Anda di halaman 1dari 217

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN

MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM


MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN
KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO





SKRIPSI





Oleh:
MUFARRIKHAH
02110280
















JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
JULI 2007


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN
MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN
KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO



SKRIPSI




Diajukan kepada:
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program
Sarjana Pendidikan Islam





Oleh:
MUFARRIKHAH
02110280










JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
JULI 2007


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN
MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN
KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO





SKRIPSI





Oleh:
MUFARRIKHAH
02110280



Telah Disetujui Oleh,
Dosen Pembimbing:



Imron Rossidy, M.Th, M.Ed
NIP. 150 303 046




Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam



Drs. M. Padil M.Pd.I
NIP. 150 267 235








IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN
MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN
KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO


SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh
Mufarrikhah (02110280)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
20 J uli 2007 dengan nilai A
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
Pada tanggal 20 J uli 2007

Panitia Ujian


Ketua Sidang Sekretaris Sidang,



Drs. H. M. Djumransjah, M,Ed. Imron Rossidy, M.Th, M,Ed
NIP. 150 024 016 NIP. 150 303 046


Penguji Utama, Pembimbing,



Drs. H. Satral, M.Ag Imron Rossidy, M.Th, M,Ed
NIP. 150 023 946 NIP. 150 303 046





Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang



Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony
NIP. 150 042 031



Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, karya sederhana
ini kupersembahkan kepada orang-orang yang selalu dekat di hati:
Bapak dan Ibuku tercinta, yang senantiasa mencurahkan jerih payahnya,
mendidik, menyayangi aku dan tak henti-hentinya mendo'akan aku dengan
setulus hati dalam setiap langkahku. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan kasih sayang Nya kepadamu. Hormat dan baktiku tiadalah arti,
jika dibandingkan dengan kasih sayang
yang telah kau berikan.
Cacakku seng caem dhe whe (Arif) makasih to semangat, kerja keras serta
pengirbananmu selama ini, sehingga adek bisa menyelesaikan skripsi ini. Tetep
semangat key. n Adekku Fendi (alm) semoga kau bahagia di sana
Ustadz Marzuki Mustamar dan Umi Saidah M
Yang telah membimbingku selama di PP. Sabilur Rosyad
Seluruh Santri PP. Sabilur Rasyad
special to: Yu riend, ijah, na2 dll yang telah memberi motivasi dan membantu
dalam penelitian ini, takkan terlupakan kebersamaan q-ta
Konco-konco jalanku
(may, indah, anik, johan, cupez, nofa, tatik, arek2 Tamir Merjosari, arek2
Tumpang) yang telah menemani dan selalu memberi motivasi untuk tetap
tegar mengerjakan skripsi.
Ojekku tersayang (Pak Broto) thanks to all... may ure the best 4 me


MOTTO



:


Diriwayatkan Anas bin Malik r.a: Nabi Muhammad SAW
pernah bersabda, ringankanlah orang-orang (dalam masalah-masalah
agama), dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan
berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat mereka
melarikan diri (dari Islam) (1:69-Mukhtar Al-Bukhori).













SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyetakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh oang lain, kecuali yang secara tertulis
diakui dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.







Malang,



Mufarrikhah




























KATA PENGANTAR


Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya hambatan yang berarti.
Sholawat serta salam penulis haturkan kehadirat sang pendidik sejati
Rasululah SAW, serta para sahabat, tabiin dan para umat yang senantiasa
berjalan dengan risalah-Nya.
Dengan terselesainya skripsi ini penulis tak lupa mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan
sumbangan baik moril maupun spiritual.
Selanjutnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dan Ibu serta Kakak-kakakku serta adikku (alm) yang tercinta, yang
telah ikhlas memberikan doa restu, kasih sayang serta bimbingan yang
senantiasa menyertai ananda dalam meraih sukses.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Malang.
3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang.
4. Bapak Drs. Moh. Padil M.Pd selaku Ketua J urusan Pendidikan Agama Islam.
5. Bapak Imron Rosiddy MTh, MEd. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan sabar dan selalu
memotivasi sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Tohiyat selaku kepala SDN Klurak Candi Sidoarjo yang telah
memberikan izin penelitian di SDN Klurak Candi Sidoarjo.
7. Bapak Utsman, selaku pengajar PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo yang telah
memberikan bimbingan dan arahan pada saat penelitian di lapangan.
8. Teman-teman J urusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2002, beserta semua
pihak yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.
9. Ustadz Marzuki Mustamar dan Umi Saidah, terima kasih atas dorongan
moril yang telah diberikan kepada penulis.
10. Seluruh sahabat PP. Sabilur Rosyad yang selalu menemani dan memberi
support penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat di Mushollah Wardatul Islah Merjosari, terima kasih atas
kebersamaannya selama ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
serta masukan yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca.
Penulis juga mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semoga Allah selalu memberikan petunjuk dan rahmat-Nya, amin ya robbal
alamin.
Malang, 15 J uli 2007
Penulis
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Pelaksanaan Pakem
Tabel 2: Keadaan Siswa

Tabel 3: Lembar Observasi Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas
Table 4: Data Personalia SDN Klurak Candi Sidoarjo
Tabel 5: J umlah Murid Menurut Tingkat J enis Kelamin dan Usia
Tabel 6: Daftar Nama Siswa Kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo



















DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Spiral Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 2: Model Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3: Siklus Penelitian
Gambar 4: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas
Gambar 5: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar
Gambar 6: Diagram Peningkatan Keaktifan
Gambar 7: Diagram Peningkatan Kreativitas
Gambar 8: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas Pre
Test Siklus III
Gambar 9: Kondisi Pembelajaran Konvensional
Gambar 10: Kondisi PAKEM
Gambar 11: Siklus Penelitian
Gambar 12: Denah SDN Klurak Candi Sidoarjo
Gambar 13: Struktur Organisasi SDN Klurak Candi Sidoarjo
Gambar 14: Beberapa Sarana Belajar SDN Klurak














DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Modul
Lampiran 2: Kunci J awaban Modul

Lampiran 3: Rencana Pembelajaran
Lampiran 4: Instrumen Observasi
Lampiran 5: Instrumen Dokumentasi
Lampiran 6: Lembar Observasi
Lampiran 7: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas
Lampiran 8: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar
Lampiran 9: Diagram Peningkatan Keaktifan
Lampiran 10: Diagram Peningkatan Kreativitas
Lampiran 11: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas
Pre Test Siklus III
Lampiran 12: Kondisi Pembelajaran Konvensional
Lampiran 13: Kondisi PAKEM
Lampiran 14: Siklus Penelitian
Lampiran 15: Denah SDN Klurak Candi Sidoarjo
Lampiran 16: Struktur Organisasi SDN Klurak Candi Sidoarjo
Lampiran 17: Data Personalia SDN Klurak Candi Sidoarjo
Lampiran 18: J umlah Murid Menurut J enis Kelamin dan Usia
Lampiran 19: Daftar Nama Siswa Kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo
Lampiran 20: Beberapa Sarana Belajar SDN Klurak








DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

HALAMAN PESETUJUAN ......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
HALAMAN MOTTO...............................................................................vii
KATA PENGANTAR............................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ...................................................................................xvi
ABSTRAK...............................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................13
C. Tujuan Penelitian................................................................................13
D. Manfaat Penelitian..............................................................................14
E. Ruang Lingkup Pembahasan..............................................................14
F. Definisi Operasional...........................................................................15
G. Sistematika Pembahasan....................................................................16
BAB II KAJIAN TEORI
A. PAKEM...........................................................................................19
1. Pengertian PAKEM ..................................................................19

2. Latar Belakang PAKEM...........................................................28
3. Tujuan PAKEM........................................................................39
4. PAKEM dalam Perpsektif PAI .................................................40
5. Implementasi PAKEM Pada PAI ..............................................42
6. Keterkaitan PAKEM dengan Motivasi ....................................47
7. Keterkaitan PAKEM dengan Keaktifan....................................50
8. Keterkaitan PAKEM dengan Kreativitas..................................52
B. Motivasi Belajar..............................................................................54
1. Pengertian Motivasi Belajar......................................................54
2. Fungsi Motivasi Belajar............................................................58
3. Tujuan Motivasi ........................................................................59
4. Ciri-ciri Motivasi.......................................................................60
5. Prinsip-prinsip Motivasi............................................................62
6. Macam-macam/jenis Motivasi ..................................................64
7. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah..........................................66
8. Cara Menimbulkan dan Memupuk Motivasi ............................69
C. Keaktifan ........................................................................................72
1. Pengertian Keaktifan.................................................................72
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan..........................78
3. Prinsip-prinsip Aktivitas...........................................................82
4. J enis-jenis Aktivitas dalam Belajar...........................................84
D. Kreativitas.......................................................................................86
1. Pengertian Kreativitas...............................................................86

2. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif.....................................................90
3. Pendekatan 4 P dalam Mengembangkan Kreativitas................92
4. Kreativitas dalam Perspektif Pendidikan Islam........................96
E. Pendidikan Agama Islam................................................................98
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam........................................98
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam............................................100
3. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam...............104
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain dan J enis Penelitian...........................................................109
B. Instrumen Penelitian.....................................................................112
C. Lokasi Penelitian...........................................................................112
D. Sumber Data dan J enis Data.........................................................112
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................114
F. Analisis Data.................................................................................116
G. Pengecekan Keabsahan Data.........................................................117
H. Tahap-tahap Penelitian..................................................................118
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian..................................................125
1. Sejarah SDN Klurak Candi Sidoarjo.......................................125
2. Visi, Misi dan Tujuan SDN Klurak Candi Sidoarjo................126
3. Keadaan Guru..........................................................................127
4. Keadaan Siswa.........................................................................127
5. Sarana dan Prasarana...............................................................128

B. Siklus Penelitian............................................................................128
1. Identifikasi Masalah................................................................128
2. Siklus I ....................................................................................135
3. Siklus II ...................................................................................149
4. Siklus III..................................................................................163
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN.................................. 174
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................191
B. Saran-Saran...................................................................................192

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN











ABSTRAK

Mufarrikhah. 2007. Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PAI dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas Siswa Kelas V SDN Klurak
Candi Sidoarjo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam, J urusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang. Imron Rossidy M.Th., M.Ed.

Kata Kunci: PAKEM, PAI, Motivasi Belajar, Keaktifan, Kreativitas Siswa

Pembelajaran konvensional yang banyak digunakan guru agama Islam
selama ini cenderung monoton, tekstual dan statis sehingga siswa kehilangan
motivasi belajar, keaktifan dan kreativitasnya. Hal ini disebabkan guru berperan
lebih aktif sedangkan siswa hanya sebagai objek yang pasif. Pembelajaran
konvensional dirasa kurang efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar,
keaktifan serta kreativitas siswa. Atas dasar itu, perlu dicarikan alternatif-alternatif
baru dalam pembelajaran PAI. Salah satu alternatif pembelajaran untuk
meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa adalah
Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang dirasa
lebih tepat untuk mengatasi problema yang ada selama ini.
Berangkat dari uraian di atas, penulis mencoba untuk meneliti PAKEM
sebagai salah satu alternatif pembelajaran dengan rumusan masalah sebagai
berikut: 1. Apakah PAKEM dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan
kreativitas siswa kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo dan bagaimana
peningkatannya? 2. Bagaimana implementasi PAKEM pada mata pelajaran PAI
yang dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN
Klurak Candi Sidoarjo?
Berdasarkan paparan di atas, peneliti menggunakan desain penelitian
tindakan kelas (Classroom action research) jenis kolaboratif partisipatoris,
dengan model yang dikembangkan oleh Elliot. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan observasi, interview dan dokumentasi. Data yang
bersifat kualitatif dianalisa dengan deskriptif kualitatif sedangkan data yang
bersifat kuantitatif dianalisa dengan analisa deskriptif kuantitatif dengan rumus:

P =
BaseRate
BaseRate PostRate
X 100 %

Keterangan:
P =Presentasi peningkatan
Post Rate =Nilai rata-rata sesudah tindakan
Base Rate =Nilai rata-rata sebelum tindakan (Gugus, 1999/2000:1).

Hasil observasi dan data empiris di lapangan menunjukkan bahwa
implementasi PAKEM terbukti dapat meningkatkan motivasi, keaktifan serta
kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo. Indikator
peningkatannya ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar, keaktifan dan
kreativitas siswa dari siklus ke siklus. Hasil observasi dari lapangan menunjukkan
bahwa motivasi belajar mengalami peningkatan dari pre test ke siklus I sebesar
66%, dari pre test ke siklus II sebesar 93%, dari pre test ke siklus III sebesar
140%, dari siklus I ke siklus II sebesar 16%, dari siklus I ke siklus III sebesar 44%
dan dari siklus II ke siklus III sebesar 24%. Peningkatan keaktifan dari pre test ke

siklus I sebesar 83%, dari pre test ke siklus II sebesar 125%, dari pre test ke siklus
III sebesar 150%, dari siklus I ke siklus II sebesar 22%, dari siklus I ke siklus III
sebesar 36% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 11%. Sedangkan peningkatan
kreativitas siswa pada pre test ke siklus I sebesar 41%, dari pre test ke siklus II
sebesar 116%, dari pre test ke siklus III sebesar142%, dari siklus I ke siklus II
sebesar 59%, dari siklus I ke siklus III sebesar 71%, dari siklus II ke siklus III
sebesar 7%. Bentuk implementasi PAKEM yang optimal dalam meningkatkan
motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa pada pelajaran PAI adalah
dengan menggunakan metode yang bervariasi: team quiz (kuis kelompok), card
sort (sortir kartu), kooperatif struktural, problem solving (pemecahan masalah),
watching CD (melihat CD), learning starts with a question (pelajaran dimulai
dengan pertanyaan), reinforcement serta modul.
Saran yang dapat disampaikan peneliti adalah (1) Lembaga pendidikan
yang berwenang diharapkan dapat merealisasikan PAKEM karena dari hasil
penelitian PAKEM terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan
kreativitas siswa (2) Tenaga pengajar hendaknya dapat mengimplementasikan
PAKEM pada kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode yang
bervariasi seperti team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir kartu), learning
starts with a question (pelajaran dimulai dengan pertanyaan), kooperatif
struktural, problem solving (pemecahan masalah), watching CD (melihat CD),
reinforcement dan penggunaan modul sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar, keaktifan serta kreativitas siswa dalam pembelajaran (3) Perlu adanya
penelitian PAKEM lebih lanjut dengan menggunakan variabel dan metode
penelitian yang berbeda agar diperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan
data yang lebih absah.















BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu
keadaan yang sangat sulit. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM)
bangsa Indonesia masih rendah sehingga belum siap dalam menghadapi
persaingan global. Menurut catatan Human Development Report Tahun 2003 versi
UNDP, peringkat HDI (Human Development Index) atau kualitas Sumber Daya
manusia berada pada urutan 112. Indonesia berada jauh di bawah Filipina (85),
Thailand (74), Malaysia (58), Brunei Darussalam (31), Korea Selatan (30), dan
Singapura (28). Organisasi Internasional yang lain juga menguatkan hal itu.
International Educational Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan
membaca siswa SD Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei.
Sementara itu, Third Matemathics and Science Study (TIMSS), lembaga yang
mengukur hasil pendidikan di dunia, melaporkan bahwa kemampuan matematika
siswa SMP kita berada di urutan ke-34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan
IPA berada di urutan ke-32 dari 38 negara (Nurhadi, 2003:1).
Dikarenakan kondisi bangsa Indonesia SDM-nya masih sangat rendah,
sehingga mereka hanya lebih disibukkan oleh kepentingan-kepentingan mereka
sendiri tanpa memperhatikan dan memikirkan bagaimana memajukan bangsa
Indonesia supaya bisa bersaing dengan negara-negara lain.
Dari permasalahan-permasalahan di atas Muhaimin (2005:17-18)
memaparkan bahwa hasil survey negeri kita masih bertengger dalam jajaran
Negara yang paling korup di dunia, KKN melanda di berbagai institusi, disiplin
makin longgar, semakin meningkatnya tindak kriminal, tindak kekerasan,

anarchisme, premanisme, konsumsi minuman keras dan narkoba sudah melanda
di kalangan pelajar dan mahasiswa. Masyarakat kita juga cenderung mengarah
pada masyarakat kepentingan/patembayan (gesellschaft), nilai-nilai masyarakat
paguyuban (gemeinschaft) sudah ditinggalkan, yang tampak di permukaan adalah
timbulnya konflik kepentingan-kepentingan, baik kepentingan individu,
kelompok, agama, etnis, politik maupun kepentingan lainnya.
Dilihat dari permasalahan-permasalahan di atas, bangsa Indonesia
memang sedang menghadapi krisis multidimensional. Mulai dari krisis kualitas
SDM rendah sehingga menyebabkan krisis moral. Muhaimin (2005:18) lebih
lanjut mengungkapkan bahwa krisis ini, secara langsung atau tidak, berhubungan
dengan persoalan pendidikan. Ironisnya, krisis tersebut menurut sementara pihak-
katanya-disebabkan karena kegagalan pendidikan agama, termasuk di dalamnya
pendidikan agama Islam.
Meskipun penjelasan di atas belum tentu sepenuhnya benar, bahwa karena
kegagalan pendidikan agama yang menyebabkan timbulnya krisis moral, tetapi
bisa jadi dikarenakan oleh faktor-faktor yang lainnya, misalkan apabila peserta
didik kurang peduli pada lingkungan hidup di sekitarnya, juga merupakan
kegagalan dari guru IPA, apabila siswa yang kurang sopan dalam berbicara
dengan orang yang lebih tua, itu juga merupakan kegagalan dari guru bahasa dan
lain-lain. J adi bukan berarti bahwa semuanya merupakan kesalahan daripada
pembelajaran pendidikan agama di sekolah.
Tetapi dalam kenyataan di lapangan memang selama ini pembelajaran
pendidikan agama Islam yang berlangsung masih mengalami banyak kelemahan,

penyampaian materi pelajaran kurang begitu dipahami oleh peserta didik sehingga
menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak mengerti akan agama Islam itu sendiri
apalagi mengamalkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Muchtar Bukhori dalam Muhaimin (2005:23) menilai pendidikan
agama masih gagal. Kegagalan ini disebabkan karena praktek pendidikannya
hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-
nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif,
yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya
terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan praxis
dalam kehidupan nilai agama. Disebutkan juga oleh Harun Nasution dalam
Muhaimin (2005:23) Dalam praktik pendidikan agama berubah menjadi
pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral,
padahal intisari dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.
Dalam konteks sistem pembelajaran, pendidikan agama titik lemahnya
agaknya lebih terletak pada komponen metodologinya. Kelemahan tersebut dapat
diidentifikasi sebagai berikut: (1) kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang
kognitif menjadi makna dan nilai atau kurang mendorong penjiwaan terhadap
nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik; (2)
kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama dengan program-program
pendidikan non-agama; (3) kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya,
dan/atau bersifat statis kontekstual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta didik

kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian
(Muhaimin, 2005:27).
Menurut Sutrisno (2005:37) bahwa:
Proses pembelajaran yang digunakan para guru agama Islam selama ini
lebih banyak menggunakan metode ceramah. Guru memberi penjelasan
dengan berceramah mengenai materi pelajaran dan siswa sebagai
pendengar. Metode pembelajaran semacam ini kurang memberikan arahan
pada proses pencarian, pemahaman, penemuan dan penerapan. Akibatnya,
pendidikan agama Islam kurang dapat memberikan pengaruh yang berarti
pada kehidupan sehari-hari siswa-siswanya. Akibatnya, terjadi krisis
moral pada kalangan siswa-siswa SD, SLTP dan SMU, yang pada
akhirnya krisis moral pun meluas pada anak-anak bangsa ini.

Begitu juga dengan pendapat Menteri Agama RI, Muhammad Maftuh
Basyuni (Tempo, 24 November 2004), bahwa pendidikan agama yang
berlangsung saat ini cenderung lebih mengedepankan aspek kognisi (pemikiran)
daripada afeksi (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku). Menurut istilah
Komaruddin Hidayat dalam Fuaduddin Hasan Bisri pendidikan agama lebih
berorientasi pada belajar tentang agama, sehingga hasilnya banyak orang yang
mengetahui nilai-nilai ajaran agama, tetapi prilakunya tidak relevan dengan nilai-
nilai ajaran agama yang diketahuinya (Muhaimin, 2005:23).
Sedangkan menurut Towaf dalam Muhaimin (2005:25) telah mengamati
adanya kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di sekolah, antara lain: (1)
pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan
norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga
peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam
keseharian; (2) kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah
sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi,

tetapi pihak guru PAI sering kali terpaku padanya, sehingga semangat untuk
memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang
tumbuh; (3) sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas, maka guru
PAI kurang supaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk
pendidikan agama, sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton; (4)
keterbatasan sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya.
Dari berbagai pendapat yang telah disuguhkan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa kebanyakan dari pendapat-pendapat tersebut mengemukakan
bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah masih tradisional.
Dalam pembelajaran tradisional yang berlangsung secara monoton, yang
hanya disuguhi dengan metode ceramah, maka siswa merasa tersiksa di dalam
kelas, bahkan kelas seakan seperti penjara. Sehingga pembelajaran tersebut tidak
bisa menyerap apa yang telah diterangkan oleh guru pada siswa karena sudah
tidak konsentrasi lagi pada pelajaran. Kondisi seperti ini, menyebabkan motivasi
belajar siswa hilang, dengan tidak adanya motivasi dalam diri siswa maka mereka
akan malas mendengarkan apalagi mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan
pada mereka, dengan demikian maka kreativitas siswa tidak akan berkembang.
Kegiatan belajar mengajar di kelas hanya didominasi oleh guru, seakan-
akan guru adalah sumber utama dalam belajar, sedangkan para siswa hanya
sebagai pendengar setia, para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang
dipompakan oleh guru dan mereka menelan saja hal-hal yang direncanakan dan
disampaikan oleh guru, siswa dianggap sebagai objek. Seperti yang dikemukakan
Usman dalam Hj. Zahera Sy, (2000:26), yaitu guru harus pandai menyuapi sekian

banyak siswa pada waktu yang sama dengan makanan pengetahuan yang telah
diolah dan dimasak oleh guru sendiri, siswa tinggal menelannya tanpa proses
bahwa makanannya itu pahit, manis atau basi sekalipun.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang seperti ini kegiatan mandiri
dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan
menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih
mudah pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan; guru
cukup mempelajari materi dari buku, lalu disampaikan kepada siswa. Disisi lain,
siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif
atau tidak aktif (Hamalik, 2001:170), jadi kegiatan belajar mengajar tidak
dititikberatkan pada kegiatan siswa yang menyebabkan siswa tidak aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan
berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non-
otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang, karena guru
menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani
mengemukakan gagasan baru dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja
sesuai dengan minat dan kebutuhannya, dalam suasana inilah kemampuan kreatif
dapat tumbuh dengan subur (Munandar, 1999:12).
Ungkapan Guilford pada tahun 1950 dalam Munandar (1999:7) dalam
pidato pelantikannya sebagai presiden American Psychologikal Association,
bahwa:

Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan
tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang
diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka
tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara
baru.
Dapat ditarik kesimpulan dari pidato Guilford di atas bahwa ia memberi
penekanan dalam penelitian bidang pengembangan kreativitas pada pendidikan
formal sangat kurang dan diterlantarkan.
Seperti halnya hasil penelitian yang telah diungkapkan oleh Mahaguru
UGM Prof. Dr. M.S.A. Sastroamidjojo dalam keprihatinannya akan menurunnya
kreativitas manusia, (Sinar Harapan, 4 Mei 1984, hal. 1). Harianto GP juga
menegaskan bahwa sistem menghafal masih mendominasi di sekolah hingga
perguruan tinggi, dengan perkataan lain kreativitas siswa/mahasiswa kurang/tidak
ada, (Pelita, 20 Maret 1985, hal. 3). Dari hasil pengamatan dan penelitian, para
ahli menyimpulkan bahwa anak kecil pada dasarnya sangat kreatif. Hal ini nyata
dari perilaku anak kecil: ia senang mengajukan pertanyaan, senang menjajaki
lingkungannya, tertarik untuk mencoba-coba segala sesuatu, dan mempunyai daya
khayal yang kuat. Namun merupakan kenyataan pula bahwa dengan
meningkatnya usia anak, kreativitasnya bukannya meningkat tetapi justru
menurun, makin lama duduk di bangku sekolah makin tidak kreatif. Hal ini
menimbulkan pertanyaan pada para pendidik: sejauh mana pendidikan formal
menunjang atau menghambat perkembangan kreativitas seorang anak? (Semiawan
et al, 1987:12).

Dalam pendidikan formal, kemampuan-kemampuan mental yang dilatih
umumnya berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan, ingatan, dan penalaran
logis. Di sekolah siswa biasanya dituntut untuk menerima apa yang dianggap
penting oleh guru, dan menghafalnya. Keberhasilan dalam pendidikan sering
hanya dinilai dari sejauh mana siswa mampu memproduksi bahan pengetahuan
yang diberikan. Ia dihadapkan pada soal-soal yang harus ia pecahkan dengan
menemukan satu-satunya jawaban yang benar, sering kali ia dituntut pula untuk
memecahkan soal-soal tersebut hanya dengan satu cara. Cara-cara lain, walaupun
menuju pada jawaban yang sama, sering tidak diperbolehkan oleh guru. Dapatlah
dipahami bahwa pendekatan seperti ini justru menimbulkan kekakuan dalam
berpikir dan kesempitan dalam meninjau suatu masalah. Dengan demikian daya
pikir kreatif sebagai kemampuan untuk dapat melihat suatu masalah dari berbagai
sudut tinjau, justru terhambat. J ika anak di sekolah tidak pernah atau jarang
dituntut untuk menjajaki berbagai alernatif jawaban terhadap suatu persoalan,
bagaimana dapat diharapkan bahwa kreativitasnya akan berkembang? (Semiawan,
1987:12). Dengan nada yang agak berbeda, F. Dennis menyatakan bahwa siswa-
siswa SD sampai PT, sekolah hanya mengejar status, mereka lebih mementingkan
nilai, bukannya prestasi. Siswa-siswa mengejar nilai dengan cara nyontek,
nyogok, atau belajar model foto copy; dengan kata lain kreatif mereka memang
rendah (Pelita, 26 Maret 1984, hal.V dalam Slameto, 1991:138-139).
Menurut Semiawan dalam Suharto, (Pengembangan Kreativitas
Menghadapi Globalisasi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor II, Tahun 27, J uli 2000.
Hal:160) bahwa "Dengan keterpaduan antara aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik, maka akan menimbulkan kreativitas". Tanpa kreativitas suatu
masyarakat kemungkinan akan menjadi terhambat pembangunannya (Muhadjir
dalam Soeparman, Hubungan kemandirian dengan Kreativitas Siswa SMU, Jurnal
Ilmu Pendidikan, Nomor I, Tahun 27, J anuari 2000. Hal:93).
Disamping pendidik memasukkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
pada siswa, pendidik juga harus bisa membangkitkan semangat (motivasi) belajar
siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Hj. Zahera Sy, yang mana salah satunya adalah
penggunaan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran merupakan salah
satu cara untuk memotivasi siswa. Ternyata hasilnya termasuk kriteria baik
(66,67%) (Hj. Zahera Sy, Cara Guru Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap
Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor I,
J ilid 7. 2000. Hal:29). Dengan timbulnya motivasi, maka siswa akan terdorong
aktif dalam proses pembelajaran dan membuat siswa tersebut kreatif.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satunya
yang sangat berperan yaitu terletak pada pembelajaran. Oleh karena itu guru harus
berusaha semaksimal mungkin bagaimana menciptakan pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi siswa agar siswa semangat dalam belajar, bagaimana agar
siswa benar-benar terlibat aktif secara fisik, mental, intelektual dan emosional
dalam pembelajaran dan bagaimana menciptakan siswa-siswa yang kreatif.
Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, karena
siswalah yang seharusnya banyak aktif.

Berbicara tentang pembelajaran, maka tidak akan lepas dengan
pengalaman belajar apa yang mesti diberikan kepada peserta didik agar memiliki
pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup maupun untuk meningkatkan
kualitas dirinya sehingga mampu menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat (life
long education). Dalam hal ini empat pilar pendidikan yang dicanangkan
UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be and learning to
live together merupakan hal yang harus menjiwai program-program kegiatan
belajar mengajar di sekolah (Supriono S, 2001:21).
Diungkapkan lagi oleh Supriono S (2001:21) bahwa:
Atas dasar prinsip-prinsip tersebut, maka pembelajaran di sekolah
hendaknya mengaktifkan peserta didik tidak hanya secara mental sehingga
mampu menjadi warga negara yang kritis, kreatif, dan partisipatif terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah
salah satu strategi untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan
menyenangkan siswa, sehingga siswa termotivasi untuk aktif dan kreatif dalam
proses belajar mengajar.
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah
satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran
dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa/i untuk
lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka
sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan. PAKEM
(http://pakem.org/, diakses 13 Mei 2006).

Dalam PAKEM ini, terdiri dari pembelajaran aktif, aktif dimaksudkan
bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang mampu
merangsang siswa sehingga siswa aktif bertanya, mengemukakan gagasan/ide.
Dari keaktifan siswa ini maka dapat mengembangkan kreativitas, menyenangkan
adalah suasana belajar gembira yang mana dengan suasana belajar yang
menyenangkan maka perhatian siswa akan tertumpu pada belajar. Aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, jika
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran itu tidak ubahnya seperti bermain. Pembelajaran yang efektif antara
lain ditandai dengan: (1) Siswa sebagai subjek didik; (2) Metode mengajar yang
beragam; (3) Menghindari verbalistik; dan (4) Variasi pembelajaran (Nursito,
2002:48).
PAKEM lebih menekankan pada pengembangan kemampuan anak melalui
"learning by doing" (belajar melalui berbuat) atau melakukan aktivitas sendiri.
Dengan keaktifan siswa dalam belajar, maka siswa akan memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta
mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Dalam suasana pembelajaran yang aktif saja sebenarnya pembelajaran
yang menyenangkan sudah mulai tercipta. Apalagi jika guru secara kreatif dapat
menjalankan komunikasi dua arah yang menyenangkan. Senyum guru, misalnya,
mempunyai makna yang sangat dalam bagi keberhasilan pembelajaran. Sebab,
senyum itu dapat mencairkan suasana yang beku, monoton, dan tidak menarik.
Achmad Sapari, Pembelajaran yang Menyenangkan Didaktika

(http://www.kompas.com/kompas-cetak/dikbud/pemb09.htm, diakses 17 Mei
2006).
Pembelajaran aktif, kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM),
bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan
dengan menyiapkan siswa memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan sikap,
guna mempersiapkan kehidupan masa depannya. Di dalam PAKEM juga guru-
guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang berbeda-beda, termasuk
pembelajaran yang interaktif. Pembelajaran PAKEM
(http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei 2006).
Di SDN Klurak Candi Sidoarjo pada saat proses belajar mengajar
berlangsung guru masih sering menggunakan metode tradisonal tepatnya metode
ceramah. Kegiatan belajar mengajar dalam kelas tersebut kurang begitu
komunikatif dikarenakan guru masih mendominasi kelas, sehingga motivasi dan
keaktifan peserta didik kurang, yang mengakibatkan peserta didik banyak yang
bermain-main dan tidur-tiduran disela-sela pembelajaran dan kurangnya
keberanian peserta didik dalam menanyakan hal-hal yang masih belum mereka
pahami dalam pembelajaran yang sedang berlangsung, dari fenomena tersebut
dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa masih belum terlihat.
Berpijak pada pernyataan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
sebuah judul IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF,
EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA
PELAJARAN PAI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR,

KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK
CANDI SIDOARJO.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan di sini adalah:
1. Apakah pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)
dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa kelas
V SDN Klurak Candi Sidoarjo dan bagaimana peningkatannya?

2. Bagaimana implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI yang dapat
meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN
Klurak Candi Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan proposal ini
adalah:
1. Untuk mengetahui Apakah pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI dapat meningkatkan
motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak
Candi Sidoarjo dan bagaimana peningkatannya.
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI yang dapat

meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreatifitas siswa kelas V SDN
Klurak Candi Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Hasil penelitian ini tentunya sangat berguna bagi penulis sebagai media
pengembangan dan memperluas ilmu pengetahuan baik secara teori
maupun praktek pendidikan agama Islam sesuai dengan disiplin ilmu yang
telah penulis tekuni.
2. Sebagai masukan bagi para guru PAI sehingga bisa menciptakan
pembelajaran PAI yang baik.
3. Sebagai acuan bagi penelitian yang lain yang akan mengadakan penelitian
lebih lanjut berkenaan dengan implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI dalam
meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa.

E. Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas, mudah dipahami dan terhindar
dari persepsi yang salah dengan penulisan skripsi ini, maka perlu adanya Hal ini
ditempuh untuk menghindari kekaburan obyek agar sesuai dengan arah dan tujuan
penelitian.
Adapun ruang lingkup pembelajaran ini berfokus pada pembahasan
tentang implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

(PAKEM) pada mata pelajaran PAI dalam meningkatkan motivasi belajar,
keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo. Penelitian ini
tidak mengkaji tentang peningkatan motivasi, keaktifan dan kreativitas terhadap
materi-materi yang lain selain PAI.

F. Definisi Operasional
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah
satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran
dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa/i untuk
lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka
sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan. PAKEM
(http://pakem.org/, diakses 13 Mei 2006).
Pemahaman tentang pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah/perguruan
tinggi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu PAI sebagai aktivitas dan PAI
sebagai fenomena. PAI sebagai aktivitas, berarti upaya yang secara sadar
dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam
mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani dan
memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup dan keterampilan hidup,
baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial yang
bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. Sedangkan PAI sebagai
fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih dan/atau
penciptaan suasana yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup
yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam, yang diwujudkan

dalam sikap hidup serta keterampilan hidup pada salah satu atau beberaa pihak
(Muhaimin dalam Muhaimin, 2005:15).
Motivasi belajar adalah rangsangan, dorongan belajar yang sangat besar
karena keinginan anak untuk berhasil dapat dilihat dari besarnya tanggung jawab,
besarnya kebutuhan anak akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri (Titiek
Syamsiah, Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Murid tentang Lingkungan
Belajar dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu
Pendidikan, Nomor Khusus, Tahun 26, Desember 1999. Hal:125).
Keaktifan menurut Sardirman dalam Hj. Zahera Sy, Cara Guru
Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses
Pembelajaran, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor I, J ilid 7, Februari 2000.hal:27)
adalah keterlibatan belajar yang mengutamakan keterlibatan fisik maupun mental
secara optimal.
Kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, model baru yang berguna
bagi dirinya dan bagi masyarakat (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:104).

G. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam skripsi nanti terdapat kesinambungan dan
sitematis, maka dalam penulisannya ini mencakup enam bab berdasarkan
pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi operasional, sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN TEORI
Berisi tentang: pengertian PAKEM, latar belakang PAKEM, tujuan
PAKEM, PAKEM dalam perspektif PAI, implementasi PAKEM pada PAI,
keterkaitan PAKEM dengan motivasi, keterkaitan PAKEM dengan keaktifan,
keterkaitan PAKEM dengan kreativitas, pengertian motivasi belajar, fungsi
motivasi belajar, tujuan motivasi, ciri-ciri motivasi, prinsip-prinsip motivasi,
macam-macam/jenis motivasi, bentuk-bentuk motivasi di sekolah, cara
menimbulkan dan memupuk motivasi, pengertian keaktifan, faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan, prinsip-prinsip aktivitas, jenis-jenis aktivitas dalam
belajar, pengertian kreativitas, ciri-ciri kepribadian kreatif, pendekatan 4 P dalam
mengembangkan kreativitas, kreativitas dalam perspektif pendidikan Islam,
pengertian PAI, tujuan PAI, dasar-dasar pelaksanaan PAI.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III ini berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, instrumen
penelitian, lokasi penelitian, sumber data dan jenis data, teknik pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Berisi tentang deskripsi data yang memuat gambaran obyek penelitian
mulai dari sejarah berdirinya madrasah, sarana dan prasarana, visi dan misi sesuai
dengan rumusan masalah dan hasil dari analisis data
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berisi tentang jawaban dari masalah penelitian yaitu bagaimana
implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
pada mata pelajaran PAI yang dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan
kreativitas siswa dan apakah mata pelajaran PAI dengan mengimplementasikan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dapat
meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa
BAB VI PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN























BAB II

KAJIAN TEORI

A. PAKEM
1. Pengertian PAKEM
Pakem yaitu singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan ini adalah salah satu pembelajaran yang baru diterapkan
pada sekolah-sekolah. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan
proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah.
PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di
dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek,
penelitian, penyelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang
hanya dibatas dari imaginasi guru. Phillip Rekdale. PAKEM
(http://pakem.org. Diakses 13 Mei 2006).
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)
dapat diartikan sebagai berikut:
a. Active learning (Belajar Aktif)
Bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang
merupakan proses aktif dan si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran
ceramah guru tentang pengetahuan (Depdiknas, 2004:3, 3-8).

b. Creative Learning (Belajar dengan kreatif)
Dalam membaca pemahaman siswa dikondisikan belajar dengan
kreatif. Hal demikian dapat dilakukan guru dengan cara memberi
tugas-tugas membaca pemahaman yang menuntut siswa kreatif untuk
memecahkan masalah-masalah yang muncul. Misalnya siswa diberi
tugas membaca di perpustakaan. Buku-buku yang akan dipelajari
siswa sudah disiapkan. Siswa disuruh merangkum. Satu bab dari buku
yang dibaca dengan bahasanya sendiri. Dengan demikian siswa dapat
kreatif, karena bahasanya tidak harus sama dengan yang ada di buku
(Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Kelas IV SDN Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan
Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM
Malang, 2005, hlm. 26).
Sedangkan menurut Depdiknas, kreatif dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa (Depdiknas, 2004:3, 3-8).
Pembelajaran yang kreatif juga sangat berhubungan dengan
pembelajaran yang aktif, peran siswa aktif dalam pembelajaran bisa
membentuk generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu
untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

c. Efective Learning (belajar dengan Efektif)

Dengan membaca pemahaman guru diharapkan mampu
menciptakan efektif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) salah
satu caranya adalah guru sebelum mengajar sudah merancang berbagai
hal yang akan dilakukan dalam KBM. Diantaranya siswa diharapkan
merangkum isi bacaan dengan dibatasi waktu. Siswa dapat menjawab
pertanyaan bacaan dengan tepat. Dengan melatih kecepatan dalam
menjawab dan merangkum sangat melatih siswa dalam hal bekerja dan
berfikir cepat serta tepat. Hal demikian bila dilatihkan secara kontinyu
akan memupuk kebiasaan pada siswa yaitu sikap praktis dan efektif
dalam kegiatan sehari-hari (Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan
Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Pogar II Kecamatan
Bangil dengan Menggunakan Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi,
Fakultas Ilmu Pendidikan UM Malang, 2005, hlm. 26-27).
d. Menyenangkan
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh
pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya ("time on task") tinggi
(Depdiknas, 2004:3, 3-8).
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti
meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah
cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan
apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan

pembelajaran yang dicapai. J ika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak
ubahnya seperti bermain biasa (Depdiknas, 2004:3, 3-8).
Dan dalam buku paket pelatihan awal disebutkan bahwa secara
garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Siswa terlibat berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui
berbuat.
b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan 'pojok baca'.
d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya
(Depdiknas, 2004:3, 3-8).


PAKEM juga dapat diartikan sebagai berikut:

a. Pembelajaran yaitu;
Usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
b. Aktif yaitu;
Mengemukakan pendapat, menemukan, mengembangkan penalaran,
mengkomunikasikan ide / gagasan untuk memecahkan masalah
c. Kreatif yaitu;
1) Memahami masalah
2) Merencanakan pemecahan masalah
3) Merencanakan kegiatan
4) Mengkaji ulang pelaksanaan pemecahan masalah
5) dll
d. Efektif yaitu;
Dalam waktu singkat dapat mencapai tujuan yang diharapkan
e. Menyenangkan yaitu;
Siswa terpesona dengan keindahan, kenyamanan, kemanfaatannya
sehingga terlibat aktif dan asyik
Definisi PAKEM juga diungkapkan oleh Anik Zuroidah sebagai
berikut, adapun pengertian huruf PA dalam sistem ini adalah pembelajaran
aktif. Artinya siswa harus ikut aktif dalam mencermati materi yang
diberikan oleh guru. J adi bukan hanya guru yang aktif memberikan materi,
tapi juga harus melibatkan siswa. Pengertian K (kreatif) yaitu guru
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa agar mereka
mengembangkan daya pikir, sehingga bisa menghasilkan sesuatu sesuai

dengan materi yang diajarkan guru. E (Efektif) berarti sedikit bicara
banyak kerja artinya para siswa langsung mempraktekkan materi. J adi
mereka akan merasakan dan sekaligus memahami materi tanpa harus
diberi ceramah. Poin ini tentu saja akan menghemat waktu dan tenaga
dalam pembelajaran. M (Menyenangkan) berarti sesuai pembelajaran
yang tidak membosankan. J ika siswa terlibat langsung sebagai subjek
belajar, mereka selalu senang dalam belajar (Zuroidah, 2005:36).
Sedang menurut E. Mulyasa (2006:191-194) pembelajaran aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah:
a. Pembelajaran Aktif
Merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan
kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan
peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi,
seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian
terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.


b. Pembelajaran Kreatif

Merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru dalam
memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama
pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode
dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran,
dan pemecahan masalah.
c. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan
pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.
Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta
didik harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam
pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif,
dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara
aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi. Peserta didik harus didorong untuk
menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi
tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini
memerlukan proses pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam
rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar.

d. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) merupakan suatu
proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang
kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa
atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran
menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri
sebagai mitra belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak
menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Hal ini
dimungkinkan karena pesatnya perkembangan teknologi informasi
tidak memungkinkan lagi guru untuk mendapatkan informasi lebih
cepat dari peserta didiknya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pakem adalah
pembelajaran yang menitikberatkan pada anak didik. Dalam proses belajar
mengajar anak didik disuruh belajar sendiri, sedangkan guru hanya
menjadi fasilitator saja. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya
sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan
gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan
sekolahnya (Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman
Siswa Kelas IV SDN Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan
Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM
Malang, 2005, hlm. 28).


Dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan
kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan (Depdiknas,
2004:3, 3-1).
Dalam pembelajaran PAKEM model pembelajarannya pertama
dilakukan dengan kegiatan memahami konsep pengetahuan dan
ketrampilan tertentu selalu dilakukan dengan menekankan prinsip belajar
sambil bekerja dan belajar sambil bermain. Kedua, kegiatan memahami
konsep pengetahuan dan ketrampilan tertentu selalu menggunakan alat
bantu belajar dan memanfaatkan lingkungan sekitar, agar dapat tercipta
pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan lebih efektif. Ketiga,
kegiatan pembelajaran selalu menekankan prinsip kerjasama dan
kemandirian. Keempat, tempat belajar ditata dan dikelola secara fleksibel,
misalnya penataan ruang kelas sesuai dengan kebutuhan kelas, dalam kelas
perlu ada hiasan edukatif yang menarik, tempat pemajangan hasil karya
siswa, serta adanya perpustakaan kelas atau sudut baca. (Zulaicha,
"Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN
Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan Model Pakem dan Non
Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM Malang, 2005, hlm. 28).
PAKEM ini akan mudah dilaksanakan jika 1). Guru memiliki
persiapan matang, misalnya ada sumber belajar, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas 2). Guru bersikap wibawa. Artinya para siswa akan
merasa senang mengerjakan sesuatu atas tuntutan guru bukan merasa

terbebani 3). Guru kreatif artinya guru bisa mengetahui kondisi kelas dan
bisa menemukaan solusi pembelajaran kelas yang berbeda. 4). Guru
memiliki profesionalisme kerja artinya guru tak hanya sekedar memberi
materi kepada siswa. Namun lebih mengutamakan perubahan sikap dan
prilaku para siswa ke arah yang lebih baik. 5). Guru bersikap ing ngarso
sung tuladha ing madya mbangun karsa. Tut wuri handayani artinya
dalam memberi bimbingan, guru harus memberi contoh, turut berperan
dan memberi dukungan (Zuroidah, 2005:36).

2. Latar Belakang PAKEM
Pakem adalah wujud dari salah satu hasil kerjasama antara
UNESCO dan UNICEF dengan dukungan pemerintah Indonesia,
khsususnya Departemen Pendidikan Nasional. Yang melaksanakan satu
kegiatan rintisan yang disebut "Menuju Masyarakat Peduli Pendidikan
Anak Dengan Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar Melalui Manajemen
Berbasis Sekolah dan Peran Serta Masyarakat".
Kegiatan ini berlandaskan pada asumsi bahwa sekolah akan
meningkatkan mutunya jika kepala sekolah, guru, dan masyarakat, (BP3,
wali murid, tokoh masyarakat) diberikan kewenangan yang cukup besar
untuk mengelola pendidikan di tingkat sekolah. Pengelolaan itu
menyangkut proses belajar mengajar, manajemen sekolah, dan peran serta
masyarakat dalam pendidikan (Supriono dan Sapari, 2001:2).









Tujuan program ini adalah:
a. Kegiatan rintisan ini dilakukan untuk mengembangkan model
pemantapan Sekolah Dasar yang telah diuji-cobakan dan dapat
terlaksana melalui pelaksanaan manajemen berbasis sekolah,
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, serta
peningkatan peran serta masyarakat.
b. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah, guru, anggota komite
sekolah, dan tokoh masyarakat dalam aspek manajemen berbasis
sekolah untuk peningkatan mutu sekolah;
c. Mengembangkan kemampuan para kepala sekolah, anggota Komite
Sekolah, dan tokoh masyarakat dalam melaksanakan pembelajaran
yang bersifat aktif dan menyenangkan, terutama di lingkungan sekolah
serta di masyarakat;
d. Mengembangkan peran serta masyarakat dengan lebih aktif dalam
masalah umum persekolahan dari para anggota Komite Sekolah, orang
Pembelajaran aktif,
kreatif, efektif dan
menyenangkan /
pembelajaran
kontekstual
Manajemen
Berbasis Sekolah
PENINGKATAN
MUTU
PEMBELAJ ARAN
Peran Serta
Masyarakat

tua murid, serta tokoh masyarakat dalam membantu (Depdiknas,
2004:ii).
Sedangkan hasil yang diharapkan dalam kegiatan ini ada dua yaitu:
a. Dalam jangka pendek, hasil-hasil yang diharapkan meliputi:
1) Tersedianya seri-seri modul yang telah diuji coba dalam bidang (a)
Manajemen Berbasis Sekolah, (b) Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan, serta (c) Peningkatan Peran Serta
Masyarakat;
2) Tersedianya beberapa model yang telah diuji coba di lapangan
dalam upaya peningkatan mutu sekolah dasar melalui manajemen
berbasis sekolah, pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan, serta masyarakat;
3) Adanya peningkatan pemahaman semua pejabat dan individu yang
terlibat dalam pendidikan tentang aspek manajemen berbasis
sekolah, pembelajaran aktif dan menyenangkan, serta peran serta
masyarakat;
4) Adanya peningkatan kinerja sekolah dalam arti adanya manajemen
berbasis sekolah yang baik dan terbuka, pembelajaran aktif dan
menyenangkan yang efektif, serta peningkatan peran serta
masyarakat dalam masalah umum persekolahan.
b. Dalam jangka panjang meliputi:
1) Adanya peningkatan secara umum mutu pendidikan dasar pada
sekolah-sekolah binaan yang mengakibatkan adanya peningkatan

kinerja para siswa dengan naiknya nilai prestasi belajar,
lingkungan belajar yang lebih menyenangkan untuk belajar, serta
tenaga pendidik yang lebih profesional;
2) Model-model peningkatan sekolah dasar yang telah diujicobakan
ini ditiru dan disebarluaskan ke sekolah dan daerah-daerah lain,
baik oleh Pemerintah maupun oleh LSM (Depdiknas, 2004:ii).
Adapun strategi kegiatan rintisan ini agar model yang
dikembangkan dapat disebarluaskan meliputi hal-hal berikut:
1) Menggunakan mekanisme dan sistem yang dipakai oleh Pemerintah
serta bekerja sama dengan LSM terkait-kegiatan ini memakai sistem
Gugus Sekolah dan jajaran kependidikan yang berlaku;
2) Membentuk Satuan Tugas (satgas) pada tingkat propinsi, kabupaten
dan kecamatan untuk membantu koordinasi dan pelaksanaan kegiatan
dan juga agar masuk ke dalam jalur dan siklus kegiatan Pemerintah
dalam bidang pemerintah dalam bidang pendidikan;
3) Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar seperti
pejabat-pejabat di tingkat kecamatan, anggota Komite Sekolah dan
Tokoh Masyarakat dalam aspek manajemen berbasis sekolah,
pembelajaran aktif, menyenangkan dan efektif, serta peran serta
masyarakat;
4) Mengadakan pelatihan rutin bagi para kepala sekolah, guru dan
anggota Komite Sekolah serta pendampingan pada pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di tingkat gugus dan sekolah;

5) Adanya supervisi dan monitoring rutin pada pelaksanaan kegiatan di
sekolah untuk mengetahui kendala dan masalah yang dihadapi serta
menemukan pemecahan yang diperlukan;
6) Adanya pemberian bantuan keuangan melalui dana "block grant" bagi
setiap sekolah untuk peningkatan mutu KBM serta untuk melatih para
kepala sekolah dan guru dalam perencanaan kegiatan dan pengelolaan
keuangan sekolah (Depdiknas, 2004:ii-iii).
Perjalanan sejarah perubahan penggunaan model pembelajaran di
Indonesia, mulai dari D4, melalui CBSA, dan kini telah gencar
disosialisasikan model pembelajaran PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan). Perubahan itu sejatinya menggambarkan
perubahan sosok kehidupan sosial-ekonomi-budaya-politik dalam
masyarakat. Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, mantan
Kepala Bidang Pelayanan Teknis PPPG Matematika Yogyakarta. Dari D4,
Melalui CBSA, Sampai dengan Pakem
(http://www.suparlan.com/artikel.php?aid=33, diakses 22 J uni 2006).
Sebagaimana yang telah diuraikan oleh Mantan Kepala Sekolah
Kuala Lumpur ini tentang awal mula PAKEM yaitu sebagai berikut:
D4, Antara Wajah Masyarakat dan Wajah Sekolah
Istilah D4 pada awalnya memang muncul disekitar kehadiran banyak
anggota legistatif dalam melaksanakan fungsinya (legislasi, budget dan
pengawasan). Pada saat itu konon banyak anggota legislatif hanya datang,
duduk, diam, dan dengar saja dalam sidang-sidang yang diikutinya. Hanya

kur tepuk tangan yang riuh yang sering mewarnai saat-saat pengambilan
keputusan, baik dalam sidang komisi maupun sidang plenonya. Mereka
datang ke ruang sidang, kemudian mereka mendengarkan pidato-pidato
dalam sidang itu, dan mereka duduk dengan tenang, bahkan nyaris
mengantuk, dan pada akhirnya pengambilan keputusan, mereka bersorak
'setuju', dan akhirnya diikuti oleh kur tepuk tangan, sebagai tanda sidang
telah usai dengan suara bulat, bukan lonjong.
Kondisi sidang legislatif dan rapat dalam masyarakat tersebut nyaris sama
dengan kondisi ruang kelas kita. Anak-anak datang ke sekolah, duduk
dengan manis di kelasnya masing-masing, tangan dilipat, mulut ditutup
(diam) untuk mendengarkan celoteh sang guru. Dalam hal ini, wajah
sekolah memang benar-benar menjadi miniatur wajah masyarakat kita.
Apa saja yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, tampak nyata akan
tergambar dalam kehidupan sekolah.
Bahkan, apa yang tergambar di ruang sidang legislatif dengan anggotanya
yang saling dorong dan nyaris baku hantam antara sesama anggota dewan,
atau wajah masyarakat yang saling melakukan tawuran antara dua
kelompok masyarakat yang hanya dipisahkan dengan jalan kampung,
ternyata juga tergambar dengan adanya tawuran antarsiswa atau
mahasiswa antarsekolah atau antarfakultas di suatu perguruan tinggi.
Bukankah hal itu merupakan gambaran yang nyaris sama antara keduanya.
Sekali lagi, D4 merupakan satu gambaran masyarakat dan sekolah kita
pada satu kurun waktu tertentu.

CBSA, Satu Terobosan Yang Belum Selesai
Dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, siswa tidak lagi dipandang
sebagai gelas kosong yang harus diisi oleh guru. Peserta didik adalah
subyek didik, dan bukan obyek. Dalam memperoleh pengalaman belajar
dalam ruang kelas, mereka bukan bebek-bebek yang hanya akan digiring
oleh gurunya. Bukan pula burung-burung beo yang cukup hanya disuruh
menirukan bunyi sang pelatihnya. Sebaliknya, peserta didik adalah anak
manusia yang telah lahir dengan seperangkat potensi yang harus
dikembangkan secara optimal melalui proses pembelajaran. Peserta didik
harus banyak diberikan kesempatan untuk beraktivitas untuk memperoleh
pengalaman belajar secara aktif, bukan hanya datang, duduk, diam, dan
dengar. Dari sinilah lahir apa yang dikenal dengan Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) yang telah diadopsi dari konsep Student Active Learning
(SAL) dari negeri asalnya, yakni Amerika Serikat.
Dengan CBSA, metode mengajar guru bukan hanya ceramah, tetapi
multimetoder, sekali ceramah, kemudian diskusi, atau tanya jawab, kerja
kelompok, dan sebagainya. Media dan sumber belajar bukan hanya dari
buku, tetapi dari berbagai sumber seperti koran, majalah dan sumber
langsung dari alam sekitar. Aktivitas siswa bukan hanya mendengarkan
dan mencatat apa yang ditulis gurunya di papan tulis, melainkan
mengeluarkan pendapat di depan kawan-kawan dalam satu kelompok,
ataupun dalam satu kelas. Anak-anak mencari sendiri sumber belajar,
mendiskusikan dengan kawan-kawannya, membuat rangkuman dan

menulisnya dalam lembar kertas yang akan dilaporkan di hadapan teman-
temannya. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, maka ruang kelas tidak
lagi disusun dengan pola lama, berderet-deret, tetapi berkelompok-
kelompok. Bahkan, pola tempat duduk berkelompok-kelompok ini nyaris
menjadi ciri yang menonjol dalam pendekatan CBSA. Bahkan terdengar
khabar nyaring bahwa bangku-bangku lama akan diganti dengan bentuk
bangku-bangku yang mudah untuk diatur untuk membentuk kelompok.
Kemudian, khabar tentang perubahan bentuk bangku ini pun nyaris
menjadi ciri pendekatan CBSA.
Walhasil, pelaksanaan CBSA yang telah sampai kepada tahap
pengembangan replikasi di berbagai sekolah, akhirnya mengalami masa
surut. Bahkan akhirnya mengalami degradasi sampai pada tingkat nadir.
CBSA dilecehkan dengan akronim yang tidak menyesakkan hati, seperti
Catat Buku Sampai Abis, atau Cicilan Baju Seragam Abu-abu, dan banyak
lagi yang lain. proses uji coba dan replikasi CBSA menjadi terhenti tanpa
melalui evaluasi, dan sebagai satu terobosan untuk proses pembaharuan
dalam dunia pendidikan. CBSA belum sepenuhnya berubah. Konsep
CBSA masih setengah hati, dan kini belum bangkit kembali.
Empat Pilar Pendidikan Menurut UNESCO
Dalam kondisi yang seperti ini, mutu pendidikan tidak bertambah baik,
malah sebaliknya. Beberapa lembaga internasional telah mengadakan
penelitian. Hasilnya mengejutkan. Indeks Pembangunan Manusia (HDI)
Indonesia turun dan berada satu tingkat di bawah negara Vietnam. Sistem

pendidikan pun berada pada urutan ke-12 dari 12 negara yang diteliti.
Sementara itu, terdengar nyanyian sayup-sayup sampai ke telinga para
pegiat pendidikan di Indonesia, misalnya tentang empat pilar pendidikan
dari UNESCO, yakni (1) learning to know, (2) learning to do, (3)
learning to be, dan (4) learning how to live toghether. Dengan adanya
seperti ini bahwa dalam proses belajar mengajar bukan hanya diperlukan
agar peserta didik semata-mata mendapat pengetahuan sebanyak-
banyaknya. Peserta didik harus banyak diberikan kesempatan agar pada
akhirnya dapat melakukan atau mengerjakan sendiri, dapat menjadi
dirinya sendiri sesuai dengan potensi bakat dan minat yang mereka miliki,
dan bahkan pada akhirnya peserta didik harus mampu untuk dapat hidup
bersama dalam masyarakat yang semakin majemuk.
PAKEM, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
Dengan menggunakan dana bantuan dari USAID, dalam berbagai kegiatan
diklatnya, program MBE (Managing Basic Education) selalu mengaitkan
antara PAKEM dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan PSM
(Peran serta Masyarakat). Ketiganya dipandang sebagai tiga unsur dalam
satu kesatuan (three in one) sebagai program MBE. Untuk mendukung
upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, ketiga unsur ini akan
saling mempengaruhi dan saling mendukung. Ibaratnya, tidak akan ada
PAKEM dalam pembelajaran tanpa diawali dengan manajemen yang
berbasis sekolah (MBS), dan tidak akan ada MBS tanpa didukung oleh
peran serta secara aktif orangtua dan masyarakat (PSM).

Secara fisikal, ada beberapa ciri menonjol yang tampak secara kasat mata
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan PAKEM. Pertama,
adanya sumber belajar yang beraneka ragam, dan tidak lagi
mengandalkan buku sebagai satu-saatunya sumber belajar. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar
peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku
pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik. Kedua, sumber
belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario
pembelajarnnya dengan berbagai kegiatan. Ketiga, hasil dari kegiatan
belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis, dan
bahkan ditambah dengan tali rapiah di sana-sini. Pajangan tersebut
merupakan hasil diskusi atau hasil karya siswa. Pajangan hasil karya
siswa menjadi satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses
pembelajaran. Keempat, kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif,
yang biasanya didominasi oleh kegiatan individual dalam beberapa menit,
kegiatan berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai
lima, orang untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama,
dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil kegiatan
mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang kemudian
dipajang. Kelima, dalam mengerjakan pelbagai tugas tersebut, para siswa,
baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba
mengembangkan semaksimal mungkin kreativitasnya. Keenam, dalam
melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah

antusiasme dan rasa senang siswa. Ketujuh, pada akhir proses
pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa yang disebut
sebagai refleksi, yakni menyampaikan (kebanyakan secara tertulis) kesan
dan harapan mereka terhadap proses pembelajaran yang baru saja diikuti.
Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, mantan Kepala Bidang
Pelayanan Teknis PPPG Matematika Yogyakarta. Dari D4, Melalui CBSA,
Sampai dengan PAKEM (http://www.suparlan.com/artikel.php?aid=33,
diakses 22 J uni 2006).
Memang PAKEM adalah model pembelajaran yang masih baru
terdengar ditelinga kita, karena penerapan PAKEM ini baru dimulai sejak
tahun 2003 di sekolah-sekolah binaan MBE. Sekolah dan guru berusaha
merancang pembelajaran, mengelola kelas, dan membimbing siswa
dengan mengedepankan eksplorasi terhadap kemampuan siswa.
Pembelajaran ini lebih mengutamakan proses dalam pencapaian
kompetensi yang diharapkan. Muhtarudin, Contoh Pembelajaran PAKEM.
(http://mbeproject.net/mbe815.htm, diakses 13 Mei 2006).
Kedepan, dari kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan mutu
pendidikan secara umum di SD-SD Rintisan, yang akan menyebabkan
perbaikan dalam berbagai aspek pendidikan, seperti: sikap siswa, nilai tes
(NEM), angka putus sekolah, kualitas murid yang mengulang kelas,
absensi murid, angka kelulusan, angka melanjutkan ke SLTP, dsb, melalui
upaya: peningkatan mutu pembelajaran SD, Child friendly (suasana belajar
yang sayang anak) serta peningkatan kinerja guru. Syamsu Budiyanti,

Mempersiapkan Generasi Mendatang Melalui PAKEM,
(htpp://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=503&catid=1&, diakses 20 Mei
2006).

3. Tujuan PAKEM
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM),
bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih
menyenangkan dengan menyiapkan siswa memperoleh keterampilan,
pengetahuan, dan sikap, guna mempersiapkan kehidupan masa depannya.
Di dalam PAKEM guru-guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran
yang berbeda-beda, termasuk pembelajaran yang interaktif. Suara MBE 9,
Pembelajaran PAKEM (http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses
20 Mei 2006).
J adi PAKEM adalah salah satu model pembelajaran yang
mengemas proses belajar mengajar yang berlangsung dengan suasana yang
menggembirakan dan disamping itu belajar makin efektif.
Guru dalam PAKEM berfungsi sebagai fasilitator yang berperan
merancang, mengelola, membimbing dan mengarahkan siswa sesuai
dengan kompetensi yang akan dituju. Guru juga harus memperhatikan
semua siswa tanpa membedakan latar belakang, maupun tingkat
kemampuan masing-masing siswa. Suara MBE 9, Pembelajaran PAKEM
(http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei 2006).


4. PAKEM Dalam Perspektif PAI
Model PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
empat prinsip, yaitu aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Sulhan,
2006:49).
Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi
proses dalam model PAKEM berusaha untuk meningkatkan motivasi
belajar. Kemandirian dan tanggung jawab dibina sejak awal. Kebersamaan
dan bekerja sama untuk mengasa emosional. Persaingan yang sehat
ditumbuhkan dengan saling menghargai satu sama lain serta
menumbuhkan sikap kepemimpinan. Orientasi tujuannya adalah agar anak
belajar lebih mendalam, anak lebih kritis dan kreatif, suasana belajar
menjadi bervariasi serta meningkatkan kematangan emosional. Tidak
kalah pentingnya anak siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi
dalam proses perubahan (Sulhan, 2006:49).
Sejalan penuturan PAKEM di atas, pendidikan agama Islam dalam
proses pembelajarannya juga selalu memperhatikan perbedaan individu
(furq al-fardiyyah) peserta didik serta menghormati harkat, martabat dan
kebebasan berpikir mengeluarkan pendapat dan menetapkan pendiriannya,
sehingga bagi peserta didik belajar merupakan hal yang menyenangkan
dan sekaligus mendorong kepribadian berkembang secara optimal
(Ramayulis, 2005:95).



Sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan dari Anas r.a:
:


Artinya: Diriwayatkan Anas bin Malik r.a: Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda, ringankanlah orang-orang (dalam masalah-masalah
agama), dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka
dan berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat
mereka melarikan diri (dari Islam) (1:69-Mukhtar Al-Bukhori).

Firman Allah SWT Q.S. An-Nahl:125
7vu1- _O) O):Ec El)4O
gOE'g4^)
gOgNOE^-4
gO4L=OO4^- W _^gE_4
/-) "Og- }=O;O _
Ep) El+4O 4O- OU;N
}E) E= }4N g)-O):Ec W
4O-4 OU;N
4g4-;_^) ^g)

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dari ayat Al-Quran dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran pendidikan agama Islam pada dasarnya menekankan
pembelajaran yang menyenangkan dan menitiberatkan pada siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas
siswa dalam pembelajaran.



5. Implementasi PAKEM Pada PAI
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam dewasa ini masih tetap cenderung
bersifat memaksakan target bahan ajar, bukan pada pencapaian dan
penguasaan kompetensi. Selain itu pembelajaran pendidikan agama Islam
juga masih bersifat monoton yang mana guru menjadi sumber utama
dalam belajar, anak didik hanya disuguhi dengan ceramah sang guru tanpa
memikirkan apakah anak didik tersebut paham atau tidak dikarenakan
mengejar target bahan ajar selesai. Sehingga pendidikan agama Islam tidak
membekas pada anak dan tidak diterapkan pada kehidupan sehari-hari
mereka.
Nurcholis Madjid mengatakan bahwa pendidikan agama masih
dianggap gagal dikarenakan oleh pembelajaran pendidikan agama Islam
lebih menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan,
bukan pada pemaknaannya (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004:165).
Begitu juga dengan Malik Fajar menyatakan bahwa "Proses belajar
mengajar sampai sekarang ini lebih banyak hanya sekedar mengejar target
pencapaian kurikulum yang telah ditentukan" (Abdul Majid dan Dian
Andayani, 2004:165).
Dan masih banyak kelemahan-kelemahan pembelajaran pendidikan
agama Islam yang lainnya. Dari melihat kelemahan-kelemahan tersebut,
maka dengan adanya pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM dapat diterapkan dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam. Sehingga dapat menghasilkan anak
didik yang mengerti akan agama Islam, selain itu anak didik juga bisa
menerapkan pelajaran yang sudah diberikan tersebut dalam kehidupan
mereka masing-masing.
KBM yang berhasil adalah KBM yang dapat meningkatkan
beberapa kemampuan siswa. Kalau guru banyak berceramah, kemampuan
yang dikembangkan pada diri siswa adalah kemampuan mendengarkan,
mengingat, dan menjawab pertanyaan ingatan. Semua dengan daya retensi
yang sangat rendah. Sebaliknya dengan PAKEM siswa akan terlatih
mencari informasi, menyaring informasi, menggunakan informasi,
berdiskusi, mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan, penelitian,
percobaan, membuat laporan dan sebagainya. Kemampuan seperti itu
kalau sudah terlatih, akan tertanam sepanjang hidup dan berguna bagi
hidup. Suara MBE 4 (http://mbeproject.net/mbe4-7.html, diakses 13 Mei
2006).
Pada PAKEM, pengelolaan siswa tidak seperti dulu yang mana
sebagian besar ruang kelas teratur secara klasikal. Anak duduk berbaris
dan lebih banyak mendengarkan guru. Dalam PAKEM pengelolaan
kegiatan murid lebih bervariasi, termasuk kerja kelompok, kerja
berpasangan, kerja perorangan, dan klasikal (Depdiknas, 2004:7, 7-5).
Disamping itu dalam PAKEM sumber belajar tidak hanya terbatas pada

guru dan buku paket, tetapi sumber belajar bisa di dalam kelas maupun di
luar kelas, misalnya: benda nyata, poster, serta lingkungan alam dan sosial.
Salah satu kelebihan PAKEM adalah melatih kemandirian siswa
dalam belajar termasuk keterampilan mencari informasi dan
memanfaatkan informasi. Suara MBE 4 (http://mbeproject.net/mbe4-
7.html, diakses 13 Mei 2006).
Dalam buku pelatihan awal dijabarkan tentang bagaimana
implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAKEM) dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama kegiatan belajar
mengajar (KBM) yaitu sebagai berikut:
TABEL 1
PELAKSANAAN PAKEM
Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan
mengelola KBM yang
mendorong siswa untuk
berperan dalam
pembelajaran
Guru melaksanakan KBM dalam
kegiatan yang beragam, misalnya:
1. Percobaan
2. Diskusi kelompok
3. Memecahkan masalah
4. Mencari informasi
5. Menulis laporaan/cerita/puisi
6. Berkunjung keluar kelas
2. Guru menggunakan alat
bantu dan sumber belajar
Sesuai mata pelajaran, guru
menggunakan, misal:

yang beragam 1. Alat yang tersedia atau dibuat
sendiri
2. Gambar
3. Studi kasus
4. Nara sumber
5. Lingkungan
3. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
mengembangkan
keterampilan.
Siswa:
1. Melakukan percobaan,
pengamatan, atau wawancara
2. Mengumpulkan data/jawaban dan
mengolahnya sendiri
3. Menarik kesimpulan
4. Memecahkan masalah, mencari
rumus sendiri menulis
laporan/hasil karya lain dengan
kata-kata sendiri
4. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
mengungkapkan
gagasannya sendiri secara
lisan atau tulisan.
Melalui:
1. Diskusi
2. Lebih banyak pertanyaan terbuka
3. Hasil karya yang merupakan
pemikiran anak sendiri
5. Guru menyesuaikan bahan
dan kegiatan belajar
1. Siswa dikelompokkan sesuai
dengan kemampuan (untuk

dengan kemampuan
siswa.
kegiatan tertentu)
2. Bahan pelajaran disesuaikan
dengan kemampuan kelompok
tersebut.
3. Tugas perbaikan atau pengayaan
diberikan
6. Guru mengaitkan KBM
dengan pengalaman siswa
sehari-hari.
1. Siswa menceritakan atau
memanfaatkan pengalamannya
sendiri.
2. Siswa menerapkan hal yang
dipelajari dalam kegiatan sehari-
hari
7. Menilai KBM dan kemajuan
belajar siswa secara terus
menerus.
1. Guru memantau kerja siswa
2. Guru memberikan umpan balik

Yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM adalah
sebagai berikut:
a. Memahami sifat yang dimiliki anak
b. Mengenal anak secara perorangan
c. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah

e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar
h. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental (Depdiknas, 2004:3, 3-
5).

6. Keterkaitan PAKEM dengan Motivasi
Berbagai alternatif pembelajaran diujucobakan di sekolah.
Berbagai pelatihan diadakan demi kesuksesan pembelajaran. Ketika satu
metode gagal, metode lain dimunculkan sebagai bentuk alternatif
penyelesaian. Demikian pula dengan masalah kurikulum. Dengan
bergantinya kurikulum dari tahun ke tahun, menuntut pula renovasi
metode yang harus dipraktekkan dalam lingkungan akademis (Zuroidah,
2005:36).
Berbicara masalah pembelajaran, memang tidak dapat lepas dari
guru sebagai pendidik dan siswa sebagai si terdidik. Keberhasilan
pembelajaran dalam lingkup kecil terlihat sekali ditentukan oleh guru dan
para siswa. Namun tak jarang banyak diantara para guru mengalami
kegagalan itu sebenarnya berasal dari guru itu sendiri. Mengapa
demikian? (Zuroidah, 2005:36).
Zuroidah (2005:36) mengungkapkan bahwa Seorang guru harusnya
mengetahui sedikit aspek psikologi anak maupun remaja. Bila awal

pertemuan sudah bisa menanamkan rasa senang pada guru selanjutnya
siswa akan menyenangi pula yang diajarkan oleh guru tersebut. Ini
bukanlah sekedar teori. Seorang anak atau siswa akan menyenangi
pelajaran apa saja, jika gurunya menyenangkan. Nah, bagaimana upaya
guru untuk menyenangkan para siswanya?
Salah satu alternatif pembelajaran yang bisa membuat siswa
senang dan termotivasi adalah PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan). Sebagaimana kepanjangan dari PAKEM
sendiri, M adalah menyenangkan, artinya pembelajaran yang tidak
membosankan. J ika siswa terlibat langsung sebagai subjek belajar, mereka
selalu senang dalam belajar (Zuroidah, 2005:36).
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM),
bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih
menyenangkan dengan menyiapkan siswa memperoleh keterampilan,
pengetahuan, dan sikap, guna mempersiapkan kehidupan masa depannya.
Pembelajaran PAKEM (http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses
20 Mei 2006).
Sedangkan definisi menyenangkan dalam pembelajaran aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yang termuat dalam buku
paket pelatihan awal (Depdiknas, 2004:3, 3-8) yaitu suatu belajar-
mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on
task) tinggi.

Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
penciptaan pembelajaran yang menyenangkan akan membuat siswa
semangat (termotivasi) untuk mengikuti proses belajar mengajar sehingga
siswa aktif dalam KBM.
Sebagaimana definisi motivasi menurut MC. Donald yaitu
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Yang
mana dari pengertian yang dikemukakan oleh MC. Donald ini
mengandung tiga elemen penting yaitu:
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan (Sardiman, 2006:73-
74).
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,
misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu
diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam,
mungkin ia tidak senang, mungkin ia sakit, lapar, ada problem pribadi dan
lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi,
tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak
memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu
dilakukan daya upaya yang data menemukan sebab musababnya kemudian
mendorong siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya

dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberi rangsangan
agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberi motivasi
(Sardiman, 2006:74). Oleh karena itu sangat penting menciptakan KBM
dengan menyenangkan dan menarik siswa, sehingga dapat menimbulkan
semangat belajar.

7. Keterkaitan PAKEM Dengan Keaktifan
Salah satu unsur pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM) adalah adanya keaktifan siswa. Siswa dituntut
aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran aktif dalam PAKEM merupakan pendekatan
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam
mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji
dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan
pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif
memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir
tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan
penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2006:191).
Dalam model pembelajaran aktif, guru lebih memposisikan dirinya
sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to
facilitate of learning) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat secara
aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru

lebih banyak memberikan arahan, dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi
dan jalannya proses pembelajaran (Mulyasa, 2006:192).
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)
fokus pada kegiatan siswa di dalam bentuk group, individu, dan kelas,
partisipasi di dalam proyek, penelitian, penyelidikan, penemuan, dan
beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imaginasi guru.
PAKEM (http://pakem.org, diakses 13 Mei 2006).
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)
dalam penerapannya di kelas yaitu siswa harus ikut aktif dalam
mencermati materi yang diberikan oleh guru. J adi bukan hanya guru yang
aktif memberikan materi, tapi juga harus melibatkan siswa. Misalnya
dalam kegiatan mendefinisikan istilah, menyusun pantun, atau
menerjemahkan bahasa asing. Kegiatan ini bisa dilakukan secara
kelompok, sehingga semua siswa bisa aktif berkreasi (Zuroidah, 2005:36).
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
salah satu dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau
yang disingkat dengan PAKEM adalah menekankan pengembangan
kemampuan anak melalui learning by doing (belajar melalui berbuat)
sehingga siswa dituntut aktif dalam pembelajaran sedangkan guru hanya
sebagai fasilitator, oleh karena itu keaktifan siswa dalam PBM sangat
penting.
Dalam buku paket pelatihan awal juga disebutkan bahwa salah satu
garis besar PAKEM yaitu siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang

mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan
pada belajar melalui berbuat (Depdiknas, 2004:3-8).
8. Keterkaitan PAKEM Dengan Kreativitas
Berpikir kreatif harus dikembangkan dalam proses pembelajaran,
agar peserta didik terbiasa untuk mengembangkan kreativitasnya
(Mulyasa, 2006:192). Pada umumnya berpikir kreatif memiliki empat
tahapan sebagai berikut:
Tahap Pertama; Persiapan, yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji.
Tahap Kedua; Inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan
bahwa hipotesis tersebut rasional.
Tahap Ketiga; Iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan
keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
Tahap Keempat; Verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis
untuk dijadikan sebuah rekomendasi, konsep, atau teori (Mulyasa,
2006:192-193).
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang
menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir
kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah karya baru
(Mulyasa, 2006:193).
Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk mampu merangsang
kreativitas peserta didik, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir

maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai
dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu (Mulyasa, 2006:192).
Untuk menciptakan pembelajaran yang merangsang anak untuk
kreatif, yaitu pembelajaran yang dekat dengan keseharian siswa secara
nyata, artinya seorang guru harus mampu menyinergikan pelajaran,
dengan kenyataan yang biasa ditemukan dalam kesehariannya, maka
alternatif pembelajaran yang bisa dipakai yaitu pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAKEM), yang mana pembelajaran ini juga
menjadikan anak kreatif dalam belajar.
Pembelajaran kreatif pada PAKEM yaitu guru memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa agar mereka
mengembangkan daya pikir, sehingga bisa menghasilkan sesuatu sesuai
dengan materi yang diajarkan guru (Zuroidah, 2005:36).
Sedangkan menurut Depdiknas, kreatif dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa (Depdiknas, 2004:3, 3-8).
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan
ke seluruh pelosok tanah air adalah pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena
pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan
kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan (Depdiknas,
2004:3, 3-1).

Dengan demikian PAKEM disamping menjadikan anak aktif
dalam proses belajar mengajar, memotivasi siswa dengan menciptakan
suasana belajar yang menarik dan menyenangkan, PAKEM juga
menjadikan anak menjadi kreatif.
Pembelajaran yang kreatif juga sangat berhubungan dengan
pembelajaran yang aktif, peran siswa aktif dalam pembelajaran bisa
membentuk generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu
untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan dua kata yang mempunyai makna
yang berbeda, namun kedua kata tersebut saling berhubungan dan dapat
membentuk satu arti kata. Maka untuk lebih jelasnya disini akan
dijelaskan mengenai pengertian dua kata tersebut.
Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris yaitu motivation yang
artinya alasan, daya batin atau dorongan. Sedangkan secara etimologi
moivasi berasal dari kata motif.
Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata

motivasi, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang
telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama
bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. J adi motivasi itu
dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di
dalam diri seseorang (Sardiman, 2006:75).
Dalam psikologi, motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang
menjadi pendorong tinbulnya suatu tingkah laku (Sabri, 1996:85).
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan, adapun motif itu masih bersifat potensial dan
aktualisasinya dinamakan motivasi. Untuk lebih jelasnya maka disini akan
dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian motivasi, yaitu:
Handoko (1992:9) mengartikan motivasi sebagai suatu tenaga, atau
faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan,
mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya.
Menurut Clifford T. Morgan dalam Wasty Soemanto (1998:206)
memberikan pengertian bahwa motivasi itu adalah sesuatu yang
berhubungan dengan tiga hal yang mana ketiga hal tersebut itu merupakan
aspek dari motivasi itu sendiri, dan ketiga hal tersebut adalah: keadaan
yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang

didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavor) serta tujuan dari
tingkah laku (goals orend of such behavior).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
merupakan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan, menggerakkan kegiatan serta memberi arah pada kegiatan demi
mencapai suatu tujuan.
Dari ketiga elemen di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
itu merupakan sesuatu yang komplek, sebab motivasi dapat menyebabkan
terjadinya suatu perubahan, energi yang ada pada manusia sehingga akan
terkait dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan emosi untuk atau
melakukan suatu perbuatan atau pekerjaan yang semuanya itu didorong
karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.
Di pandang dari sudut pandang Witting dan Mc. Donald, maka
pengertian motivasi belajar itu adalah suatu perubahan energi di dalam
individu pelajar untuk memperbanyak kapasitas materi penguasan
(empowering cognitiv capasity) yang mana timbulnya ditandai dengan
munculnya afektif dan reaksi dari pusat perubahan (central behavioral
repertoire change) yang menyangkut seluruh aspek psiko fisik organisme,
untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Clifford T. Morgan dalam Soemanto
(1998:205) mengatakan bahwa pada dasarnya motivasi belajar itu terdiri
dari suatu siklus antara motif belajar, tingkah laku instrumental belajar dan
tujuan belajar itu sendiri.

Motivasi belajar juga dapat diartikan sebagai dorongan belajar
yang sangat besar karena keinginan anak untuk berhasil dapat dilihat dari
besarnya tanggung jawab, besarnya kebutuhan anak akan penghargaan dan
kebutuhan aktualisasi diri (Titiek Syamsiah, Hubungan Motivasi Belajar
dan Persepsi Murid tentang Lingkungan Belajar dengan Hasil Belajar
Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu Pendidikan, Tahun 26,
Nomor Khusus, Desember 1999. Hal:125).
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan, Karena pada umumnya ada
beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar
(Sardiman, 2006:75).
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-
intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar (Sardiman, 2006:75).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar itu adalah suatu kekuatan mental yang mendorong
terjadinya poses belajar, yang mana kekuatan mental itu berupa keinginan,
perhatian kemauan dan cita-cita, baik yang tergolong rendah maupun yang
tinggi, yang menggerakkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar
dengan mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan tingkah laku
individu dalam belajar untuk mencapai cita-cita dan harapannya.

Dengan motivasi belajar itu terkandung keinginan yang
mengaktifkan, mengerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap atau
perilaku individu dalam belajar. Motivasi belajar itu merupakan kekuatan
mental yang mampu mendorong terjadinya suatu proses belajar. Yang
mana hal itu biasanya dimulai dengan adanya perubahan energi personal
pelajar yang ditandai oleh reaksi-reaksi yang berupa semangat dan
perilaku secara progresif untuk mencapai tujuan belajar.

2. Fungsi Motivasi Belajar
Belajar adalah suatu proses menghafal, memahami, memikirkan
dan kemudian mencerna sesuatu yang menjadi orbit belajar atau yang
dibelajari. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan proses tersebut, dalam
belajar sangat diperlukan faktor pendorong yang mampu memberikan daya
semangat. Salah satu faktor pendorong yang dapat diberikan dalam proses
belajar adalah motivasi, motivasi merupakan faktor yang sangat esensi
untuk menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan belajar yang dilakukan
(motivation is an essential condition of learning). Karenanya pemberian
motivasi diyakini mampu memacu semangat dalam proses pembelajaran
dan mempelajari sesuatu. Makin tepat motivasi yang diberikan akan
semakin maksimal pula hasil yang diperoleh dalam belajar.




Menurut Ngalim Purwanto (2006:70-71) ada tiga fungsi motivasi
dalam belajar, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motif itu berfungsi
sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi
(kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan
atau cita-cita.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan mana
yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan
mengesampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu.

3. Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil
atau mencapai tujuan tertentu (Purwanto, 2006:73).
Bagi seorang guru, tujuan motivasi ini sangat penting sekali karena
dengan motivasi siswa akan semangat untuk belajar serta bisa
mempengaruhi hasil belajar siswa yang tadinya hasilnya rendah dan
dengan motivasi maka hasil belajar siswa akan meningkat, sebagai mana
tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya
agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi

belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang
diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
Sebagai contoh, seorang guru memberi pujian pada siswa yang bisa
mempraktekkan cara-cara orang berwudlu dengan benar. Dengan pujian
tersebut maka di dalam diri akan timbul keberanian dan rasa percaya
bahwa dirinya bisa, sehingga bisa memacu siswa untuk lebih giat lagi.
Contoh di atas memperjelas bahwa setiap tindakan motivasi
mempunyai tujuan. Tujuan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika
tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan
kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan
memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar
belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan
dimotivasi (Purwanto, 2006:73-74).

4. Ciri-ciri Motivasi
Motivasi pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang
dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi,
keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak
kriminal, amoral, dan sebagainya).
d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal (Sardiman,
2006:83-84).
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu
selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan
sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam kegiatan belajar-
mengajar akan berhasil lebih baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas,
ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.
Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang
rutinitis dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya,
kalau ia sudah yakin dan dipangdangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut
siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan
bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua harus dipahami
benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat
memberikan motivasi yang tepat dan optimal (Sardiman, 2006:84).

5. Prinsip-prinsip Motivasi
Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang seksama
dalam rangka mendorong motivasi belajar murid-murid di sekolah yang
mengandung pandangan demokratis dan dalam rangka menciptakan self
motivation dan self discipline di kalangan murid-murid. Kenneth H.
Hover, mengemukakan prnsip-prinsip motivasi sebagai berikut:
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman
b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang
bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada
motivasi yang dipaksakan dari luar.
d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan)
perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforcement).
e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.
f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang
motivasi.
g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan
minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-
tugas itu dipaksakan oleh guru.
h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang-
kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang
sebenarnya.

i. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif
untuk memelihara minat murid.
j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat
ekonomis.
k. Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat murid-murid
yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para
siswa yang tergolong pandai.
l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.
m. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat
juga lebih baik.
n. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi
secara cepat menuju ke demoralisasi.
o. Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang
berlainan.
p. Tekanan kelompok murid (per grup) kebanyakan lebih efektif dalam
motivasi daripada tekanan/paksaan dari orang dewasa.
q. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid
(Hamalik, 2001:163-166).
Beberapa prinsip di atas dapat digunakan untuk membangkitkan dan
memelihara motivasi siswa dalam KBM.




6. Macam-macam/jenis Motivasi
Macam-macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
yaitu:
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu:
1) Motif-motif bawaan
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa
sejak lahir, jadi motivasi ini ada tanpa dipelajari.
Yang termasuk motif bawaan ini adalah dorongan untuk makan,
dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk
istirahat dan lain-lain.
2) Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari.
Motif ini timbul dikarenakan adanya keinginan terlebih dahulu
untuk melakukan dan mencapai sesuatu, misalnya: dorongan untuk
belajar, dorongan untuk mengajar, dorongan untuk berdiskusi,
dorongan untuk melakukan penelitian dan sebagainya.
b. Frandsen menambahkan jenis-jenis motif berikut ini:
1) Cognitive Motives
Motif ini menunjukkan pada gejala intrinsic, yakni menyangkut
kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam
diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental.
J enis motivasi sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah,
terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

2) Self-expression
Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang
penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan
bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu
kejadian. Untuk ini diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. J adi
dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.
3) Self-enhancement
Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan
meningkatkan kemajuan diri seseorang. Dengan ini maka dalam
proses belajar, antar siswa akan tercipta suasana kompetensi yang
sehat untuk mencapai suatu prestasi belajar.
c. Motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis, yaitu:
1) Motivasi kebutuhan organis, meliputi kebutuhan untuk minum,
makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk
beristirahat.
2) Motif-motif darurat. Misalnya dorongan untuk menyelamatkan
diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu.
3) Motif-motif objektif. Motivasi lebih khusus lagi yaitu menyangkut
kebutuhan untuk melakukan eksploitasi, melakukan manipulasi,
untuk menaruh bakat.




d. Motivasi J asmaniah dan Rohaniah
Yang termasuk jenis motivasi jasmaniah adalah refleks, insting
otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk dengan motivasi rohaniah
adalah kemauan.
e. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
1) Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar (Sardiman, 2006:86-91).

7. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah
Ada beberapa cara dan bentuk motivasi yang dapat diberikan
dalam proses belajar mengajar di sekolah, cara-cara dan bentuk-bentuk
tersebut antara lain yaitu:
a. Memberi angka atau nilai
Angka atau nilai merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar suatu
mata pelajaran. Pemberian angka atau nilai akan mampu memacu
semangat siswa guna memperoleh nilai yang lebih baik dari
sebelumnya.

b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu
demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan
untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi
seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.
c. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual
maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
d. Ego-Involvement
Yakni menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, hal ini sebagai salah
satu bentuk motivasi yang sangat penting, karena diyakini bahwa
apapun akan dipertaruhkan untuk mempertahankan kebaikan demi
harga diri.
e. Memberi ulangan
Ulangan juga merupakan sarana motivasi, tetapi juga jangan terlalu
sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat
ritinitas.

f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan,
akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui
bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri
siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus
meningkat.
g. Pujian
Pujian merupakan bentuk reinforcement yang positif yang diberikan
oleh seorang guru kepada siswa berdasarkan apa yang sudah dilakukan
siswa baik dalam mengerjakan tugas maupun melakukan inovasi-
inovasi yang lain yang bermanfaat.
h. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan
secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru
harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu
kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri
anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah
barang tentu hasilnya akan lebih baik.



j. Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga
tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Mengenai
minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai
berikut:
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau;
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;
4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui oleh siswa akan menjadikan siswa
mengerti dengan tujuan atau arah pembelajaran itu dilakukan, sehingga
dengan demikian siswa akan menjadi tertarik dan bersemangat untuk
mengikuti proses pembelajaran suatu pelajaran (Sudirman, 2006:92-
95).

8. Cara Menimbulkan dan Memupuk Motivasi
Menimbulkan motif pada diri seseorang berarti mengusahakan
adanya motif tertentu yang menguasai seseorang, sehingga motif tersebut
diharapkan dapat menggerakkan tingkah lakunya. Kalau para pendidik
menginginkan agar anak didiknya bertingkah laku menurut norma-norma
yang dinilai tinggi oleh mesyarakat, maka para pendidik harus

menanamkan terlebih dahulu motif yang sekiranya dapat menggerakkan
tingkah laku tersebut (Handoko, 1992:63-64).
Di dalam dunia pendidikan setiap kali para pendidik harus dapat
menimbulkan motif tertentu pada diri anak didik. Cara menumbuhkan
motif dapat bermacam-macam namun cara-cara yang paling efektif adalah
sebagai berikut:
a. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai dengan sejelas-jelasnya. Makin
jelas tujuan yang akan dicapai, tentu makin kuat pula usaha untuk
mencapainya. Sebaliknya, makin tidak jelas tujuan yang akan dicapai,
makin lemah juga usaha untuk mencapainya.
b. Menjelaskan pentingnya mencapai tujuan. Di sini perlu ditunjukkan
alasan-alasan, mengapa tujuan itu perlu dicapai. Bila ternyata tujuan
yang akan dicapai tersebut benar-benar dirasa kepentingannya,
mungkin karena sangat diperlukan sebagai prasyarat untuk mencapai
tujuan yang lebih tinggi, atau mungkin karena mengandung nilai hidup
yang tinggi; maka akan menjadi lebih besarlah dorongan untuk
mencapainya.
c. Menjelaskan insentif-insentif yang akan diperoleh akibat tindakan itu.
Perjalanan soal insentif ini harus benar-benar real berdasarkan bukti-
bukti yang nyata. Insentif tidak harus berupa materi, melainkan dapat
juga berupa kepuasan batin, nilai hidup, tanda penghargaan, dan lain-
lain (Handoko, 1992:64-65).

Adapun cara-cara yang dapat ditempuh oleh para pendidik untuk
memperkembangkan dan memperkuat motivasi antara lain sebagai
berikut:
a. Memperjelas tujuan yang dicapai.
b. Memadukan motif-motif yang sudah dimiliki.
c. Merumuskan tujuan-tujuan sementara yang lebih dekat sifatnya. Bila
orang bekerja terlalu lama dan tidak segera melihat hasilnya, seringkali
hal ini melemahkan usahanya. Untuk mengatasi kemunduran usaha
karena tidak segera melihat hasil tersebut perlulah dirumuskan tujuan-
tujuan sementara yang lebih dekat, yang lebih cepat dapat dilihat
hasilnya.
d. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai. Pekerjaan yang segera
diketahui hasilnya akan membawa pengaruh yang amat besar bagi
orang yang mengerjakannya. Hal ini sejalan dengan prinsip yang telah
disebutkan di atas. Oleh karena itu untuk memperkuat motivasi
seseorang perlulah kita segera memberitahukan hasil kerja yang telah
mereka capai. Pekerjaan yang tidak segera diketahui hasilnya dirasa
sebagai sesuatu pekerjaan yang sia-sia dan akibatnya akan
melemahkan usaha selanjutnya.
e. Mengadakan persaingan. Situasi persaingan akan memperkuat usaha.
Namun persaingan itu harus persaingan yang sehat dan terbuka.
f. Merangsang pencapaian tujuan. Makin merasa dekat dengan tujuan
yang akan dicapai, makin besarlah usaha seseorang.

g. Pemberian contoh yang positif. Tanpa contoh yang positif murid akan
kurang usaha untuk melaksanakannya. Contoh yang positif kerapkali
lebih berkesan dari pada nasihat-nasihat yang serba bagus (Handoko,
1992:66-69).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi manusia
tidak selalu timbul dengan sendirinya. Motivasi dapat ditimbulkan,
diperkembangkan dan diperkuat. Makin kuat motivasi seseorang, makin
kuat pula usahanya untuk mencapai tujuan. Demikian pula makin orang
mengetahui tujuan yang akan dia capai dengan jelas, apalagi kalau tujuan
itu ia anggap penting, makin kuat pula usaha untuk mencapainya, makin
kuat juga motivasi untuk mencapainya. Pengertian ini berarti pula bahwa
motivasi dapat berubah.

C. Keaktifan
1. Pengertian Keaktifan
Keaktifan seperti yang disebutkan oleh Sardiman adalah
"keterlibatan belajar yang mengutamakan keterlibatan fisik
maupun mental secara optimal". Pengertian lain dikemukakan oleh Wijaya
yaitu "keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam kegiatan belajar
mengajar, asimilasi (menyerap) dan akomodasi (menyesuaikan) kognitif
dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung
dalam pembentukan ketrampilan dan penghayatan serta internalisasi, nilai-
nilai dalam pembentukan sikap dan nilai". J adi, keaktifan siswa di sini

adalah keterlibatan intelektual, emosional, fisik dan mental, baik melalui
kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat maupun pembentukan sikap
secara terpadu sehingga nantinya tercapai keseimbangan dalam
pembentukan sikap yang terpuji maupun tampil dalam perbuatan (Zahera
Sy, Cara Guru Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Siswa
dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pendidikan. Nomor I, J ilid 7,
Februari 2000. Hal:27).
J adi, pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas, oleh sebab itu aktivitas merupakan prinsip atau
asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Dan hal ini
juga mendapat pengakuan dari berbagai ahli pendidikan.
Seperti yang diungkapkan oleh Rousseau, dia menjelaskan bahwa
segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.
Ilustrasi ini diambil dalam kasus dalam lingkup pelajaran Ilmu Bumi. Ini
menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada
aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi (Sardiman, 2006:96-97).
Untuk melihat terwujudnya cara belajar siswa aktif dalam proses
belajar mengajar, terdapat beberapa indikator cara belajar siswa aktif.
Melalui indikator cara belajar siswa aktif dapat dilihat tingkah laku mana
yang muncul dalam suatu proses belajar-mengajar berdasarkan apa yang
dirancang oleh guru.


Indikator tersebut dilihat dari lima segi, yakni:
a. Dari sudut siswa, dapat dilihat dari:
1) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan, dan
permasalahannya.
2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
3) Penampilan berbagai usaha atau kekreatifan belajar dalam
menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar-mengajar sampai
mencapai keberhasilannya.
4) Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa
tekanan guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar).
b. Dilihat dari sudut guru, tampak:
1) Adanya usaha mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi
siswa secara aktif.
2) Bahwa peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses balajar
siswa.
3) Bahwa guru memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
menurut cara dan keadaan masing-masing.
4) Bahwa guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta
pendekatan multimedia.
c. Dilihat dari segi program, hendaknya:
1) Tujuan instruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu sesuai
dengan kebutuhan, minat serta kemampuan subjek didik.

2) Program cukup jelas dapat dimengerti siswa dan menantang siswa
untuk melakukan kegiatan belajar.
3) Bahan pelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep, prinsip,
dan keterampilan.
d. Dilihat dari situasi belajar, tampak adanya:
1) Iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan di
sekolah.
2) Gairah serta kegembiraan belajar siswa sehingga siswa memiliki
motivasi yang kuat serta keleluasaan mengembangkan cara belajar
masing-masing.
e. Dilihat dari sarana belajar, tampak adanya:
1) Sumber-sumber belajar bagi siswa.
2) Fleksibilitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar.
3) Dukungan dari berbagai jenis media pengajaran.
4) Kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas di dalam kelas, tetapi
juga di luar kelas (Nana Sudjana, 1989:21-22).
Begitu juga prinsip-prinsip cara belajar siswa aktif kepada 4 dimensi
yang dikemukakan oleh Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman
yaitu:
a. Yang Terlihat Atau Tampak Pada Peserta Didik
1) Keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan serta dorongan
yang terdapat pada anak dalam suatu proses belajar mengajar.

Artinya anak tanpa ragu-ragu ataupun merasa takut dapat
merefleksikan minat, keinginan maupun pendapatnya dalam forum
proses belajar mengajar.
2) Keinginan dan keberanian untuk mencari kesempatan guna
berpartisipasi dalam persiapan proses dan tindak lanjut suatu
kegiatan belajar mengajar.
3) Berbagai usaha serta kreativitas pada diri peserta didik dalam
menyelesaikan kegiatan belajarnya hingga mencapai tingkat
keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar. Dorongan ingin
tahu (curiousity) yang besar dari peserta didik untuk mengetahui
serta mengerjakan sesuatu yang baru dalam proses belajar
mengajar.
4) Rasa bebas dan lapang melakukan sesuatu tanpa tekanan dari siapa
pun, termasuk guru di dalam proses belajar mengajar.
b. Yang Terlihat Pada Dimensi Guru
1) Usaha membina serta mendorong peserta didik dalam
meningkatkan kegairahan peserta didik/siswa berpartisipasi aktif
dalam proses belajar mengajar.
2) Kemampuan menjalankan fungsi dan peranan guru sebagai
innovator dan motivator yang senantiasa atau menemukan hal-hal
yang baru dalam PBM.
3) Sikap yang tidak mendominasi kegiatan belajar-mengajar peserta
didik dalam keseluruhan proses belajar-mengajar.

4) Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut
cara, irama serta tingkat kemampuan masing-masing dalam proses
belajar-mengajar
5) Kemampuan untuk menggunakan bermacam strategi belajar-
mengajar serta pendekatan multi-media dalam proses belajar-
mengajar.
c. Yang Terlihat Pada Dimensi Program
1) Tujuan pengajaran, konsep maupun isi pengajaran yang data
memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik dalam
proses belajar-mengajar.
2) Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep
maupun aktivitas peserta didik dalam proses belajar-mengajar.
3) Program yang tidak kaku dalam penentuan media dan metode.
Dimana semua peserta didik memahaminya dalam proses belajar-
mengajar.
d. Yang Terlihat Pada Situasi Belajar Mengajar
1) Situasi belajar mengajar yang di dalamnya terjelma komunikasi
guru-murid dan murid-murid yang intim, hangat dan produktif.
2) Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar di kalangan peserta
didik selama PBM.




2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan
Menurut Tadjah (1994:52) faktor-faktor yang mempengaruhi
keaktifan siswa dalam belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
faktor intern dan faktor ekstern
1) Faktor Intern
Yaitu faktor yang ada pada diri siswa, faktor ini terdiri dari dua,
yaitu faktor fisiologis dan psikologis.
a) Faktor fisiologis
Yaitu keadaan jasmani anak yang berpengaruh terhadap aktivitas
belajar, baik keadaan kebugaran jasmani maupun keadaan atau
berfungsinya dengan baik organ dan alat-alat indera. J adi keadaan
jasmani pada diri siswa harus benar-benar dijaga dengan baik.
Karena jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dengan keadaan
jasmani yang kurang sehat terhadap aktivitas belajar. Panca indera
merupakan pintu gerbang masuknya berbagai informasi dan
pengalaman. Dalam Al-Qur'an dijelaskan pada surat Yunus ayat
101:
~ W-NOO^- -O4`
O) V4OEOO-
^O-4 _ 4`4
/j_^> e4CE-
+O7O4-4 }4N lO~
4pONLg`uNC ^

Artinya: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di
bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan

rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman". (Q.S. Yunus:101).

Dan surat Al-Isra' ayat 36 yang berbunyi:
4 -^> 4` "^1 El
gO) vUg _ Ep)
E7;OO- 4O=^4l^-4
E1-^-4 O7
Elj^q 4p~ +Ou44N
LO7*O4` ^@g

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. Al-Isra:36).

Berdasarkan ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa
kesempurnaan dan kesehatan panca indera merupakan syarat utama
agar belajar itu dapat berlangsung secara optimal/maksimal. Dalam
aktifitas belajar yang paling memegang peranan adalah mata dan
telinga, karena mata dan telinga merupakan hak yang memegang
peranan utama dalam kegiatan/aktifitas belajar, kemudian diolah
kemampuan berfikir dan ingatannya sehingga terbentuknya
pengetahuan.
b) Faktor psikologis
Yaitu faktor yang mencakup jiwa atau rohani yang pada
umumnya dapat dikatakan sebagai hal yang mendorong aktifitas
belajar atau hal yang merupakan alasan dilakukannya belajar.

Menurut Ardan N. Frandsen, bahwa hal yang mendorong
aktivitas belajar adalah sebagai berikut:
(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dengan luas.
(2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada diri manusia dan
keinginan untuk selalu maju.
(3) Adanya keinginan mendapat rasa simpati dari orang tua, guru
dan teman.
(4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru.
(5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman, bila
menguasai pelajaran.
(6) Adanya gambaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar
(Suryabrata, 1998:253).
Keinginan tersebut tidak dapat lepas satu sama lain, merupakan
satu kesatuan dari keseluruhan perihal yang mendorong anak aktif
untuk belajar. Namun perlu diingat kompleknya keinginan atau
kebutuhan belajar ini sifatnya individual, artinya berbeda antara
anak didik satu dengan yang lain. Dalam hal ini, orang tua harus
mampu merangsang anak didik agar mempunyai rasa ingin dan
butuh untuk belajar. Yang selanjutnya motivasi mereka, karena
motivasi ini sangat besar pengaruhnya terhadap tercapainya cita-cita
kelak.
2) Faktor Ekstern

Yaitu faktor yang datang dari luar anak didik, yang dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor non sosial dan
sosial (Suryabrata, 1998:249).
a) Faktor non sosial
Merupakan faktor yang tidak ada kaitannya antara individu
dengan yang lain, akan tetapi individu dengan keadaan
lingkungan sekitar. Misalnya keadaan udara, cuaca, waktu yang
tidak tepat, alat-alat yang dipakai untuk belajar dan sebagainya.
Semua faktor di atas harus diatur sedemikian rupa, sehingga
dapat membantu aktivitas anak didik dalam belajar secara
maksimal. Letak sekolah misalnya atau tempat belajar, harus
memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu
dekat kepada kebisingan atau jalan raya, lalu bangunan itu
harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam
ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat pelajaran harus
seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat
menurut pertimbangan didaktis, psikologis dan paedagogis.
b) Faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah faktor
manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir)
maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak
langsung hadir. Faktor sosialisasi ini meliputi metode
pembelajaran, situasi dan motivasi belajar.




3. Prinsip-prinsip Aktivitas
Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat
dari sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan
melihat unsur kejiwaan seseorang subjek belajar/subjek didik, dapatlah
diketahui begaimana prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu.
Karena itu dilihat dari unsur pandang ilmu jiwa, maka sudah barang tentu
yang menjadi fokus perhatian adalah komponen manusiawi yang
melakukan aktivitas dalam belajar-mengajar, yakni siswa dan guru
(Sardiman, 2006:97).
Dalam hal ini, prinsip-prinsip aktivitas akan dilihat dari sudut
pandang ilmu jiwa lama dan sudut pandang ilmu jiwa modern, yaitu:
a. Menurut pandangan Ilmu J iwa Lama
J ohn Locke dengan konsepnya Tabularasa, mengibaratkan jiwa
(psyche) seseorang bagaikan kertas putih yang tidak bertulis. Kertas
putih itu kemudian mendapat coretan atau tulisan dari luar. Terserah
kepada unsur dari luar yang akan menulis, mau ditulis merah atau
hijau, kertas itu akan bersifat reseptif. Konsep semacam ini kemudian
ditransfer ke dalam dunia pendidikan.
Selanjutnya Herbert memberikan rumusan bahwa jiwa adalah
keseluruhan tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukum-

hukum asosiasi. Atau dengan kata lain dipengaruhi oleh unsur-unsur
dari luar. Relevansinya dengan konsep J ohn Locke, bahwa guru
pulalah yang aktif, yakni menyampaikan tanggapan-tanggapan itu.
Siswa dalam hal ini pasif, secara mekanis hanya menurut alur dari
hukum-hukum asosiasi tadi. J adi siswa kurang memiliki aktivitas dan
kreativitas.
b. Menurut pandangan Ilmu J iwa Modern
Menurut pandangan ilmu jiwa modern bahwa manusia sebagai
sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh
karena itu, secara alami anak didik itu juga bisa menjadi aktif, karena
adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan.
Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi
untuk berkembang. Oleh sebab itu, tugas pendidik adalah membimbing
dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat
dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan
harus aktif sendiri.
Perlu ditambahkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar itu
adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan
belajar ke dua aktivitas itu harus selalu berkait. Sebagai contoh
seseorang itu sedang belajar dengan membaca. Secara fisik kelihatan
bahwa orang tadi membaca menghadapi suatu buku, tetapi mungkin
pikiran dan sikap mentalnya tidak tertuju buku yang dibaca. Ini
menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dengan

aktivitas mental. Kalau sudah demikian, maka belajar itu tidak akan
optimal. Begitu juga sebaliknya kalau yang aktif itu hanya mentalnya
juga kurang bermanfaat. Misalnya ada seseorang berfikir tentang
sesuatu, tentang ini, tentang itu atau renungan ide-ide yang perlu
diketahui oleh masyarakat, tetapi kalau tidak disertai dengan
perbuatan/aktivitas fisik misalnya dituangkan pada tulisan atau
disampaikan kepada orang lain, juga ide atau pemikiran tadi tidak ada
gunanya.
Dan sebagaimana yang diungkapkan oleh Piaget bahwa seseorang
anak itu berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu
tidak berfikir. Oleh karena itu, agar anak berfikir sendiri maka harus
diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berfikir pada taraf verbal
baru akan timbul setelah anak itu berfikir pada taraf perbuatan.

4. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar
Sekolah merupakan pusat siswa untuk melakukan aktivitas belajar
dan merupakan tempat untuk mengembangkan aktivitas. Karena aktivitas
belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan
klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya
ialah:
Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam
kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang
lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor activitiesa, yang termasuk di dalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,
bermain, berkebun, beternak.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi,
mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan.
8) Emotional ectivities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup
(Nasution. 1982:93).
J adi jika kita melihat klasifikasi aktivitas di atas, maka menunjukkan
bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas-

aktivitas di atas dapat disimpulkan bahwa siswa harus bekerja sendiri yaitu
berfikir dan berbuat sendiri, karena anak-anak itu memiliki tenaga-tenaga
untuk berkembang sendiri dan membentuk sendiri dan tugas pendidik
adalah sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan
anak-anak itu sendiri, sedang pendidikan membimbing dan merencanakan
segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.

D. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Kata kreativitas berasal dari kata Inggris Creativity, yang berarti
daya cipta (Echols, 1987:154). Sedangkan definisi kreativitas sendiri
terdapat berbagai macam, tergantung pada bagaimana dan dari segi mana
orang melihatnya "creativity is a matter of definition". Tidak ada satu
definisi pun yang dianggap mewakili pemahaman yang beragam tentang
kreativitas. Hal ini disebabkan: pertama, sebagai suatu "konstruk
hipotetis", kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan
multidimensional, yang mengandung berbagai tafsiran yang beragam.
Kedua, definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-
beda, tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi
(Sutrisno, 2005:124).
Dalam bukunya Malik Fajar disebutkan bahwa karena beragamnya
pengertian kreativitas, sehingga pengertian kreativitas tergantung pada
bagaimana orang mendefinisikannya-creatifvity is a matter of definition.

Disini dapat dikemukakan beberapa definisi. Menurut Roger B. Yepsen. J r
(1996), kreativitas merupakan kapasitas untuk membuat hal baru
(creativity is the capacity for making something new). Atau menurut
Mihaly Csikszentmihalyi (1996), orang yang kreatif adalah orang yang
berfikir dan bertindak mengubah suatu ranah atau menetapkan suatu ranah
baru (a create person is someone whose thoughts or actions change a
domain, or estalish a new domain). Dari pengertian di atas dapat
dimengerti bahwa kreativitas adalah kemampuan memunculkan dan
mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagaimana pengembangan dan
ide yang telah lahir sebelumnya serta memecahkan masalah yang dihadapi
(Fajar, 2005:313).
Ada beberapa kriteria yang dapat dikemukakan mengenai
kreativitas meskipun terkesan sepihak. Pertama, dalam respon-respon
kreatif tercermin watak novelty (kebauran atau newness) dan original.
Kedua, dalam respon-respon kreatif terbukti secara efektif
menggambarkan koherensi, kecocokan (adaptiveness) dengan situasi-
situasi riil yang dihadapi, yang terkadang dengan cepat mengalami
perubahan. Ketiga, dalam respon-respon kreatif tergambar suatu bentuk
"realisasi" yang bermanfaat dalam memecahkan segenap persoalan
(problem solving) dasar kehidupan manusia. Keempat, watak menonjol
dari respon-respon kreatif ialah bahwa respon-respon itu dilandasi
kesanggupan berpikir maupun mencandra secara divergent (dari berbagai
sudut pandang), bukan berpikir convergent (dari suatu sudut pandang).

Respon-respon kreatif semacam ini perlu mendapat pemupukan dan
penumbuhan yang lebih subur dalam sistem dan praktik pendidikan yang
harus diciptakan (Fajar, 2005:313-314).
Menurut Guilford dalam Sutrisno (2005:124) mengemukakan
bahwa terdapat lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berfikir kreatif,
yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality),
penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition).
Kelancaran adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam
pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Originalitas adalah
kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak
klise. Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan dan meninjau
suatu persoalan berdasarkan perspektif berbeda dengan apa yang sudah
diketahui oleh orang banyak.
Menurut Munandar pengertian kreativitas dapat ditinjau dari empat
aspek, yaitu (a) pribadi: kreativitas mencerminkan keunikan individu
dalam interaksi dengan lingkungannya, (b) pendorong: kondisi internal
dan eksternal yang mendorong seseorang ke perilaku kreatif, (c) proses:
bersibuk diri secara kreatif yang menunjukkan kelancaran, kelenturan
(fleksibilitas), dan orisinal dan bermakna bagi individu dan lingkungannya
(Kreativitas Anak dan Cara Pengembangannya. Anima Indonesian
Psychologikal Journal, vol. 15, No. 4, 2000. Hal: 391).
Sedangkan Semiawan mengungkapkan bahwa kreativitas sebagai
salah satu kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia timbul dengan

didasari oleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik secara
terpadu. Campbell juga mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kegiatan
yang mendatangkan hasil, yang bersifat baru, inotatif, segar, manarik dan
berguna bagi kelancaran serta kemudahan pemecahan masalah dengan
hasil yang lebih baik (Suharto. Pengembangan Kreativitas Menghadapi
Globalisasi. Jurnal Ilmu Pendidikan. Tahun 27, Nomor 2, J uli 2000.
Hal:160).
Menurut Soeparman, di dalam J urnal Filsafat, (Teori dan Praktik
Kependidikan, 2000. Hal:93) kreativitas dapat membantu usaha
pembangunan menjadi lebih progresif. Muhajir (1982) menyatakan bahwa
tanpa kreativitas suatu masyarakat kemungkinan akan menjadi terhambat
pembangunannya. Kreativitas mencerminkan pemikiran yang divergen
yaitu kemampuan yang dapat memberikan bermacam-macam alternatif
jawaban. Sedangkan menurut Dewing (1970) kreativitas dapat digunakan
untuk memprediksi keberhasilan belajar. Munandar lebih jauh
mengemukakan bahwa kreativitas memiliki daya prediksi yang lebih baik,
terpadu dengan bidang lain termasuk kemandirian. Selanjutnya Guildford
(1976), Munandar (1977), dan Young (1994) menyatakan bahwa
kreativitas meliputi unsur kelancaran, keluwesan, keaslian, perluasan dan
penilaian. Setiap individu harus memiliki kreativitas dan mampu serta
berani menentukan sikap yang tepat sesuai dengan dirinya dan situasinya.
Tetapi sebenarnya setiap orang adalah kreatif. Sedangkan untuk
mendapatkan orang yang demikian perlu adanya latihan dan bimbingan

dari orang tua ataupun dari guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Davis
dan Bull (1978) bahwa kreativitas dapat dilatih melalui kelompok dan
individual. Geske (1992) menyatakan bahwa melalui latihan verbal,
berfikir abstrak, rasional, dan analitis kreativitas dapat ditingkatkan.

2. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif
Menurut Csikszentmihalyi dalam Munandar (2002:51-53)
mengemukakan sepuluh pasang ciri-ciri kepribadian kreatif yang seakan-
akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis, yaitu:
a. Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan
mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka
juga bisa tenang dan rileks, bergantung pada situasinya.
b. Pribadi yang kreatif cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama
mereka juga naif.
c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap
bermain dan disiplin.
d. Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi,
namun tetap bertumpu pada realitas.
e. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun
ekstroversi.
f. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada
saat yang sama.

g. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu
mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (masukan-feminin).
h. Orang kreatif cendrung mandiri bahkan suka menentang, tetapi dilain
pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.
i. Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat (passionate) bila
menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian
karyanya.
j. Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering membuatnya
menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih
payahnya, namun disaat yang sama ia juga merasakan kegembiraan
yang luar biasa.
Treffinger dalam Munandar (2002:54) menyatakan bahwa pribadi
yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan, dan rencana
inovatif serta produk orisinalnya telah dipikirkan matang-matang terlebih
dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan
implikasinya.
Tingkat energi, spontanitas, dan kepetualangan yang luar biasa
sering tampak pada orang kreatif. J uga, keinginan yang besar untuk
mencoba aktivitas yang baru dan mengasyikkan-misalnya untuk dihipnotis,
terjun payung atau menjajaki kota atau tempat baru (Munandar, 2002:54).
Pribadi kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat
melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan
untuk bermain dengan ide, konsep atau kemungkinan-kemungkinan yang

dikhayalkan, yang kemudian terwujud menjadi karya seni, sastra atau
penemuan-penemuan baru (Munandar, 2002:54).
Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang
memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap mesyarakat
digambarkan sebagai berikut: berani dalam pendirian/keyakinan, melit
(ingin tahu), mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri
terus-menerus dengan kerjanya, intuitif, ulet, tidak bersedia menerima
pendapat dari otoritas begitu saja. Kenyataan menunjukkan, bahwa guru
dan orang tua lebih menginginkan perilaku sopan, rajin dan patuh dari
anak, ciri-ciri yang tidak berkaitan dengan kreativitas (Munandar, 1999:36).

3. Pendekatan 4 P dalam Mengembangkan Kreativitas
Pengembangan kreativitas pada anak didik yang dimulai dari kecil
memang sangat diperlukan sekali pada zaman sekarang ini, dikarenakan
kondisi zaman yang sarat dengan persaingan, jika kita tidak bisa unggul
daripada negara-negara lain maka kita akan ketinggalan dan akan tertindas
oleh negara yang lebih kuat dari negara kita.
Oleh karena itu diperlukan pengembangan kreativitas salah satunya
yaitu di pendidikan formal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hans
J ellen dari Universits Utah, AS dan Klaus Urban dari Universitas
Hannover, J erman, bulan Agustus 1987 terhadap anak-anak Indonesia
adalah yang terendah di antara anak-anak seusianya dari 8 negara lainnya.
Berturut-turut dari skor tertinggi sampai terendah adalah Filipina, AS,

Inggris, J erman, India, RRC, Kamerun, Zulu, dan Indonesia (Fajar,
2005:315).
Dari hasil penelitian di atas, disebutkan bahwa kreativitas anak-
anak di Indonesia masih di bawah rata-rata. Oleh karena itu perlu
ditingkatkan lagi dengan cara-cara yang sudah ada.
Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan
untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing
dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda.
Sehubungan dengan pengembangan kreativitas siswa, maka perlu
ditinjau aspek dari kreativitas, yaitu pribadi, pendorong, press, proses atau,
dan produk (4 P dari kreativitas).
a. Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang
mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan
pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan
produk-produk yang inovatif.
b. Pendorong (press)
Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan
dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya
sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu.
Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung.
Di dalam keluarga, sekolah, dalam lingkungan pekerjaan maupun di

dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap
sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu.
c. Proses
Untuk mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan
untuk bersibuk diri secara kreatif, dalam hal ini penting untuk
memberikan pada anak kebebasan untuk mengekspresikan dirinya
secara kreatif.
d. Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif
yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu
sejauh mana keduanya mendorong ("press") seseorang untuk
melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif
(Munandar, 1999:45-46).
Dari uraian di atas, akan dijelaskan lagi dalam buku Munandar
(2002) tentang teori pembentukan pribadi kreatif yaitu:
Adapun penjelasan tentang aspek pribadi kreatif terdiri dari dua
teori psikoanalisis dan teori humanistik yaitu:
1) Teori Psikoanalisis
Teori psikoanalisis melihat kreativitas sebagai hasil
mengatasi suatu masalah, yang biasanya mulai dimasa anak.
Pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah
mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan
memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari bercampur menjadi

pemecahan inovatif dari trauma. Tindakan kreatif mentransformasi
keadaan psikis yang tidak sehat menjadi sehat (Munandar,
2002:44-45).
Adapun teori-teori yang diungkapkan oleh beberapa pakar
tentang teori psikoanalisis yaitu:
a) Teori Freud
Sigmund Freud (1956-1939), ia menjelaskan proses kreatif dari
mekanisme pertahanan yang merupakan upaya tak sadar untuk
menghindari kesadaran mengabai ide-ide yang tidak
menyenangkan atau yang tidak dapat diterima.
b) Teori Kris
Ernst Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme
pertahanan regresi yaitu kecenderungan untuk beralih ke
perilaku pada tingkat perkembangan sebelumnya yang
memberi kepuasan jika perilaku sekarang tidak berhasil atau
tidak memberi kepuasan-juga sering muncul dalam tindakan
kreatif.
c) Teori J ung
Carl J ung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran
memainkan peranan yang amat penting dalam pemunculan
kreativitas tingkat tinggi (Munandar, 2002:45-47).
2) Teori Humanistik

Teori humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari
kesehatan psikologis tingkat tinggi. Tokoh-tokoh aliran humanistik
percaya bahwa kreativitas dapat berkembang selama hidup.
a) Teori Maslow
Menurut Abraham Maslow (1908-1970) bahwa manusia
mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai
kebutuhan.
b) Teori Rogers
Menurut Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari
pribadi yang kreatif adalah:
(1) Keterbukaan terhadap pengalaman.
(2) Kemampuan untuk menilai situasi dengan patokan pribadi
seseorang (internal locus of evaluation).
(3) Kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain
dengan konsep-konsep (Munandar, 2002:47).

4. Kreativitas dalam Perspektif Pendidikan Islam
Kreativitas berarti kesanggupan mencipta atau daya cipta. Di
dalam Al-Quran disebutkan empat sifat Allah sebagai Maha Pencipta
yaitu Al-Khaliq, Al-Khalaq, Al-Badi dan Al-Musawwir. Seperti berturut-
turut yang digambarkan dalam ayat-ayat berikut:
N:gO +.- 74O W
4O) ) 4O- W -)UE=
] 7_* ++:;N _

4O-4 _O>4N ]7 7/*
O4 ^g

Artinya: (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan
kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu,
Maka sembahlah Dia; dan dia adalah pemelihara segala
sesuatu. (Q.S. Al-Anam 102).

"^14 Og~-.- 4-UE
g4OEOO- 4O-4
Og) -O>4N p 4-U^C
_Uu1g` _ _O>4 4O-4
-^UEC^- O1)UE^-
^g

Artinya: Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu
berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, dia
berkuasa. dan dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
(Q.S. Yasin:81).

7Cg4 g4OEOO-
^O-4 W _O^+ NpO74C
+O /.4 4 }7> N-.
O4:= W 4-UE=4 E7
7/* W 4O-4 ]7)
7/* 7)U4 ^

Artinya: Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana dia mempunyai anak
padahal dia tidak mempunyai isteri. dia menciptakan segala
sesuatu; dan dia mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-
Anam:101).

Og^4C 4g~-.-
W-ONL4`-47 W-EO~
7=O^ 7O)Uu-4
-4O4^ E-1O~4 +EEL-
7E4OEg4^-4 OgOU4
NOj^U4` [+gN 1-Eg-

4pOOu4C -.- .4`
-4O4` 4pOUE^4C4 4`
4p+OuNC ^g
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim:3).

4O- Og~-.- +OO=NC
O) g~4O- E-^O
+7.4=EC _ 4O) ) 4O-
+OCjGE^- O1E^- ^g

Artinya: Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana
dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Q.S. Ali Imron:3).


E. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pemahaman tentang pendidikan agama Islam (PAI) di
sekolah/perguruan tinggi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu PAI
sebagai aktivitas dan PAI sebagai fenomena. PAI sebagai aktivitas, berarti
upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau
sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup (bagaimana
orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap
hidup dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis)
maupun mental dan sosial yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan
nilai-nilai Islam. Sedangkan PAI sebagai fenomena adalah peristiwa

perjumpaan antara dua orang atau lebih dan/atau penciptaan suasana yang
dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernapaskan
atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam, yang diwujudkan dalam sikap
hidup serta keterampilan hidup pada salah satu atau beberaa pihak
(Muhaimin dalam Muhaimin, 2005:15).
Tafsir dalam Muhaimin (2005:6) membedakan antara pendidikan
agama Islam (PAI) dan pendidikan Islam. PAI dibakukan sebagai nama
kegiatan mendidikkan agama Islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya
dinamakan Agama Islam, karena yang diajarkan adalah agama Islam
bukan pendidikan agama Islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalam
mendidikkan agama Islam disebut sebagai pendidikan agama Islam. Kata
pendidikan ini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Dalam hal
ini PAI sejajar atau sekategori dengan pendidikan Matematika (nama mata
pelajarannya adalah Matematika), pendidikan Olahraga (nama mata
pelajarannya adalah Olahraga), pendidikan Biologi (nama mata pelajarannya
adalah Biologi) dan seterusnya. Sedangkan pendidikan Islam adalah nama
sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami, yang mendukung terwujudnya
sosok Muslim yang diidealkan. Pendidikan Islam ialah pendidikan yang
teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Quran dan Hadits.
Adapun ruang lingkup materi PAI (kurikulum 1994) pada dasarnya
mencakup tujuh unsur pokok, yaitu AL-Quran-Hadits, keimanan, syariah,
ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh (sejarah Islam) yang menekankan
pada perkembangan politik. Pada kurikulum 1999 dipadatkan menjadi lima

unsur pokok, yaitu: Al-Quran, keimanan, akhlak, fiqh dan bimbingan
ibadah serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan
ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (Muhaimin, 2002:79).
Dalam Muhaimin (2002:79) menyatakan bahwa dilihat dari
sistematika ajaran Islam, maka unsur-unsur pokok itu memiliki kaitan yang
erat, sebagaimana dapat dilihat pada skema berikut ini:

SISTEMATIKA AJARAN ISLAM
ISLAM









2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam GBPPPAI 1994 disebutkan tentang tujuan pendidikan agama
Islam secara umum yaitu untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt
(AL-QURAN 7 SUNNAH/HADITS)
Sistem Kehidupan
1. Politik
Syariah Ibadah 2. Ekonomi
Akidah Muamalah 3. Sosial
4. Pendidikan
Akhlak 5. Kekeluargaan
6. Kebudayaan/Seni
7. Iptek
8. Orkes
9. Lingkungan Hidup (flora,
fauna,dll)
10. Hankam, dll.
Tarikh/Sejarah

serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara (Muhaimin, 2002:78).
Di dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum
1999, tujuan PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu: "agar siswa
memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah Swt dan
berakhlak mulia." Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa
proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di
sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman
siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam,
untuk selanjutnya menuju ketahapan afeksi, yakni terjadinya proses
internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti
menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan
kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika
dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai
agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh
motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati
ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam
dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman,
bertakwa dan berakhlak mulia (Muhaimin, 2002:78-79).
Adapun tujuan pendidikan agama Islam menurut beberapa ahli/tokoh
pendidik Islam sebagai berikut:

a. Imam Al Ghozali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang
hendak dicapai adalah; pertama, kesempurnaan manusia, yang
puncaknya adalah dekat dengan Allah. Kedua, kesempatan manusia,
yang puncaknya kebahagiaan di dunia dan akhirat karena itu
pendidikan tersebut berusaha mangajar manusia agar mampu mencapai
tujuan-tujuan yang dirumuskan tadi.
b. Muhammad Athiyah Al Abrasi berpendapat bahwa tujuan pendidikan
Islam secara umum sebagai berikut: (a) membantu pembentukan
akhlak yang mulia, (b) persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat,
(c) persiapan mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan,
(d) menumbuhkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan
memuaskan keinginan dalam arti untuk mengetahui dan
memungkinkan ia mengkaji ilmu, dan (e) menyiapkan pelajar dari segi
profesional, teknis, supaya dapat menguasai profesi, dan keterampilan
tertentu agar ia dapat mencapai rezeki dalam hidup disamping
memelihara segi kerohanian.
c. Menurut Marimba dalam bukunya Pengantar Filsafat Pendidikan
Islam, dinyatakan tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya
kepribadian muslim (Zuhairini dan Ghofir, 2004:8).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat ditarik suatu
pengertian bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu mencapai keseimbangan
pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui

latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan dan pancaindera
sehingga memiliki kepribadian yang utama (Zuhairini dan Ghofir, 2004:8).
Tujuan khusus pendidikan agama adalah tujuan pendidikan agama
pada setiap tahap/tingkat yang dilalui, seperti misalnya tujuan SD berbeda
dengan tujuan agama sekolah menengah, dan berbeda pula dengan
perguruan tinggi. Adapun tujuan pendidikan agama untuk masing-masing
tingkat sekolah tersebut sebagai berikut:
a. Tingkat Sekolah Dasar (SD)
(1) Murid bergairah beribadat. (2) Murid mampu membaca Al-Qur'an.
(3) Penanaman rasa agama kepada murid. (4) Menanamkan rasa cinta
kepada Allah dan Rasul-Nya. (5) Memperkenalkan ajaran Islam yang
bersifat global, seperti rukun Islam, rukun iman, dan lain-lain. (6)
Membiasakan anak-anak berakhlak mulia, dan melatih anak-anak
untuk mempraktikkan ibadat yang bersifat praktis-praktis, seperti salat,
puasa, dan lain-lain. (7) Membiasakan contoh teladan yang baik.
b. Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
(1) Memberikan ilmu pengetahuan agama Islam. (2) Memberikan
pengertian tentang agama Islam yang sesuai dengan tingkat
kecerdasannya. (3) Memupuk jiwa agama. (4) Membimbing anak agar
mereka beramal saleh dan berakhlak mulia.
c. Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
(1) Siswa memahami dan menghayati ajaran Islam sehingga beriman
dengan mengetahui dalil naqlinya tekun salat dengan menghayati

hikmahnya, tekun membaca Al-Qur'an dengan memahami ayat-ayat
tertentu, terbiasa berdoa mensyukuri nikmat, dan beramal saleh serta
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. (2) Siswa bertakwa
dan bersyukur kepada Allah. (3) Siswa hidup rukun dalam
bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.
d. Tingkat Universitas
(1) Terbentuknya sarjana muslim yang takwa kepada Allah. (2)
Tertanamnya akidah Islamiyah pada setiap mahasiswa. (3)
Terwujudnya mahasiswa yang taat beribadah daan berakhlak
(Zuhairini dan Ghofir, 2004:25-26).

3. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai dasar
yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini et al dapat ditinjau dari
berbagai segi, yaitu:
a. Dasar Yuridis/Hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-
undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar
yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama,
Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Dasar strukural/konstitusional, yaitu UUD '45 dalam Bab XI pasal
29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/
MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No.
IV/MPR 1978 jo. Ketetepan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat
oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993
tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya
menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung
dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
b. Segi Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber
dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah
perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.
Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut,
antara lain:





1) Q.S Al-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
7vu1- _O) O):Ec
El)4O gOE'g4^)
gOgNOE^-4
gO4L=OO4^- W
_^gE_4 /-)
"Og- }=O;O _ Ep) El+4O
4O- OU;N }E) E= }4N
g)-O):Ec W 4O-4
OU;N 4g4-;_^)
^g)

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.

2) Q.S. Al-Imron ayat 104 yang berbunyi:
}74^4 74g)` OE`q
4pONN;4C O) )OOC^-
4pNON`4C4
NOuO^)
4pOE_uL4C4 ^}4N
@O4^- _ Elj^q4
N- ]O)U^^- ^j

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.

3) Dalam surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
Og^4C 4g~-.-
W-ONL4`-47 W-EO~
7=O^ 7O)Uu-4

-4O4^ E-1O~4
+EEL- 7E4OEg4^-4
OgOU4 NOj^U4` [+gN
1-Eg- 4pOOu4C -.-
.4` -4O4`
4pOUE^4C4 4` 4p+OuNC
^g

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.

4) Al-Hadis:
) (

Artinya: "Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya
sedikit".


) (

Artinya: "Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah
beragama (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua
orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama
Yahudi, Nasrani, atau Majusi".

c. Aspek Psikologis
Psikologis yaitu dasar berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,
manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak
tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Zuhairini et al bahwa semua manusia di dunia
ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama.
Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang
mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung
dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal semacam ini
terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang
sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau
mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang Maha Kuasa
(Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004: 132:133).


















BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas Classroom
action research.
Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu bisa dimaknai dengan suatu proses
dimana melalui proses ini dosen dan mahasiswa menginginkan terjadinya
perbaikan, peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal (Soedarsono, 2001:2).
Mc. Niff dalam Sukidin (2002:14) memandang PTK sebagai bentuk
penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan sekolah, pengembangan keahlian
mengajar, dan sebagainya.
Rapoport dalam Wiriaatmadja (2006:11) mengartikan penelitian tindakan
kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang
dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial
dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.

Ebbutt memaknai penelitin tindakan kelas sebagai kajian sistematik dari
upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut (Wiriaatmadja, 2006:12).
Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya
muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga
sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan
kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti (Arikunto et al,
2007:104).
Dengan demikian, penelitian tindakan kelas (Classroom action research)
terkait dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh
guru.
J enis penelitian tindakan kelas (PTK) ini yaitu penelitian tindakan
partisipan, yang mana orang yang akan melaksanakan tindakan haruslah terlibat
dalam proses penelitian dari awal (Zuriah, 2003:86).
Dalam penelitian tindakan ini, peneliti melakukan sesuatu tindakan,
eksperimen, yang secara khusus diamati terus-menerus, dilihat plus-minusnya,
kemudian diadakan pengubahan terkontrol pada upaya maksimal dalam bentuk
tindakan yang paling tepat (Arikunto, 2002:2).
Dalam PTK, guru dapat meneliti sendiri praktik pembelajaran yang ia
lakukan di kelas. Dengan penelitian tindakan kelas, guru dapat melakukan
penelitian terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses
pembelajaran. Dalam PTK, guru dan peneliti secara kolaboratif juga dapat

melakukan penelitian terhadap proses dan/atau produk pembelajaran secara
reflektif di kelas. Pendek kata, dengan melakukan PTK, guru dapat memperbaiki
praktik-praktik pembelajaran menjadi lebih efektif (Sukidin, et al, 2002:14).
J adi tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki
atau meningkatkan kegiatan pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa dalam
pembelajaran.
Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan
tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan
mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan
melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau
peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan) (Arikunto et al,
2007:104) sebagaimana gambar berikut:
Perencanaan


Refleksi


Tindakan/ Perbaikan
Observasi Rencana


Refleksi


Tindakan/ Perbaikan
Observasi Rencana


Refleksi


Tindakan/ Dan seterusnya
Observasi



Gambar 1. Spiral penelitian tindakan kelas (Hopkins dalam Arikunto, 2007:105).



B. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti di lapangan menjadi syarat utama
peneliti mengumpulkan data dalam latar alamiah, di mana peneliti bertindak
sebagai instrumen kunci. Selain itu peneliti juga berperan sebagai perencana dan
pelaksana tindakan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian tindakan
kelas, pengumpulan dan penganalisis data pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil
penelitian. Pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak
bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data (Margono, 2000:38).
Instrumen pendukung dalam penelitian ini adalah pedoman observasi,
dokumentasi.
Pedoman observasi dibuat dari berbagai referensi yang disimpulkan dari
teori-teori yang terkait dengan variabel penelitian dan dikembangkan menjadi
indikator sehingga dijadikan pedoman observasi ketika penelitian di kelas yang
sedang berlangsung.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SDN Klurak Candi Sidoarjo. Yang
menjadi obyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Klurak Candi
Sidoarjo.


D. Sumber Data dan Jenis Data
Ada dua sumber data dalam PTK, yaitu sumber data primer dan skunder.
Sumber data primer dalam PTK adalah siswa, guru, guru BP, orang tua, dan
kepala sekolah. Sumber data skunder adalah sumber data yang berasal dari pihak
yang masih ada kaitannya dengan siswa, akan tetapi tidak secara langsung
mengetahui keberadaan siswa atau berhubungan langsung dengan siswa. Sumber
data skunder dalam PTK, antara lain pengawas sekolah, pejabat dinas pendidikan,
dan pengurus BP3 (Sukidin, 2002:105).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer yang meliputi siswa kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo. Data skunder,
yang meliputi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan PAKEM, foto-foto,
laporan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan
dengan siswa dalam PBM.
Sedangkan jenis data dalam penelitian ini ada dua, yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif berbentuk kalimat yang memberi gambaran
tentang ekspresi siswa tentang motivasi belajar, keaktifan serta kreativitas siswa
kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo ketika mengikuti pelajaran, foto-foto
ketika pembelajaran konvensional dan pembelajaran PAKEM serta foto-foto lain,
sumber tertulis yang berasal dari jurnal, arsip sekolah, dan lain-lain. Data
kuantitatif diperoleh dari lembar observasi dan data-data yang lain yang berbentuk
angka.






E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini peneliti menggunakan:
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003:122).
Menurut Arikunto, observasi atau mengamati adalah menatap kejadian,
gerak atau proses (Arikunto, 2002:205).
Penulis menggunakan metode ini guna untuk memperoleh data tentang
keadaan SDN Klurak Candi Sidoarjo, juga untuk mengetahui perilaku
siswa hubungannnya dengan motivasi, keaktifan dnan kreativitas siswa
terhadap materi PAI.
Catatan lapangan juga digunakan untuk memperoleh data secara obyektif,
yang tidak terekam dalam lembar observasi mengenai hal-hal yang terjadi
selama pemberian tindakan. Catatan ini meliputi seluruh aktifitas siswa
ketika tindakan berlangsung, misalnya perilaku spesifik yang dapat
menjadi petunjuk baik bagi dugaan adanya suatu permasalahan yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pelaksanaan langkah
berikutnya.
b. Interview

Metode interview adalah pengumpulan data di mana peneliti mengadakan
pengamatan dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi langsung
dengan subyek penelitian.
Menurut Nurul Zuriah (2003:129) interview atau wawancara merupakan
metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara
peneliti dengan subjek atau responden. Dalam interview biasanya terjadi
tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berpijak pada
tujuan penelitian.
Penulis menggunakan metode ini guna untuk memperoleh data tentang
rencana pembelajaran yang akan dilakukan kaitannya dengan kehidupan
siswa sehari-hari.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumentasi atau
catatan-catatan penting, surat kabar, internet dan sebagainya. Penggunaan
metode ini sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data
karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan, baik
dokumen itu merupakan dokumen pribadi maupun resmi.
Suharsimi Arikunto (2002:206) berpendapat bahwa metode dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, rapat, agenda dan
sebagainya.

Adapun dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
mencari data tentang sejarah berdirinya SDN Klurak Candi Sidoarjo,
struktur organisasi, data guru dan siswa, dan lain-lain.
Untuk mengetahui terjadinya peningkatan motivasi, keaktifan dan
kreativitas siswa, maka peneliti menggunakan skala Likert yang
digunakan untuk mengukur tingkat pertanyaan terhadap himpunan
pernyataan berkaitan dengan suatu konsep tertantu (Agung, 1992:75).

F. Analisis Data
Analisis data dilakukan dalam beberapa tahap:
a. Menelaah semua data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi dan catatan lapangan.
b. Mereduksi data yang diperlukan dengan menyeleksi data tindakan
aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam penerapan PAKEM.
c. Menyajikan data atau memaparkan data dengan perhitungan frekuensi dan
presentasi data.
d. Menyimpulkan data
e. Menurut Miles dan Huberman dalam FX. Soedarsono (2001:26) analisis
data itu terdapat tiga alur kegiatan yaitu: reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan/verifikasi.
f. Reduksi data merupakan pemilihan data yang relevan, penting bermakna
dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi
sasaran analisis. Langkah yang dilakukan adalah menyederhanakan

dengan membuat jalan fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi
data yang bermakna untuk dianalisis. Data yang telah direduksi
selanjutnya disajikan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk paparan
data dengan memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Akhir dari kegiatan
analisis adalah penarikan kesimpulan, kesimpulan merupakan intisari dari
analisis adalah memberikan pernyataan tentang dampak dari penelitian
tindakan kelas (Soedarsono, 2001:15).
Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat
kuantitatif yang didapatkan dari hasil observasi, dianalisis menggunakan
rumus data kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas (Gugus,
1999/2000:1) yaitu:
P =
BaseRate
BaseRate PostRate
X 100 %
Keterangan:
P =Presentasi peningkatan
Post Rate =Nilai rata-rata sesudah tindakan
Base Rate =Nilai rata-rata sebelum tindakan

G. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk kepentingan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2002:178).

Triangulasi merupakan proses memastikan sesuatu (getting a fix) dari
berbagai sudut pandang. Istilah ini berkembang dengan fungsi utama untuk
meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam
pengumpulan data (Arikunto et al, 2007:128).
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber
dan triangulasi metode. Triangulasi sumber (Source triangulation) berarti
mengambil data dari berbagai nara sumber (Arikunto, 2007:129). Adapun data
diambil dari kepala sekolah, guru PAI, siswa maupun nara sumber lain yang
terkait dengan penelitian ini. Sedangkan triangulasi metode (Methode
triangulation) yaitu menggunakan berbagai metode pengumpulan data (Arikunto,
2007:129) data diambil dari observasi, dokumentasi dan interview.

H. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan revisi
model Lewin menurut Elliott (Wiriaatmadja, 2006:64).







































Gambar 2. Model PTK
Dalam penelitian ini direncanakan tiga siklus, yaitu:
Identifikasi Masalah
Memeriksa Di
Lapangan
(Reconnaissance)
Perencanaan
Langkah/Tindakan 1
Langkah/Tindakan 2
Langkah/Tindakan 3
Pelaksanaan Langkah/
Tindakan 1
Observasi/Pengaruh
Reconnaissance
Diskusi Kegagalan dan
Pengaruhna/Refleksi
Revisi Perencanaan
Observasi/Pengaruh
Reconnaissance
Diskusi Kegagalan dan
Pengaruhna/Refleksi
Rencana Baru
Langkah/Tindakan 1
Langkah/Tindakan 2
Langkah/Tindakan 3 Pelaksanaan
Langkah/Tindakan
Selanjutnya
Revisi Perencanaan
Rencana Baru
Langkah/Tindakan 1
Langkah/Tindakan 2
Langkah/Tindakan 3
Pelaksanaan
Langkah/Tindakan
Selanjutnya
Observasi/Pengaruh
Reconnaissance
Diskusi Kegagalan dan
Pengaruhna/Refleksi
S
i
k
l
u
s

I

S
i
k
l
u
s

I
I

S
i
k
l
u
s

I
I
I


Siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan
Siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan
Siklus III dilaksanakan dua kali pertemuan


Adapun dalam pelaksanaan penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Identifikasi masalah
Peneliti berdiskusi dengan guru PAI mengenai permasalahan yang muncul
ketika kegiatan belajar mengajar di kelas V A SDN Klurak Candi
Sidoarjo, strategi apa yang selama ini dipergunakan oleh guru PAI dan
bagaimana motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa ketika
pembelajaran berlangsung.
a. Memeriksa di lapangan
Observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung bertujuan untuk mengetahui permasalahan
yang telah diidentifikasi sebelumnya dan mencatat kejadian-kejadian yang
ada di lapangan. Selanjutnya, peneliti melakukan pre test menggunakan
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pre
test dilakukan dengan tujuan mengetahui situasi pembelajaran.
b. Perencanaan tindakan
Peneliti merencanakan tindakan dan berdiskusi dengan guru PAI setelah
mengetahui betul pokok permasalahannya. Dengan harapan problema

yang ada dapat terselesaikan. Oleh karena itu peneliti mempersiapkan
perencanaan sebagai berikut:
1) Membuat rencana pembelajaran dengan PAKEM yang terdiri dari:
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
2) Membuat modul pembelajaran
3) Menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi yang
digunakan untuk meneliti motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas
siswa.
c. Pelaksanaan tindakan
Penelitian dilakukan di kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo sesuai dengan
rencana pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai guru sekaligus observer
dengan mencatat setiap perkembangan yang terjadi di dalam kelas pada
lembar observasi.
d. Observasi
Peneliti melakukan observasi saat pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi serta mencatat hal-hal penting yang terjadi
pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui perkembangan motivasi belajar, keaktifan dan
kreativitas siswa.
e. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui hasil sementara dari Implementasi
PAKEM dalam meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas
siswa pada mata pelajaran PAI.

f. Revisi perencanaan
Revisi perencanaan dilakukan peneliti bersama guru PAI untuk melihat
kembali rencana pembelajaran sebelumnya, serta membuat rencana
pembelajaran kembali untuk memperbaiki pembelajaran yang akan
dilakukan selanjutnya.
2. Siklus II
a. Rencana baru
Peneliti membuat rencana baru dan mendiskusikannya dengan guru PAI
untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran yang terjadi pada siklus I.
b. Pelaksanaan tindakan
Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan di atas serta
mencatat hal-hal penting yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.
c. Observasi
Peneliti melakukan observasi kembali dari pelaksanaan tindakan yang
telah dilakukan dengan menggunakan lembar observasi terhadap
peningkatan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa pada saat
pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Peneliti mengulas hasil observasi mengenai perubahan yang terjadi dari
implementasi PAKEM dalam meningkatkan motivasi belajar, keaktifan
serta kreativitas siswa.
e. Revisi perencanaan

Revisi perencanaan dilakukan peneliti bersama guru PAI dengan melihat
rencana pembelajaran sebelumnya dan membuat rencana pembelajaran
kembali untuk memperbaiki pembelajaran yang akan dilakukan
selanjutnya.


3. Siklus III
a. Rencana baru
Peneliti membuat rencana baru dan mendiskusikannya dengan guru PAI
untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran yang terjadi pada siklus II
agar memperoleh hasil maksimal sesuai dengan yang diharapkan.
b. Pelaksanaan tindakan
Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan di atas serta
mencatat hal-hal penting yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.
c. Observasi
Peneliti melakukan observasi kembali dari pelaksanaan tindakan yang
telah dilakukan dengan menggunakan lembar observasi terhadap
peningkatan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa pada saat
pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Peneliti mengulas hasil observasi mengenai perubahan yang terjadi dari
implementasi PAKEM dalam meningkatkan motivasi belajar, keaktifan
serta kreativitas siswa dari siklus I sampai siklus III sehingga dapat

diketahui bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar, keaktifan serta
kreativitas siswa.





































Identifikasi masalah
Observasi lapangan
dengan
mengidentifikasi
masalah yang
terkait dengan
motivasi belajar,
keaktifan dan
kreativitas siswa
Memeriksa lapangan
Mengadakan pre test dengan
menggunakan strategi
konvensional.
Tidak menggunakan modul dan
media pembelajaran.
Hasil pre test dapat diketahui
bahwa motivasi belajar, keaktifan
dan kreativitas siswa masih rendah
Perencanaan tindakan
Membuat dan
mempersiapkan instrumen
motivasi belajar, keaktifan
dan kreativitas.
Menyusun rencana
pembelajaran
Menyiapkan modul dan
media pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan
Melaksanakan
pembelajaran sesuai
dengan rencana
pembelajaran.
Menerapkan PAKEM
dengan menggunakan
metode team quiz (kuis
kelompok), card sort
(sortir kartu), learning
starts with a question
(belajar dimulai dengan
pertanyaan).
Observasi
Mengobservasi kegiatan
pembelajaran dengan
menggunakan lembar
observasi motivasi belajar,
keaktifan dan kreativitas.
Observasi dilakukan pada
motivasi belajar, keaktifan
dan kreativitas siswa pada
saat pembelajaran.
Refleksi
Mengulas hasil observasi
dengan mengidentifikasikan
kendala-kendala yang
dilakukan serta memberikan
solusi-solusi

J ika berhasil maka
penelitian dihentikan,
jika kurang berhasil
maka penelitian
lanjutkan
Revisi perencanaan
R i i dil k k d b ik





BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek Penelitian
1. Sejarah SDN Klurak Candi Sidoarjo
SDN Klurak Candi Sidoarjo pertama kali diusulkan dan didirikan oleh
Pak Sudiro pada tahun 1962. Ketika itu sekolah tersebut masih belum menjadi
SD yang resmi dan ditempatkan di rumah kepala desa Klurak (bapak Kabul)
yang terdiri dari beberapa anak. SDN Klurak Candi Sidoarjo didirikan
dikarenakan di kecamatan Candi hanya terdapat dua SD, yaitu SD
Kalipecabean dan SD Candi.
Dari usulan tersebut, akhirnya desa memberi dana untuk pembangunan
SD Klurak dan diletakkan di tanah bekas lapangan olah raga yang terdiri dari
dua kelas dari bambu dan berlantai tanah, bangkunya dimintakan kepada
kepala desa Balongdowo. Sekolah SD Klurak pada waktu itu masih berada di
bawah filial SD Kalipecabean dengan kepala sekolah Bapak Suryo.
Sekitar tahun 1966-1967 SD Klurak diresmikan menjadi SDN Klurak
yang berdiri sendiri dan masih terdiri dari dua kelas. Setelah sekolah mendapat
impres, akhirnya SDN Klurak membangun enam kelas.

Sekolah SDN Klurak Candi Sidoarjo ini direhab tahun 2006 dan
sekolah ini dikenal dengan sekolah favorit sekecamatan Candi. Pada awal
tahun 2007 dengan kepala sekolah yang baru yaitu bapak Rochim mempunyai
rencana untuk membentuk SDN Klurak menjadi SD Plus, yang akan
dilengkapi dengan fasilitas AC pada kelas, UHP, TV plus CD, pengeras suara
dan lain-lain. Untuk merealisasikan rencana tersebut akan diambilkan dari
partisipasi Wali Murid dan dana BOS juga akan dibelikan 5 komputer lagi.
Tahap I pelaksanaannya akan dimulai dari kelas I, tahap II kelas VI.

2. Visi, Misi dan Tujuan SDN Klurak Candi Sidoarjo
Visi:
Berprestasi di segala bidang yang berwawasan IPTEK dan
berwawasan iman dan taqwa (IMTAQ).
Misi:
a. Meningkatkan prestasi sekolah dan mutu pendidikan seoptimal mungkin
sesuai dengan perkembangan Iptek dan berdasarkan Imtaq.
b. Meningkatkan prestasi di bidang akademis dan non akademis sesuai
dengan prestasi yang dimiliki oleh siswa dan sekolah.
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dan institusi terkait dengan menjalin
pola secara berkesinambungan dan sekaligus sebagai pengawas kendali
pelaksanaan program sekolah.
Tujuan

Berdasarkan visi dan misi sekolah dapat dirumuskan tujuan sebagai
berikut:
a. Memberikan bekal kemampuan dasar kepada masyarakat, warga Negara
dan umat manusia serta mempersiapkan siswa dalam jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
b. Memberikan kemampuan dasar Baca Tulis- Berhitung pengetahuan
dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
dan perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
pendidikan di SLTP.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengupayakan pemenuhan
sarana dan prasarana belajar yang mendukung kegiatan proses belajar
mengajar.

3. Keadaan Guru
SDN Klurak Candi Sidoarjo memiliki tenaga pengajar sebanyak 14
orang dan 1 pegawai, yang terdiri dari 12 orang pegawai negeri, dan 3 orang
sukuwan.
Tenaga pengajar terdiri dari 11 guru kelas, 1 guru orkes dan 2 guru
agama.

4. Keadaan Siswa
TABEL 2
KEWARGANEGARAAN BANYAKNYA PESERTA DIDIK J UMLAH


5. Sarana dan Prasarana
SDN Klurak Candi Sidoarjo memiliki 17 ruang yang terdiri dari ruang
kepala sekolah, kantor guru dan UKS, lab. komputer, perum guru,
perpustakaan, kamar mandi, musollah, kelas I A dan II A, kelas I B dan II B,
kelas III A, kelas III B, kelas IV A, kelas IV B, kelas V A, kelas V B, kelas VI
A, kelas VI B.

B. Siklus Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model
penelitian tindakan menurut Elliot. Atas dasar itu, penelitian ini disusun
mengacu pada model tersebut.
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI
L P J ml. L P J ml. L P J ml. L P J ml. L P J ml. L P J ml.
W.N.I Asli
W.N.I Ket.Tiongkok
W.N.I Ket. Arab
W.N.I. Ket Lain-lain

50 39 89 45 37 82 33 43 76 41 38 79 45 33 78 45 31 76 480

89 82 76 79 78 76 480
J UMLAH

AGAMA
Islam
Katolik
Protestan
Hindu
Budha
48
2
-
-
-
38
-
1
-
-
86
2
1
-
-
44
1
-
-
-
36
-
1
-
-
80
1
1
-
-
30
1
1
1
-
42
-
1
-
-
72
1
2
1
-
35
3
3
1
-
37
-
1
-
-
72
3
4
-
-
45
-
-
-
-
31
1
-
1
-

76
1
-
1
-
44
1
-
-
-
29
1
1
-
-
73
2
1
-
-
459
10
9
2
-

89 82 76 79 78 76
J UMLAH

480

1. Identifikasi Masalah
Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu peneliti melakukan
identifikasi masalah terkait dengan proses pembelajaran di SDN Klurak
Candi Sidoarjo. Pada saat pembelajaran konvensional, guru menggunakan
metode ceramah dan tidak menggunakan modul, oleh karena itu guru
dalam menyampaikan materi tidak terkonsep.
Dengan menggunakan pembelajaran konvensional, motivasi siswa
yang meliputi keinginan dan semangat siswa untuk belajar kurang ketika
proses belajar mengajar, hal tersebut terjadi dikarenakan penyajiannya
yang monoton, terlihat dari banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran
dengan bermalas-malasan; bergurau sendiri dengan teman sebangkunya;
ada juga yang meletakkan kepalanya di bangku (tidur-tiduran).
Keaktifan siswa juga kurang tampak dalam kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Hal tersebut terlihat dari siswa kurang
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, yang mana kemampuan siswa
dalam partisipasi belajar dengan siswa yang lain, keantusiasan dalam
melaksanakan pembelajaran berlangsung, semangat dalam melaksanakan
tugas serta kemampuan untuk menghidupkan kelas dengan konsep yang
dimiliki siswa masih kurang.
Begitu juga dengan kreativitas, keterbukaan siswa terhadap
perbedaan-perbedaan pendapat yang muncul, kemampuan menyesuaikan
diri dengan kelompok, semangat pada setiap KBM dan kekritisan siswa
terhadap permasalahan masih kurang.

Hal ini dikarenakan guru dalam mengemas pelajaran masih statis,
pasif, tepatnya guru masih sering menerangkan pelajaran dengan ceramah,
sehingga siswa kurang begitu termotivasi dalam menerima pelajaran,
siswa kurang aktif dan kreatif.
Oleh karena itu, peneliti mencoba menggunakan PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) untuk
meningkatkan motivasi, keaktifan serta kreativitas siswa dalam
pembelajaran.

2. Observasi
2) Observasi awal
Pada saat observasi awal, yaitu ketika peneliti melaksanakan
pre test dengan menggunakan pembelajaran konvensional yaitu:
metode ceramah dan tanya jawab, serta tidak menggunakan rencana
pembelajaran dan modul ataupun alat bantu pembelajaran yang lainnya
selain buku paket dan papan tulis yang dipergunakan untuk mencatat
hal-hal yang penting saja.
Peneliti mengamati bahwa kebanyakan siswa dalam mengikuti
pembelajaran PAI pada mata pelajaran Fiqih tidak bersemangat dan
nampak jenuh. Ini terbukti dengan adanya siswa yang bergurau sendiri
dengan temannya, ada juga yang meletakkan kepalanya di bangku
(tidur-tiduran), mereka kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran
dikarenakan suasana pembelajarannya yang monoton dan statis.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga kurang begitu
tampak, ini terlihat dari kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran
menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas
maupun dalam mendengarkan pelajaran sehingga suasana kelas terlihat
tidak hidup.
Sedangkan pengamatan peneliti mengenai kreativitas siswa
dalam pembelajaran tidak jauh beda dengan motivasi ataupun
keaktifan siswa, yang mana siswa terlihat tidak begitu bersemangat
dalam pembelajaran sehingga keingintahuan siswa terhadap pelajaran
kurang yang menyebabkan kekritisan siswa tidak muncul.
3) Pre test
Pre test ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui situasi
pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran
konvensional.
Indikator pencapaian pada pre test kali ini adalah menyebutkan
pengertian puasa ramadhan beserta dalilnya. Pada pembelajaran ini,
guru tidak menggunakan modul, rencana pembelajaran dan juga alat
bantu pembelajaran selain buku paket dan papan tulis.
Pada saat pelaksanaan pembelajaran kali ini, guru menerangkan
materi pelajaran disertai dengan mendekte siswa mengenai hal-hal
penting yang perlu dicatat oleh siswa. Sesekali diselingi dengan
pertanyaan yang berhubungan dengan apa yang telah diterangkan oleh
guru. Siswa hanya mendengarkan keterangan dari guru sambil

menunggu instruksi guru untuk mencatat hal-hal penting yang perlu
dicatat oleh siswa.
Dengan kondisi pembelajaran yang monoton seperti itu, siswa
terlihat jenuh dan tidak bersemangat, sehingga siswa merasa bosan dan
malas karena pelajaran hanya didominasi oleh guru.
Siswa hanya sebagai pendengar yang baik atas keterangan-
keterangan yang disampaikan oleh guru. Kebanyakan dari mereka
melampiaskan kejenuhan mereka dengan bermain-main antara lain
mengisi teka-teki, membuat kapal-kapalan, bersenda gurau dengan
yang lain, bahkan tidur-tiduran karena malas mendengarkan pelajaran.
Dari fakta yang terlihat tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang
termotivasi dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Setelah guru menerangkan pelajaran, guru bertanya kepada
siswa mengenai apa yang telah disampaikan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap pelajaran, tetapi hanya sebagian kecil
siswa saja yang menjawab. Siswa kurang begitu responsif atau antusias
terhadap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Dari fenomena ini
dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa masih kurang.
Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa tentang apa
yang belum mereka mengerti. Hanya ada sedikit siswa yang bertanya,
tetapi itupun dengan pertanyaan yang sangat mudah. Dari sini dapat
dilihat bahwa keingintahuan siswa dan kekritisan siswa pada pelajaran

masih kurang; semangat siswa pada kegiatan belajar mengajar juga
masih rendah.
Dari sini dapat ditarik benang merah bahwa dalam
pembelajaran yang dikemas dengan konvensional terbukti kurang bisa
meningkatkan motivasi belajar, keaktifan maupun kreativitas siswa.
4) Hasil pre test
Dari hasil pre test yang telah dilaksanakan, menunjukkan
bahwa motivasi siswa dalam pembelajaran PAI lebih tepatnya pada
mata pelajaran Fiqih masih rendah. Hal ini terlihat adanya siswa yang
tidak senang dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar; tidak adanya
keinginan yang kuat dalam belajar agama; tidak bersemangat dan
jenuh atau bermain sendiri. Terbukti pada lembar observasi motivasi
yang menunjukkan nilai rata-rata 1,5 hal ini mengindikasikan
rendahnya motivasi siswa pada pembelajaran PAI yaitu mata pelajaran
Fiqih.
Sedangkan hasil pre test keaktifan siswa juga masih rendah.
Siswa kurang begitu respon atau antusias dalam melaksanakan
pembelajaran yang berlangsung, siswa kurang tanggap pada apa yang
ditanyakan oleh guru; kurang berani mengungkapkan pendapat. Pada
lembar observasi keaktifan menunjukkan nilai rata-rata 1,33 dari
fenomena ini dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa masih rendah.
Kreativitas siswa juga masih rendah, Indikator rendahnya
kreativitas siswa adalah keingintahuan siswa dan kekritisan siswa pada

pelajaran masih kurang; hanya ada sedikit siswa yang bertanya, itupun
dengan pertanyaan yang mudah, contohnya apa yang disebut hari
tasyrik itu?. Terbukti dari lembar observasi kreativitas siswa yang
menunjukkan nilai rata-rata 1,33 yang mengindikasikan rendahnya
kreativitas siswa.
5) Refleksi pre test
Dari hasil pre test yang telah dilaksanakan di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa pembelajaran atau strategi konvensional
tidak cocok untuk diterapkan pada pembelajaran PAI. Karena dalam
pembelajaran kali ini tidak menggunakan media pembelajaran dan
terkesan monoton sehingga tidak menimbulkan motivasi kepada siswa
ketika pembelajaran berlangsung. Pembelajaran konvensional juga
kurang menarik dan menyenangkan sehingga siswa tidak aktif dan
tidak kritis terhadap pelajaran serta tidak kreatif.
Pada pembelajaran konvensional pembahasan materinya hanya
berkutat pada apa yang ada dalam buku paket saja tanpa mengaitkan
dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga
pengetahuan siswa menjadi sempit.
Berdasarkan data empiris dan menyikapi hasil pre test yang
telah dilaksanakan, maka perlu adanya improvisasi sebagai berikut:
1) Mengaktifkan siswa, memotivasi dan menjadikan siswa menjadi
kreatif maka peneliti menggunakan pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAKEM) dengan team quiz (kuis

kelompok), card sort (sortir kartu), learning starts with a question
(pelajaran dimulai dengan pertanyaan)
2) Membuat modul pembelajaran siswa untuk mempermudah siswa
dalam belajar
3) Menggunakan media pembelajaran sebagai alat Bantu dalam
pembelajaran PAKEM




3. Siklus I
a. Perencanaan tindakan siklus I
Pada perencanaan siklus I ini, peneliti menggunakan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
dengan menggunakan team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir
kartu), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan
pertanyaan).
Dengan metode-metode tersebut diharapkan para siswa dapat
termotivasi pada materi PAI dalam kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung. Selain itu diharapkan siswa juga aktif dan kreatif dengan
suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Sebelum pelaksanaan tindakan dilaksanakan, peneliti
melakukan beberapa tahap penelitian, dan melakukan persiapan
sebagai berikut:
a. Membuat rencana pembelajaran yang terdiri dari: pendahuluan,
kegiatan inti dan penutup.
b. Membuat modul pembelajaran
c. Menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi yang
digunakan untuk meneliti motivasi belajar, keaktifan dan
kreativitas siswa.
d. Pada jam ke nol, dimulai dengan membaca Q.S. pendek sampai
selesai.
b. Pelaksanaan tindakan siklus I
Pertemuan I ini dilaksanakan pada tanggal 3 J anuari 2007.
Peneliti menggunakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM).
Pertemuan pertama pada siklus I kali ini, peneliti
menggunakan metode team quiz (kuis kelompok). Dengan menerapkan
metode ini diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar, selain
itu dengan metode ini diharapkan dapat meningkatkan tanggung jawab
belajar siswa.

Indikator pembelajaran pada pertemuan kali ini adalah siswa
dapat menyebutkan ketentuan-ketentuan puasa ramadhan yang
meliputi pengertian puasa ramadhan dan puasa sunnah.
Pertemuan pertama ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
Pendahuluan dilakukan dengan memberi salam, membaca doa
bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.
pendek (pada jam ke nol) sampai selesai. Mengabsen siswa satu
persatu kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa. Guru
memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan
indikator pembelajaran yang akan dicapai, appersepsi serta
mengungkapkan metode pembelajaran.

Kegiatan inti, pada kegiatan inti kali ini yaitu:
a. Guru membagikan modul kepada siswa untuk membantu
mempermudah belajar siswa.
b. Guru membagi kelompok menjadi 3 kelompok.
c. Guru menyampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran
kemudian memulai penyampaian materi, peneliti membatasi
penyampaian materi maksimal 10 menit.
d. Setelah penyampaian, guru meminta kelompok 1 untuk
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang

baru saja disampaikan. Kelompok 2 dan 3 menggunakan waktu itu
untuk melihat lagi catatan mereka.
e. Guru meminta kelompok 1 untuk memberi pertanyaan kepada
kelompok 2. J ika kelompok 2 tidak bisa menjawab pertanyaan,
guru melempar pertayaan tersebut kepada kelompok 3.
f. Kelompok 1 memberi pertanyaan kepada kelompok 3, jika
kelompok 3 tidak bisa menjawab, guru melempar kepada
kelompok 2.
g. J ika tanya jawab ini selesai, dilanjutkan materi yang kedua, dan
guru menunjuk kelompok 2 untuk menjadi penanya. Dilakukan
seperti proses untuk kelompok 1 di atas.
h. Setelah kelompok 2 selesai dengan pertanyaannya, dilanjutkan
penyampaian materi pelajaran ketiga, dan guru menunjuk
kelompok 3 sebagai kelompok penanya.
Dalam pembelajaran kali ini, peneliti hanya sebagai mitra
belajar siswa, yang bertugas mengarahkan pembelajaran yang
sedang berlangsung.
Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok, siswa diberi
kebebasan untuk memberi nama kelompoknya masing-masing.
Setiap kelompok harus memahami materi supaya bisa menjawab
pertanyaan dari kelompok lainnya dan membuat pertanyaan untuk
dilontarkan kekelompok yang lainnya.

Guru meminta kelompok 1 untuk memberi pertanyaan
kepada kelompok 2. J ika kelompok 2 tidak bisa menjawab
pertanyaan, guru melempar pertayaan tersebut kepada kelompok 3.
Setiap siswa mempunyai hak yang sama untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Dalam hal ini, tiap siswa dituntut untuk aktif
dan menjaga kekompakan dalam kelompok.
Selain itu untuk menumbuhkan kreativitas siswa, guru
mengajak siswa untuk mengasah kekritisan dengan menjawab
maupun membuat pertanyaan untuk kelompok lain, selain itu
membuat siswa berani mengemukakan pendapatnya.
Sebagai penutup, setelah materi yang dibahas selesai, maka
guru melakukan evaluasi dengan cara menunjuk perwakilan dari
siswa untuk mengungkapkan pemahamannya mengenai
pembelajaran tersebut. Kemudian tiap kelompok mengumpulkan
pertanyaan dan hasilnya untuk dinilai dan dipajang pada tempat
yang telah disediakan. Guru memberikan penjelasan mengenai
pertanyaan yang masih belum bisa dijawab oleh siswa; Guru
memberikan siswa kesempatan untuk menjawab pertanyaan
sebelum guru memberikan keterangannya dan meluruskan
jawaban-jawaban siswa yang kurang tepat. Guru bersama siswa
menyimpulkan materi pelajaran dengan mengaitkannya dengan
kehidupan sehari-hari siswa dan membuka pertanyaan kepada
siswa tentang apa yang masih belum mereka pahami.

Untuk menciptakan suasana yang membangkitkan motivasi
siswa, maka guru memberikan permainan kuis berupa tebak kata
diakhir pelajaran.
Sebelum pembelajaran diakhiri, guru meminta siswa untuk
mempelajari materi yang akan dibahas minggu depan.
Pembelajaran diakhiri dengan membaca doa bersama kemudian
salam.
Penilaian dilakukan dengan menilai partisipasi siswa dalam
kelompok, antusias dalam KBM, kekompakan dalam kelompok,
keaktifan dan kontribusi siswa dalam menjawab pertanyaan,
kemampuan siswa dalam mempresentasikan jawaban, hasil
tanggapan dari siswa lain, kekritisan siswa dalam bertanya.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 31 J anuari
2007. Dalam pertemuan kali ini peneliti menggunakan card sort
(sortir kartu). Dengan menerapkan metode ini diupayakan siswa
lebih berpastisipasi dalam belajar, mengaktifkan setiap siswa,
disamping itu juga pembelajaran menjadi menyenangkan.
Adapun indikator pembelajaran yang harus dicapai pada
pertemuan kedua ini yaitu siswa dapat menyebutkan ketentuan-
ketentuan puasa ramadhan dan puasa sunnah yang meliputi syarat
wajib puasa dan rukun-rukun puasa.
Pendahuluan dilakukan dengan memberi salam, membaca
doa bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca

Q.S. pendek (pada jam ke nol) sampai selesai. Guru membaca
absen kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa,
memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan serta
indikator pembelajaran yang akan dicapai. Guru melakukan
appersepsi mengingat tentang pelajaran yang lalu yaitu pengertian
puasa ramadhan dan puasa sunnah dan menghubungkan dengan
pelajaran berikutnya. Guru memberitahukan metode yang akan
dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak merasa
bingung dengan apa yang akan dilakukannya.
Pada kegiatan inti, pembelajaran dimulai dengan, guru
membagikan modul kepada siswa untuk mempermudah
pemahaman siswa pada pelajaran. Pembelajaran dilanjutkan
dengan guru membagikan potongan-potongan kertas berisi tentang
syarat wajib puasa dan rukun-rukun puasa.
Untuk membiasakan tiap siswa berpartisipasi dan aktif,
maka guru meminta siswa untuk bergerak dan berkelilling kelas
untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama. Dengan
gerakan fisik siswa yang bergerak dan berkeliling kelas dapat
membantu mendinamisir kelas agar siswa tidak merasa jenuh dan
bosan sehingga terciptalah suasana kelas yang menyenangkan.
Selanjutnya untuk menimbulkan keberanian siswa, maka
siswa yang menemukan kartu dengan kategori yang sama diminta
untuk mempresentasikan kategori masing-masing di depan kelas.

Tugas guru hanya sebagai fasilitator serta memberikan poin
pada kelompok yang tepat mencari pasangan dari kartu tersebut
dan benar dalam melakukan presentasi. Kemudian setiap kelompok
diminta untuk membuat resume dari pelajaran yang telah mereka
dapat untuk dipajang. Guru memberi kebebasan kepada siswa
untuk berkreasi sesuai dengan keinginannya sehingga dapat
menimbulkan kreativitas siswa.
Pada tahap penutup, guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang apa yang masih belum mereka
pahami. Guru hanya memberikan keterangan dari hal-hal yang
masih belum dipahami oleh siswa serta meluruskan dari presentasi
siswa di depan bila masih ada yang salah. Pelajaran diakhiri
dengan membaca hamdalah bersama kemudian ditutup dengan
salam.
Penilaian dilakukan dengan menilai keaktifan siswa,
kekompakan siswa dalam kelompok, antusias siswa, keberanian
siswa.
Pertemuan ketiga, dilakukan pada tanggal 7 Februari
2007. Dalam pertemuan kali ini peneliti menggunakan learning
starts with a question (pelajaran dimulai dengan pertanyaan).
Dengan menggunakan metode ini belajar menjadi efektif karena
siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran yang dimulai dengan
bertanya yang kemudian diupayakan untuk mengaktifkan siswa,

siswa lebih berpastisipasi dalam balajar, antusias, dan
memunculkan daya pikir kreatif setiap siswa dalam membuat
pertanyaan, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan
ide-idenya.
Adapun indikator pembelajaran yang harus dicapai pada
pertemuan kedua ini yaitu siswa dapat menyebutkan ketentuan-
ketentuan puasa ramadhan dan puasa sunnah yang meliputi
sunnah-sunnah puasa, hal-hal yang membatalkan puasa orang yang
diperbolehkan tidak berpuasa dan hikmah berpuasa pada bulan
ramadhan.
Pembelajaran diawali dengan memberi salam, membaca doa
bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.
pendek (pada jam ke nol) sampai selesai, mengabsen siswa satu
persatu kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa,
memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan serta
indikator pembelajaran yang akan dicapai, appersepsi yaitu
mengingat tentang pelajaran yang lalu menghubungkan dengan
pelajaran berikutnya. Selanjutnya guru memberitahukan metode
yang akan dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak
merasa bingung dengan apa yang akan dilakukannya.
Kegiatan inti, guru membagikan modul kepada siswa yang
kemudian dipelajari dan difahami terlebih dahulu. Untuk membuat
siswa aktif bertanya maka guru meminta siswa untuk memahami

bacaan dan memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak
dipahami.
Supaya siswa bisa belajar kreatif yang bisa menumbuhkan
rasa ingin tahu dan kekritisan siswa, maka guru meminta siswa
untuk menuliskan satu pertanyaan tentang materi yang telah
mereka baca pada secarik kertas yang kemudian siswa diminta
untuk bergabung dengan teman sebangku untuk membahas poin-
poin yang belum diketahui yang telah diberi tanda. Setelah itu
siswa diminta untuk mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang
telah ditulis ke depan.
Pembelajaran berjalan dengan guru menjelaskan pertanyaan-
pertanyaan siswa yang telah terkumpul tersebut. Sebelum guru
menjawab dan menerangkan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut
maka guru melemparkan pertanyaan-pertanyaan tersebut dan
memberi kesempatan kepada siswa yang mampu untuk menjawab
dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setelah pertanyaan tersebut
terjawab, siswa yang mempunyai jawaban yang berbeda maka
diberi kesempatan untuk mencoba menjawab pertanyaan yang
telah dijawab oleh temannya tersebut.
Selanjutnya, guru menerangkan dari pertanyaan-pertanyaan
yang masih belum bisa terjawab oleh siswa dan pertanyaan-
pertanyaan yang sekiranya perlu diluruskan serta menyimpulkan
materi serta mengaitkan materi dengan kehidupan siswa. Siswa

yang masih belum mengerti diberi kesempatan untuk bertanya dari
pelajaran yang telah dibahas bersama. Siswa diberi tugas untuk
mempelajari materi yang akan dibahas minggu depan. Siswa diberi
tugas untuk mempelajari materi yang akan dibahas minggu depan.
Pembelajaran diakhiri dengan bacaan hamdalah dan memberi
salam kepada siswa.
Penilaian dilakukan dengan menilai keaktifan, antusias, rasa
ingin tahu, kekritisan serta keberanian mengungkapkan ide.
c. Observasi
Penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) pada siklus I ini menimbulkan peningkatan
yang pesat pada motivasi siswa. Dikarenakan Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) ini membawa suasana
baru yang menyenangkan kepada siswa, yang mana pembelajaran
sebelumnya yaitu pre test terlihat monoton dan siswa terlihat pasif
dalam menerima pelajaran PAI.
Hal ini terlihat pada pertemuan pertama, pada saat
berkelompok, siswa terlihat mampu bersosialisasi dengan kelompok
mereka walaupun masih terlihat agak canggung dengan model
pembelajaran berkelompok.
Pada pertemuan kedua, siswa cukup senang dalam proses
belajar mengajar yang sedang berlangsung yaitu ketika siswa bergerak
dan berkeliling kelas untuk menemukan pasangan kartu dengan

kategori yang sama yang mereka pegang kepada teman mereka. Tetapi
masih banyak siswa yang bermain sendiri seperti memukul-mukul
bangku dengan kayu sehingga suasana kelas menjadi semakin ramai
disamping siswa yang ramai karena mencari pasangan kartu yang
dipegangnya pada siswa yang lain.
Sedangkan pada pertemuan ketiga, siswa terlihat mempunyai
keinginan yang kuat atau semangat dalam belajar PAI yang terbukti
siswa terdorong melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
walaupun terlihat masih banyak siswa yang cenderung pasif.
Mereka juga terlihat bersemangat dan lebih terangsang ketika
pekerjaan atau jawaban mereka diberi pujian atau hadiah.
Peningkatan keaktifan siswa pada siklus I ini terlihat dengan
keantusiasan siswa dalam mengikuti pelajaran PAI. Hal ini
ditunjukkan siswa aktif dalam kerja kelompok dan mereka cukup
mampu menjalin partisipasi belajar dengan siswa yang lain, mereka
terlihat tidak tertekan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Mereka juga mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar
yang lainnya seperti membawa referensi atau buku-buku yang lain
yang berhubungan dengan pembelajaran yang sedang berlangsung
Disamping di atas, mereka juga mampu melaksanakan tugas
yang diberikan oleh guru dan cukup berani untuk mengungkapkan ide
atau pendapat mereka, dapat dilihat bahwa siswa dapat memecahkan
masalah pada saat pembelajaran berlangsung seperti membuat

pertanyaan untuk kelompok lainnya walaupun pertanyaan mereka
masih sangat mudah dan cukup mampu menjawab pertanyaan dari
kelompok lain, meskipun masih sedikit siswa yang mampu menjawab
pertanyaan atau mengungkapkan pendapat mereka dan kebanyakan
masih didominasi oleh siswa yang aktif saja.
Peningkatan kreativitas pada siklus I ini, ditunjukkan dengan
semangat siswa pada setiap kegiatan belajar mengajar, hal ini terbukti
dengan siswa menyukai hal-hal baru dalam pembelajaran seperti ketika
menggunakan metode baru, siswa terlihat menikmati dan senang
dikarenakan metode yang dipakai menarik meskipun masih terlihat
agak bingung dengan penerapan metode yang baru dipakai.
Begitu juga ketika siswa belajar dengan kelompok mereka,
dapat dilihat bahwa siswa cukup mampu menyesuaikan diri dengan
kelompoknya.
Dalam siklus I kali ini, keingintahuan siswa terhadap
permasalahan mulai terlihat ketika terdapat pertanyaan yang
dilontarkan oleh kelompok lain, mereka semangat untuk menjawabnya
meskipun hanya beberapa siswa yang menjawabnya.
Selain itu, kekritisan siswa agak mulai terlihat, siswa mulai
berani mengemukakan pendapat mereka yaitu ketika siswa kritis
menjawab pertanyaan dari kelompok lain maupun ketika siswa
mempresentasikan kartu yang mereka dapat dari temannya dengan

kategori yang sama di depan kelas, meskipun siswa yang kritis dan
berani masih bisa dihitung dengan jari.
Pada penelitian tindakan kelas pada siklus I yang dilaksanakan
selama tiga kali pertemuan. Dengan menggunakan lembar observasi
motivasi dapat diamati yang menunjuk pada angka 2,5 hal ini
mengindikasikan adanya peningkatan motivasi sebesar 66%. Pada
lembar observasi keaktifan menunjuk pada angka 2,44 hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan sebesar 83%. Sedangkan
pada lembar observasi kreativitas menunjuk pada angka 1,88 yang
mengindikasikan peningkatan kreativitas siswa sebesar 41% dari
penelitian sebelumnya yaitu pre test.
d. Refleksi
Dari hasil observasi pada siklus I dapat diketahui peningkatan
motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa bila dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya terdapat peningkatan yang cukup besar. Dalam
hal ini dapat dilihat dengan peningkatan motivasi 56% sedangkan
peningkatan keaktifan siswa 77% dan peningkatan kreativitas siswa
41%. Dari hasil pembelajaran tersebut masih diperlukan adanya revisi
sehingga siswa lebih temotivasi, aktif dan kreatif dalam pembelajaran
berikutnya.
Kendala-kendala dalam pembelajaran PAKEM pada siklus I
adalah sebagai berikut:

1. Siswa masih belum terbiasa dengan penerapan PAKEM dengan
menggunakan metode team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir
kartu), dan learning starts with a question (pelajaran dimulai
dengan pertanyaan).
2. Peneliti masih sulit untuk memancing motivasi siswa sehingga
harus diberi banyak rangsangan dalam belajar.
3. Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti masih menemui
siswa yang bermain sendiri.
4. Kreativitas siswa masih belum begitu terlihat dalam pembelajaran.
e. Revisi perencanaan
Peneliti mengadakan revisi siklus I sehingga pembelajaran yang
akan sesuai dengan keinginan.
Adapun bentuk-bentuk dari revisi tersebut sebagai berikut:
1. Menjelaskan dan membiasakan kepada siswa tentang strategi
PAKEM yang diterapkan
2. Untuk meningkatkan motivasi, maka peneliti menggunakan
metode card sort (sortir kartu), dan pujian-pujian
3. Untuk meningkatkan keaktifan siswa maka peneliti menggunakan
learning start with a question (pelajaran dimulai dengan
pertanyaan) dan kooperatif struktural
4. Untuk meningkatkan kreativitas siswa maka digunakan metode
problem solving (pemecahan masalah).


4. Siklus II
Siklus ke II dilaksanakan tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal
14, 21 dan 28 Februari 2007.
a. Rencana tindakan siklus II
Pada perencanaan siklus II ini, peneliti akan menggunakan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
dengan menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah),
card sort (sortir kartu), learning starts with a question (pelajaran dimulai
dengan pertanyaan) dan kooperatif struktural.
Dengan menggunakan beberapa metode di atas, diharapkan siswa
lebih termotivasi dalam belajar sehingga siswa lebih aktif dalam
mengungkapkan ide/gagasan dengan berpasangan maupun dalam
kelompok, siswa lebih kritis dalam memecahkan suatu permasalahan
sehingga siswa menjadi kreatif.
Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti melakukan
beberapa tahap perencanaan, dan melakukan persiapan sebagai berikut:
1) Membuat rencana pembelajaran yang meliputi: pendahuluan,
kegiatan inti dan penutup.
2) Membuat modul pembelajaran
3) Mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi yang
digunakan untuk meneliti motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas
siswa.
4) Mempersiapkan media pembelajaran.

5) Pada jam ke nol, dimulai dengan membaca Q.S. pendek sampai
selesai.
b. Pelaksanaan tindakan siklus II
Siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan. Yang mana pertemuan
pertama dilaksanakan tanggal 14 Februari 2007, pertemuan kedua
dilaksanakan pada tanggal 21 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada
tanggal 28 Februari 2007.
Pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal
14 Februari 2007. Pada pertemuan kali ini, peneliti menggunakan
metode card sort (sortir kartu), kooperatif struktural dan disertai dengan
pujian. Dengan menerapkan metode ini diupayakan siswa lebih
berpastisipasi dalam balajar, dapat mengaktifkan setiap siswa dan
berkelompok, disamping itu siswa lebih termotivasi dengan dengan
diberikannya pujian.
Indikator pembelajaran pada pertemuan kali ini adalah siswa dapat
membaca Q.S. Quraisy dengan makhraj yang benar dan mengulang-
ulang membaca Q.S. Quraisy dengan harakat dan makhraj yang benar.
Pembelajaran diawali dengan memberi salam, membaca doa
bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.
pendek (pada jam ke nol) sampai selesai, mengabsen siswa satu persatu
kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa, memberitahukan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan serta indikator pembelajaran yang
akan dicapai, appersepsi yaitu mengingat sedikit tentang pelajaran yang

lalu, selanjutnya peneliti memberitahukan metode yang akan
dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak merasa bingung
dengan apa yang akan dilakukannya.
Sebelum pelajaran dimulai, guru mengajak siswa bernyanyi
bersama dengan tema pentingnya mengaji, hal ini bertujuan untuk
membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
Pada kegiatan inti, guru membagikan modul kepada siswa untuk
mempermudah pemahaman siswa pada materi. Guru menempelkan
kertas yang berisi surat Quraisy dan kertas yang satu lagi berisi tentang
mufrodat-mufrodat beserta artinya.
Kemudian guru membaca surat Quraisy perayat dengan ditirukan
oleh semua siswa, begitu seterusnya sampai selesai dan diulang-ulang.
Guru membacakan mufrodat-mufrodat surat Quraisy beserta artinya
dengan diikuti oleh semua siswa, diulang-ulang sampai siswa bisa dan
hafal.
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca surat
Quraisy sekaligus untuk melatih keberanian siswa, maka guru menunjuk
tiga siswa sebagai perwakilan untuk membaca surat Quraisy di depan
kelas.
Siswa membaca surat Quraisy perayat beserta mufrodat serta
artinya kemudian diikuti oleh teman-temannya yang lain supaya siswa-
siswa yang lain makin hafal dan bisa membacanya.

Setelah itu, guru menerapkan pembelajaran dengan kooperatif
struktural, yang mana Guru membagi siswa menjadi berkelompok-
kelompok dan siswa diminta untuk memberi nama kelompknya sendiri-
sendiri dengan nama tokoh yang mereka sukai, 1 kelompok terdiri dari 2
atau 3 orang. Kooperatif struktural ini untuk meningkatkan kerjasama
dengan teman yang lain.
Guru mempunyai dua macam kartu, kartu tersebut dibagikan
secara acak pada siswa. 1 kartu untuk 1 kelompok. Untuk membuat
pembelajaran terkesan lebih menarik dan menyenangkan, guru memakai
kartu-kartu tersebut dengan berwarna-warni, kartu yang berwarna merah
berisi tentang mufrodat, sedangkan kartu yang berwarna hijau berisi
tentang arti dari mufrodat tersebut.
Untuk melatih kekompakan dan ketelitian siswa, guru meminta
tiap kelompok yang memegang mufrodat untuk mencari arti dari
mufrodat tersebut kepada kelompok yang lain dan begitu pula
sebaliknya.
Setelah perkelompok berhasil mencari pasangan kartu, guru
meminta perkelompok untuk mengangkat pasangan dari kartu yang
siswa dapat dan membacanya dengan keras di bangku berkumpul. Guru
meminta pada beberapa kelompok yang telah berkumpul untuk mencari
pasangan dari kartu mereka yang telah mereka dapat pada kelompok
lainnya untuk diurutkan menjadi satu ayat beserta artinya.

Setelah kelompok-kelompok tersebut sudah menemukan urutan
kartu-kartu mereka menjadi satu ayat, maka perwakilan dari kelompok
tersebut maju ke dapan untuk membacakannya kemudian diikuti oleh
siswa-siswa yang lain.
Pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah
dibahas tersebut dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang apa yang belum mereka pahami. Guru mengajak siswa untuk
merenungkan pentingnya bisa membaca Al-Qur'an dengan benar. Siswa
diberi tugas rumah untuk mempelajari lagi materi yang baru saja
disampaikan dan materi yang akan dibahas minggu depan.
Penilaian pembelajaran ini dilakukan dengan menilai antusias
siswa, keaktifan tiap siswa dan keaktifan siswa dalam kelompok,
kekompakan siswa, pastisipasi siswa dalam belajar, keberanian siswa,
kekritisan siswa terhadap permasalahan.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2007,
dalam pertemuan kedua ini, peneliti menggunakan problem solving
(pemecahan masalah) dan kooperatif struktural disertai dengan pujian.
Dengan menggunakan metode ini diharapkan siswa dapat termotivasi
dalam belajar, kritis terhadap permasalahan yang ada, dan kekompakan
dalam kelompok.
Indikator pembelajaran pada pertemuan kali ini adalah siswa dapat
mengulang-ulang membaca Q.S. Quraisy dengan harakat dan makhraj
yang benar dan dapat menghafal Q.S.Quraisy.

Pembelajaran kali ini diawali dengan memberi salam, membaca
doa bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.
pendek (pada jam ke nol) sampai selesai, mengabsen siswa satu persatu
kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa, memberitahukan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan dan kompetensi pembelajaran
yang akan dicapai, serta melakukan appersepsi yaitu mengingat sedikit
tentang pelajaran yang lalu. Selanjutnya peneliti memberitahukan
metode yang akan dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak
merasa bingung dengan apa yang akan dilakukannya.
Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi delapan
kelompok, agar siswa semangat dan senang dalam pembelajaran, guru
memberi kebebasan perkelompok untuk memberi nama kelompoknya
masing-masing dengan tokoh yang mereka sukai. Guru membagikan
modul kepada kelompok-kelompok untuk dipelajari agar mempermudah
pemahaman siswa pada materi yang akan dibahas.
Pembelajaran dilanjutkan dengan pemberian tugas, yang mana tiap
kelompok diberi kertas yang berisi tentang bacaan surat Quraisy tanpa
harakat.
Dalam hal ini, guru hanya sebagai fasilitator membantu siswa
untuk aktif dalam kelompok mereka.
Untuk memancing kekritisan siswa, tiap kelompok diminta untuk
memberi harakat pada bacaan tersebut yang kemudian diminta untuk
mencari bacaan-bacaan tajwid yang telah mereka dipelajari. Kemudian

perwakilan tiap kelompok maju kedepan dengan membacakan surat
Quraisy yang telah diberi harakat beserta tajwidnya.
Kelompok lain memberi komentar apakah terdapat kesalahan
dalam membaca surat Quraisy tersebut atau tidak. Dalam hal ini terdapat
kelompok yang menyalahkan bacaan kelompok yang maju kedepan
kemudian siswa tersebut memberi alasan dengan pernyataannya yang
menyalahkan perwakilan kelompok yang maju kedepan tersebut dengan
benar. Dalam hal ini untuk membelajarkan siswa lebih berani
mengungkapkan pendapatnya.
Pada tahap penutupan. Setelah semua perwakilan kelompok selesai
maju kedepan, guru meluruskan dari bacaan tajwid mereka yang masih
belum sesuai serta menyimpulkan materi pembelajaran. Guru memberi
kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang masih belum
dimengerti.
Penilaian dilakukan dengan menilai keaktifan siswa, kekritisan,
keberanian serta kekompakan siswa dalam kelompok dan tugas
kelompok.
Pembelajaran ketiga dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2007.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode learning starts with a
question (pelajaran dimulai dengan pertannyaan), kooperatif struktural
dan problem solving (pemecahan masalah). Dengan menggunakan
metode ini diupayakan siswa lebih berpastisipasi dalam balajar, antusias,
mengaktifkan siswa, dan memunculkan daya pikir kreatif setiap siswa

dalam membuat pertanyaan, keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapatnya dan kekompakan dalam berkelompok.
Adapun indikator pencapaian yang harus dicapai pada pertemuan
ketiga ini yaitu siswa dapat menunjukkan hafal surat Al-Quraisy yaitu
mengerti yang terkandung dalam surat Quraisy.
Pendahuluan dilakukan dengan memberi salam, membaca doa
bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.
pendek (pada jam ke nol) sampai selesai. Mengabsen siswa satu persatu
kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa, memberitahukan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan serta kompetensi pembelajaran
yang akan dicapai, appersepsi. Peneliti memberitahukan metode yang
akan dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak merasa
bingung dengan apa yang akan dilakukannya.
Pembelajaran ini dimulai dengan membagikan modul kepada
siswa. Supaya pembelajaran lebih efektif, siswa diminta untuk
memahami modul ataupun referensi yang lain yang membahas tentang
arti yang terkandung dalam surat Quraisy.
Untuk menumbuhkan kekritisan siswa dalam memecahkan suatu
permasalahan, maka tiap siswa diminta untuk membuat 1 pertanyaan
yang masih belum dimengerti pada selembar kertas, kemudian siswa
diminta untuk bergabung dengan teman sebangkunya dan diminta untuk
bertukar pikiran dan mencari jawaban dari pertanyaan yang telah mereka

buat, jika masih tidak mengetahui jawabannya, maka cukup dilingkari
saja dan diakhir pelajaran, guru akan menjelaskannya.
Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut dikumpulkan ke
depan. Untuk menyingkat waktu, lembaran-lembaran tersebut dipilih
sekiranya yang sulit dipahami saja.
Untuk menumbuhkan keberanian siswa maka pembelajaran
dimulai dengan membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebut perwakilan
kelompok yang ditunjuk sekaligus membacakan jawaban dari pertanyaan
tersebut. Kemudian guru menanyakan kepada semua siswa apakah
jawaban tersebut benar atau salah. J ika ada yang berpendapat selain dari
jawaban yang telah dibacakan, maka siswa tersebut diminta untuk
mengemukakan jawabannya yang lain. Hal ini untuk menumbuhkan
keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat dan ide-ide mereka.
Setelah selesai, guru menjelaskan dengan menyimpulkan dari
pertanyaan-pertanyaan yang masih belum bisa dijawab maupun
pertanyaan yang telah dijawab tersebut.
Pembelajaran diakhiri dengan memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang apa yang belum mereka mengerti. Siswa diberi
tugas rumah untuk mempelajari lagi materi yang baru saja disampaikan
dan materi yang akan dibahas minggu depan. Kemudian guru mengajak
siswa untuk merenungkan kembali apa yang terkandung dari surat
Quraisy, yaitu orang-orang yang tidak mau mensyukuri nikmat Allah
dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Dilanjutkan membaca hamdalah bersama kemudian ditutup dengan
salam.
Penilaian dilakukan dengan menilai antusias, pastisipasi siswa
dalam belajar, keaktifan siswa, daya pikir kreatif setiap siswa dalam
membuat pertanyaan, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat
dan ide-idenya dan kekompakan dalam kelompok.
c. Observasi
Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus II dimana peneliti
mengadakan observasi saat pembelajaran berlangsung. Dari tiga kali
pertemuan, dapat dilihat pada lembar observasi motivasi menunjuk pada
angka 2,9 yang mengindikasikan bahwa ada peningkatan motivasi siswa
pada mata pelajaran PAI sebesar 16%. Pada lembar observasi keaktifan
menunjuk pada angka 3 yang mengindikasikan bahwa ada peningkatan
keaktifan siswa sebesar 22%. Pada lembar observasi kreativitas
menunjuk pada angka 3 yang mengindikasikan bahwa ada peningkatan
kreativitas siswa sebesar 59%.
Motivasi siswa pada siklus II kali ini lebih meningkat daripada
siklus I. Pada siklus II kali ini indikator peningkatannya terlihat dari,
siswa lebih terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh
guru, seperti siswa diminta untuk memberi harakat pada bacaan surat
Quraisy yang kemudian diminta untuk mencari bacaan-bacaan tajwid
yang terdapat pada bacaan tersebut.

Siswa lebih senang dan semangat belajar ketika siswa diminta
untuk mengangkat dan menunjukkan kartu yang mereka pegang.
Sebagian besar siswa sudah berani bertanya pada hal-hal yang
sekiranya belum mereka pahami dan mereka lebih termotivasi lagi ketika
mendapat pujian dari guru.
Selain itu, siswa juga mempunyai keinginan yang kuat dalam
menyelesaikan permsalahan dan tidak kenal lelah dalam mengerjakan
tugas.
Peningkatan keaktifan pada siklus II, dapat diamati bahwa siswa
lebih berani untuk mengungkapkan ide atau gagasan mereka, siswa tidak
terlihat takut dan malu untuk mengangkat tangan untuk mengungkapkan
pendapatnya. Hal ini terbukti ketika siswa menyanggah pertanyaan dari
kelompok lain yang salah kemudian membenarkan pernyataan dari
kelompok lain tersebut, bukan hanya satu atau dua siswa saja, tetapi
kebanyakan dari mereka sudah berani untuk mengungkapkan pendapat
dan mereka sudah mampu menghidupkan kelas dengan konsep yang
mereka miliki sehingga kelas menjadi hidup.
Disamping itu, siswa juga terlihat lebih berpartisipasi untuk
menyumbangkan kreativitas kelas.
Peningkatan kreativitas pada siklus II terlihat adanya
perkembangan yang pesat, hal ini terbuki dengan adanya peningkatan
dari siklus I ke siklus II yang menunjukkan angka 59%. Terlihat dengan
adanya rasa keingintahuan siswa terhadap pelajaran agama yang besar

yaitu dengan keantusiasan dan keseriusan siswa pada pembelajaran yang
sedang berlangsung, mengajukan pertanyaan jika belum dipahami serta
seluruh siswa telah membawa referensi lain selain buku paket yang
mereka punya.
Siswa makin kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada
pada saat pembelajaran, yang mana hal ini terlihat dengan adanya siswa
yang sudah tidak malu lagi untuk bertanya tenang apa yang belum
mereka pahami serta sudah berani menyangga pernyataan yang salah
dari siswa yang lain.
Siswa juga menghargai terhadap perbedaan-perbedaan pendapat
yang muncul diantara mereka, siswa juga lebih bebas dalam
mengungkapkan ide atau pendapatnya.
Disamping itu, siswa lebih mampu menyesuaikan diri dengan
kelompok mereka dan sudah mampu membuat dan menunjukkan
bermacam-macam hasil karya. Hal ini terbukti hasil dari karya mereka
yang bagus dan layak untuk dipajang dikelas.
d. Refleksi
Dari hasil observasi pada siklus II dapat diketahui adanya
peningkatan yang cukup tinggi dari penelitian sebelumnya yaitu siklus I.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari lembar observasi motivasi dari
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 16%. Peningkatan
keaktifan sebesar 22% dan peningkatan kreativitas sebesar 59%.

Melalui hasil observasi siklus II, penerapan strategi Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dengan metode card sort
(sortor kartu), problem solving (pemecahan masalah), kooperatif
struktural, dan learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan
pertanyaan) merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan motivasi,
keaktifan dan kreativitas siswa pada mata pelajaran PAI. Adapun
indikator peningkatan tersebut sebagai berikut:
1. Siswa lebih berani bertanya pada hal-hal yang sekiranya belum
mereka pahami, serta lebih termotivasi dengan diberikannya pujian.
2. Siswa terlihat lebih banyak yang berani dalam mengungkapkan ide
atau pendapat dibandingkan pada siklus I, seperti menyangga dan
membenarkan pernyataan siswa yang lain sehingga kelas menjadi
hidup. J ika pada siklus I masih banyak siswa yang takut dan malu
untuk mengungkapkan pendapatnya, maka pada siklus II hal itu tidak
nampak lagi.
3. Siswa makin kritis teradap permasalahan dalam pembelajaran yang
mana mereka lebih terbuka terhadap perbedaan-perbedaan pendapat,
lebih bebas dalam mengungkapkan ide mereka.
4. Mampu membuat dan menunjukkan hasil karya mereka yang
bermacam-macam yang kemudian dipajang dikelas.
5. Adanya peningkatan motivasi sebesar 93%, keaktifan sebesar 93%
dan kreativitas sebesar 93% dari hasil pre test yang telah dilakukan.

Meskipun terdapat peningkatan yang besar pada siklus II, namun
masih perlu ditingkatkan lagi pada siklus III sehingga Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan benar-benar dapat
diaplikasikan sehingga mandapat hasil yang lebih memuaskan. Adapun
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Perlu adanya pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan
sehingga siswa menjadi lebih termotivasi belajar.
2. Tetap mempertahankan keaktifan dengan pembelajaran kelompok.
3. Tetap mempertahankan kreativitas siswa dengan metode yang
menggugah lebih rasa ingin tahu siswa.
e. Revisi
Peneliti mengadakan revisi siklus II sehingga pembelajaran pada
siklus selanjutnya yaitu siklus III akan sesuai dengan yang diinginkan.
Yaitu:
1. Menggunakan media pembelajaran audio visual sehingga siswa tetap
semangat dan termotivasi dalam pembelajaran dan menggunakan
pujian atau hadiah serta diselingi dengan nyanyian-nyanyian
sehingga pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan sehingga
lebih memotivasi siswa untuk semangat belajar.
2. Tetap menggunakan metode kooperatif struktural untuk menjaga
keaktifan siswa dalam kelompok.

3. Tetap menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah)
sehingga siswa lebih kritis terhadap permasalahan yang akan
membuat siswa lebih kreatif.

5. Siklus III
a. Rencana Tindakan Siklus III
Pada siklus III kali ini, peneliti menggunakan metode kooperatif
struktural, problem solving (pemecahan masalah) serta watching CD
(melihat CD). Dengan menerapkan metode tersebut, diharapkan siswa
dapat lebih aktif dalam mengungkapkan ide/gagasan dengan
berpasangan maupun dalam kelompok, siswa lebih kritis dalam
memecahkan suatu permasalahan sehingga siswa menjadi lebih kreatif.
Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti melakukan
beberapa tahap perencanaan, dan melakukan persiapan sebagai berikut:
1) Membuat rencana pembelajaran yang meliputi: pendahuluan,
kegiatan inti dan penutup.
2) Membuat modul pembelajaran
3) Mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi yang
digunakan untuk meneliti motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas
siswa.
4) Mempersiapkan media pembelajaran.
5) Pada jam ke nol, dimulai dengan membaca Q.S. pendek sampai
selesai.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Siklus III dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2007 dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2007.
Pertemuan pertama pada siklus III ini dilaksanakan pada tanggal
7 Maret 2007. Pada pertemuan kali ini, peneliti menggunakan metode
kooperatif struktural disertai dengan pujian dan mengemas pembelajaran
semenarik mungkin. Dengan menerapkan metode ini diupayakan siswa
lebih berpartisipasi dalam belajar, dapat mengaktifkan setiap siswa
dalam berkelompok. Disamping itu siswa lebih termotivasi dengan
diberikannya pujian dan penyajian pembelajaran yang menarik sekaligus
lebih dapat meningkatkan kreativitas siswa.
Pada pertemuan kali ini, materi yang akan dibahas adalah iman
kepada rasul Allah, indikator pembelajaran pada pertemuan kali ini
adalah siswa dapat menyebutkan nama-nama rasul Allah dan
menyebutkan nama-nama rasul ulul azmi.
Pembelajaran diawali dengan memberi salam, membaca doa
bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.
pendek (pada jam ke nol) sampai selesai, mengabsen siswa satu persatu
kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa, memberitahukan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan serta indikator pembelajaran yang
akan dicapai, appersepsi yaitu mengingat sedikit tentang pelajaran yang
lalu. Selanjutnya peneliti memberitahukan metode yang akan

dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak merasa bingung
dengan apa yang akan dilakukannya.
Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi lima kelompok,
siswa diberi kebebasan untuk memberi nama kelompoknya masing-
masing. Tiap kelompok diberi tugas untuk menuliskan 25 nama nabi dan
siswa dituntut untuk kreatif dengan membuat lagu sendiri kemudian tiap
kelompok diminta menuliskan salah satu kisah nabi ulul azmi sesingkat
mungkin dengan batas waktu 20 menit.
Setelah waktu habis, untuk menilai keberanian siswa, tiap
perwakilan kelompok diminta untuk maju kedepan dengan membacakan
kisah nabi ulul azmi. Sedangkan siswa yang lain diminta untuk mencatat
keterangan dari kelompok tersebut sehingga semua siswa mengerti tentang
kisah-kisah nabi ulul azmi. Untuk menilai kekompakan tiap kelompok,
maka tiap kelompok diminta untuk menyanyikan lagu yang bertemakan 25
nabi tersebut yang diakhiri dengan pemberian tepuk tangan serta pujian
kepada kelompok tersebut, siswa terlihat senang dan hidup.
Agar siswa tetap ingat dengan 25 nabi maka guru mengajak siswa
bernyanyi bersama sekaligus untuk menumbuhkan kembali motivasi
belajar siswa. Dalam hal ini siswa terlihat begitu senang dan semangat
kembali pada pembelajaran,
Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai apa
yang belum mereka mengerti, pada sesi tersebut sebagian besar siswa telah
berani bertanya dengan berebutan mengacungkan tangan tanpa terlihat

rasa takut dan malu. Diantara pertanyaan meraka adalah mengapa pada
setiap umat Allah mengutus rasul? Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan temannya tersebut sebelum guru
menjelaskannya. Siswa berebutan untuk menjawab pertanyaan tersebut
dengan mangacungkan tangan mereka.
Guru menutup pembelajaran dengan guru sedikit mengulas
kembali dan menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas serta
meluruskan pernyataan siswa yang masih perlu dibenarkan, kemudian
pembelajaran diakhiri dengan doa bersama.
Penilaian dilakukan dengan menilai kekritisan siswa, keberanian
siswa, kekreatifan siswa, kekompakan siswa dalam kelompok dan tugas
kelompok.
Pertemuan kedua pada siklus III ini dilaksanakan pada tanggal 14
Maret 2007. Pada pertemuan kali ini, peneliti menggunakan metode
kooperatif struktural, problem solving, watching CD disertai dengan
pujian.
Indikator pembelajaran pada pertemuan kali ini adalah siswa dapat
membedakan antara nabi dan rasul.
Pembelajaran diawali dengan memberi salam, membaca doa
bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.
pendek (pada jam ke nol) sampai selesai, mengabsen siswa satu persatu
kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa, memberitahukan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan serta indikator pembelajaran yang

akan dicapai, melakukan appersepsi. Selanjutnya peneliti
memberitahukan metode yang akan dipergunakan supaya ketika kegiatan
inti siswa tidak merasa bingung dengan apa yang akan dilakukannya.
Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi lima kelompok.
Tiap kelompok diminta untuk mencatat apa-apa yang penting pada
tayangan tersebut, serta menganalisis apa perbedaan antara nabi dan
rasul serta untuk kepentingan apa Allah mengutus nabi dan rasul.
Pembelajaran dilakukan di ruang komputer untuk melihat CD.
Tiap siswa terlihat begitu antusias dan senang ketika tayangan
tersebut diputar, tayangan tersebut berisikan tentang iman kepada rasul
Allah yang diawali dengan nyanyian bertajuk rukun iman yang selanjutnya
iman kepada Allah adalah rukun iman yang nomor 4 disertai dengan cerita
berhikmah yang mengisahkan bagaimana semestinya mengimani rasul
Allah yang dikemas dengan menarik. Tiap siswa terlihat begitu kompak
dalam kelompok mereka masing-masing, hal ini terlihat ketika tayangan
diputar masing-masing siswa saling membantu dan saling melengkapi
dengan apa yang telah tersampaikan dari tayangan tersebut. Setelah itu
tiap kelompok diminta untuk menganalisis pertanyaan-pertanyaan yang
telah diberikan dan mereka dituntut untuk aktif pada kelompoknya
masing-masing.
Pada sesi selanjutnya, tugas resume dan analisis tiap kelompok
dikumpulkan kedepan untuk dikoreksi oleh guru, untuk mengajak siswa

lebih berani, guru menunjuk pada perwakilan kelompok yang analisis
mereka bagus untuk dibacakan kedepan.
Pembelajaran dimulai dengan guru menerangkan apa yang telah
dikisahkan dalam film tersebut. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
mengenai apa yang belum mereka pahami dalam pembelajaran tersebut.
Terbukti 90% siswa antusias bertanya dengan mengacungkan tangan
mereka. Sebelum guru menjawab pertanyaan tersebut, guru
melemparkan kembali pertanyaan tersebut apakah ada siswa yang
mampu menjawab dari pertanyaan tersebut.
Sebelum pembelajaran ditutup, guru meminta dari perwakilan
siswa untuk menyimpulkan dari hasil belajar tersebut serta
mengaitkannya dengan pengalaman mereka dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pembelajaran diakhiri doa bersama dan diakhiri dengan
salam.
c. Observasi
Siklus III ini yang dilaksanakan dengan dua kali pertemuan. Dari
hasil observasi siklus III pada lembar observasi dapat dilihat peningkatan
motivasi menunjuk pada angka 3,6 yang mengindikasikan bahwa ada
peningkatan sebesar 24% dari siklus II, peningkatan keaktifan menunjuk
pada angka 3,33 yang mengindikasikan adanya peningkatan sebesar 11%
dari siklus II sedangkan pada lembar observasi kreativitas menunjuk
pada angka 3,22 yang mengindikasikan bahwa adanya peningkatan
sebesar 7% dari siklus II.

Pembelajaran dengan menggunakan metode watching CD, siswa
semangat sekali dalam mengikuti pembelajaran, siswa terlihat begitu
antusias dan senang ketika tayangan tersebut diputar dan keseriusan
siswa ketika menyimak tanyangan tersebut.
Ketika tiap kelompok diminta untuk meresume dari tanyangan
tersebut, terlihat mereka begitu terdorong sekali mengikuti tanyangan
tersebut dan bukan hanya perwakilan kelompok saja yang mencatat,
tetapi mereka juga saling membantu untuk melengkapi catatan mereka.
Selain itu, mereka juga terlihat begitu senang ketika diajak untuk
bernyanyi bersama untuk memacu semangat belajar disamping itu juga
untuk mengingatkan pelajaran yang mereka bahas agar siswa tidak lupa.
Siswa juga lebih termotivasi ketika pekerjan mereka dihargai
dengan diberi pujian atau hadiah.
Peningkatan keaktifan siswa pada siklus III ini terlihat dengan
mereka mampu menjalin partisipasi belajar dengan siswa yang lain, hal
ini terbukti. Ketika diminta untuk membuat lagu tenang 25 nabi dan
menyanyikannya mereka terlihat begitu kompak dengan kelompok
mereka ketika mengerjakan tugas yang telah diberikan guru kepada
mereka dan mereka mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik.
Kekompakan siswa juga nampak ketika diminta meresume
tayangan CD, mereka saling membantu satu sama lain untuk melengkapi
catatan mereka. Siswa enjoy dalam pembelajaran yang sedang

berlangsung dan tidak merasa tertekan dalam kegiatan belajar mengajar
tersebut.
Siswa juga lebih berani bertanya tentang apa yang belum mereka
pahami, 90% siswa antusias bertanya dengan mengangkat tangan
mereka. Selain itu siswa juga sudah tidak takut salah ketika guru
meminta siswa untuk menyimpulkan pelajaran serta mengaitkannya
dengan pengalaman mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Sedangkan peningkatan kreativitas siswa pada siklus III, lebih
bebas untuk mengungkapkan pendapat mereka dengan mengkritisi
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru ataupun menyanggah
pertanyaan dari teman mereka. Selain itu, siswa juga mampu
menganalisis dengan bagus.
Ketika siswa diminta untuk membuat kreasi dari hasil resume dari
tiap kelompok, ternyata mereka mampu membuat kreasi yang lebih
bagus dan lebih kreatif daripada pada siklus II.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menunjukkan karya
mereka serta kreatif dalam membuat lagu sendiri. Selain itu, siswa juga
diminta untuk menuliskan salah satu kisah nabi ulul azmi sesingkat
mungkin dan mendesain sebagus mungkin sehingga siswa menjadi
kreatif.
d. Refleksi
Dari hasil observasi siklus III, dapat diketahui adanya peningkatan
terhadap motivasi belajar siswa, keatifan siswa serta kreativitas siswa

pada pelajaran PAI. Dalam hal ini, dapat diamati pada lembar observasi
motivasi yang menunjuk pada angka 3,6 yang mengindikasikan adanya
peningkatan 24%, peningkatan keaktifan pada lembar observasi
menunjuk pada angka 3,33 yang mengindikasikan adanya peningkatan
keatifan sebesar 11%, sedangkan peningkatan kreativitas pada lembar
observasi menunnjuk pada angka 3,22 yang mengindikasikan adanya
peningkatan sebesar 7% dari siklus II.
Melalui pengamatan secara bertahap setiap siklus dengan
menggunakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, keaktifan serta
kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo.
Dari hasil observasi dan data empiris di lapangan menunjukkan
bahwa implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) terbukti dapat meningkatkan motivasi,
keaktifan serta kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak
Candi Sidoarjo. Hal ini ditunjukkan dengan hasil lapangan yang telah
diperoleh peneliti yang menunjukkan adanya peningkatan motivasi dari
Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAKEM) terbukti dapat meningkatkan motivasi, keaktifan serta
kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo.
Indikator peningkatan motivasi yang ditunjukkan melalui hasil lapangan
dari pre test ke siklus I sebesar 66%, dari pre test ke siklus II sebesar
93%, dari pre test ke siklus III sebesar 140%, dari siklus I ke siklus II

sebesar 16%, dari siklus I ke siklus III sebesar 44% dan dari siklus II ke
siklus III sebesar 24%. Peningkatan keaktifan dari pre test ke siklus I
sebesar 83%, dari pre test ke siklus II sebesar 125%, dari pre test ke
siklus III sebesar 150%, dari siklus I ke siklus II sebesar 22%, dari siklus
I ke siklus III sebesar 36% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 11%.
Sedangkan peningkatan kreativitas siswa pada pre test ke siklus I sebesar
41%, dari pre test ke siklus II sebesar 116%, dari pre test ke siklus III
sebesar142%, dari siklus I ke siklus II sebesar 59%, dari siklus I ke
siklus III sebesar 71%, dari siklus II ke siklus III sebesar 7%.
Dan bentuk implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) yang optimal dalam meningkatkan motivasi,
keaktifan dan kreativitas siswa yaitu dengan menggunakan berbagai
metode yang bervariatif seperti metode team quiz (kuis kelompok), card
sort (sortir kartu), learning starts with a question (pelajaran dimulai
dengan pertanyaan), koopeatif struktural, problem solving (pemecahan
masalah), watching CD (melihat CD), serta penggunaan modul sebagai
media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi, keaktifan serta
kreativitas siswa SDN Klurak Candi Sidoarjo.
Adapun indikator keberhasilan penerapan Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adanya peningkatan motivasi, keaktifan serta kreativitas siswa dapat
dilihat dari kenaikan setiap siklusnya.

2. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar yang
mana terlihat siswa senang mengikuti kegiatan belajar mengajar,
suka bertanya pada hal-hal yang belum mereka pahami, adanya
keinginan yang kuat dalam belajar agama.
3. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih aktif yang ditunjukkan dengan
berani mengungkapkan ide atau pendapat, berpartisipasi dalam
pembelajaran serta mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin.
4. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih kreatif dalam memecahkan
suatu permasalahan serta mampu menunjukkan bermacam-macam
hasil karya mereka.









BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Penelitian tindakan kelas ini meliputi tiga siklus, siklus I dilaksanakan tiga
kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 3 J anuari 2007,
pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 31 J anuari 2007 dan pertemuan
ketiga dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2007. Siklus II dilaksanakan tiga kali
yaitu pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2007, pertemuan
kedua dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2007 dan pertemuan ketiga
dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2007. Pertemuan dan siklus III
dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama dilaksanakan pada
tanggal 7 Maret 2007 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 14 Maret
2007.
Sebelum dilaksanakan ketiga siklus di atas, peneliti terlebih dahulu
melakukan observasi awal dan melakukan pre test.
Hasil observasi menunjukkan bahwa guru masih menggunakan
pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah dan tanya jawab. Guru hanya
menerangkan pelajaran disertai dengan mendekte siswa untuk mencatat hal-hal
yang penting ketika guru menerangkan dan sesekali diselingi dengan pertanyaan-
pertanyaan dari guru.
Dengan pembelajaran yang diterapkan oleh guru seperti di atas
mengakibatkan siswa bosan dan malas mengikuti dan mendengarkan pelajaran,
dikarenakan pengemasan pembelajaran yang monoton tidak menciptakan suasana
belajar yang menarik dan menyenangkan sehingga menjadikan hilangnya
semangat dan antusias siswa dalam belajar, siswa pasif dan statis dalam menerima

pelajaran, selain itu pembelajaran konvensional juga tidak bisa memunculkan
daya berfikir kreatif siswa.
Hasil pre test menggunakan pembelajaran konvensional dengan
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab tersebut dapat diketahui bahwa
siswa kurang begitu termotivasi untuk belajar, kebanyakan siswa tidak
menghiraukan pelajaran yang diterangkan oleh guru, mereka terlihat jenuh dan
tidak bersemangat sehingga siswa merasa bosan dan malas belajar karena
pembelajaran yang hanya didominasi oleh guru. Hasil pre test siswa diketahui
bahwa motivasi siswa sebesar 1,5 keaktifan siswa sebesar 1,33 dan kreativitas
siswa sebesar 1,33. Selaras dengan pengungkapan oleh Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain (1996:43) bahwa suasana belajar yang tidak menggairahkan dan
menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan
belajar mengajar yang kurang harmonis. Dari pembelajaran yang seperti itu,
motivasi belajar siswa tidak akan muncul.
Siswa juga kurang aktif dalam pembelajaran, hal ini bisa dilihat ketika
guru melontarkan pertanyaan pada siswa, siswa kurang begitu merespon dan
kurang antusias menanggapi pertanyaan tersebut serta kurang berani untuk
mengungkapkan pendapat mereka.
Slameto (1995:65) mengungkapkan bahwa metode mengajar guru yang
kurang baik juga akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Ketika
siswa hanya disuguhi dengan pembelajaran yang monoton, maka siswa menjadi
bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja (Slameto, 1995:65).

Kreativitas siswa pada pre test tersebut juga tidak jauh beda dengan
motivasi dan keaktifan. Hal ini terlihat bahwa siswa kurang semangat pada
kegiatan belajar mengajar, keingintahuan siswa dan kekritisan siswa pada
pelajaran masih kurang, yang mana hanya ada sedikit siswa yang bertanya, tetapi
itupun dengan pertanyaan yang sangat mudah.
Dengan situasi pembelajaran yang berlangsung secara monoton, siswa
merasa "tersiksa" dan bahkan seperti di penjara. Apalagi guru sebagai motivator
dalam pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah, maka suasana
pembelajaran akan semakin menyiksa (Ahmad Sapari, Pembelajaran yang
Menyenangkan, Senin, 20 November 2000.htm). Dengan suasana belajar yang
seperti ini, maka siswa tidak bisa untuk mengembangkan kreativitasnya.
Dari penuturan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
konvensional kurang dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan
kreativitas siswa pada pelajaran pendidikan agama Islam.
Pembelajaran konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab ternyata kurang dapat menggugah motivasi, keaktifan ataupun
kreativitas siswa dalam pembelajaran.
Setelah memperhatikan hasil dari observasi awal, maka ditindak lanjuti
dengan menggunakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAKEM).
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) ini
adalah pembelajaran yang mampu menciptakan suasana menarik dan
menyenangkan dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa.

Sebagaimana tujuan daripada Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) tersebut yaitu untuk menciptakan lingkungan belajar
yang lebih menyenangkan dengan menyiapkan siswa memperoleh keterampilan,
pengetahuan, dan sikap, guna mempersiapkan kehidupan masa depannya. Di
dalam PAKEM guru-guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang
berbeda-beda, termasuk pembelajaran yang interaktif. Suara MBE 9,
Pembelajaran PAKEM (http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei
2006).
Dengan menerapkan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi, keaktifan
dan kreativitas siswa dalam belajar.
Pada awal pelaksanaan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan peneliti mempergunakan metode team quiz (kuis kelompok), card
sort (sortir kartu) dan learning strats with a question (pelajaran dimulai dengan
pertanyaan). Dengan menerapkan metode-metode ini, diharapkan dapat
meningkatkan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa
dapat termotivasi dalam belajar, meningkatkan tanggung jawab belajar siswa.
lebih berpastisipasi dalam belajar, mengaktifkan setiap siswa, belajar menjadi
efektif karena siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran yang dimulai dengan
bertanya yang kemudian diupayakan untuk mengaktifkan siswa, antusias, dan
memunculkan daya pikir kreatif setiap siswa dalam membuat pertanyaan,
keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan ide-idenya.

Penerapan PAKEM dengan menggunakan metode team quiz (kuis
kelompok) menjadikan siswa cukup senang dalam proses belajar mengajar yang
sedang berlangsung yaitu ketika siswa bergerak dan berkeliling kelas untuk
menemukan pasangan kartu dengan kategori yang sama yang mereka pegang
kepada temannya.
Team quiz (kuis kelompok) dapat meningkatkan rasa tanggungjawab siswa
atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang menyenangkan dan tidak
mengancam atau tidak membuat rasa takut (Silberman, 2004:186). Pernyataan
sama juga diungkapkan oleh Zaini et al (2004:57) bahwa team quiz (kuis
kelompok) dapat meningkatkan tanggungjawab belajar siswa dalam suasana yang
menyenangkan.
Dengan mempergunakan team quiz (kuis kelompok), siswa terlihat
terdorong melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh guru walaupun masih
banyak siswa yang cenderung pasif, antusias dan partisipatif dalam pembelajaran
yang direalisasikan dengan aktif dalam kelompok, serta tidak tertekan ketika
proses belajar mengajar berlangsung.
Card sort (sortir kartu) merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa
digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang
obyek atau mereview ilmu yang telah diberikan sebelumnya. Gerakan fisik yang
dominan dalam card sort dapat membantu mendinamisir kelas yang kelelahan
(Zaini et al, 2004:53).
Silberman (2004:179) juga mengungkapkan bahwa card sort juga
merupakan aktivitas kerjasama yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep,

karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Gerak fisik
yang ada di dalamnya dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa penat.
Dengan penerapan card sort tersebut siswa terlihat cukup senang dalam
proses belajar mengajar yang sedang berlangsung yiatu ketika siswa bergerak dan
berkeliling kelas untuk menemukan pasangan kartu dalam kategori yang sama
yang mereka pegang kepada teman mereka, tetapi masih banyak siswa yang
bermain sendiri perti memukul-mukul bangku dengan kayu sehingga suasana
menjadi semakin ramai karena mencari pasangan kartu yang dipegangnya pada
siswa yang lainnya.
Sedangkan penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) dengan menggunakan Learning starts with a question
(pelajaran dimulai dengan pertanyaan) dapat menciptakan kondisi pembelajaran
yang aktif dengan menstimulir siswa untuk menyelidiki atau mempelajari sendiri
materi pelajarannya, tanpa penjelasan telebih dahulu dari guru. Learning starts
with a question mampu menstimulasi pengajuan pertanyaan, yang mana
merupakan kunci belajar (Silberman, 2004:164).
Ketika pembelajaran dengan mempergunakan learning starts with a
question ini siswa terlihat aktif, semangat, mampu melaksanakan tugas yang
diberikan oleh guru, kritis dalam membuat pertanyaan maupun menjawab
pertanyaan yang dilontarkan oleh guru ataupun mengkritisi pendapat dari teman
mereka, walaupun masih sedikit siswa yang kritis dan berani.

Hasil observasi pada siklus I menunjukkan terdapat peningkatan motivasi
belajar, keaktifan serta kreativitas siswa. Pada lemar observasi peningkatan
motivasi belajar sebesar 56%, keaktifan sebesar 77% dan kreativitas sebesar 41%.
Pada siklus II peneliti menerapkan PAKEM dengan mempergunakan
metedo card sort, learning starts with a question, problem solving, kooperatif
struktural serta pemberian reinforcement.
Dengan menerapkan metode-metode tersebut diharapkan dapat lebih
termotivasi dalam belajar sehingga siswa lebih aktif dalam mengungkapkan
ide/gagasan dengan berkelompok, lebih kritis dalam memecahkan suatu masalah.
Pembelajaran dengan menggunakan card sort pada siklus II kali ini lebih
dapat memotivasi siswa dan lebih aktif, dikarenakan pembelajaran card sort
dikemas lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan suasana
belajar yang menyenangkan. Pembelajaran dengan bernyanyi bersama,
menggunakan kartu beragam warna. Dapat dilihat bahwa siswa senang dan
bersemangat belajar ketika siswa mencari pasangan dari kartu mereka serta ketika
diminta oleh guru untuk mengangkat dan menunjukkan kartu yang mereka
pegang.
Sebagaimana pendapat Mulyasa (2006:15) bahwa iklim belajar yang
menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta
kreativitas peserta didik.
Ramayulis (2005:120) juga berpendapat bahwa peserta didik akan
terdorong unuk terus belajar jika kegiatan pembelajaran diselenggarakan secara
nyaman dan menyenangkan.

Metode problem solving (pemecahan masalah) merupakan suatu cara
menyajikan bahan pelajaran dengan mengajak dan memotivasi murid untuk
memecahkan masalah dalam kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar
(Zuhairini dan Abdul Ghofir, 2004:75).
Dengan penerapan metode problem solving dan learning starts with a
question, siswa terlihat mempunyai keinginan yang kuat dalam menyelesaikan
masalah, siswa lebih kritis, aktif dan berani untuk mengungkapkan ide/gagasan
mereka. Siswa terlihat tidak takut dan malu untuk mengangkat tangan
mengungkapkan pendapatnya. Ketika siswa menyanggah pertanyaan dari
kelompok lain yang salah kemudian membenarkan pertanyaannya tersebut serta
mampu menghidupkan kelas dengan konsep yang mereka miliki.
Ramayulis (2005:100) berpendapat bahwa untuk mengembangkan
kreativitas peserta didik guru hendaknya berupaya memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya sebanyak mungkin.
Pertanyaan dapat digunakan untuk merangsang aktivitas dan kreativitas
berfikir peserta didik. Karena itu, mereka harus didorong untuk mencari dan
menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut peserta didik berusaha
menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan
pertanyaan yang akan dijawabnya (Mulyasa, 2005:107).
Begitu seseorang belajar problem solving maka ia akan lebih kreatif
memecahkan masalah (Ramayulis, 2005:207).
Widada dalam Mulyasa (2003:107) juga berpendapat bahwa metode
problem solving juga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas pembelajaran.

Metode problem solving ini sangat baik digunakan untuk melatih murid-
murid berpikir kritis dan dinamis terhadap suatu masalah tertentu. Selain itu, juga
melatih keberanian dan rasa tanggung jawab murid dalam menghadapi masalah-
masalah kehidupan yang ada di masyarakat (Zuhairini dan Abdul Ghofir,
2004:75).
Pembelajaran kooperatif adalah pengajaran melalui penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam
mencapai tujuan belajar (Holubec dalam Nurhadi, 2003:59).
Kooperatif struktural adalah metode yang dirancang untuk mempengaruhi
pola-pola interaksi siswa (Nurhadi, 2003:65).
Dengan penerapan metode kooperatif struktural pada siklus II ini, siswa
tampak adanya ketergantungan positif, hal ini terlihat dengan siswa saling bantu
dan saling bertukar pikiran dan mencari jawaban dari pertanyaan yang telah
mereka buat sehingga siswa termotivasi untuk belajar karena temannya yang lain
dan siswa lebih mampu menyesuaikan diri dengan kelompok mereka.
Dengan pembelajaran kooperatif ini juga membuat siswa bisa menghargai
terhadap perbedaan-perbedaan pendapat yang muncul diantara mereka. Hal ini
juga diungkapkan oleh J ohnson dan J ohnson dalam Nurhadi (2003:62-63)
diantara keunggulan pembelajaran kooperatif adalah memudahkan siswa
melakukan penyesuaian sosial, meningkatkan motivasi intrinsik, meningkatkan
keterampilan hidup bergotong royong, meningkatkan kemampuan berpikir
divergen atau berpikir kreatif.

Pemberian reinforcement atau penguatan sangat membantu dalam
pembelajaran pada siklus II, dengan adanya pemberian reinforcement siswa lebih
termotivasi untuk belajar. Hal ini terlihat dari siswa senang, semangat,
keantusiasan siswa dalam mengerjakan sesuatu, bertanya dan menjawab
pertanyaan ataupun ketika siswa mampu menghasilkan karya setelah guru
memberikan penguatan baik itu berupa pujian ataupun hadiah terhadap siswa.
Pemberian penguatan seperti pujian dapat berfungsi untuk mengarahkan
kegiatan anak didik pada hal-hal yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran
(Djamarah dan Zain, 1996:171).
Pemberian pujian kepada siswa yang menunjukkan prestasi belajar
merupakan upaya menumbuhkan motivasi dari luar diri siswa (Nana Sudjana,
1989:27-28).
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Hamalik (2001:166-167) juga
mengungkapkan bahwa diantara cara menggerakkan motivasi belajar siswa adalah
dengan memberikan pujian dan hadiah ataupun dengan memberi angka.
Dengan pemberian penguatan, siswa mempunyai keinginan yang kuat
dalam menyelesaikan permasalahan dan membuat siswa tidak kenal lelah dalam
mengerjakan tugas.
Pada pembelajaran kali ini, siswa sudah mampu menyumbangkan
kreativitas kelas yang berupa karya siswa baik itu berupa resume pelajaran
ataupun yang lainnya untuk dipajang di kelas.
Pada siklus II ini, terlihat adanya peningkatan yang lebih besar daripada
siklus I pada motivasi, keaktifan ataupun kreativitas siswa pada pelajaran agama

Islam. Dapat dilihat pada lembar observasi penelitian bahwa peningkatan motivasi
sebesar 22%, keaktifan sebesar 23% dan kreativitas siswa meningkat sebesar
59%.
Indikator adanya peningkatan tersebut yaitu siswa lebih senang dan
semangat ketika belajar, terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh
guru, berani bertanya tentang sesuatu ketika belum dipahami, serta termotivasi
ketika mendapat penghargaan dari guru, sudah mampu menyumbangkan
kreativitas kelas, keinginan yang kuat dalam menyelesaikan permasalahan dan
membuat siswa tidak kenal lelah dalam mengerjakan tugas, siswa bisa
menghargai terhadap perbedaan-perbedaan pendapat yang lain, lebih kritis, aktif
dan berani untuk mengungkapkan ide/gagasan serta adanya ketergantungan positif
antara siswa satu dengan yang lainnya.
Selain itu, peningkatan motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa jika
dibandingkan pre test dengan siklus II meningkat sebesar 93%, keaktifan sebesar
125% dan kreativitas sebesar 116%.
Para ahli sepakat bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar mengajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapai (Harjanto, 2000:243).
Pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus III dengan menggunakan
media seperti watching CD (melihat CD) dapat meningkatkan motivasi siswa.
Indikator motivasi tersebut yaitu siswa bersemangat sekali dalam mengikuti
pelajaran, siswa terlihat begitu antusias dan senang ketika tayangan tersebut
diputar dan keseriusan siswa ketika menyimak tayangan tersebut.

Pada siklus III kali ini PAKEM diterapkan dengan menggunkan metode
kooperatif strukural, problem solving dan watching CD, Dengan menerapkan
metode ini diupayakan siswa lebih berpastisipasi dalam balajar, dapat
mengaktifkan setiap siswa dan berkelompok. Disamping itu siswa lebih
termotivasi dengan diberikannya pujian dan penyajian pembelajaran yang menarik
sekaligus lebih dapat meningkatkan kreativitas siswa.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus III dengan menggunakan
media seperti watching CD dapat meningkatkan motivasi siswa. Indikator
peningkatan motivasi tersebut yaitu siswa bersemangat sekali dalam mengikuti
pelajaran, siswa terlihat begitu antusias dan senang ketika tayangan tersebut
diputar dan keseriusan siswa tampak ketika menyimak tayangan tersebut.
Para ahli sepakat bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar mengajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapai (Harjanto, 2000:243).
Manfaat lain dari media pendidikan seperti watching CD yaitu bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para
siswa, sehingga memungkinkan para siswa menguasai tujuan pengajaran lebih
baik, sehingga lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru. Dengan demikian siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain, pengajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar (Harjanto,

2000:243-244). Dengan menerapkan metode wathing CD, dapat mengaktifkan
tiap siswa dalam pembelajaran ketika siswa diminta untuk meresume tayangan
CD.
Selaras dengan pendapat di atas, bahwa menonton tayangan video edukatif
merupakan kegiatan pasif. Siswa duduk di kursi sembari menunggu tayangan
diputar. Namun yang ini merupakan cara aktif untuk menjadikan siswa merasa
terlibat dalam menonton tayangan video. Dengan watching CD juga menyebabkan
siswa menjadi kritis dengan menganalisis mengenai tayangan CD tersebut. Hal ini
terbukti 90% siswa antusias bertanya dengan mengacungkan tangan mereka.
Pendekatan dengan menggunakan metode watching CD memungkinkan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritikal dan kreatif, dan motivasi serta
minat siswa di dalam diskusi-diskusi kelompok (Slameto, 1995:160).
Media pendidikan meningkatkan motivasi dan perangsang kegiatan
belajar. Media pendidikan akan memberikan pengalaman yang menyeluruh
(Hamalik, 1989:18).
Manfaat penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar, terutama
untuk SD, sangat penting. Sebab pada masa ini siswa masih berpikir konkret,
belum mampu berpikir abstrak. Kehadiran media sangat membantu mereka dalam
memahami konsep tertentu, yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan
bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan itulah dapat diwakili
oleh peranan media (Djamarah dan Zain, 1996:155).
Kooperatif struktural dalam siklus III ini juga terdapat peningkatan
daripada siklus II, hal ini terlihat dengan lebih terjalinnya partisipasi belajar

dengan siswa lain, yaitu siswa begitu kompak ketika perkelompok diminta untuk
membuat lagu 25 nabi dan menyanyikannya, serta kompak dalam kelompok
mereka ketika meresume dari tayangan CD tersebut, siswa saling membantu
kelompok mereka untuk melengkapi tugas tersebut.
Selain itu problem solving dalam siklus III ini, juga mengalami
peningkatan dibanding dengan siklus II. Hal ini terlihat dengan kekritisan siswa
dalam menganalisis pelajaran, serta siswa telah terbiasa dalam mengungkapkan
pendapat mereka ketika mereka belum paham. Dalam siklus III siwa juga dapat
menunjukkan kreativitasnya yaitu mampu membuat hasil karya yang lebih bagus
daripada siklus II.
Penerapan PAKEM selain menggunakan metode pembelajaran yang
bervaritif. Peneliti juga menggunakan modul sebagai media bantu dalam kegiatan
belajar mengajar.
Dengan penggunaan modul, memudahkan siswa untuk belajar, serta
pembelajaran menjadi lebih terarah, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
Dalam hal ini, siswa telihat lebih semangat dan antusias dalam belajar.
Sebagaimana pengungkapan Yamin (2004:75-76) bahwa pembelajaran
dengan menggunakan modul dapat membantu siswa secara mandiri menguasai
kompetensi yang akan dicapai.
Menurut Hamalik (2001:74) dengan menggunakan modul dalam
pembelajaran dapat membantu siswa dalam menguasai materi dengan mudah,
selain itu modul juga menuntut guru dalam meningkatkan kreativitas dan
profesionalismenya dalam proses belajar mengajar.

Nana Sudjana (1989:133) juga berpendapat bahwa dengan menggunakan
modul dalam pembelajaran bertujuan agar pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien, para siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan
kecepatan dan kemampuannya sendiri serta membantu penguasaan bahan secara
optimal.
Dari hasil observasi siklus III, dapat diketahui adanya peningkatan
terhadap motivasi belajar siswa, keaktifan siswa serta kreativitas siswa pada
pelajaran PAI. Dalam hal ini, dapat diamati pada lembar observasi motivasi yang
menunjuk pada angka 3,6 yang mengindikasikan adanya peningkatan 24%,
peningkatan keaktifan pada lembar observasi menunjuk pada angka 3,33 yang
mengindikasikan adanya peningkatan keaktifan sebesar 11%, sedangkan
peningkatan kreativitas pada lembar observasi menunjuk pada angka 3,22 yang
mengindikasikan adanya peningkatan sebesar 7% dari siklus II.
Sedangkan jika dilihat peningkatan motivasi belajar, keaktifan dan
kreativitas dari pre test ke siklus III yaitu: motivasi belajar siswa sebesar 140%,
keaktifan sebesar 150% dan kreativitas sebesar 142%.
Peningkatan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa dari siklus I
ke siklus III menunjukkan adanya peningkatan motivasi sebesar 44%, keaktifan
sebesar 36% dan kreativitas sebesar 71%.
Dari hasil observasi dan data empiris di lapangan menunjukkan bahwa
implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
terbukti dapat meningkatkan motivasi, keaktifan serta kreativitas siswa pada
pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

data di lapangan yang menunjukkan adanya peningkatan motivasi dari pre test ke
siklus I sebesar 66%, dari siklus I ke siklus II sebesar 16%, dari siklus II ke siklus
III sebesar 24% dan dari siklus I ke siklus III sebesar 44%. Sedangkan
peningkatan keaktifan dari pre test ke siklus I sebesar 83%, dari siklus I ke siklus
II sebesar 22%, dari siklus II ke siklus III sebesar 11%, dan dari siklus I ke siklus
III sebesar 36%. Sedangkan peningkatan kreativitas siswa pada pre test ke siklus I
sebesar 41%, dari siklus I ke siklus II sebesar 59%, dari siklus II ke siklus III
sebesar 7 %, dan dari siklus I ke siklus III sebesar 71%.
Bentuk implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) yang optimal dalam meningkatkan motivasi, keaktifan
dan kreativitas siswa yaitu dengan menggunakan berbagai metode bervariatif
yang berorientasi pada siswa seperti metode team quiz (kuis kelompok), card sort
(sortir kartu), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan
pertanyaan), kooperatif struktural, problem solving (pemecahan masalah),
pembelajaran bermakna, watching CD (melihat CD) serta penggunaan modul
sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan
kreativitas siswa siswa SDN Klurak Candi Sidoarjo.
Adapun indikator keberhasilan penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) tersebut adalah sebagai berikut:
5. Adanya peningkatan motivasi, keaktifan serta kreativitas siswa dapat dilihat
dari kenaikan setiap siklusnya.
6. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar, siswa senang
mengikuti kegiatan belajar mengajar, aktif bertanya pada hal-hal yang belum
mereka pahami, adanya keinginan yang kuat dalam belajar agama.

7. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih aktif yang ditunjukkan dengan
keberanian siswa dalam mengungkapkan ide atau pendapat, berpartisipasi
dalam pembelajaran serta mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin.
8. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih kreatif dalam memecahkan suatu
permasalahan serta mampu menunjukkan variasi hasil karya mereka.





















BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan analisa data di lapangan, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAKEM) terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan serta
kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo.
Indikator peningkatannya ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar,
keaktifan dan kreativitas siswa dari siklus ke siklus. Hasil observasi dari
lapangan menunjukkan bahwa motivasi belajar mengalami peningkatan
dari pre test ke siklus III sebesar 140%. Peningkatan keaktifan dari pre test
ke siklus III sebesar 150%. Sedangkan peningkatan kreativitas siswa dari
pre test ke siklus III sebesar142%. Sedangkan implementasi Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran
ini dengan mengemasnya lebih menarik dan menyenangkan serta
menggunakan metode-metode yang bervariatif.
2. Bentuk implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) yang optimal dalam meningkatkan motivasi
belajar, keaktifan dan kreativitas siswa pada pelajaran PAI adalah dengan
menggunakan metode yang bervariasi metode pembelajaran seperti team
(kuis kelompok), card sort (sortor kartu), kooperatif struktural, problem

solving (pemecahan masalah), watching CD (melihat CD), learning starts
with a question (pelajaran dimulai dari pertanyaan), reinforcement serta
modul terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan serta
kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo.

B. Saran-saran
Dalam penelitian ini, perlu kiranya penulis sampaikan beberapa saran
yang mungkin berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya yaitu:
1. Lembaga pendidikan yang berwenang diharapkan dapat merealisasikan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) karena
dari hasil penelitian PAKEM terbukti dapat meningkatkan motivasi,
keaktifan dan kreativitas siswa.
2. Tenaga pengajar hendaknya dapat mengimplementasikan Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan metode yang bervariasi dan
modul, sehingga dapat menimbulkan motivasi, keaktifan serta kreativitas
siswa dalam pembelajaran.
3. Siswa-siswa SDN Klurak Candi Sidoarjo khususnya kelas V A,
diharapkan lebih meningatkan motivasi, keaktifan dan kreativitasnya pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam agar prestasi belajarnya
meningkat.
4. Perlu adanya penelitian PAKEM lebih lanjut dengan menggunakan
penelitian kualitatif sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang implementasi PAKEM pada mata pelajaran PAI dalam
meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa dengan
desain eksperimen sehingga diperoleh data yang lebih valid dan reliabel.






















DAFTAR PUSTAKA

Agung, Ngurah, I Gusti. 1992, Metode Penelitian Sosial Pengkajian Dan
Pemakaian Praktis. J akarta. Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, Suharsimi, et al. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. J akarta. Bumi
Aksara.

------------. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. J akarta. PT.
Renika Cipta.

Azzabidi, Imam. 2002. Ringkasan Shahih Al-Bukhori. Bandung. Mizan Media
Utama.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 1996. Strategi Belajar Mengajar.
J akarta. Rineka Cipta.

Diknas. 2004. Program Manajemen Berbasis Sekolah Peningkatan Mutu
Pendidikan Dasar Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta
Masyarakat dan Pembelajaran PAKEM. Tp.

Echol, J hon M. 1987. Kamus Inggris Indonesia. J akarta. Gramedia.

Fadjar, Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. J akarta. PT. Raja Grafindo
Persada.

Harjanto. 2000. Perencanaan Pengajaran. J akarta. Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. J akarta. PT. Bumi Aksara.

--------------. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung.
Tarsito.

Handoko, Martin. 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta.
Kanisius.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung. Remaja
Rosdakarya.

Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. J akarta. PT. Rineka Cipta.
Moleong, Lexi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.


Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama di Sekolah. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

-------------. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. J akarta. Raja Grafindo
Persada.

Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum dan Penerapannya dalam KBK.
Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

-------------. 2006. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

-------------. 2005. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

--------------. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. J akarta. PT.
Rineka Cipta.

-------------. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan. J akarta. Gramedia Pustaka
Utama.

Nasution. 1982. Didaktis Azas-azas Mengajar. Bandung. J ammers.

Nurhadi, et al. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK.
Malang. UM Press.

Nursito. 2002. Peningkatan Prestasi Sekolah Menengah. _________, Insan
Cendekia.

Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.

Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. J akarta. Kalam Mulia.
Sabri, Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN
Fakultas Tarbiyah. J akarta. Pedoman Ilmu J aya.

Sapari, Achmad. 2000. Pembelajaran Yang Menyenangkan Didaktika
(http://www.kompas-cetak/dikbud/pemb09.html, diakses 17 Mei 2006).

Suharto. 2000. Pengembangan Kreativitas Menghadapi Globalisasi. Jurnal Ilmu
Pendidikan, Nomor II, Tahun 27, J uli.


Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sukidin, et al. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. ____________.
Insan Cendekia.

Soedarsono. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. J akarta.
Rineka Cipta.

Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta. Ar-Ruzz.
Soeparman. 2000. Hubungan Kemandirian dan Kreativitas Siswa SMU. Jurnal
Ilmu Pendidikan, Nomor I, Tahun 27, J anuari.

Syamsiah, Titiek,. 1999. Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Murid tentang
Lingkungan Belajar dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris Di Sekolah
Dasar, Jurnal Ilmu Pendidikan. Nomor Khusus, Tahun 26, Desember.

Sudjana, Nana. 1989. CBSA Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung. Sinar Baru.

------------ dan Rivai, Ahmad. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung. Sinar Baru.

Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. J akarta. Rineka Cipta.

Supriono, S, et al. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan Dasar Melalui Pemerdayaan Masyarakat, Otonomi Sekolah
dan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
(Rintisan di Mojokerto). Mojokerto. SIC.

Sulhan, Najib. 2006. Pembangunan Karakter Anak Manajemen Pembelajaran
Guru Menuju Sekolah Efektif. Surabaya. Surabaya Intelektual Club.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Cetakan XI. J akarta. Rineka
Cipta.

Silberman, Melvin L. 2004. Active Learning. Bandung. Nuansa dan Nusamedia.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya.


Yamin, Martinis. 2004. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. J akarta.
Gaung persada press.

Zuriah, Anik. 2005. Mimbar. _____________________________________

Zaini, Hisyam, et al. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta. CTSD.
Zuriah, Nurul. 2003. Penelitian Tindakan dan Sosial. Malang. UMM.
Zuhairini dan Ghofir, Abdul. 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam.
Malang. UM Press.

_______. Pembelajaran PAKEM (http://www.mbeproject.net/mbe94.html,
diakses 20 Mei 2006).

Anda mungkin juga menyukai