Victor Pattiasina
(Mahasiswa Magister Sains Akuntansi)
Made Sudarma
(Universitas Brawijaya Malang)
Sutrisno
(Universitas Brawijaya Malang)
ABSTRACT
The results showed that the transformational leadership style had positive effect
on service performance. This result indicated that transformational leadership had
important role to increase performance. Yet, working culture as moderating variable did
not have effect on relationship between leadership style and service performance. The
result also showed that implementation of good corporate governance had significant
effect on service performance. This result indicated that the implementation of GCG
increase the relationship between leadership style and service performance.
Keywords :
working
culture,
good
corporate
ABSTRAK
PENDAHULUAN
prima
terselangaranya
dan
belum
mencapai
tujuan
yang
diharapkan.
good
otonomi
daerah,
tidak
sekedar
tuntutan
served),
masyarakat
(Sudrajat,2004).
berdampak
pada
manajemen
pergeseran
sektor
publik
paradigma
(pemerintah),
demokratis,
responsive,
peningkatan
akuntabel,
kinerja
organisasi
reformasi
paradigma
berorientasi
pemerintah
sebagai
menjadi
pemerintah
sebagai
penyedia
suara
ruang
publik
bagi
dengan
partisipasi
masyarakat.
1
Surat Keputusan Menpan No.
81/1993 Tentang Peningkatan
Pelayanan Publik.
2
Instruksi Presiden No. 1/1995
tentang Peningkatan Mutu Pelayanan
Bagi Masyarakat.
3
Surat Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No.
63/KEP/7/M.PAN/2003 Tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
Meskipun telah banyak peraturan dan regulasi
yang dikeluarkan pemerintah dalam mendorong
terciptanya pelayanan publik yang prima, namun
secara umum kinerja pelayanan publik yang
sehingga
banyak
tentang
menimbulkan
pelayanan
ketidakpuasan
yang
diberikan
Harapan
aktual
pelayanan
publik, khususnya terhadap pelayanan
rumah sakit sebagai salah satu
organisasi
sektor
publik
(dalam
penelitian ini sebagai objek studi) adalah
agar dalam pengelolaannya harus
dilakukan dengan transparan dan
akuntabel. Fungsi umum rumah sakit
sebagai lembaga pelayanan sosial
kesehatan
masyarakat
harus
dipertahankan, yakni kegiatan utamanya
adalah
memberikan
pelayanan
kesehatan masyarakat, dan terbuka 24
jam, dalalm memberikan pelayanan
kepada pasien baik berupa rawat inap,
rawat darurat maupun rawat jalan, baik
yang mengalami penyakit berat maupun
penyakit ringan tanpa diskriminatif.
Proses pelayanan kesehatan kepada
masyarakat bukan hal yang mudah,
proses tersebut membutuhkan ketelitian
dan kesabaran serta keihklasan dalam
pelayanan, kehadiran rumah sakit tidak
berpihak pada pasien tertentu tetapi
pelayanannya harus di lakukan secara
merata sesuai dengan kebutuhan pasien
(non-diskriminatif).
Tuntutan peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan menjadi penting
terkait
bervariasinya
kebutuhan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat
dan pertumbuhan usaha jasa kesehatan
yang
semakin
berkembang
yang
memungkinkan terjadinya persaingan
pelayanan,
konsukwensi
aktualnya
adalah bahwa rumah sakit yang dapat
memberikan kualitas layanan kesehatan
terbaik (secara spesifik dalam hal
kualitas pelayanan administrasi, kualitas
pelayanan
perawat,
pelayanan
kebersihan, kualitas pelayanan dokter,
pelayanan gizi dan pelayanan pasca
rawat inap) secara maksimal kepada
masyarakat (pasien), maka rumah sakit
itu akan dapat berkembang.
Realita umumnya menunjukan tingkat
kualitas layanan
kesehatan yang
dihasilkan rumah sakit di Indonesia
belum prima dan belum mencapai tujuan
yang
diharapkan.
Kebanyakan
Peran
penting
pimpinan
transformasional
dalam
aktivitas
palayanan rumah sakit didasarkan
paradigma jasa pelayanan kesehatan
rumah
sakit
dewasa
ini
sudah
mengalami perubahan yang mendasar
dan merupakan sebuah badan usaha
yang mempunyai banyak unit bisnis
strategis. Perubahan lingkungan secara
alamiah akan mendorong rumah sakit
menjadi
organisasi
yang
berciri
multiproduk dan mixed output, sehingga
membutuhkan penanganan dengan
konsep manajemen yang tepat. Rumah
saki sebenarnya adalah sebuah badan
usahana yang mempunyai berbagai
macam unit usaha strategis. Misalnya
instalasi
rawat
inap,
anstalasi
laboratorium, gawat darurat, gizi dan
lain-lain. Dengan demikian, rumah sakit
secara keseluruhan dapat dianggap
sebagai suatu lembaga usaha yang
mempunyai berbagai unit bisnis (unit
usaha) strategis. Untuk itu pimpinan
rumah sakit haruslah mampu membaca
perubahan paradigma tersebut. Dengan
ketajaman dan kejelian sebagai seorang
pemimpin
rumah
sakit
tersebut
diharapkam akan mampu mengambil
keputusan yang tepat dalam memimpin
dan menjalankan fungsi pelayanan
kesehatan
rumah
sakitnya,
sebagaimana yang diharapkan dalam
misi dan visi rumah sakit tersebut.
Pendapat Darmawati, dkk. (2004)
menjustifikasi arguman tersebut dengan
menyatakan bahwa faktor penting dalam
hal penataan organisasi publik guna
pencapaian kinerja pelayanan yang
maksimal sesuai dengan dinamisasi
lingkungan adalah menerapkan good
corporate
governance.
Dalam
perkembangannya,
good
corporate
governance
semakin
mempunyai
peranan yang sangat penting bagi
organisasi, yakni sebagai alat control
manajemen dalam meningkatkan kinerja
perusahaan dan upaya menciptakan
organisasi yang sehat. Secara umum
good publik and corporate governance
penelitian
ini
rumah
sakit,
dilakukan
untuk
pada
menguji
kepemimpinan
transformasional
GCG
pada
rumah
sakit
dari
penerapan
GCG
tersebut
transformasional berpengaruh
terhadap kinerja pelayanan rumah
sakit?
2) Apakah pengaruh Gaya
kepemimpinan transformasional
terhadap kinerja pelayanan
dimoderasi oleh budaya kerja?
kepemimpinan tansformasional.
c. Bagi
serta implementasi
Corporate
terhadap
upaya
Governanc
e
bawahan
untuk
Good
(GCG)
sebagai
dapat
Gaya
Kepemimpinan
Transformasional
Kepemimpinan
berkaitan
dengan
tindakan
seseorang
atau
upaya
pendayagunaan
sumberdaya
manajer
untuk
mempengaruhi
perilaku
yang
digunakan
seorang
Para
pemimpin
transformasional, mempengaruhi para
pengikut dengan menimbulkan emosi
yang kuat dan indentifikasi dengan
pemimpin tersebut, namun mereka
dapat juga mentransformasi para
pengikut dengan bertindak sebagai
seorang pelatih, guru atau mentor. Para
pemimpin transformasional mencoba
untuk
memberi
kekuasaan
dan
meninggikan para pengikut. Para
pemimpin
transformasional
dapat
ditemukan dalam organisasi mana saja
pada
tingkatan
dimana
saja.
Kepemimpinan transformasional juga
mengembangkan setiap orang menjadi
berperilak sebagai super
leaders.
u
Artinya
seorang
pemimpin
transformasional
dapat
self leadership. Kepemimpinan
transformasional adalah seorang
pemimpin yang mempimpin orang lain
untuk memimpin diri mereka sendiri.
2.1.2 Budaya Organisasi
Hofstede dalam Sobirin (1997)
mengemukakan bahwa budaya adalah
2.1.3 Good
(GCG)
Corporate
Pengertian
dengan
pengelolaan
Governance
governance
kewenangan.
berkaitan
Hal
ini
sehingga
tujuan
organisasi
tata
pamong,
sehingga
sasaran
1
Transparansi, yaitu
keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan
mengenai perusahaan;
2
Kemandirian, yaitu keadaan
dimana perusahaan dikelola secara
profesional, tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak mana pun yang
tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan prinsipprinsip korporasi yang sehat;
1
Akuntabilitas, yaitu kejelasan
fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehingga
pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif;
2
Pertanggungjawaban, yaitu
kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan dan prinsipprinsip korporasi yang sehat;
3
Kewajaran, yaitu kesesuaian
di dalam pengelolaan perusahaan
publik
pemberian
keperluan
mempunyai
orang
dapat
layanan
atau
kepentingan
diartikan
(melayani)
masyarakat
pada
yang
organisasi
dan
transparansi
organisasi
pelanggannya.
analisis
path
dalam
Selanjutnya
karakter
perusahaan
akan
pengaruh
langsung
Kepemimpinan
terhadap
kinerja.
transformasional
dan
dalam
penelitiannya
perbandingan
kepemimpinan
di
menemukan
antara
karismatik
gaya
dan
transformasional.
Tobing (2006) menemukan bahwa
budaya
organisasi
berpengaruh
positif
tidak
kinerja
berpengaruh
auditor.
langsung
Secara
implisit
dapat
pemahaman
good
governance
meningkatkan
kinerja.
Gaya
kepemimpinan
Kerangka
konseptual
bertujuan
agar
penelitian ini dapat terarah secara sistimatis dalam
suatu alur metode penelitian yang baik, sesuaui
dengan rumusan masalah dan tujuan yang aka
dicapai. Kerangka konsep penelitian secara
komprehensip perlu dibangun dengan mendasarkan
kepada fakta masalah yang ada, keterkaitan
variabel variabel secara teoritis, Kajian penelitianpenelitian sebelumnya, metodologi, metode analisis
dan dengan keselarasan tujuan penelitian yang ingin
dicapai. Berdasarkan pada teori dan penelitian
terdahulu, masalah dan tujuan penelitian maka
dibuat kerangka konsep proses berfikir dalam
penelitian ini yang diadopsi dari Sugiono, (2002: 78)
secara komprehensip sebagai berikut :
3.
Model
1.
Variabel
Gambaran
variab dala
el
m
Hubungan
Antar
hubungan
penelitian i
n
antar
secara
H2
H1
transformasional
berpengaruh terhadap
Kinerja Pelayanan
3.2.2. Pengaruh Gaya
kepemimpinan transformasional
terhadap Kinerja Pelayanan
dimoderasi oleh budaya kerja.
Kepemimpinan transformasional juga
berperilaku sebagai super leaders.
Artinya seorang pemimpin
transformasional dapat
mengembangkan setiap orang menjadi
self leadership. Kepemimpinan
transformasional adalah seorang
pemimpin yang mempimpin orang lain
untuk memimpin diri mereka sendiri.
Kepemimpinan transformasional
lazimnya menguasai budaya kerja yang
ada dalam suatu organisasi jika ingin
mempengaruhi anggota organisasi
secara total, karena bagaimanapun juga,
anggota organisasi hidup dalam suatu
budaya yang melekat secara utuh dalam
organisasi tersebut.
Hasil kajian empirik Devidson
(2003), Carl and Denison (2000),
Governance
adalah
mempengaruhi
termasuk
faktor
yang
proses
institusional
berkaitan
dengan
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menguji pengaruh
antara variabel gaya kepemimpinan
transformasinal
terhadap
kinerja
pelayanan Rumah Sakit di Kota Ambon
dengan dimoderasi oleh variabel budaya
kerja dan penerapan GCG. Berdasarkan
tujuan penelitian, jenis penelitian ini
adalah
penelitian
penjelasan
(exsplanatory), penelitian ini berupaya
menjelaskan hubungan antara variabelvariabel dan pengaruhnya dengan
pengujian hipotesis (Sugiono,2005).
Pendekatan
dalam
penelitian
ini
termasuk dalam penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian ini dilakukan menguji
jalur
empiris
dan
pengukuran
berdasarkan teori yang ada. Model
penelitian ini adalah model penelitian
survei dengan menggunakan instrument
kuesioner. Metode penelitian survei
dilakukan untuk mendapatkan data opini
individu responden (Hartono, 2008:2).
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Sesuai
dengan
tujuan
penelitian, lokasi penelitian dilakukan di
wilayah Kota Ambon. Penelitian ini
1
Pegawai rumah sakit yang menduduki
jabatan sebagai unsur pimpinan kecuali direktur.
2
Unsur pimpinan termasuk wakil direktur,
kabag/kabid dan kasubag/kasubid yang telah
menduduki jabatan minimal 2 (dua) tahun.
3
Pasien yang telah menggunakan jasa
pelayanan kesehatan minimal 5
hari dan berada pada kondisi Adapun jumlah sampel yang pemulihan serta bersedia
dijadikan digunakan dalam penelitian ini sebagai responden dalam penelitian. disajikan pada
No.
Keterangan
Jumlah
tabel
dibawah
1. 2. 3.
Jumlah populasi Tidak memenuhi
120 ( 21 ) 99 ( 7 )
ini:
Tabel 4.1
Jumlah
Penelitian
4.
92 ( 6 )
Sampel
120
menjadi
Penerapan
Goo
Corporate
d
Governance (GCG)
Good
Corporate
Governanc
e
oleh Mangkuprawira (2009) yang terdiri atas
lima komponen yaitu : Kejujuran, ketekunan,
kreativitas, kedisiplinan, iptek (dilihat pada table
4.3).
menurut World Bank dalam Emirzon (2007:91)
adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidahkaidah yang wajib dipenuhi yang dapat
mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan
bekerja secara efisien, menghasilkan nilai
ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan
bagi para stakeholders. Variabel dependen dalam
penelitian ini diukur menggunakan item-item yang
terbagi dalam lima prinsip GCG, yakni
transparansi,
akuntabilitas,
responsibility,
independensi, dan fairness (dilihat pada tabel 4.4).
Indikator ini dipakai karena dianggap mewakili
aspek-aspek yang tercantum dalam pedoman
GCG yang dikeluarkan oleh KNKG yang diperoleh
dari website www.fcgi.or.id. Pengukuran variable
dan
Teknik
Peneliti
melakukan
uji
reliabilitas
dengan
menghitung Cronbachs alpha dari masing-masing
instrumen dalam suatu variabel. Cronbachs Alpha
dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas tes
yang menggunakan skala likert.
Homoskedastisitas
/
Non
Heteroskedastisitas
Tujuan uji homoskedastisitas
pada prinsipnya untuk menguji apakah
varian semua variabel adalah konstan
(sama), dalam arti tidak terjadi
hubungan antara variabel penggangu
dengan variabel bebasnya. Ini berarti
bahwa variasi nilai-nilai Y disekitar rataratanya tersebut adalah konstan untuk
semua X. Jika varian sama, maka
dikatakan
ada
homoskedastisitas.
Sedangkan jika varian tidak sama maka
dikatakan terjadi heteroskedastisitas
(Santoso, 2004:208). Untuk mendeteksi
ada
atau
tidaknya
gejala
homoskedastisitas
dapat
dilakukan
dengan cara melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel dependen yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID
(Ghozali,
2005:10
5).Uji
asumsi
heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi
terjadi varian dari residual dari
4.6.2.2
memperlema
hubungan
h
independent
terhadap
dependent (Ghozali, 2009).
variabel
variabel
4.6.
Pengujian Hipotesis
3.2
Adapun
pengujian
hipotesis
dilakuka
dengan
asum
sebagai
n
si
berikut :
Pengujian Hipotesis :
Bentuk rumusan persamaan matematis dari
analisis Analisis regresi moderasi
(Moderated Regression Analysis) yang
digunakan adalah sebagai berikut : Model
Persamaan pengujian Hipotesis
Ha diterima jika 10, dengan kata lain ada pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependent.
H0 diterima jika 1=0, dengan kata lain variabel independent tidak berpengaruh
terhadap variabel dependent. Pengujian ini dilakukan dengan derajat bebas/degree
of freedom 95% = 0,05.
sekitar benteng hingga sekarang, kota Ambon atau "Ambon Manise" yang berarti " Ambon
yang Cantik". Kota Ambon adalah Ibu Kota Propinsi Maluku, memiliki luas wilayah luas
wilayah Kota Ambon sebesar 377 km per segi, dengan luas Daratan sekitar (km2) 359,45
Km, sedangkan Luas Wilayah Laut (km2) seluas 17,55 Km, dengan jumlah penduduk (jiwa)
330.355 jiwa (Sensus Penduduk 2010). Letak Kota Ambon berada sebagian besar dalam
wilayah pulau Ambon, dan secara geografis terletak pada posisi: 3 o-4o Lintang Selatan dan
128o-129o Bujur Timur.
Sumber
primer
(2010)
setelah
No
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan
Kuisioner yang didistribusikan
Kusioner yang kembali
Kusioner yang tidak kembali
Kusioner yang rusak/tidak lengkap
Kusioner yang diolah
Respon rate
Kuisioner
99
86
7
6
86
71,6 %
: Data
diolah
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Pasien
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Total
37
49
86
45
41
86
Presentase (%)
43
57
100
52
48
100
mah sakit se-Kota Ambon, Tabel 5.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber : Data primer diolah (2010)
5.1.2 Karakterisrik Responden Berdasarkan Usia
Setelah dilakukan tabulasi terhadap keseluruhan responden maka diperoleh
gambaran responden berdasarkan usia tampak pada tabel berikut :
Jumlah Responden
Persentase
Persentase
Tabel 5.5 Responden(%)
berdasarkan Pasien
Jabatan
(%)
15 24 Jabatan
tahun
10
Jumlah
Persentase (%)12
25 - 35 tahun
27
31
23
27
Wakil Direktur (Top Manager)
8
8
36 -45 tahun
36
42
29
34
Kabag/kabid (middle manager)
33
38
46 - 55 tahun
21
24
9
10
Kasubag/kasubid (Low Manager)
45
52
> 55 tahun
2
02
15
17
Total
86
100
Total
86
100
86
100
Usia (Tahun)
Unsur Pimpinan
Tingkat Pendidikan
Manajer
Setingkat SLTA
D3
S1
S2
Total
Jumlah Responden
Persentase (%)
Pasien
8
41
30
7
86
9
48
35
08
100
56
9
16
5
86
Persentase
(%)
65
10
19
06
100
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.4 Tingkat Pendidikan Responden
Sumber : Data Primer diolah (2010)
5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Berdasarkan status jabatan responden diperlukan dalam penelitian ini karena
dengan menduduki jabatan struktural pimpinan/unsur pimpinan (kabag dan kabid, maka akan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Tabel 5.5 menunjukkan data responden yang
menduduki jabatan struktural pada Rumah Sakit yang ada di kota Ambon.
Tabel 5.5 menunjukkan responden yang sementara menduduki jabatan wakil
direktur (top manager) sebanyak 8 orang (8%), Kepala bagian/bidang (middle manager)
sebanyak 33 orang (38%), kepala sub bagian/sub bidang (low manager) 45 orang (52%).
Data mengindikasikan bahwa jabatan unsur pimpinan rumah sakit sesuai dengan struktur
organisasi, dan tentunya garis pertanggungjawaban sesuai dengan job description. Hal ini
akan sangat berpengaruh pada gaya kepemimpinan terhadap kinerja pelayanan.
Sumber : Data Primer diolah (2010)
memtransformasi para pengikut dengan bertindak sebaga pelatih, guru atau mentor. Gaya
kepemimpinan transformasional diukur dengan 4 indikator, yaitu pengaruh ideal, perilaku
pemimpin, stimulasi intelektual dan pertimbangan individu. Gaya kepemimpinan
tranformasional di ukur dengan menggunakan skala likert dengan skala 1 sampai 5. Berikut
ini adalah disajikan rata-rata item jawaban untuk setiap indikator pada variabel gaya
kemimpinan tranformasional yang nampak pada tabel 5.6.
Rata-Rata
STS (1)
Item Pertanyaan
F
F
F
%
F
%
%
%
F
X1.1.1 Pemimpin menyampaikan misi dengan antusias X1.1.2 Pemimpin membuat misi organisasi
terlihat penting)
TS (2)
F
0,00
0,00
0,
0
0
0,
0
0
2
2
0,00
0,
0
0
3,
4
9
4
0
Mean X1.1
X1.2.1 Pemimpin membangkitkan sikap positif bagi bawahan X1.2.2 Pemimpin menanamkan sikap
setia bagi organisasi
0
Mean X1.2
0,00
3,
4
9
5,
8
1
2
5,
5
8
4
6,
5
1
Item Pertanyaan
F
F
Sikap dan moral yang terpuji
X2.
1
0,00
0,00
0,00
Mean X2.1
Teliti serta mendalami satu pekerjaan
X2.
2
Mean X2.2
X2.
3.1
X2.
Menciptakan ide-ide baru dalam pekerjaan Memberikan penghargaan bagi pegawai yang kreatif
5.2.3
Implementasi
Good
ccorporate
Governance
(GCG) (X3)
independensi (X3.4), dan Fairness (X3.5) dapat dilhat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.8
STS (1) F
F
X3.
1.1
X3.
1.2
1
0,
4
7
9,
3
0
1
8
1
6
2
0
,
9
3
1
8
,
6
0
3
0
2
7
3
4,
8
8
3
1,
4
0
1
7
19,77
29,07
2
5
Mean X3.1
1
2
1
0
13
,9
5
11
,6
3
3,
06
3,
15
3,
11
Nilai rata-rata 3,25 jawaban responden dari angka ini menjelaskan bahwa pemimpin
dan bawahan telah menerapkan kelima prinsip GCG namun perlu untuk lebih
ditingkatkatkan lagi terutama pengengungkapan informasi dengan lebih transparan lagi
sehingga pihak luar yang berkempentingan juga dapat mengakses informasi tersebut
dengan mudah.
5.2.4 Kinerja Pelayanan (Y1)
Kinerja pelayanan dapat diartikan sebagai suatu prestasi atau kemampuan seseorang dalam
rekwensi (F) dan Persentse (%) Jawaban
Responden
Item Pertanyaan
S
T
S
(
1
)
Ra
taRa
ta
S
S
(
5
)
%
Y1
.1
Y1
1
0,
4
7
9,
1
8
2
0,
9
3
1
3
0
3
4,
8
8
3
1
7
19,77
29,07
1
2
13
,9
5
3,
06
Rerata (mean) frekuensi jawaban responden terhadap variabel kinerja pelayanan (Y1)
yakni sebesar 3,16 angka tersebut menjelaskan bahwa pimpinan dan bawahan rumah sakit
mempunyai kinerja yang baik dalam memberikan pelayanan kepada pasien hal ini jelas terlihat
pada nilai mean dari masing-masing indicator 1) reliable 2) responsiveness 3) competence 4)
courtesy 5) credibility 6) security 7) understanding the costumer.
masalah
normalitas, atau dengan kata lain data tidak berdistribusi normal (Santosa, 2000:214).
Dari garfik di atas, terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya
mengikuti arah garis diagonal. Maka model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel
Variabel
independen
X1
Beta
t
hitung
6,508
Sig
0,07
0,000
1
Variabel dependen: Kinerja Pelayanan R
Square : 0,283
Beta
t
hitung
0,329
Sig
0,43
0,743
8
Variabel dependen : Kinerja Pelayanan
R Square : 0,213
X1*X2
Beta
t
hitung
3,469
Koefisien
MRA
0,071*)
0,438
T
Statistik
6,508
0,329
X1Y
X1*X2
Y
X1*X3
0,148*)
3,469
Y
*) Signifikan pada alpha 5%
R
Square
0,283
0,213
Keteranga
n
Signifikan
Tidak
sigifikan
0,856
Signifikan
Sig
0,14
0,006
X1*X3
8
Variabel dependen: Kinerja Pelayanan R
Square : 0,856
0,148X1*X3 + e
0,43 0,071*)
0,
Demikian
pula
dengan
penelitian Jabnoun dan Rasasi (2005)
yang menemukan bahwa pasien secara
umum terpuaskan dengan jasa kualitas
rumah sakit, karyawan rumah sakit
memberikan penilaian rendah terhadap
para pemimpin mereka dalam kaitan
dengan kepemimpinan transformasional.
Jasa kualitas secara positif berhubungan
dengan semua dimensi kepemimpinan
transformasional.
Trisnaningsih (2007) dalam
penelitiannya di KAP menemukan
bahwa
Gaya
kepemimpinan
berpengaruh langsung terhadap kinerja
auditor.
Hasil
penelitian
ini
mengindikasikan
bahwa
gaya
kepemimpinan dalam KAP sebagai
faktor yang dominan dalam menentukan
dan pembentukan karakter perusahaan.
Selanjutnya karakter perusahaan akan
mempengaruhi output dari kinerja
auditor.
Budaya
organisasi
tidak
berpengaruh langsung terhadap kinerja
auditor. Begitupula dengan Xenikou dan
Simosi (2006) menyatakan bahwa
kepemimpinan transformasional dan
orientasi
humanistic
mempunyai
pengaruh positif yang tidak langsung
terhadap kinerja melalui orientasi
prestasi.
Kepemimpinan berperan besar dalam mencapai
sasaran dan tujuan kerja, dimana sasaran atau
tujuan yang ingin dicapai adalah berupa prestasi
menyatakan
bahwa
kepemimpinan
transformasional
Pemimpin
transformasional
mendesain
dan
mengimplementasikan system dan mengerjakan
kepada karyawan untuk menjadi self leader.
Pendekatan ini
merupakan perluasan dari
seperangkat perilaku yang seluruhnya diharapkan
dapat menyediakan formula kepada para pengikut
perilaku dan ketrampilan kognitif yang diperlukan
untuk melatih mereka menjadi self leadership. Self
leadership ini dipandang sebagai suatu peluang
kekuatan untuk mencapai kinerja yang tinggi
daripada suatu tantangan terhadap control dari luar
dan kewenangan.
5.5.5
Pengaruh
Gaya
kepemimpinan
transformasional terhadap Kinerja Pelayanan
dimoderasi oleh budaya kerja.
Hasil pengujian pengujian menunjukkan
bahwa budaya kerja tidak memoderasi hubungan
antara gaya kepemimpinan transformasional dan
kinerja pelayanan. Hal ini dapat diinterpretasi bahwa
budaya kerja tidak dapat meningkatkan kinerja
pelayanan rumah sakit. Hasil ini tidak sejalan
dengan temuan Temalagi (2010) yang menunjukan
bahwa para manejer rumah sakit telah mengenal
budaya organisasinya dengan baik, dan turut
mempengaruhi budaya organisasi rumah sakit
tersebut. Tobing (2006) menemukan bahwa budaya
organisasi dapat meningkatkan kepuasan kerja,
dalam
mendukung
tercapainya
peningkatan kinerja pelayanan.
i
n
i
GCG
penerapan
memoder
pengaruh
gaya
asi
kepemimpina
terhadap
kinerj
n
a
pelayanan.
Hasil
sejalan
deng
kepemimpinan ini terhadap
kinerja
transparansi
akuntabilitas
responsibilita
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya dengan mengacu pada
beberapa teori dan hasil penelitian
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut: 1) Gaya
kepemimpinan
akuntabilitas,
pertanggungjawaban,
kemandirian,
kesetaraan
dan
kewajaran
berpengaruh
pada
peningkatan
kinerja
pelayanan rumah sakit. Hal ini menjelaskan
bahwa umumnya pelayanan publik dikatakan
baik, ketika masyarakat dengan mudah
mendapatkan pelayanan dengan prosedur yang
tidak panjang, biaya murah, waktu pelayanan
cepat, dan sedikit atau tidak ada keluhan
masyarakat atas pelayanan yang diterimanya.
6.2 Keterbatasan
Berdasarkan verifikasi sampel dan hasil pengujian
terhadap hipotesis, maka beberapa keterbatasan
atau faktorfaktor yang tidak dapat diantisipasi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.
1
Hasil temuan ini memberikan
kontribusi atas kajian teori Budaya
yang diartikan juga sebagai
seperangkat perilaku, perasaan dan
kerangka psikologis yang
(responsibility),
independensi
serta
kewajaran dan kesetaraan (fairness)
diperlukan
untuk
mencapai
kesinambungan usaha (sustainability)
perusahaan dengan memperhatikan
pemangku kepentingan (stakeholders).
DAFTAR PUSTAKA
Ani, S.L dan Werdati, S dan Utarini, A.
2001. Harapan Konsumen
Terhadap
Pelayanan
Keperwatan : Penelitian
Kualitatif di RSU Dharma
Yadnya
Depansar
Bali.
Jurnal
Manajemen
Pelayanan Kesehatan 04
(01) : 13-17.
Achsin.
Day,
464.
Darmawati, K dan Rika, G.R. 2005.
Hubungan Corporate Governance
dan Kinerja Perusahaan, Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia, IAI,
Yogyakarta. (08) : 15-35.
http://www.fcgi.or.id. 2 April
2009
Gaspersz.
V.1997.
Manajemen
Kualitas, Penerapan KonsepKonsep
Kualitas
Dalam
Manajemen
Bisnis
Total,
Cetakan
Kedua,
Edisi
Pertama. Penerbit Yayasan
Indonesia
Emas
dan
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Ghozali, I. 2005. Model Persamaan
Struktural Konsep dan Aplikasi
Dengan Program AMOS Ver
5.0,
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro.
Semarang.
Hartono,
J.
2008.
Metodologi
Penelitian
Bisnis,
Salah
Kaprah
dan
PengalamanPengalaman.
BPFE
Univ.
Gadjah Mada, Edisi 2007,
42.
Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia, 2000. Akuntabilitas dan good
governance. Modul, Sosialisasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah
(AKIP).
Malhotra, N. K. (2005). Riset Pemasaran,
Pendekatan Terapan, Edisi Keempat.
Penerbit Indeks, Jakarta.
Manz, C.C dan Sims, H.P. 1990. Super
Leadership ; Leading Others to Lead
Themselves. Berkley Books, New York.
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor
Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Maskur, 2010. Analisis Kualitas sumber Daya
Manusia,
Kualitas
Kepemimpinan
Terhadap Fleksibilitas Organisasi dan
Kinerja
Pelayanan
Pada
Kantor
Kecamatan Di Wilayah Kota Makassar.
Tesis
Ilmu
Manajemen,
Program
Pascasarjana
Universitas
Brawijaya
Malang.
http://google.com.
02
Mei
2010.
Simamora, H. 1997. Manajemen
Sumberdaya Manusia. Edisi
Ke-2. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi, YKPN. Yogyakarta.
Sinambela, L.J. 2006. Reformasi
Pelayanan
Publik,
Bumi
Aksara. Jakarta.
Singarimbun, M dan Effendi, S. 1999.
Metode Penelitian Survey.
LP3ES, Jakarta.
Sofo,
F. 2003. Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Edisi
1Airlangga, Surabaya.
Sudrajat, A. 2004. Membangun Model
Pelayanan Publik Yang Dapat
Memenuhi
Keinginan
Masyarakat, Jakarta: Direktorat
Aparatur Negara, Bappenas.
Soeprapto, R. 2004. Pengembangan
Terhada
Xenikou, A & Simosi, M. 2006.
p
Komitmen
dan
Kinerja
Organizational
Culture
and
Karyawan. Jurna
Akuntan
Transformational
Leadership
as
l Performance.
si Journal of Managerial Psychology. 21 (6) : 566-579.
Predictor of Business Unit
Yukl, G. 2007. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Edisi Indonesia (kelima). Cetakan kedua.
Penerbit PT Indeks, Jakarta.
Zauhar. S. 2001. Reformasi Birokrasi. Universitas Brawijaya Malang.
Zebua, J. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi dan Insentif Terhadap Kinerja Staf Rekam Medik
Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik Medan Tahun 2008. Tesis Ilmu Manajemen, Program
pascasarjana Universitas sumatera utara Medan.
Zeithaml, V.A. et. Al. 1991. Delivering Quality Service : Balancing Customer Perseptions and
Expectation. The Free Press. New York.
.................................................