Anda di halaman 1dari 9

KODE JUDUL: X.

43

EXECUTIVE SUMMARY
PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

PENANGANAN PASCA PANEN SIMPLISIA UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKU TERSTANDAR MENDUKUNG INDUSTRI MINUMAN FUNGSIONAL

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Peneliti/Perekayasa: 1. Ir. Mariyam Januwati, MS. 2. Dr. Molide Rizal 3. Dr. Ireng Darwati 4. Ir. Ekwasita Rini Pribadi 5. Ir. Bagem S. Sembiring

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF

Adanya ancaman impor produk minuman fungsional ke wilayah Indonesia, mendorong keinginan produsen minuman fungsional di tingkat regional

mengadopsi harmonisasi di bidang standar dan mutu obat tradisional, untuk itu langkah untuk mengantisipasi standarisasi bahan baku harus diupayakan secara maksimal. Mutu sediaan herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan, oleh karena itu sumber dan pengadaan bahan baku dan penyimpanannya harus dilakukan dengan cara yang baik, berpedoman pada GAP (Good Agriculture Practices). Peranan SOP budidaya untuk menghasilkan bahan baku bermutu dari sumber bahan tanaman juga merupakan aspek penting,

karena kualitas bahan baku tanaman obat dipengaruhi oleh cara budidaya, cara panen, dan proses pasca panen. Dua komoditas herbal Indonesia yaitu pegagan (Centella asiatica L. Urban) dan kumis kucing (Orthosipon aristatus Miq), adalah tanaman obat yang bersifat multiguna sebagai minuman fungsional dan fitofarmaka. Beberapa produk obat menggunakan pegagan dan kumis kucing untuk pengobatan stroke, kembung, asma, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, peradangan, anti migrain, penurun kadar asam urat, fungsi analgesik, dan lainlain. Pokok permasalahannya adalah: bahan baku yang memenuhi standar lebih diminati. Saat ini petani belum menerapkan teknologi budidaya dan pasca panen yang terstandar, sehingga menyebabkan rendahnya produksi dan mutu
simplisia pegagan dan kumis kucing yang dihasilkan. Hal ini karena terbatasnya

institusi yang melakukan sosialisasi kegiatan tersebut. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka dilakukan sosialisasi SOP budidaya dan pasca panen pegagan dan kumis kucing dengan melibatkan petani, agar terjadi percepatan pemanfaatan teknologi pasca panen yang dihasilkan oleh Balittro. Pada akhirnya, diharapkan penyediaan bahan baku yang berkualitas standar dan kontinyu dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri. Maksud dan Tujuan dari kegiatan ini mendorong menerapkan SOP pasca panen simplisia dari pegagan dan kumis kucing melalui sosialisasi dan
pendampingan teknologi berupa demplot dan pelatihan guna memperbaiki mutu dan

memudahkan standarisasi bahan baku, sehingga mutu produk akan meningkat.

Penelitian penanganan pasca panen simplisia kumis kucing dan pegagan dilakukan dalam bentuk demplot penanaman sampai penanganan pasca panen, dan kegiatan pelatihan yaitu sosialisasi teknologi yang dilakukan dalam kelas. Lokus Kegiatan adalah sentra produksi pegagan dan kumiskucing pada

ekosistem Sukabumi. Fokus Kegiatan : Metode Demplot dan pendampingan SOP pasca panen serta Pelatihan SOP budidaya dan pasca panen pegagan dan kumis kucing di kelas. Bentuk Kegiatan : Kegiatan lapang berupa demplot

dan pendampingan dalam melakukan SOP budidaya sampai pasca panen di sentra produksi pegagan dan kumis kucing, dilanjutkan dengan pelatihan yang merupakan sosialisasi SOP budidaya dan pasca panen pegagan dan kumis kucing. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal, meliputi: (a) Demplot

Budidaya Kumis kucing di lokasi dengan ketinggian tempat 500-600 m dpl., pada jenis tanah Latosol, di Desa Kalaparea, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, (b) Demplot Budidaya Pegagan di lokasi dengan ketinggian tempat 500 m dpl., pada jenis tanah Latosol, di Desa Nangerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, (c) Pelatihan SOP Pascapanen dan Budidaya pegagan dan kumis kucing di Balai Desa Kalaparea, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi pada tanggal 28 Agustus 2012. Tidak ditemui masalah yang berarti selama masa pelaksanaan penelitian ini. Pengelolaan administrasi managerial telah dilaksanakan sesuai panduan, tidak ada hambatan dalam pengelolaan, pelaksanaan, sampai pencairan anggaran. Tidak ada aset yang harus diserahkan dan tidak ada kendala dalam administrasi managerial Tahapan pelaksanaan kegiatan antara lain sosialisasi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen, dengan cara melakukan Demplot di sentra produksi, berupa pendampingan yang dimulai dari menerapkan SOP budidaya sampai

SOP pasca panen. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memantapkan adopsi teknologi, agar petani terampil melakukan budidaya dan pasca panen pegagan dan kumis kucing berdasarkan SOP. Tahapan pelaksanaan dilakukan, meliputi a) Penyusunan Proposal, b) Persiapan Demplot, c) Pelaksanaan demplot, d)

Persiapan dan pelaksanaan Pelatihan Teknologi Budidaya dan Penanganan Pasca Panen yang melibatkan Kelompok Tani setempat, terdiri dari Petani

Koperator dan beberapa Anggota Kelompok Tani lain. Dari demplot pegagan dan kumis kucing dihasilkan data pertumbuhan, produksi, analisa usahatani dan respon petani kumis kucing dan pegagan, yang menunjukkan indikator keberhasilan kegiatan. Teknologi budidaya dengan penerapan SOP budidaya meningkatkan produktivitas dan mutu simplisia kumis kucing. Pola tanam

monokultur memberikan hasil terbaik, sedang produktivitas pola tanam tumpang sari dipengaruhi oleh jenis tanaman tumpang sarinya. Tingkat naungan yang berat, akan menurunkan produktivitas dan mutu simplisia. Hasil kajian usahatani menunjukkan bahwa pengembangan pegagan dan kumis kucing dilakukan di lahan kebun, dengan pola tanam tumpangsari. Usahatani pada demplot yang menerapkan SOP, baik dengan pola monokultur maupun tumpang sari menunjukkan nilai ekonomi yang lebih dibandingkan dengan budidaya yang dilakukan petani setempat. Tanggap petani terhadap kegiatan demplot

menunjukkan bahwa SOP budidaya tidak sulit dilaksanakan, tetapi tetap diperlukan pendampingan dalam pelaksanaan, disertai kebijakan pengendalian dan insentif harga untuk pegagan dan kumis kucing yang bermutu tinggi oleh instansi terkait. Anggaran yang diberikan kurang besar, sehingga kegiatan hanya dapat dilakukan pada daerah yang terbatas. Metode pencapaian target kinerja dilakukan melalui pembahasan dan penajaman proposal yang dilakukan secara internal di Balittro, dilanjutkan dengan koordinasi dan persiapan dengan kelompok tani di lokasi pelaksanaan kegiatan, dan pelaksanaan demplot. Untuk kegiatan pelatihan, dilakukan penyiapan materi pelatihan berupa Leaflet SOP Budidaya dan Pasca Panen dari pegagan dan kumis kucing. Kegiatan dilakukan di lahan petani kooperator di sentra produksi, agar pengembangan percepatan adopsi teknologi yang dihasilkan segera dapat dilakukan petani, dan berdampak pada peningkatkan mutu produk dan

memperluas peluang usaha baru "industri pembuatan produk berbasis pegagan dan kumis kucing". Potensi pengembangan ke depan adalah pembentukan Kelompok Tani disertai dengan pendampingan penerapan SOP, mempromosikan kumis kucing dan pegagan yang telah dihasilkan melalui SOP standar kepada pembeli, perusahaan dan penyandang dana sehingga kontinuitas pasokan dan harga di tingkat petani terjamin, serta petani dapat memperoleh fasilitas bantuan modal melalui dana UKM.

Selama pelaksanaan kegiatan telah dilakukan koordinasi dengan petani dan kelompok tani di kedua lokasi penelitian, serta dinas/instansi terkait seperti Kepala Desa, Dinas Pertanian dan Pemda Kabupaten Sukabumi, serta BPTP Jawa Barat dan eksportir kumis kucing. Para petani pegagan dan kumis kucing tertarik dan bersedia menerapkan teknologi anjuran karena adanya perbaikan mutu simplisia pegagan dan kumis kucing yang dihasilkan. Eksportir kumis kucing menyambut baik upaya ini karena akan mempermudah memperoleh simplisia bermutu untuk keperluan ekspor. Pemanfaatan hasil litbangyasa berupa penerapan SOP secara berkelanjutan oleh para petani melalui penyuluhan oleh penyuluh dan kelompok tani dalam usahatani pegagan dan kumis kucing,dengan cara ini diharapkan terdapat peningkatan produksi dan mutu komoditas. Para eksportir diharapkan

mengapresiasi usaha tersebut dengan memberikan harga yang lebih tinggi pada pegagan dan kumis kucing yang bermutu baik. Strategi Pengembangan ke depan adalah melakukan pendampingan bersama penyuluh di sentra produksi lainnya dengan skala lebih luas, agar dapat diperoleh peningkatan produksi dan mutu dengan cara menerapkan SOP budidaya dan pasca panen, yang pada akhirnya diharapkan diperoleh tambahan pendapatan petani melalui kenaikan harga produk.

EXECUTIVE SUMMARY

The threat of a functional beverage product imports to Indonesia, encourage functional beverage manufacturers desire to adopt harmonization at the regional level in the field of standards and quality of traditional medicines, for that step to anticipate the standardization of raw materials should be pursued to the fullest. Quality of herbal preparations is strongly influenced by the quality of simplicia used, therefore sourcing and procurement of raw materials and storage should be done in a good manner, guided by the GAP (Good Agriculture Practices). Position standard operational procedure (SOP) cultivation to produce quality raw material sources of plant material is also an important aspect, since quality of the of raw materials of medicinal plants influenced by farming, harvesting and post-harvest processing. Two Indonesian herbal commodities that gotu kola (Centella asiatica L. Urban) and java tea (Orthosipon aristatus Miq), is a multipurpose medicinal plants as functional beverages and phytopharmaca. Some drug products using gotu kola and java tea for the treatment of a stroke, bloating, asthma, high cholesterol, high blood pressure, inflammation, migraine, analgesic, lowering uric acid levels, and others. The issue is: The raw materials that meet the standards are much in demand. Currently, farmers are not applying the cultivation and post harvest technologies are standardized, resulting in low production and quality simplicia gotu kola and java tea produced. This is due to limited institutions that socializing activities. To solve these problems, the socialization SOP cultivation and post harvest gotu kola and java tea, involving farmers, so that speeds the use of post-harvest technology generated by IMACRI. Eventually, it is expected that the supply of raw material quality standardized and continuously do on meet the needs of industrial. The purpose and objective these activities encouraging to implement post-harvest SOP simplicia gotu kola and java tea through socialization and
technological assistance in the form of demonstration plots and training in order to

improve the quality and facilitate the standardization of raw materials, so that the quality of products will increase. Research post-harvest handling gotu kola and java tea simplicia in the form of demonstration plot planting to post harvest handling, and the dissemination of technology training activities conducted in the

classroom. Locus of activity is the production center of gotu kola and java tea on ecosystems Sukabumi. Focus Activity: Demonstration Plot and the post-harvest assistance standard operating procedures and standard operating procedures training and post-harvest cultivation gotu kola and java tea in the classroom. The form Activities: Activities such as demonstration plots and field assistance up to post-harvest cultivation standard operating procedures in production centers gotu kola and java tea, followed by socialization standard operating procedures training of the cultivation and post harvest gotu kola and java tea. Activities carried out in accordance with the schedule, including: (a) Cultivation Demonstration Plot of java tea on location with altitude 500-600 m asl., The Latosol soil, Kalaparea Village, District Nagrak, Sukabumi, (b) Gotu kola Cultivation Demonstration Plot in a location with altitude about 500 m asl., The Latosol soil, Nangerang Village, District Cicurug, Sukabumi, (c) training of

standard operating procedures postharvest and cultivation of gotu kola and java tea at the Village Hall Kalaparea, District Nagrak, Sukabumi on August 28, 2012. No significant problems encountered during the implementation of this study. The managerial administration has implemented according guidelines, there is no obstacle in the management, implementation, through disbursement. There are no assets that should be submitted and no problems in the administration of managerial Stages of implementation of activities including socialization innovation cultivation and post-harvest technology, by doing demonstration plots in production centers located, the form of assistance which starting standard operating procedures cultivation until apply post harvest SOP. This activities is intended to strengthen the adoption of technology, so that skilled farmers doing cultivation and post harvest gotu kola and java tea based on standard operating procedures. Stages of implementation carried out, includes a) Formulation Proposal, b) Preparation of demonstration plots, c) Implementation of demonstration plots, d) Preparation and implementation of the Training Cultivation Technology and Post Harvest Handling involving local Farmers Group, consisting of farmers cooperators and some other farmer group members. From the demonstration plots java tea and gotu kola generated data the growth, production, analyzes and response of farmers of java tea and gotu kola, which showed activities success

indicators. The cultivation technology with the application standard operating procedures cultivation increased productivity and quality of simplicia java tea. Monoculture cropping pattern gives the best results, while the productivity of the cropping pattern is influenced by intercropped types of plants overlaps. The heavy shade levels, will reduce the productivity and quality of simplicia. Results of the study indicate that the development of farming gotu kola and java tea done in a garden, the planting pattern intercropped. Farming System on demonstration plots applying standard operating procedures, either with monoculture and intercropped showed more economic value compared to farming which the locals farmers can do. Response of farmers to demonstration plots indicate that the SOP activities of cultivation not difficult to implement, but it still required assistance in the implementation, along with the price control policies and incentives for high-quality gotu kola and java tea by related institutions. Budget provided is not big enough, so that activities can only be conducted on a limited region. Methods of achieving performance targets through discussion and proposals refinement conducted internally in IMACRI, followed by coordination and preparation with farmers' groups in locations of activities and implementation demonstration plots. To do the training activities, preparation of training materials carried in the form of leaflets SOP Cultivation and Post Harvest of gotu kola and java tea. Activities carried out in farmers' fields cooperators in production centers, so that the acceleration of the development of technology adoption by farmers can be generated immediately, and affects increasing the quality of products and extend new business opportunities "the industry manufacture products based on gotu kola and java tea". The potential of future development are accompanied by the establishment of farmer groups assisting the application SOP, and promoting gotu kola and java tea has been produced through standardized SOP to the buyers, the company and donors so that continuity of supply and price received by farmers is assured, and the farmers can obtained facilities capital support through UKM funds. During the implementation of the activities have been performed coordinately with the farmers and farmer groups in both study sites, as well offices / related institutions such as the Village Head, District Agriculture and the local government Sukabumi, and BPTP West Java and exporter java tea. The farmers gotu kola and

java tea are interested and willing to apply the recommended technology since improvement the quality of simplicia gotu kola and java tea produced. Exporter of java tea welcomes these efforts since will facilitate to obtain high quality simplicia for export. The utilization R & D results in the form of sustainable implementation of standard operating procedures by farmers through explanation by extension workers and farmer groups in farming system gotu kola and java tea, in this way are expected to increase production and quality of commodities. The exporter are expected to appreciate the effort by providing a higher price on good quality of gotu kola and java tea produced by the farmers. The development strategy in the future is shared guidance with extension workers in another production center to broader scale of investment, to be able to
gained increasing production and quality by implementing standard operating

procedures cultivation and post-harvest, that eventually are expected to obtain additional income of farmers through increasing product price.

Anda mungkin juga menyukai