Anda di halaman 1dari 18

BAB 1 TINJAUAN TEORI

1.1

Definisi Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen

bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim. Plasenta Previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen bawah rahim,menutupi atau tidak menutupi ostium uteri interneum pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup di luar rahim (Sumapraja dan Rachimhadi,2007). Plasenta previa adalah komplikasi obstetri yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Hali itu dapat menyebabkan kematian yang serius baik bagi janin dan ibu. Ini adalah salah satu penyebab utama perdarahan vagina pada trimester kedua dan ketiga ( Patrick,2009).

1.2

Etiologi Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat

diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

1.3

Patofisiologi Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20

minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkankarena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. Klasifikasi Plasenta Previa : 1. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta

2. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta. 3. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta. 4. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan (ostium internus servisis). 5. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

1.4

Gejala Klinis Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada

mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai parah. Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut) atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan

fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh. Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi.

1.5

Komplikasi a. b. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi (operasi pengangkatan rahim). c. d. e. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu) Kecacatan pada bayi

1.6

Pemeriksaan diagnostik a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat

ditentukan plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium c. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat

menentukansumberperdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip,keganasan, laserasi/troma)

1.7 a.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan Medis Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di

rumah pasien, dan biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan perdarahan yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar, dandilakukan close match. Kehilangan darah yang banyak memerlukan transfusi.Dilakukan palpasi abdomen untuk menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan posisinya. Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk mengkonfirmasi diagnosis Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada

perdarahan dan umur kehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat, diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat, perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umur kehamilan janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung berulang,ibu harus tetap dirawat di RS. Episode perdarahan berat

mungkin mengharuskan pengeluaran janin darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan bergantung padaapakah derajat plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yag memiliki derajat plasenta previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau denganinduksi persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani dengan seksio seksarae pada waktu yang ditentukan oleh pasien ataudokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang disepakati, karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat b. Penatalaksanaan keperawatan Sebelum total dengan dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring

menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghidari

peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah bila tidakteratasi, upaya penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.Penanganan di RS dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjatan, usia gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka :
-

Bila

perdarahan

sedikit,

rawat

sampai

sia

kehamilan 3 7

m i n g g u , lalulakukan mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3hari.

Bila

perdarahan

berulang,

lakukan

PDMO

kolaborasi

(PemeriksaanDalam Di atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestaji 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO, bila ternyata plasenta previa lakukan persalinan perabdominam, bila bukan usahakan partus pervagina.

BAB 2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1

Pengkajian a. Pengumpulan data 1) Anamnesa a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur,

pekerjaan, pendidikan, alamat, medicalrecord dll. b) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada

kehamilan setelah 28 minggu/trimester III. Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang

robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal. Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau

kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta. c) Inspeksi Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau

sedikit. Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.

d) Palpasi abdomen Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah. Sering dijumpai kesalahan letak

Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak

kepala biasanya kepala masih goyang/floating 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Obstetri Memberikan imformasi yang penting mengenai

kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi: Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat

persalinan, dan penolong persalinan Jenis anetesi dan kesulitan persalinan Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi,

infeksi, dan perdarahan. Komplikasi pada bayi Rencana menyusui bayi

b) Riwayat mensturasi Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.

c) Riwayat Kontrasepsi Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang

lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin. d) Riwayat penyakit dan operasi: Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di

dokumentasikan 3) Pemeriksaan fisik a) Umum Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil: (1) Rambut dan kulit Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu

dan linea nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen

dan paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah

(2) Mata : pucat, anemis

(3) Hidung (4) Gigi dan mulut (5) Leher (6) Buah dada / payudara Peningkatan pigmentasi areola putting susu Bertambahnya ukuran dan noduler

(7) Jantung dan paru Volume darah meningkat Peningkatan frekuensi nadi Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan

pembulu darah pulmonal. Terjadi hiperventilasi selama kehamilan. Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan

nafas. Diafragma meningga. Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.

(8) Abdomen Menentukan letak janin Menentukan tinggi fundus uteri

(9) Vagina Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna

kebiruan ( tanda Chandwick) Hipertropi epithelium

(10) System musculoskeletal

Persendian tulang pinggul yang mengendur Gaya berjalan yang canggung Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan

dengan diastasis rectal b) Khusus (1) Tinggi fundus uteri (2) Posisi dan persentasi janin (3) Panggul dan janin lahir (4) Denyut jantung janin 2.2 Diagnosa keperawatan a. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam

jumlah yang besar. b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya

pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya. c. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah

abnormal, kerusakan system imun.

2.3 No 1

Rencana keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Setelah dilakukkanya tindakan keperawatan 2 X 24 jam diharapkan penurunan kardiak output tidak terjadi atau teratasi dengan kriteria hasil : o Volume darah Intervensi Rasional

Diagnosa Keperawatan Penurunan kardiak output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang besar

1. Kaji dan catat Pengkajian yang akurat TTV, TD serta mengenai status jumlah perdarahan. hemodinamik merupakan dasar untuk perencanaan, 2. Bantu pemberian intervensi, evaluasi. pelayanan kesehatan Memperbaiki volume atau mulai sarankan vaskuler membutuhkan terapi cairan IV atau terapi IV dan intervensi

Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan efek perdarahan dan manejemenn ya.

intravaskuler dan kardiak output dapat diperbaiki sampai nadi, tekanan darah, nilai hemodinamik, serta nilai laboratorium menunjukkan tanda normal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 diharapkan ansietas dapat berkurang dengan kriteria hasil : 1. Pasangan dapat mengungkapkan harapannya dengan kata-kata tentang manajemen yang sudah direncanakan, sehingga dapat mengurangi kecemasan pasangan.

terapi transfusi darah farmakologi. Kehilangan sesuai kebutuhan. volume darah harus diperbaiki untuk mencegah komplikasi seperti infeksi, gangguan janin dan gangguan vital ibu hamil.

1. Terapi bersama pasangan dan menyatakan perasaan. 2. Menentukan tingkat pemahaman pasangan tentang situasi dan manajemen yang sudah direncanakan. 3. Berikan pasangan informasi tentang manajemen yang sudah direncanakan.

3.

Resiko tinggi cedera (janin) b/d hipoksia jaringan/ organ,profil darah abnormal,ker usakan system imun.

Kriteria evaluasi : 1. Kaji jumlah darah Menunjukkan profil yang hilang. Pantau darah dengan hitung tanda/gejala syok SDP, Hb, dan pemeriksaan koagulasi DBN normal.

2. Catat suhu, hitung SDP, dan bau serta

Kehadiran perawat dan pemahaman secara empati merupakan alat terapi yang potensial untuk mempersiapkan pasangan untuk menanggulangi situasi yang tidak diharapkan. Hal yang diberikan perawat akan memperkuat penjelasan dokter dan untuk memberitahu dokter jika ada penjelasan yang penting. Pendidikan pasien yang diberikan merupakan cara yang efektif mencegah dan menurunkan rasa cemas. Pengetahuan akan mengurangi ketakutan akan ha-hal yang tidak diketahui. Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibatkan infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.

warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan. 3. Catat masukan/haluaran urin. Catat berat jenis urin. 4. Berikan heparin, bila diindikasikan

Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi. Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan haluaran urin. Heparin dapat digunakan pada KID di kasus kematian janin, atau kematian satu janin pada kehamilan multiple, atau untukmemblok siklus pembekuan dengan melindungi factor-faktor 5. Berikan antibiotic pembekuan dan secara parenteral menurunkan hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi.

2.4

Penatalaksanaan Penatalaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien. 2.5 Evaluasi Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.

2.6

Pendidikan kesehatan Plasenta previa merupakan perdarahan di trimester ketiga dan jika tidak

mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok dan kematian. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi Plasenta previa dikategorikan pada asuhan keperawatan pada lingkup emergency obstetri. Maka untuk meminimalkan keterlambatan tahap III yaitu tidak adekuatnya penanganan di fasilitas kesehatan diperlukan perawat yang sudah melalui pendidikan formal seperti perawat spesialis keperawatan maternitas.

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat

menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004). Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004). 3.2 Saran 1. Bagi Mahasiswa Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi petugas-petugas Kesehatan Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .Jakarta Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang. Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai