Anda di halaman 1dari 11

TUGAS #1

LOGGING & CORING

DI SUSUN OLEH : Nama NIM : Siti Maisarah Riana Putri : 11.010.57

TEKNIK PERMINYAKAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN 2014

LOGGING
1. Pengertian
Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Sesuai dengan tujuan logging yaitu menentukan besaran-besaran fisik batuan reservoir (porositas, saturasi air formasi, ketebalan formasi produktif, lithologi batuan) maka dasar dari logging itu sendiri adalah sifat-sifat fisik atau petrofisik dari batuan reservoir itu sendiri, yaitu sifat listrik, sifat radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang) elastis dari batuan reservoir.

2. Cara Kerja Logging


Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool ini ditarik ke atas. Logging tool akan mengirim sesuatu sinyal (gelombang suara, arus listrik, tegangan listrik, medan magnet, partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding lubang bor. Sinyal tersebut akan dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material dinding lubang bor. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tool lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel logging ke unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi data yang diprint pada continuos paper yang dinamakan log. Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan ahli geofisika. Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk tahap produksi nanti.

3. Jenis - Jenis Logging


1. Log listrik Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang ditembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan

berbagai variasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor. Untuk batuan yang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan menghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan dengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air tawar. Log Listrik di bagi 2 yaitu : a. SP Log Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat logging karena adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam lubang sumur dengan elektroda tetap di permukaan terhadap kedalaman lubang sumur. Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri dari dua buah elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (M) diturunkan kedalam lubang sumur dan elektroda yang lain (N) ditanamkan di permukaan. Disamping itu masih juga terdapat sebuah baterai dan sebuah potensiometer untuk mengatur potensial diantara kedua elektroda tersebut.

b. Resistivity Log Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan.

2. Log Radioaktif Log radioaktif dapat digunakan pada sumur yang dicasing (cased hole) maupun yang tidak dicasing (open hole). Keuntungan dari log radioaktif ini dibandingkan dengan log listrik adalah tidak banyak dipengaruhi oleh keadaan lubang bor dan jenis lumpur. Dari tujuan pengukuran, Log Radioaktif dapat dibedakan menjadi: alat pengukur lithologi seperti Gamma Ray Log, alat pengukur porositas seperti Neutron Log dan Density Log.

Hasil pengukuran alat porositas dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi lithologi dengan hasil yang memadai. Logging jenis ini terdiri dari 5 yaitu : a. Gamma Ray Log Prinsip pengukurannya adalah mendeteksi arus yang ditimbulkan oleh ionisasi yang terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari formasi dengan gas ideal yang terdapat didalam kamar ionisasi yang ditempatkan pada sonde. Besarnya arus yang diberikan sebanding dengan intensitas sinar gamma yang bersangkutan. Secara khusus Gamma Ray Log berguna untuk : Identifikasi lapisan permeabel disaat SP Log tidak berfungsi karena formasi yang resistif atau bila kurva SP kehilangan karakternya atau ketika SP tidak dapat merekam karena lumpur yang yang digunakan tidak konduktif (oil base mud). untuk mendeteksi dan evaluasi terhadap mineral radioaktif (potassium dan uranium), mendeteksi mineral tidak radioaktif (batubara), dan dapat juga untuk korelasi antar sumur. Untuk membedakan lapisan-lapisa shale dan non shale pada sumur-sumur open hole atau cased hole dan juga pada kondisi ada lumpur maupun tidak.

b. Neutron Log Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan tanpa melihat atau memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun air formasi. Terdapat beberapa jenis neutron log yang dapat digunakan, yaitu: Thermal neutron log, digunakan secara optimal untuk formasi non shaly yang mengandung liquid dengan porositas antara 1 % 10 %.

Sidewall neutron porosity log (SNP), yang mempunyai kondisi optimum pada formasi non shaly yang mengandung liquid dengan porositas kurang dari 30%.

Compensated neutron log (CNL), merupakan pengembangan dari kedua alat sebelumnya.

c. Density Log Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan mengukur density bulk batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya hidrokarbon atau air, digunakan besamasama dengan neutron log, juga menentukan densitas hidrokarbon (h) dan membantu didalam evaluasi lapisan shaly. Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi

unconsolidated sand dengan porositas 20 % - 40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik apabila operasi penurunan peralatan kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan agar alat tetap menempel pada dinding bor.

d. Sonic Log Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas, selain density log dan neutron log dengan cara mengukur interval transite time (t), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk merambat didalam batuan formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic log menggunakan sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua buah receiver (penerima). Jarak antar keduanya adalah 1 ft. Interval transite time (t) suatu batuan formasi tergantung dari lithologi dan porositasnya. Sehingga bila lithologinya diketahui maka tinggal tergantung pada porositasnya.

e. Caliper Log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi (diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembang secara fleksibel. Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk menghitung volume lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi cementing.

CORING
1. Pengertian Coring adalah proses pengambilan sample atau contoh batuan dari dalam lubang bor. Core analisis merupakan tahapan analisa setelah contoh batuan bawah permukaan (core) diperoleh. Tujuannya untuk

mengidentifikasikan karakteristik batuan bawah permukaan yang diwakili oleh core yang diambil. Hasil analisa akan mendiskripsikan sifat-sifat petrofisik yang akan digunakan dalam karakterisasi reservoir.

2. Metode Pengambilan
1. Bottom Hole Coring Coring yang dilakukan bersamaan dengan proses pemboran, sampel diambil pada dasar lubang. a. Konvensional drag bit coring Keuntungan : ukuran diameter core besar hampir seperti ukuran lubang bor persentasi perolehan core formasi tinggi, dapat digunakan pada sebagian besar formasi, dan tidak membutuhkan peralatan pemboran tambahan di permukaan.

Kerugian

pentingnya proses pencabutan drill pipe untuk menjaga kondisi core setelah tiap core dipotong. b. Diamond bit coring Keuntungan :

umur bit lebih panjang, kemungkinan pemotongan sampai 90 ft core setiap running,

persentase perolehan core tinggi diameter core besar dapat disesuaikan untuk berbagai formasi

Kerugian

mahalnya bit dan core barrel kondisi operasi yang layak dalam penggunaan metode ini setiap akan mengambil core dari core barrel dilakukan round trip membutuhkan operator yang mengetahui operasional diamond coring.

c. Wireline logging Pengambilan core dilakukan dengan menggunakan kabel. Tidak perlu mencabut rangkain pipa bor pada saat mengambil core dari core barel. Kerugian :

metode ini antara lain penggunaan metode ini terbatas pada formasi lunak persentase perolehan core rendah diameter core lebih kecil dari pada metode conventional

Keuntungan

Biaya jauh lebih murah dibandingkan dengan conventional dan sidewall.

2. Sidewall Coring Pada metode ini, sampel batuan (core) diambil dari dinding sumur yang telah dibor terlebih dahulu pada kedalaman yang ditentukan.

Pengambilan core dilakukan saat pemboran dihentikan sementara, dengan cara menurunkan peralatan core, yang dilengkapi dengan peluru yang berlubang (sebagai tempat core) dan diikatkan pada kawat baja (wireline). Pelurupeluru tersebut dioperasikan secara elektris dari permukaan dan dapat ditembakkan secara simultan baik bersamasama atau sendirisendiri. Dengan menembusnya peluru ke dalam dinding lubang bor maka core akan terpotong dan terlepas dari formasi. Dengan adanya kabel baja yang berhubungan dengan peluru, maka peralatan sidewall coring beserta core dapat diangkat ke permukaan. Ukuran core yang didapat dengan cara ini mempunyai diameter 1 3/16 inci dan panjangnya hanya 2 inci. Keuntungan dari metode sidewall coring adalah mendapatkan sampel pada kedalaman berapa pun setelah lubang dibor dan dapat membantu interpretasi log.

Gb. Sidewall Coring

Gb. Diamond Bit

Gb. core barrel yang berisi core dari bawah permukaan

3. Pengaplikasian Hasil Core A. Terhadap Pemboran 1. Pengaruh zat-zat kimia dalam batuan pada lumpur Pada operasi pemboran kita memerlukan data coring pada lapisan yang dituju terhadap kaitannya dalam pengaruh zat-zat kimia pada lumpur. Lumpur sangat berpengaruh sangat dalam operasi pemboran sehingga perubahan komposisi lumpur pada densitasnya karena pengaruh larutnya zat-zat pada batuan pada batuan. 2. Sifat-sifat swelling Clay pada batuan shale mengembang (swell) jika menggunakan lumpur berbahan dasar water-base mud. Sehingga kita perlu mengetahui data batuan yang bisa didapatkan melalui coring. 3. Pemilihan jenis bit berdasarkan formasi yang akan ditembus Kita perlu mengetahui jenis batuan yang akan ditembus melalui proses coring dalam kaitannya dengan pemilihan jenis bit untuk optimasi pengeboran (drilling optimization).

B. Terhadap Reservoir 1. Penentuan ketebalan lapisan, dan luas lapisan reservoir untuk mengitung Vb atau luas total reservoir produktif. Untuk menghitung total luas reservoir kita memerlukan data ketebalan lapisan reservoir dan luasnya. Data ini didapatkan dari hasil analisa core pada pengeboran sumur deliniasi untuk menentukan batasan dan tebal luas reservoir tersebut. Pada core tersebut kita akan menganalisa apakah analisa core yang dianalisa mengandung minyak atau tidak. Jika core pada pengeboran deliniasi tersebut mengandung minyak maka reservoir tersebut masih ada dalam batasan reservoir namun jika batuan core yang dianalisa tidak terdapat minyak maka sumur tersebut ada diluar reservoir. 2. Penetuan porositas dan saturasi untuk menghitung OOIP Kita perlu mengetahui nilai porositas dan saturasi untuk menghitung jumlah minyak mula-mula pada reservoir tersebut (OOIP).

C. Terhadap Produksi Analisa butiran untuk penentuan parameter untuk proyek peretakan dan pengasaman. Kita perlu menganalisa hasil coring pada lapisan produktif jika terjadi kerusakan formasi yang terindikasi dengan penurunan laju produksi atau ikut terproduksinya pasir ke pemukaan, setelah itu kita bisa mendapatkan metode yang cocok untuk pengasaman atau peretakan pada lapisan produktif.

Anda mungkin juga menyukai