomic DNA, a novel method
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. of strain identification. Appl. Environ.
Thenawijaya M, Penerjemah; Jakarta: Microbiol 56: 3105-3111.
Erlangga. Terjemahan dari:Principles Of
Biochemistry.
23

Wikimedia foundation. 2006. Bacillus


thuringiensis.[terhubung berkala].
http://en.wikipedia.org/wiki/Bacillus_thurin
giensis.html [1 Agu 2006].
24

LAMPIRAN
25

Lampiran 1 Galur-galur bakteri Bacillus thuringiensis yang digunakan

Resistensi
No. B. thuringiensis Asal
Antibiotik
1. daendrolinus HD-7 Ap National Center for Agricultural
Utilization Reasearch
2. kurstaki Ap American Type Culture Collection, USA
3. entomocidus HD- Ap, Tc National Center for Agricultural
973 Utilization Reasearch
4. aizawai HD-137 Ap National Center for Agricultural
Utilization Reasearch
5. tolworthi HD-537 Ap National Center for Agricultural
Utilization Reasearch
6. darmstadiensis T Ap Thailand Institute for Science and
495 Technology, Bangkok
7. dakota HD-511 Ap National Center for Agricultural
Utilization Reasearch
8. israeliensis HD-500 Ap, Sm Lausanne University
9. finitimus HD-3 Ap National Center for Agricultural
Utilization Reasearch
10. entomocidus HD Ap National Center for Agricultural
937 Utilization Reasearch
11. aizawai san 415-2 Ap Lausanne University
12. kurstaki HD-1 s Ap Thailand Institute for Science and
Technology, Bangkok
13. Isolat 3a Ap Tanah rerumputan-Cibining, Bogor
14. Isolat 3l Ap, Tc Tanah rerumputan-Cibinong, Bogor
15. Isolat 3n Ap, Tc Tanah rerumputan-Cibinong, Bogor
16. Isolat 4q Ap Tanah di bawah pohon jambu-Cibinong,
Bogor
17. Isolat 5k Ap Tanah di bawah pohon jambu-Cibinong,
Bogor
18. Isolat 6c Ap Lumpur air selokan-Cibinong, Bogor
19. Isolat 6l Ap Lumpur air selokan-Cibinong, Bogor
20. Isolat 7e Ap Bangkai larva-Cibinong, Bogor
21. Isolat Dd Ap Tanah pinggir jalan-Pamijahan, Bogor
26

Lampiran 3 Analisis DNA Genom

Peremajaan Bakteri

Penyiapan DNA total

Fragmentasi Molekul DNA


dengan Enzim Restriksi
Endonuklease

Pemisahan Molekul DNA


dengan Elektroforesis pada
Medan Berpulsa

Analisis Data
27

Lampiran 4 Peremajaan bakteri pada media antibiotik.

Dengan antibiotik

Dengan antibiotik
28

Lampiran 5 Penyiapan DNA total

5 ml
29

Lampiran 6 Fragmentasi DNA genom dengan enzim restriksi Sma I

Lampiran 7 Elektroforesis dengan PFGE

Anda mungkin juga menyukai